Anda di halaman 1dari 16

PROGRAM PROFESI NERS

STIKES MUHAMMADIYAH PALEMBANG BEKERJA SAMA


DENGAN R.S ISLAM JAKARTA PONDOK KOPI
SATUAN ACARA PENYULUHAN

Mata kuliah : Stase Keperawatan Anak


Moderator :Tri Utari Ningsih
Pemateri : Sutrisno, S.Kep
Notulen : Resty Auliya, S.Kep
Dokumenter :Rahmat Sugito, S.Kep
Observer : Meilika Kuswanti, S.Kep
Fasilitator : M. Fadli, S.Kep

Waktu Pertemuan : 09.00 s/d 09.45 WIB (1 x 45 Menit)


Pertemuan ke : 1 (Satu)
Tempat : Ruang Perawatan AN-NISA II RSIJPK
Hari/Tanggal : Kamis, 4Desember2014

A. Tujuan Instruksional
1. Umum
a. Meningkatkan pemahaman keluarga pasien tentang DBD
b. Meningkatkan perilaku para keluarga pasien untuk berprilaku hidup
sehat dalam pencegahan DBD
c. Meningkatkan status kesehatan para keluarga dan pasien.

2. Khusus
Keluarga pasienmampu :
a. Menjelaskan pengertian DBD\
b. Mengetahui penyebab dari penyakit DBD
c. Mengetahui ciri-ciri nyamuk DBD
d. Mengetahui tanda dan gejala DBD
e. Mengetahuisiklus penularan DBD
f. Mengetahui cara perawatan pada penderita DBD
g. Mengetahui cara pencegahan DBD
B. Pokok Bahasan : Penyakit Autoimun
C. Sub Pokok Bahasan : Demam Berdarah Dengue (DBD)
D. Materi Ajar : Lampiran 1
E. Metode : Ceramah, Diskusi dan Tanya jawab
F. Media :leaflet,Alat Peraga (Air dingin, Handuk, Baskom sedang, Handuk
pengering).
G. Kegiatan diskusi.

No Fase /Waktu Kegiatan pengajar Respon peserta didik Media


dan alat
1. Orientasi 1. Pembukaan Peserta memperhatikan -
(09.00-09.10) 2. Mengucapkan salam Peserta menjawab salam
WIB 3. Memperkenalkan diri dan Peserta memperhatikan
anggota kelompok
4. Menjelaskan Perserta memperhatikan
tujuankegiatan
5. Kontrak waktu Peserta menyetujui
waktu penyuluhan
2. Kerja 1. Menjelaskan pengertian Peserta memperhatikan
(09.11-09.30) DBD
WIB 2. Menjelaskan ciri-ciri Peserta memperhatikan Leaflet
nyamuk aedes aeigypti dan
3. Menjelaskan fase-fase Clipchart
DBD Peserta memperhatikan
4. Menjelaskan tanda dan
gejala DBD Peserta memperhatikan
5. Menjelaskan siklus
terjadinya penularan Peserta memperhatikan
penyakit DBD
6. Menjelaskan tindakan Peserta memperhatikan
yang dilakukan pada Alat
penderita DBD peraga
7. Menjelaskan pencegahan Peserta memperhatikan (kompres
DBD dingin)
8. Demonstrasi cara Peserta memperhatikan
pemberian kompres
dingin
3. Terminasi 1. Memberikan kesempatan Peserta aktif bertanya
(08.31-09.45) peserta untuk bertanya
WIB 2. Menjawab pertanyaan Peserta memperhatikan
dari peserta (memberikan
reinfocemen positif)
3. Mengevaluasi dengan Peserta menjawab
memberi pertanyaan
kepada peserta
4. Mengevaluasi dengan Peserta bersedia me-
cara Redemontrasi redemonstrasi Alat
5. Membagikan Leaflet Peserta memperhatikan peraga
6. Kesimpulan Peserta memperhatikan (kompres
7. Penutup dan dan menjawab salam dingin
mengucapkan Salam /Air suhu
biasa)
.
H. Evaluasi
 Sebutkan pengertian dbd
 Sebutkan tiga fase dbd
 Sebutkan penyebab dbd
 Sebutkan cara pencegahan dbd
I. Referensi :
Depkes RI, Pemberantasan DBD: Jakarta;2005
Depkes RI, Pengertian ,fase,penyebab DBD: Jakarta;2005
Http: kesehatan masyarakat/penyebaran dan pencegahan DBD; Jakarta;
2008(Di akses pada tanggal 30 November 2012)
http://khairul-anas.blogspot.com/2012/03/ciri-ciri-nyamuk-aedes-
aegypti.html#ixzz26j8v9n00 (Di akses pada tanggal 30 November
2012)
Noer, dkk, Penanggulangan DBD;suarakarta; 1999
Peters H, Gilles Wol Tropical medicine & Parasitology.3rd London:
Medical Publications; 1991
Suriadi &Yuliani, Pengertian DB dan Cara mengatasi DBD; Jakarta; 2001
WHO, Dengue hemorrhagic fever Diagnosis, treatment, prevention and
control Geneva WHO; 1997
Lampiran
MATERI AJAR

