Anda di halaman 1dari 33

MAKALAH ASUHAN KEPERAWATAN ANAK

PADA PASIEN LEUKEMIA

Disusun Oleh:

1. Ayunda Padmasari W (1602005)


2. Dina Sophia (1602015)
3. Indri Yekholya (1602025)
4. Maria Leonita M (1602034)
5. Patricia Yunita Dwi A (1602044)
6. Vrisa Krismi D (1602053)

PROGRAM SARJANA KEPERAWATAN

STIKES BETHESDA YAKKUM YOGYAKARTA

2017/2018
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan kepada Tuhan yang Maha Esa, karena hanya
berkat dan pertolongan Nya, penyusun dapat menyelesaikan tugas pembuatan
makalah yang berjudul “ASUHAN KEPERAWATAN ANAK PADA PASIEN
LEUKEMIA”
Penyusun sangat menyadari, bahwa dalam makalah ini masih banyak
kekurangan maupun kesalahan, untuk itu kepada para pembaca harap memaklumi
adanya mengingat keberadaan penyusunlah yang masih banyak kekurangannya.
Dalam kesempatan ini pula penyusun mengharapakan kesediaan pembaca untuk
memberikan saran yang bersifat perbaikan, yang dapat menyempurakan isi
makalah ini dan dapat bermanfaat dimasa yang akan datang.
Ucapan terimakasih sangat perlu penyusun haturkan kepada dosen, sekaligus
sebagai pembimbing dalam pembuatan makalah ini, semoga atas atas kebesaran
hati dan kebaikan beliau mendapat berkat dari Tuhan Yang Maha Esa.
Akhir kata semoga makalah ini dapat membawa wawasan, khususnya bagi
penyusun dan umumnya bagi para pembaca.

Yogyakarta, 18 April 2018

Penyusun
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Leukemia merupakan suatu penyakit keganasan yang berasal darisel induk
sistem hematopoetik yang mengakibatkan poliferasi sel-sel darah putih tidak
terkontrol dan pada sel-sel darah merah namun sangat jarang. Ini adalah suatu
penyakit darah dan organ-organ dimana sel-sel darah tersebut dibentuk dan
ditandai dengan proliferasi sel-sel imatur abnormal yang mempengaruhi
kerusakan pada pabrik pembuat sel darah yaitu pada sum-sum tulang bekerja
aktif membuat sel-sel darah tetapi yang dihasilkan adalah sel darah yang tidak
normal dan sel ini mendesak pertumbuhan sel darah normal. Walaupun
penyebab dasar leukemia tidak diketahui, pengaruh genetik maupun faktor-
faktor lingkungan kelihatannya memainkan peranan.
B. Rumusan Masalah
1. Apa definisi Leukemia?
2. Bagaimana epidemiologi Leukemia?
3. Bagaimana anatomi fisiologi Leukemia?
4. Bagaimana etiologi dari Leukemia?
5. Bagaimana klasifikasi Leukemia?
6. Bagaimana patofisiologi dari Leukemia?
7. Apa saja manifestasi klinis Leukemia?
8. Apa saja pemeriksaan diagnostik Leukemia?
9. Apa saja penatalaksanaan Leukemia?
10. Bagaimana pencegahan Leukemia?
11. Bagaimana komplikasi dari Leukemia?
12. Bagaimana prognosis Leukemia?
13. Apa saja legal etik dalam kasus Leukemia?
14. Bagaimanakah asuhan keperawatan pada Leukemia?
15. Bagaimana SAP dari Leukemia?
C. Tujuan
1. Umum
Untuk mengetahui tentang penyakit Leukemia.
2. Khusus
a. Untuk mengetahui definisi Leukemia
b. Untuk mengetahui epidemiologi Leukemia
c. Untuk mengetahui anatomi fisiologi Leukemia
d. Untuk mengetahui etiologi Leukemia
e. Untuk mengetahui klasifikasi dari Leukemia
f. Untuk mengetahui patofisiologi Leukemia
g. Untuk mengetahui manifestasi klinis pada Leukemia
h. Untuk mengetahui pemeriksaaan diagnostik Leukemia
i. Untuk mengetahui penatalaksanaan Leukemia
j. Untuk mengetahui pencegahan Leukemia
k. Untuk mengetahui komplikasi Leukemia
l. Untuk mengetahui prognosis Leukemia
m. Untuk mengetahui legal etik pada kasus Leukemia
n. Untuk mengetahui asuhan keperawatan pada Leukemia
o. Untuk mengetahui SAP pada Leukemia
BAB II
KONSEP MEDIS