A. PENGERTIAN DB
DHF adalah suatu penyakit yang disebabkan oleh virus Dengue
(Arbovirus) yang masuk kedalam tubuh melalui gigitan nyamuk Aedes
Aegefty.(Suriadi2008).
DHF adalah suatu penyakit menular yang disebabkan oleh virus dengue
dan ditularkan melalui gigitan nyamuk Aedes Aegefty. (Dr. Hursalam, M. Nurs
2009).
DHF adalah suatu infeksi arbovirus akut yang masuk ke dalam tubuh
melalui gigitan nyamuk spesies aides.Penyakit ini sering menyerang anak,
remaja, dan dewasa yang ditandai dengan demam, nyeri otot dan sendi.Demam
Berdarah Dengue sering disebut pula Dengue Haemoragic (Anwar 2008).
Dari beberapa pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa DHF (Dengue
Haemoragic Fever) adalah virus penyakit menular yang diakibatkan oleh
gigitan nyamuk yaitu nyamuk Aedes Aegefty yang ditandai dengan demam,
nyeri otot dan sendi.

B. ETIOLOGI
Demam Berdarah Dengue (DBD) atau Dengue Haemorrhagic Fever
(DHF) adalah suatu penyakit yang disebabkan oleh virus Dengue Famili
Flaviviridae,dengan genusnya adalah flavivirus. Virus ini mempunyai empat
serotipe yang dikenal dengan DEN-1, DEN-2, DEN-3 dan DEN-4. Selama ini
secara klinik mempunyai tingkatan manifestasi yang berbeda, tergantung dari
serotipe virus Dengue. Morbiditas penyakit DBD menyebar di negara-negara
Tropis dan Subtropis. Disetiap negara penyakit DBD mempunyai manifestasi
klinik yang berbeda. Di Indonesia Penyakit DBD pertama kali ditemukan pada
tahun 1968 di Surabaya dan sekarang menyebar keseluruh propinsi di
Indonesia. Timbulnya penyakit DBD ditenggarai adanya korelasi antara strain
dan genetik, tetapi akhir-akhir ini ada tendensi agen penyebab DBD disetiap
daerah berbeda. Hal ini kemungkinan adanya faktor geografik, selain faktor
genetik dari hospesnya. Selain itu berdasarkan macam manifestasi klinik yang
timbul dan tatalaksana DBD secara konvensional sudah berubah. Infeksi virus
Dengue telah menjadi masalah kesehatan yang serius pada banyak negara
tropis dan sub tropis. Kejadian penyakit DBD semakin tahun semakin
meningkat dengan manifestasi klinis yang berbeda mulai dari yang ringan
sampai berat. Manifestasi klinis berat yang merupakan keadaan darurat yang
dikenal dengan Dengue Hemorrhagic Fever (DHF) dan Dengue Shock
Syndrome (DSS).Manifestasi klinis infeksi virus Dengue termasuk didalamnya
Demam Berdarah Dengue sangat bervariasi, mulai dari asimtomatik, demam
ringan yang tidak spesifik, Demam Dengue, Demam Berdarah Dengue, hingga
yang paling berat yaitu Dengue Shock Syndrome (DSS). Dalam praktek sehati-
hari, pada saat pertama kali penderita masuk rumah sakit tidaklah mudah untuk
memprediksikan apakah penderita Demam Dengue tersebut akan
bermanifestasi menjadi ringan atau berat.
Infeksi sekunder dengan serotipe virus dengue yang berbeda dari
sebelumnya merupakan faktor resiko terjadinya manifestasi Deman Berdarah
Dengue yang berat atau Dengue Shock Syndrome (DSS). Namun sampai saat
ini mekanisme respons imun pada infeksi oleh virus Dengue masih belum jelas,
banyak faktor yang mempengaruhi kejadian penyakit Demam Berdarah
Dengue, antara lain faktor host, lingkugan (environment) dan faktor virusnya
sendiri.Faktor host yaitu kerentanan (susceptibility) dan respon imun.
Faktor lingkungan (environment) yaitu kondisi geografi (ketinggian dari
permukaan laut, curah hujan, angin, kelembaban, musim); Kondisi demografi
(kepadatan, mobilitas, perilaku, adat istiadat, sosial ekonomi penduduk).