A. Definisi
Penyakit neoplastik yang ditandai oleh proliferasi abnormal dari sel-sel
hematopietik (Sylvia,1992).
Proliferasi tidak teratur atau akumulasi sel darah putih dalam sumsum
tulang menggantikan elemen sumsum tulang normal (Brunner,1996).
Leukemia adalah neoplasma akut atau kronis dari sel-sel pembentuk darah
dalam sumsum tulang dan limfa nadi (Reeves, 2001).
Leukemia adalah istilah umum yang digunakan untuk keganasan pada
sumsum tulang dan sistem limpatik (Wong, 1995).
Leukimia adalah poliferasi sel darah putih yang masih imatur dalam
jaringan tubuh yang membentuk darah.
B. Epidemiologi
Insiden pertahun leukemia pertahunnya adalah 3-4 kasus/ 100rb anak-anak
kulit putih yang berusia dibawah 15 tahun. Penyakit ini lebih sering terjadi
pada anak laki-laki, dibandingkan anak perempuan yang berusia diatas 1
tahun dan awalan puncaknya antara usia 2-6 tahun.
C. Anatomi dan Fisiologi
1. Kakakteristik Darah
a. Jumlah
Seseorang memiliki empat sampai enam liter darah dalam
tubuhnya, yang bergantung pada ukuran tubuhnya. Sekitar 38%
sampai 48%, total volume darah dalam tubuh manusia tersusun
berbagai sel darah, yang juga disebut “elemen penyusun.”
Sisanya, yaitu sekitar 52% sampai 62% merupakan plasma,
bagian cair darah.
b. Warna
Darah arteri tampak merah terang karena mengandung kadar
oksigen tinggi. vena telah memindahkan kandungan oksigennya
ke jaringan sehingga memiliki warna yang lebih gelap. Hal ini
bisa sangat penting dalam pengkajian sumber perdarahan. Jika
warna darah merah terang, kemungkinan darah berasal dari arteri
yang terobek, dan jika warna darah merah gelap, kemungkinan
darah tersebut merupakan darah vena.
c. pH
Kisaran pH normal darah adalah 7,35 sampai 7,45, yang
cenderung agak basa Darah vena biasanya memiliki pH yang
lebih rendah daripada darah arteri karena mengandung karbon
dioksida dalam jumlah lebih besar.
d. Viskositas
Berarti pengentalan atau tahanan terhadap aliran darah. Darah
lebih kental sekitar 3-5 kali dibanding air. Viskositas darah
meningkat dengan adanya sel-sel darah dan protein plasma, dan
kekentalan ini berpengaruh pada tekanan darah normal.
e. Plasma
Plasma adalah bagian cair darah, dan sekitar 91% merupakan air.
Kemampuan melarutkan air memungkinkan plasma rnengangkut
berbagai substansi. Nutrien yang diserap dari saluran pencernaan
disirkulasi ke berbagai jaringan tubuh. Dan produk sisa dari
jaringan diangkut ke ginjal dan diekskresikan melalui urine.
Hormon yang diproduksi oleh kelenjar endokrin diangkut oleh
plasma menuju organ sasarannya, dan antibodi juga diangkut oleh
plasma. Sebagian besar karbon dioksida yang dihasilkan sel
diangkut oleh plasma dalam bentuk ion bikarbonat (HCO 3).
Ketika darah memasuki paru CO2 dibentuk kembali, berdifusi ke
dalam alveoli. dan akan diembus keluar.
2. Sel Darah
Ada tiga macam sel darah: sel darah merah, sel darah putih, dan
trombosit. Sel-sel darah diproduksi oleh jaringan hemopoietik, yang
ada dua, yaitu: sumsum tulang merah yang terdapat pada tulang pipih
dan tulang tak beraturan, dan jaringan limfatik, seperti limpa, kelenjar
getah bening, dan kelenjar timus.
a. Sel Darah Merah
Disebut juga eritrosit, sel darah merah berbentuk cakram bikonkaf,
yang berarti bagian tengahnya lebih tipis dari pada bagian tepinya.
Nukleus sel darah merah mengalami disintegrasi selama
pematangan sel darah merah dan menjadi tidak dibutuhkan dalam
menjalankan fungsinya. Jumlah sel darah merah berkisar antara
4,5 sampai 6 juta per mm3 darah (milimeter kubik sekitar satu
tetesan yang sangat kecil). Hitung sel darah merah pada laki-laki
sering kali berada di ujung atas kisaran ini sedangkan pada wanita
sering kali berada di ujung bawah kisaran. Cara lain untuk
menentukan jumlah sel darah merah adalah dengan hematokrit.
Pengujian ini dilakukan dengan cara memasukkan darah ke dalam
tabung kapiler kemudian mensentrifugasikannya sehingga sel
darah terkumpul pada satu ujung. Setelah itu persentase sel darah
dan plasma dapat ditentukan. Karena sel darah merah adalah sel
darah yang paling banyak, total sel darah pada hematokrit normal
sekitar 38% sampai 48%. Hitung sel darah merah dan hematokrit
adalah bagian pemeriksaan hitung darah lengkap. Sel darah merah
mengandung protein Hemoglobin (Hb), yang memberi
kemampuan kepada sel darah merah untuk mengangkut oksigen.
Setiap sel darah merah mengandung sekitar 300 juta molekul
hemoglobin, yang masing-masing dapat mengikat empat molekul
oksigen. Pada kapiler di paru-paru sel darah merah akan rnengikat
oksigen dan membentuk oksihemoglobin. Pada kapiler sistemik,
hemoglobin akan memberikan sebagian besar oksigennya dan
hemoglobin menjadi berkurang. Penentuan kadar hemoglobin juga
termasuk bagian pemeriksaan hitung darah total; kisaran
normalnya sekitar 12-18 gram per 100 ml darah. Sangat
diperlukan pada pembentukan hemoglobin adalah mineral besi;
terdapat empat atom besi pada setiap molekul hemoglobin.
Sebenarya atom besilah yang mengikat oksigen dan membuat sel
darah merah berwana merah. Sel darah merah dibuat di sumsum
tulang merah pada tulang pipih dan tak beraturan. Pada sumsum,
tulang merah terdapat sel prekusor yang disebut Sel induk, yang
secara terus-menerus mengalami mitosis untuk memproduksi
semua jenis sel darah, yang kebanyakan adalah sel darah merah.
Kecepatan produksinya sangat cepat (diperkirakan beberapa juta
sel darah merah baru setiap detik) dan faktor pengatur utamanya
adalah oksigen. Jika tubuh dalam keadaan hipoksia, atau
kekurangan oksigen, ginjal akan memproduksi hormon
eritropoietin, yang akan menstimulasi sumsum tulang merah untuk
meningkatkan kecepatan produksi sel darah merah. Keadaan ini
akan muncul setelah hemoragi atau jika seseorang tinggal untuk
suatu waktu pada daerah dataran tinggi. Sebagai hasil aksi
eritropoietin, akan semakin banyak sel darah merah yang tersedia
untuk mengangkut oksigen dan memperbaiki keadaan hipoksia.
Sel induk yang akan menjadi sel darah merah mengalami beberapa
tahap perkembangan; hanya dua tahap perkembangan yang
terakhir yang akan kita bicarakan. Normoblas adalah tahap
terakhir yang masih memiliki nukleus, yang kemudian akan
mengalami disintegrasi. Retikulosit memiliki bagian retikulum
endoplasma, yang akan terlihat ketika apusan darah diwarnai saat
diamati dengan mikroskop. Sel yang belum matang ini biasanya
ditemukan pada sumsum tulang merah meskipun sejumlah kecil
retikulosit pada sirkulasi perifer dianggap normal. Apabila
terdapat retikulosit atau normoblas dalam sirkulasi darah dengan
jumlah besar, itu berarti bahwa jumlah sel darah merah matang
yang ada tidak cukup untuk mengangkut okeigen yang dibutuhkan
oleh tubuh. Keadaan seperti ini meliputi hemoragi, atau ketika sel
darah merah matang menjadi rusak, seperti pada penyakit Rh pada
bayi yang baru lahir dan malaria.
Pematangan sel darah merah membutuhkan banyak nutrien.
Protein dan besi dibutuhkan untuk sintesis hemoglobin dan
menjadi bagian molekul hemoglobin. Vitamin asam folat dan B12
dibutuhkan untuk sintesis DNA dalam sel induk sumsum tulang
merah. Selama sel-sel ini mengalami mitosis, sel tersebut secara
terus-menerus momproduksi sel-sel kromosom baru. Vitamin B12
juga disebut fakot ekstrinsik karena sumbernya berasal dari luar
tubuh, yaitu makanan. Sel parietal pada lapisan lambung
memproduksi faktor intrinsik, suatu zat kimia yang bergabung
dengan vitamin B12 dan makanan untuk mencegahnya dicerna
dan meningkatkan absorpsinya pada usus halus. Defisiensi vitamin
B12 atau faktor intrinsik akan mengakibatkan anemia pernisiosa.
Umur sel darah merah sekitar 120 hari. Ketika Sel Darah Merah
(SDM) mencapai usia ini, SDM mudah rusak dan dikeluarkan
sirkulasi oleh sel dan sistem makrofag jaringan (biasanya disebut
sistem retikuloendotelial atau RES). Organ yang mengandung
makrofag (artinya“pemangsa besar”) adalah hati, limpa, dan
sumsum tulang merah. Sel darah merah lama akan difagosit dan
dicerna oleh makrofag. dan kandungan besinya akan dikembalikan
ke dalam aliran darah untuk kembali lagi ke dalam sumsum tulang
merah yang digunakan untuk sintesis hemoglobin baru
Golongan darah kita diturunkan secara genetik yaitu, kita
mewarisi gen-gen dari orang tua kita yang akan menentukan
golongan darah kita. banyak faktor atau golongan sel darah
merah; kita akan membahas dua yang paling penting, yaitu
golongan ABO dan faktor Rh.
b. Sel Darah Putih
Sel darah putih juga dikenal dengan nama Leukosit. Ada lima
macam sel darah putih; semuanya memiliki ukuran yang lebih
besar daripada sel darah merah dan memiliki nukleus ketika
matang. Nukleus dapat berupa suatu bentuk tunggal ataupun
muncul dalam beberapa lobus. Dengan pewarnaan khusus untuk
pemeriksaa mikroskopik, akan muncul gambaran khusus untuk
setiap sel darah putih. Hitung sel darah putih normal (merupakan
bagian hitung darah lengkap) adalah 5000—10.000 per mm3.
Perhatikan bahwa jumlah tersebut terbilang kecil bila dibanding
hitung sel darah merah normal. Sebagian besar sel darah putih
tidak terdapat di dalam pembuluh darah, tetapi berfungsi dalam
cairan jaringan. Kelima macam sel darah putih bisa
dikiasifikasikan ke dalam dua kelompok: granular dan tidak
bergranula. Leukosit bergranular diproduksi dalam sum- sum
tulang merah; yaitu neutrofil, eosinofil, dan basofil, yang akan
terlihat dengan warna granula yang lebih terang ketika diwarnai.
Leukosit tidak bergranula adalah limfosit dan monosit, yang
diproduksi pada jaringan limfatik, limpa, kelenjar getah bening,
dan timus, sebagaimana juga diproduksi pada sumsum tulang
merah. Hitung jenis sel darah putih (bagian hitung darah total)
adalah persentase setiap jenis leukosit. Kisaran normal
ditunjukkan pada Tabel dibawah, disertai nilai normal hitung
darah lengkap lain. Seluruh sel darah putih memiiki fungsi umum
yang sama, yaitu melindungi tubuh dan penyakit infeksi dan
membentuk imunitas terhadap penyakit tertentu. Setiap jenis
leukosit memiliki suatu peranan untuk menjaga homeostasis yang
sangat penting ini.
Neutrofil dan monosit memiliki kemampuan memfagosit patogen.
Neutrofil adalah yang paling banyak menjalankan fungsi ini, tetapi
menjalankan fungsi ini dengan sangat efisien, monosit
berdiferensiasi menjadi makrofag, yang juga memfagosit jaringan
yang sudah rusak amati pada tempat cedera, yang membantu
perbaikan jaringan menjadi mungkin.
Eosinofil dipercaya memiliki fungsi untuk mendetoksifikasi
protein asing. Hal ini penting terutama pada reaksi alergi dan
infeksi parasit, seperti kinosis (parasit cacing). Basofil
mengandung gra heparin dan histamin. Heparin adalah suatu anti
koagulan yang membantu mencegah pembekan yang tidak normal
dalam pembuluh darah. F mm, seperti yang Anda ingat,
dilepaskan sel bagian proses inflamasi, dan efeknya memiliki
kapiler lebih permeabel, yang memungkinkan jaringan, protein,
dan sel darah putih berkumpul di daerah yang mengalami
kerusakan
c. Trombosit
Nama yang umum untuk platelet adalah trombosit, yang bukan
merupakan sat lengkap, melainkan fragmen atau pecahan sel.
Hitung normal trombosit bagian dalam hitung darah lengkap)
adalah 150.000-300.000 / mm3 (batas atasnya bisa meningkat
menjadi 500.000). Trombositopenia adalah istilah untuk hitung