Jenis nyamuk sebagai vektor penular penyakit juga ikut berpengaruh.
Faktor agent yaitu sifat virus Dengue, yang hingga saat ini telah diketahui ada
4 jenis serotipe yaitu Dengue 1, 2, 3 dan 4. Penelitian terhadap epidemi Dengue
di Nicaragua tahun 1998, menyimpulkan bahwa epidemiologi Dengue dapat
berbeda tergantung pada daerah geografi dan serotipe virusnya..Untuk
menegakkan diagnosa infeksi virus Dengue diperlukan dua kriteria yaitu
kriteria klinik dan kriteria laboratorium (WHO, 1997). Pengembangan
tehnologi laboratorium untuk mendiagnosa infeksi virus Dengue terus berlanjut
hingga sensitivitas dan spesifitasnya menjadi lebih bagus dengan waktu yang
cepat pula.Ada 4 jenis pemeriksaan laboratorium yang digunakan yaitu : uji
serologi, isolasi virus, deteksi antigen dan deteksi RNA/DNA menggunakan
tehnik Polymerase Chain Reaction (PCR). (Mariyam, 1999).
Wabah Dengue yang baru terjadi di Bangladesh yang diidentifikasi dengan
PCR ternyata Den-3 yang dominan. Sedangkan wabah di Salta Argentina pada
tahun 1997 ditemukan bahwa serotipe Den-2 yang menyebabkan
transmisinya.Sistem surveillance Dengue di Nicaragua pada bulan Juli hingga
Desember 1998 mengambil sampel dari beberapa rumah sakit dan pusat
kesehatan (Health Center) yang terdapat pada berbagai lokasi menghasilkan
temuan 87% DF, 7% DHF, 3% DSS, 3% DSAS. Den-3 paling dominan, Den-2
paling sedikit. Disimpulkan bahwa epidemiologi Dengue dapat berbeda
tergantung pada wilayah geografi dan serotipe virusnya. (Depkes RI, 2005)
Virus Dengue
Virus Dengue merupakan virus RNA untai tunggal, genus flavivirus,
terdiri dari 4 serotipe yaitu Den-1, 2, 3 dan 4. Struktur antigen ke-4 serotipe ini
sangat mirip satu dengan yang lain, namun antibodi terhadap masing-masing
serotipe tidak dapat saling memberikan perlindungan silang.. Variasi genetik
yang berbeda pada ke-4 serotipe ini tidak hanya menyangkut antar serotipe,
tetapi juga didalam serotipe itu sendiri tergantung waktu dan daerah
penyebarannya. Pada masing-masing segmen codon, variasi diantara serotipe
dapat mencapai 2,6 ? 11,0 % pada tingkat nukleotida dan 1,3 ? 7,7 % untuk
tingkat protein (Fu et al, 1992). Perbedaan urutan nukleotida ini ternyata
menyebabkan variasi dalam sifat biologis dan antigenitasnya.
Virus Dengue yang genomnya mempunyai berat molekul 11 Kb tersusun
dari protein struktural dan non-struktural. Protein struktural yang terdiri dari
protein envelope (E), protein pre-membran (prM) dan protein core (C)
merupakan 25% dari total protein, sedangkan protein non-struktural merupakan
bagian yang terbesar (75%) terdiri dari NS-1 ? NS-5. Dalam merangsang
pembentukan antibodi diantara protein struktural, urutan imunogenitas tertinggi
adalah protein E, kemudian diikuti protein prM dan C. Sedangkan pada protein
non-struktural yang paling berperan adalah protein NS-1. (Depkes RI,2005)
Vektor
Virus Dengue ditularkan dari orang ke orang melalui gigitan nyamuk
Aedes (Ae.) dari subgenus Stegomyia. Ae. aegypti merupakan vektor epidemi
yang paling utama, namun spesies lain seperti Ae.albopictus, Ae.
polynesiensis, anggota dari Ae.Scutellaris complex, dan Ae.(Finlaya) niveus
juga dianggap sebagai vektor sekunder. Kecuali Ae.aegypti semuanya
mempunyai daerah distribusi geografis sendiri-sendiri yang terbatas. Meskipun
mereka merupakan host yang sangat baik untuk virus Dengue, biasanya mereka
merupakan vektor epidemi yang kurang efisien dibanding Ae. aegypti. (WHO,
2000)