trombosit yang rendah. Sebagian sel induk pada sumsum tulang
merah berdiferensiasi menjadi sel besar yang dinamakan
megakariosit, yang akan pecah menjadi bagian-bagian kecil yang
memasuki sirkulasi. Bagian yang terdapat di dalam sirkulasi mi
adalah trombosit, yang bisa hidup sekitar lima sampai 9 hari, jika
tidak digunakan sebelum hari tersebut.
Trombosit dibutuhkan untuk memelihara hemostasis, yang berarti
mencegh kehilangan darah. Ada tiga mekanisme yang terjadi, dan
trombosit terkait dalam setiap mekanismenya. Ketika suatu kapiler
mengalami ruptur, kerusakan yang terjadi terlalu kecil untuk
memulai pembentukan bekuan darah. namun, permukaan luka
yang kasar akan menyebabkan trombosit Iengket dan melekat
pada pinggiran luka dan saling melekat satu sama lain. Trombosit
tersebut akan membentuk suatu sawar rnekar atau dinding untuk
menutup kerusakan yang terjadi pada kapiler. Kerusakan kapiler
cukup sering terjadi dan pembentukan sumbat trombosit sekecil
apapun sangat dibutuhkan untuk menutup kerusakan tersebut.
D. Etiologi
Leukemia, sama halnya dengan kanker lainnya, terjadi karena mutasi
somatik pada DNA yang mengaktifkan onkogenesis atau menonaktifkan
gen suppressor tumor, dan menganggu regulasi dari kematian sel,
diferensiasi atau divisi.
Adapun faktor resiko
1. Human T-cell Leukemia virus-I (HTVL-I)Virus ini menyebabkan tipe
yang jarang dari leukemia limfositik kronik yang dikenal sebagi T-cell
leukemia
2. Radiasi
3. Hereditas: misalnya pada kembar monozigot
4. Pola makan yg salah pada anak, anak sering makan makanan yang
mengandung zat kimia dan zat karsinogenik
5. kelainan kromosom, misalnya pada Down Syndrome
6. Obat-obat imunosupresif, obat obat karsinogenik seperti diethylstilbestor.
E. Klasifikasi
1. Leukemia Mielogenus/Mieloblastik Akut AML mengenai sel stem
hematopeotik yang kelak berdiferensiasi kesemua sel mieloid ; monosit,
granulosit, eritrosit, eritrosit dan trombosit. Semua kelompok usia dapat
terkena; insidensi meningkat sesuai bertambahnya usia. Merupakan
leukemia nonlimfositik yang paling sering terjadi. Pasien hanya dapat
bertahan sampai 1 tahun, kematian disebabkanoleh infeksi dan
pendarahan.
2. Luekemia Limfositik Akut ALL dianggap sebagai proliferasi ganas
limfoblast. Sering terjadi padaanak-anak, laki-laki lebih banyak dibanding
perempuan, puncak insiden usia 4 tahun, setelah usia 15 ALL jarang
terjadi. Manifestasi limfosit immatur berproliferasi dalam sumsum
tulang dan jaringan perifer, sehingga mengganggu perkembangan sel
normal.
3. Leukimia Limfositik Kronis (LLK)
Leukemia Limfositik Kronik (LLK) merupakan suatu gangguan limfo
proliferatif yang ditemukan pada orang tua (umur median 60 tahun)
dengan perbandingan 2:1 untuk laki-laki. LLK dimanifestasikan oleh
proliferasi dan akumulasi 30% limfosit matang abnormal kecil dalam
sumsum tulang, darah perifer, dan tempat-tempat ekstramedular, dengan
kadar yang mencapai 100.000+/mm3 atau lebih.
4. Leukemia Sel Berambut
Leukemia Sel Berambut relatif jarang terjadi, leukemia limfositik sel B
indolen. Nama mengidentifikasi projeksi mikroskop seperti gelondong
pada limfosit pada apusan darah dan sumsum tulang yang diwarnai.
5. Leukimia Mielogeneus Kronis (LMK)
Juga dimasukkan dalam keganasan sel stem myeloid. Namun, lebih
banyak terdapat sel normal dibanding pada bentuk akut, sehingga penyakit
ini lebih ringan. Abnormalitas genetic yang dinamakan kromosom
Philadelphia ditemukan pada 90% sampai 95% klien dengan LMK. LMK
jarang menyerang individu berusia dibawah 20 tahun, namun insidennya
meningkat sesuai pertambahan usia.
F. Patofisiologi
G. Manifestasi Klinis
1. Flu tidak sembuh-sembuh
2. Pucat, letih, lesu, mudah terstimulasi
3. Demam
4. Anorexia, berat badan menurun, mual, muntah
5. Ptechiae, memar tanpa sebab
6. Nyeri pada tulang dan persendian
7. Nyeri abdomen
8. Limphadenopathy
9. Hepatosplenomegaly
10. Abnormal WBC
11. Sakit kepala hebat
12. Peningkatan TIK
13. Iritabilitas
14. Papil edema
15. Kaku kuduk
H. Pemeriksaan Diagnostik
1. Pemeriksaan darah tepi : terdapat leukosit yang imatur.
2. Aspirasi sum-sum tulang (BMP) : hiperseluler terutama banyak terdapat
sel muda.
3. Biopsi sum-sum tulang.
4. Lumbal punksi untuk mengetahui apakah sistem saraf pusat terinfiltrasi.
5. Rontgen dada dan biopsi kelenjar limfa : menunjukkan tingkat kesulitan
tertentu (Muttaqin, 2009).
I. Penatalaksanaan
1. Transfusi darah
Biasanya diberikan bila kadar Hb kurang dari 6 gr % pada trombositopenia
yang berat dan perdarahan masih dapat diberikan transfusi trombosit.
2. Kortikosteroid yaitu prednison, kortison, dexametasone setelah mencapai
remisi dosis dikurangi demi sedikit dan akhirnya dihentikan.
3. Kemoterapi merupakan bentuk terapi utama dan pada beberapa kasus
dapat menghasilkan perbaikan yang berlangsung sampai setahun atau
lebih. Obat yang biasanya digunakan meliputi daunorubicin, hydrochloride
(cerubidin), cytarabine (Cytosar-U), dan mercaptopurine (purinethol).
( Handayani, 2008)
4. Induksi Remisi
Dimaksudkan untuk mencapai remisi yaitu dengan pemberian berbagai
obat di atas, baik secara sistematik maupun intratekal sampai sel blas
dalam sum-sum tulang kurang dari 5 %.hampir segera setelah diagnosis di
tegakkan, terapi induksi dimulai dan berlangsung selama 4 hingga 6
minggu. Obat-obatan utama yang dipakai untuk induksi pada ALL adalah
kortikosteroid (terutama prednison), vinkristin dan L-asparraginase,
dengan atau tanpa doksorubiisinn (daonomisin) dan sitosin. Karena
banyak di antara obat ini juga menyebabkan mielosupresi unsur-unsur
darah yang normal, periode waktu yang terjadi segera sesudah remisi
merupakan periode yang sangat menentukan. Tubuh pasien tidak lagi
memiliki pertahanan dan sangat rentan terhadap infeksi dan perdarahan
spontan.
5. Konsolidasi
Yaitu agar sel tersisa tidak cepat memperbanyak diri.
6. Rumatan (maintenance)
Untuk mempertahankan masa remisi, sedapat-dapatnya suatu masa remisi
yang lama biasanya dilakukan dengan pemberian sistostatika seperti dosis
biasa. Terapi rumatan dimulai sesudah terapi indukisi dan konsolidasi
selesai dan berhasil dengan baik untuk memelihara remisi dan selanjutnya
mengurangi jumlah sel leukemia
7. Reinduksi
Dimaksudkan untuk merubah relaps. Reinduksi biasanya dilakukan setiap
3 – 6 bulan dengan pemberian obat-obat seperti pada induksi selama 10 –
14 hari. Adanya sel-sel leukemia dalam sumsum tulang, SSP atau testis
menunjukkan terjadinya relaps/kekambuhan penyakit. Terapi pada anak-
anak yang mengalami relaps meliputi terapi reinduksi dengan prednisone
dan vinkristin, di sertai pemberian kombinasi obat lain yang belum
digunakan. Terapi preventif SSP dan terapi rumatannya dilaksanakan
sesuai dengan yang telah diuraikan sebelumnya dan dilaksanakan setelah
remisi.
8. Transpalansi sumsum tulang.
Transpalansi sumsum tulang sudah dilakukan untuk penanganan anak-
anak yang menderita ALL danAML dengan hasil yang baik. Transpalansi
ini tidak dikomendasikan untuk anak-anak yang menderita ALL selama
remisi yang pertama karena kemoterapi masih mungkin memberikan hasil
yang menakjubkan. Mengingat prognosis anak-anak yang menderita AML
lebih buruk, transpalansi sumsum tulang alogenik biasa dipertimbangkan
selama masa remisi pertama.
9. Terapi prokfilaksis
terapi ini hanya dilakukan pada pasien yang beresiko tinggi dan yang
memiliki penyakit SSP (Wong, 2009).
J. Pencegahan
Menghindari faktor risiko dengan cara :
1. Deteksi dini
2. Hindari anak terpapar dari segala macam radiasi
3. Asupan nutrisi yang tepat pada anak sesuai tumbuh kembangnya, hindari
pemberian makanan yang mengandung zat-zat kimia.
4. Hindari pemberian obat pada anak yang menimbulkan imunosupresif pada
anak.
K. Komplikasi
1. Splenomegali : pembesaran limfa karena penumpukan leukosit
2. Hepatomegali : pembesaran hepar karena penumpukan leukosit
3. Gagal sumsum tulang : leukemia menyebabkan sumsum tulang gagal
memproduksi sel darah merah dalam jumlah yang cukup, jika sel darah
meraj di tubuh kurang, dapat terjadi anemia
4. Limfadenopati : kondisi ketidaknormalan ukuran, konsistensi, jumlah
dari kelenjar getah bening.
L. Prognosis
Leukemia merupakan salah satu bentuk kanker yang memperlihatkan
peningkatan angka keberhasilan hidup secara dramatis. Anak yang menderita
leukemia limfoit akut memiliki angka keberhasilan hidup 75%, sedangkan
leukemia non limfoid akut memiliki angka keberhasilan hidup 40%. Faktor
prognostik yang paling penting untuk menentukan keberhasilan hidup jangka
panjang anak-anak yang menderita ALL adalah
1. Jumlah awal sel darah putih
2. Usia anak pada saat diagnosis ditegakkan
3. Tipe sel yang terlibat
4. Jenis kelamin anak
5. Hasil analisis kariotip
Anak-anak dengan jumlah sel darah putih normal atau rendah dan yang
menderita ALL non-T, non-B serta menunjukkan CALLA+ memiliki
prognosis yang jauh lebih baik dibandingkan anak-anak yang jumlah
leukositnnya tinggi atau dibandingkan dengan tipe sel yang lain.
Anak-anak yang didiagnosis pada usia 2-9 tahun, secara konsisten
menunjukkan prognosis yang lebih baik, dibandingkan anak-anak yang
diidagnosis sebelum berusa 2 tahun atau 10 tahun.
Anak perempuan mempunyai prognosis lebih baik daripada anak laki-laki.
Anak- anak yang memiki indeks asam deoksiribonukleat atau DNA lebih
besar dari pada 1,16 (hiperdiploid) dan dengan translokasi kromosom 4 dan 10
memiliki prognosis yang lebih baik. Semakin induksi remisi dilakukan pada
AML, semakin baik peluang pasien untuk mengalami remisi kontinu dan
berjangka waktu lama.
M. Legal etik
1. Autonomy
Hak pasien untuk memilih treatment terbaik untuk dirinya.
Contoh : jika anak tidak mau minum obat maka sebagai perawat kita harus
mendengarkan alasan mengapa anak tidak mau meminum obat dan mampu
menjelaskan mengenai bagaimana jika tidak meminum obat.
2. Beneficence
Kewajiban untuk melakukan hal tidak membahayakan pasien/ orang lain
dan secara aktif berkontribusi bagi kesehatan dan kesejahteraan pasiennya.
Contoh : mengingatakan kepada anak dalam mengkonsumsi obat harus
makan terlebih dahulu kecuali obat dengan prinsip diminum sebelum
makan
3. Non-maleficence
Kewajiban perawat untuk tidak dengan sengaja menimbulkan kerugian
atau cidera.
Contoh : dalam melakukan tindakan perawat harus hati-hati supaya tidak
mencederai diri sendiri, pasien, orang lain
4. Confidentiality
Menghargai kerahasiaan terhadap semua informasi tentang pasien/klien
yang dipercayakan pasien kepada perawat.
Contoh : tidak memberitahu penyakit pasien dengan pasien lain
5. Justice
Kewajiban untuk berlaku adil kepada semua orang. Perkataan adil sendiri
berarti tidak memihak atau tidak berat sebelah.
Contoh : adil dalam melakukan tindakan keperawatan walaupun ada
pasien vip dan kelas 3
6. Fidelity
Kewajiban untuk setia terhadap kesepakatan dan bertanggungjawab
terhadap kesepakatan yang telah diambil.
Contoh : datang tepat waktu dalam pergantian shiff
7. Veracity
Kewajiban untuk mengatakan kebenaran. Prinsip veracity mengikat pasien
dan perawat untuk selalu mengutarakan kebenaran.
Contoh : jika anak bertanya mengenai keberadaan orangtuanya maka
perawat menjelaskan dengan jujur tentang keberadaan orang tuanya
(keberadaan sedang keluar)
BAB III