C. PATOFISIOLOGI
Virus dengue masuk kedalam tubuh melalui gigitan nyamuk aedes aegypti
dan kemudian bereaksi dengan antibodi dan terbentuklah kompleks virus-
antibody, dalam asirkulasi akan mengaktivasi sistem komplemen (Suriadi &
Yuliani, 2001).
Virus dengue masuk kedalam tubuh melalui gigitan nyamuk dan infeksi
pertama kali menyebabkan demam dengue.Reaksi tubuh merupakan reaksi
yang biasa terlihat pada infeksi oleh virus. Reaksi yang amat berbeda akan
tampak, bila seseorang mendapat infeksi berulang dengan tipe virus dengue
yang berlainan. Dan DHF dapat terjadi bila seseorang setelah terinfeksi
pertama kali, mendapat infeksi berulang virus dengue lainnya. Re-infeksi ini
akan menyebabkan suatu reaksi anamnestik antibodi, sehingga menimbulkan
konsentrasi kompleks antigen-antibodi (kompleks virus-antibodi) yang tinggi
(Noer, dkk, 1999).

D. MANIFESTASI KLINIS
Gambaran klinis yang timbul bervariasi berdasarkan derajat DBD dengan
masa inkubasi antara 13 – 15 hari, tetapi rata-rata 5 – 8 hari.Gejala klinik
timbul secara mendadak berupa suhu tinggi, nyeri pada otot dan tulang, mual,
kadang-kadang muntah dan batuk ringan.Sakit kepala dapat menyeluruh atau
berpusat pada daerah supra orbital dan retroorbital.Nyeri di bagian otot
terutama dirasakan bila otot perut ditekan.Sekitar mata mungkin ditemukan
pembengkakan, lakrimasi, fotofobia, otot-otot sekitar mata terasa pegal.
Eksantem yang klasik ditemukan dalam 2 fase, mula-mula pada awal demam
(6 – 12 jam sebelum suhu naik pertama kali), terlihat jelas di muka dan dada
yang berlangsung selama beberapa jam dan biasanya tidak diperhatikan oleh
pasien.Ruam berikutnya mulai antara hari 3 – 6, mula – mula berbentuk
makula besar yang kemudian bersatu mencuat kembali, serta kemudian timbul
bercak-bercak petekia. Pada dasarnya hal ini terlihat pada lengan dan kaki,
kemudian menjalar ke seluruh tubuh.Pada saat suhu turun ke normal, ruam ini
berkurang dan cepat menghilang, bekas-bekasnya kadang terasa gatal.Nadi
pasien mula-mula cepat dan menjadi normal atau lebih lambat pada hari ke-4
dan ke-5.Bradikardi dapat menetap untuk beberapa hari dalam masa
penyembuhan.Gejala perdarahan mulai pada hari ke-3 atau ke-5 berupa
petekia, purpura, ekimosis, hematemesis, epistaksis. Juga kadang terjadi syok
yang biasanya dijumpai pada saat demam telah menurun antara hari ke-3 dan
ke-7 dengan tanda : anak menjadi makin lemah, ujung jari, telinga, hidung
teraba dingin dan lembab, denyut nadi terasa cepat, kecil dan tekanan darah
menurun dengan tekanan sistolik 80 mmHg atau kurang. (Depkes RI, 2005)

E. CIRI-CIRI NYAMUK

Ciri-Ciri Nyamuk Aedes Aegypti


1. Warna hitam dengan bercak putih pada badan dan kaki
2. Ukurannya paling kecil daripada jenis nyamuk lainnya.
3. Hidup dan berkembang biak ditempat penampungan air yang bersih, yang
tidak berhubungan dengan tanah.
4. Menggigit di siang hari.
5. Hidup didalam rumah dan sekitarnya terutama ditempat yang agak gelap
dan lembab serta kurang sinar matahari.
5. Senang beristirahat ditempat-tempat pakaian yang bergelantungan.
6. Kemampuan terbang kira-kira 100 meter.