KONSEP KEPERAWATAN

A. Pengkajian
1. Identitas
a. Identitas klien : nama, umur, jenis kelamin, agama, alamat, dan
pendidikan.
b. Identitas penanggung/orangtua : nama, umur, jenis kelamin, agama,
tingkat pendidikan, pekerjaan, pendapatan, dan alamat.
2. Kesehatan pasien
a. Riwayat Kesehatan Penderita
Adanya kerusakan pada organ sel darah/sum-sum tulang. Gejala
awal biasanya terjadi secara mendadak panas dan perdarahan.
b. Riwayat Penyakit Lalu
Riwayat kehamilan/persalinan, riwayat pertumbuhan dan
perkembangan, riwayat pemberian imunisasi, riwayat nutrisi,
pemberian makanan yang adekuat, infeksi-infeksi sebelumnya dan
pengobatan yang pernah dialami.
c. Riwayat Penyakit lain
Pasien tidak memiliki riwayat penyakit lain
d. Riwayat alergi
Pasien tidak ada alergi obat atau apapun
e. Riwayat Imunisasi
Riwayat imunisasi yang di dapatkan oleh klien yaitu BCG, DPT (I,
II, III), Polio (I, II ,III), Campak, Hepatitis, dan riwayat penyakit
yang berhubungan dengan imunitas seperti malnutrisi.
f. Riwayat kehamilan dan kelahiran
1) Prenatal
Umur kehamilan, kehamilan direncanakan/tidak, kesehatan ibu:
hipertensi, penambahan BB , obat-obatan yang dikonsumsi
2) Natal
Penolong persalinan : dokter/bidan/dukun, tempat melahirkan
RS/Puskesmas/Bidan/dirumah, (BB, TB, LD, LK), cara
melahirkan : normal/caesar/vakum
3) Postnatal
Lamanya di RS, perlu perawatan pendukung : O2, BBL, BB
waktu pulang
g. Genogram
3. Pola Fungsi Kesehatan
a. Pola nutrisi
Sebelum sekolah, ASI/Formula, jumlah yang diberikan, makan
minum tambahan, berhenti menetek, vitamin, makanan g
disukai/tidak disukai, selera makan, alat makan yg digunakan, jam
makan, masalah makan, alergi
b. Pola tidur
Kebiasaan sebelum tidur, tidur siang, tidur malam
c. Pola eliminasi
1) BAB: frekuensi,/waktu/warna/konsistensi
2) BAK: frekuensi/jumlah waktu/warna/konsistensi
3) Toilet training: waktu mulai dilatih, kapan mulai tercapai
d. Pola kebersihan diri
Mandi, gosok gigi, cuci rambut, kuku, mata, telinga
e. Aktifitas : bermain, sekolah.
4. Pemeriksaan Fisik
a. Riwayat Tumbuh Kembang pertumbuhan fisik
BB, TB,
b. Riwayat Tumbuh Kembang perkembangan tiap tahap usia (motorik
halus, perkembangan sosial, bahasa, motorik kasar)
c. Keadaan umum baik, sedang, jelek
d. Tanda-tanda vital TD (Tekanan Darah), HR (Heart Rate) , RR
(Respirasi Rate), Suhu
e. Antopromentri pengukuran TB (Tinggi Badan), BB (Berat Badan),
LK (Lingkar Kepala), LLA (Lingkar Lengan Atas), LD (Lingkar
Dada), LP (Lingkar Perut)
f. Kulit (warna, tekstur, turgor, lesi)
g. Kepala: bentuk, ukuran, kebersihan rambut
h. Mata
i. Telinga
j. Hidung
k. Mulut
l. Leher
m. Dada: bentuk dada, paru-paru dan batas jantung
n. Abdomen: inspeksi, auskultasi, palpasi, perkusi
o. Genetalia
p. Ekstermitas
q. Refleks-refleks
5. Pemeriksaan Diagnostik
laboratium, pemeriksaan darah tepi, biopsi sumsum tulang
6. Obat-obatan
7. Rencana program tindakan  rencana kemoterapi pasien
DIAGNOSIS KEPERAWATAN
TGL/NO

1. Keletihan berhubungan dengan kondisi fisiologis

2.
Defisit nutrisi berhubungan dengan peningkatan kebutuha metabolisme
3.
Gangguan citra tubuh berhubungan dengan alopesia atau perubahan cepat pada
penampilan
RENCANA KEPERAWATAN

Tindakan Keperawatan
Diagnosis Keperawatan & Data
Penunjang Tujuan dan kriteria
Tindakan Rasional
hasil

Keletihan berhubungan dengan Setelah dilakukan 1. Evaluasi laporan 1. Memantau


kondisi fisiologis dibuktikan tindakan kelemahan, aktivitas yg dapat
dengan DS, DO keperawatan selama perhatikan dilakukan klien
…x24jam ketidakmampuan
diharapkan untuk berpartisipasi
keletihan dapat dalam aktifitas
teratasi dengan sehari-hari
kriteria hasil: 2. Tingkatkan tirah 2. Pembatasan
baring dan aktivitas
1. Pasien dapat
pembatasan
melakukan
aktivitas
aktivitas secara
3. Edukasikan kepada 3. Keluarga
normal
orangtua mengenai mengerti
2. Pasien dapat
penggunaan energi mengenai
meminimalkan
yang efisien penggunaan
aktivitasnya
energi yg efisien
4. Konsultasikan dg 4. Pemberian nutrisi
ahli gizi untuk yang adekuat
meningkatkan
asupan makan yang
berenergi tinggi
Defisit nutrisi berhubungan Setelah dilakukan 1. Monitor pemenuhan 1. Mengontrol status
dengan peningkatan kebutuha tindakan nutrisi anak nutrisi anak
metabolisme dibuktikan dengan keperawatan selama 2. izinkan anak untuk 2. Mendorong agar
DS: …x24 jam terlibat dalam anak mau makan
diharapkan masalah persiapan dan
DO:
defisit nutrisi dapat pemilihan makanan
teratasi dengan 3. Anjurkan untuk 3. Menjaga
kriteria hasil : melakukan oral kebersihan area
hygiene sebelum mulut, dapat
1. Intake nutrisi
makan dan sesudah makan dengan/
tercukupi
makan, saat mandi tanpa rasa mual/
2. Penurunan
pahit
frekuensi muntah
4. Edukasikan kepada 4. Mengontrol status
menjadi 0 dari 2
orangtua pentingnya nutrisi anak
kali
intake nutrisi dan
hal-hal yang
menyebabkan
penurunan BB
5. Kolaborasikan 5. Pemenuhan
dengan ahli ahli gizi nutrisi yang
mengenai adekuat
pemenuhan nutrisi
yang tepat
Gangguan citra tubuh Setelah dilakukan 1. Kaji perubahan dari 1. Menentukan
berhubungan dengan alopesia atau tindakan gangguan persepsi bantuan
perubahan cepat pada penampilan keperawatan selama dan hubungan individual dalam
dibuktikan dengan …x24 jam dengan derajad menyusun
DS: diharapkanalah ketidakmampuan rencana
DO: masalah Gangguan selanjutnya
citra tubuh teratasi 2. Bantu dan anjurkan 2. Membantu
dengan kriteria hasil perawatan yang meningkatkan
baik dan perasaan harga
1. Mampu
memperbaiki diri
menyatakan
kebiasaan
penerimaan diri
3. Edukasikan kepada 3. Menghidupan
terhadap situasi
orang tua pasien kembali perasaan
2. Mengakui dan
untuk mengajak mandiri dan
menggabungkan
pasien memikirkan membantu
perubahan
hal positif tentang perkembangan
kedalam konsep
dirinya harga diri
diri dengan cara
4. Kolaborasikan 4. Dapat
yang akurat
dengan ahli memfasilitasi
tanpa harga diri
neuropsikologi dan perubahan peran
yang negatif.
konseling bila yang penting
indikasi. untuk
perkembangan
perasaan.
SATUAN ACARA PENYULUHAN

Tema : Penatalaksanaan anak denga Leukemia


Sub Tema : Pemberian kemoterapi pada anak dengan
Leukimia
Hari Tanggal : Jumat, 20 April 2018
Sasaran : Pasien dan keluarga pasien
Tempat : di Galilea 2 Anak RS Bethesda
Waktu : 30 menit