Tempat Berkembang Biak


Didalam rumah: Bak mandi, vas bunga, tempayan, perangkap
semut,tempat penampungan air, tempat minum burung.
Diluar rumah: Drum, botol-botol pecah, tangki penampungan air (Torn),
ban-ban bekas, kaleng-kaleng bekas, dll.
Kolam yang tidak ada ikan peliharaan. (Depkes RI, 2005)

F. FASE DBD (PELANA KUDA)

Untuk yang pertama kita menginjak kepada fase demam berdarah


ini.Badan Kesehatan Dunia WHO dalam hal ini membagi fase demam berdarah
dalam 3 fase yaitu fase demam tinggi (febris), fase kritis, dan fase
penyembuhan (pemulihan). Berikut penjelasannya mengenai ketiga fase
demam berdarah DBDtersebut :

1. Fase Demam Tinggi (Febris). Pada fase demam berdarah yang pertama ini
terjadi pada hari ke 1 - 3 dan ditandai dengan demam yang mendadak
tinggi disertai sakit kepala, badan terasa ngilu dan nyeri, mual. Seringkali
disertai dengan bintik merah di kulit yang tidak hilang saat kulit
diregangkan. Pada beberapa kasus yang terjadi, bahkan ditemukan adanya
nyeri tenggorokan, infeksi pada farings (tenggorokan) dan juga pada
konjungtiva (selaput yang melindungi kornea mata), anoreksia, mual dan
muntah.
2. Fase Kritis. Pada fase kedua demam berdarah ini terjadi pada hari ke 4 - 5.
Fase ini ditandai dengan demam yang mulai menurun disertai dengan
penurunan kadar trombosit dalam darah dan fase ini seringkali
mengecohkan karena seolah-olah demamnya turun dan penyakitnya
sembuh. Namun inilah yang disebut Fase Kritis Demam Berdarah dan
kemungkinan terjadinya Dengue Shock Sindrome DSS. Pada fase ini dapat
terjadi pendarahan hidung, mulut, kulit pucat dan dingin, serta terjadi
penurunan kesadaran.
3. Fase Penyembuhan (Pemulihan). Pada fase ini terjadi pada hari ke 6 - 7.
Dalam fase penyembuhan ini keadaan umum dari penderita mulai
membaik. Keadaan umum penderita membaik, nafsu makan pulih kembali
, hemodinamik (peredaran darah) stabil dan diuresis (frekuensi kencing)
membaik dan akan kembali normal. Dan pada saat ini akan jauh lebih baik
bila penderita diberikan gizi yang baik untuk meningkatkan keadaannya
serta juga meningkat kadar daripada trombositnya. (Depkes RI, 2005)