I. Tujuan Instruksional Umum


Setelah dilakukan penyuluhan ini, orang tua mampu memahami
kemoterapi pada anak dengan leukemia.
II. Tujuan Instruksional Khusus
Diharapkan keluarga pasien mampu :
1. Mampu memahami pengertian kemoterapi
2. Mampu memahami tujuan kemoterapi
3. Mampu memahami prinsip kerja kemoterapi
4. Mampu memahami efek samping dan cara penangannya
III. Pokok Bahasan
1. Pengertian kemoterapi
2. Tujuan kemoterapi
3. Prinsip kerja kemoterapi
4. Efek samping dan penanganan kemoterapi
IV. Metode Penyuluhan
1. Ceramah
2. Tanya jawab & diskusi
V. Alat Peraga (Media)
1. Leaflet
VI. Kegiatan Penyuluhan
KEGIATAN PENYULUH PESERTA WAKTU
a. Mengucapkan salam a. Menjawa
salam
b. Memperkenalkan diri b. Mendengarkan
Pembukaan 5 menit
c. Menyampaikan tujuan c.Memperhatikan
penyuluhan
d. Melakukan Apersepsi d.Mendengarkan
a. Menjelaskan
pengertian kemoterapi
b. Menjelaskan tujuan
dari kemoterapi
c. Menjelaskan prinsip
Isi kerja kemoterapi Memperhatikan 15 menit
d. Menjelaskan tentang
efek samping dan
penanganan
kemoterapi

a. Memberi kesempatan a. Bertanya


keluarga untuk
Tanya Jawab bertanya 5 menit
b. Menjawab pertanyaan b.Mendengarkan
c. Memberi pertanyaan c. Menjawab
a. Menyimpulkan a. Memperhatikan
b. Memberi Saran b. Mendengarkan
Penutup c. Memberi Salam c.Menjawab 5 menit
Salam
d. Menutup Pertemuan.
VII. Evaluasi :
1. Evaluasi Sumatif
Keluarga dapat memahami tentang kemoterapi pada anak dengan
leukemia
2. Evaluasi Formatif
Keluarga dapat memahami :
a. Pengertian dari kemoterapi
b. Tujuan dari kemoterapi
c. Prinsip kerja kemoterapi
d. Efek samping dan penanganan
Materi Penkes Pemberian Kemoterapi pada Anak dengan
Leukemia

1. Pengertian Kemoterapi
Penggunaan obat sitotistatika dalam pengobatan kanker, baik kanker darah
maupun kanker yang lainnya
2. Tujuan Kemoterapi
a. Meringankan gejala
b. Mengontrol pertumbuhan sel – sel kanker
3. Prinsip kerja kemoterapi
Membunuh sel – sel yang cepat berkembang biak terutama sel sel kanker
dengan merusak atau menganggu proses pembelahan sel
4. Efek samping kemoterapi
a. Rambut rontok /menipis : bersifat sementara, ramnbut akan tumbuh
lagi ketika obat dihentikan
b. Mual/ muntah : tetap berikan makan dalam porsi kecil tapi sering.
Hindari makanan yang terlalu manis, berminyak atau berlemak
c. Sembelit : berikan makanan tinggi serat, misal sayur dan buah –
buahan dan minum banyak
d. Diare : hindari makanan yang pedas atau asam, beri makanan yang
lunak dan minum yang banyak
e. Stomatitits/ sariawan : pelihara kebersihan mulut
f. Penurunan daya tubuh : hindari sumber infeksi dari anak yang sedang
flu, sakit tenggorokan atau cacar air
g. Perubahan kulit/ gatal dan kering : jaga kebersihan kulit gunakan
pelembab yang tidak menganddung alcohol
5. Penanganan
a. Hindari dari penyakit infeksi
b. Ikuti program pengobatan dan perawatan
c. Berikan nutrisi dan cairan yang cukup, istirahat dan tidur yang cukup
BAB V
PENUTUP

Kesimpulan
Leukemia merupakan suatu penyakit keganasan yang berasal dari sel induk sistem
hematopoetik yang mengakibatkan poliferasi sel-sel darah putih tidak terkontrol
dan pada sel-sel darah merah namun sangat jarang.Ini adalah suatu penyakit darah
dan organ-organ dimana sel-sel darahtersebut dibentuk dan ditandai dengan
proliferasi sel-sel imatur abnormalyang mempengaruhi produksi dari sel-sel darah
normal lainnya.Penyakit ini disebabkan terjadinya kerusakan pada pabrik
pembuatsel darah yaitu pada sum-sum tulang bekerja aktif membuat sel-sel
darahtetapi yang dihasilkan adalah sel darah yang tidak normal dan sel
inimendesak pertumbuhan sel darah normal.
Leukimia yang terjadi pada anak kebanyakan jenis AML dan Luekemia
Limfositik AkutALL. Sebagai perawatan disini kita berperan jika dalam
melakukan perawatan pada anak tidak hanya masalah medisnya atau penyakitnya
saja yang dilakukan melainkan masalah psikologis anak atau perubahan sikap
pada anak yang dipengaruhi oleh penyakitnya
DAFTAR PUSTAKA

Betz, Cecily. (2002). Keperawatan Pediatrik. Jakarta : Penerbit Buku


Kedokteran EGC.

Brunner & Suddarth. (2002). Buku Ajar Keperawatan Medikal Beda. Jakarta:

Penerbit Buku Kedokteran EGC.

Marilyn, Doenges, Mary Frances Moorhouse, Alice Geissler. (2002).

Muttaqin, Arif. (2009). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta :


Salemba Medika

Rencana Asuhan Keperawatan. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC.

Reeves, Charlene J. (2001). Medical-Surgical Nursing. Jakarta : Salemba Medika.

Sacher, Ronald A. (2004). Tinjauan Klinis Hasil Pemeriksaan Laboratorium.


Jakarta : EGC.

Schwartz, M.Willam. (2005). Pedoman Klinis Pediatri. Jakarta : Penerbit Buku


Kedokteran EGC.

Sylvia A. Price, Lorraine M. Wilson. (2002). Patofisiologi Konsep Klinis


Proses-Proses Penyakit. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC.

Anda mungkin juga menyukai