G. SIKLUS PENULARAN DBD


Terdapat tiga faktor penularan infeksi virus dengue, manusia, virus, dan
vektor perantara.Virus dengue ditularkan kepada manusia melalui gigitan
nyamuk Aedes aegypti.Nyamuk Aedes tersebut dapat mengandung virus
dengue pada saat menggigit manusia yang sedang mengalami viremia.
Kemudian virus yang berada di kelenjar liur berkembang biak dalam waktu 8-
10 hari sebelum dapat ditularkan kembali kepada manusia padadi dalam tubuh
nyamuk, nyamuk tersebut akan dapat menularkan virus selama hidupnya .Di
tubuh manusia, virus memerlukan waktu masa tunas 46 hari Period) sebelum
menimbulkan penyakit.Penularan dari manusia kepada nyamuk hanya dapat
terjadi bila nyamuk menggigit manusia yang sedang mengalami viremia, yaitu
2 hari sebelum panas sampai 5 hari setelah demam timbul. (Depkes RI, 2005)
H. PENATALAKSANAAN DBD
Minum banyak (2 – 2,5 liter/24 jam) dapat berupa : susu, teh manis, sirup
dan beri penderita sedikit oralit, pemberian cairan merupakan hal yang paling
penting bagi penderita DBD. Ada DBD tanpa renjatan hanya diberi banyak
minum yaitu 1½-2 liter dalam 24 jam. Cara pemberian sedikit demi sedikit
dengan melibatkan orang tua. Infus diberikan pada pasien DBD tanpa renjatan
apabila :
1. Pasien terus menerus muntah, tidak dapat diberikan minum sehingga
mengancam terjadinya dehidrasi.
2. Hematokrit yang cenderung mengikat.
 Kompres dingin karena untuk menurunkan suhu tubuh.
 Pemberian obat turun panas (parasetamol) untuk pertolongan pertama
pada saat suhu tubuh naik
 Segera dibawa ke petugs kesehatan terdekat karena untuk peanganan
yang cepat dan menghindari resiko ( Depkes RI, 2005)
I. PENCEGAHAN TERJADINYA DBD DENGAN GERAKAN 4 M PLUS
1. Membuang sampah pada tempatnya.
Dengan membuang sampah pada tempatnya bisa mengurangi
penyebaran Hospes nyamuk aedes aeigypti, Jenis sampah di sini ialah
sampah yang bisa menampung air jernih (air hujan dll) yang merupakan
tempat berkembang biakan nyamuk Aedes Aeigypti.
2. Menguras dan menutup tempat penampungan air
Air jernih bisa membuat nyamuk aedes aeigypti berkembang
biak,dengan cara menguras minimal 1 x seminggu dan menutup tempat
penampunga air tersebut.
3. Mengubur sampah
Karena masih mengenai sampah, uraian dari artikes di atas bahwa
sampah yang bisa menampung air jernih (air hujan dll) yang merupakan
tempat berkembang biakan nyamuk Aedes Aeigypti, Dan dengan
membuang sampah pada tempatnya bisa mengurangi penyebaran Hospes
nyamuk aedes aeigypti.
4. Memantau dan menjaga lingkungan
Setelah kita melakukan dan melaksanakan gerakan di atas, maka yang
harus di jaga adalah lingkungan yang bersih, sehat, dan rapi. Lingkungan
yang bersih, sehat, dan rapi itu jauh dari sampah, merupakan awal yang
baik untuk memberantas DBD. Dan jika di lakukan dengan gerakan 3 M,
tanpa adanya pengawasan dan pemantauan oleh seluruh lapisan
masyarakat maka penularan DBD tetap terjadi. Jadi perlu pengawasan dan
pemantauan secara optimal ( WHO, 1997)
PROSEDUR KOMPRES DINGIN /AIR BIASA

PENGERTIAN

Kompres dingin adalah suatu prosedur menggunakan kain / handuk yang


telah di celupkan pada air dingin yang ditempelkan pada bagian tubuh tertentu
(Depkes, 2005).

Kompres dapat dilakukan pada daerah :

1. Kening (Frontal)
2. Lipatan Ketiak (Axila)
3. Lipatan Paha (Femoral)

MANFAAT :

 Adapun manfaat kompres dingin ialah menurunkan suhu tubuh.

PERALATAN :

 Larutan kompres berupa air dingin bukan air es dalam wadahnya.


 Handuk atau kain untuk kompres + Baskom sedang
 Handuk pengering

PROSEDUR :

 Cuci tangan
 Basahi kain pengompres dengan air dingin, peras kain sehingga tidak
terlalu basah.
 Letakkan kain pada daerah yang akan dikompres ( frontal, axial,
lfemoral)
 kain kompres dibirkan beberapa menit
 Apabila kain telah kering, masukkan kembali kain kompres ke dalam
air kompres dingin dan letakkan kembali di daerah kompres, lakukan
berulang-ulang hingga efek yang diinginkan dicapai, Setelah selesai,
keringkan daerah kompres atau bagian tubuh yang basah dan rapikan
alat. (Depkes RI, 2005).

Anda mungkin juga menyukai

  • Laporan Sampah
    Laporan Sampah
    Dokumen4 halaman
    Laporan Sampah
    Amalia Nur Azhima
    Belum ada peringkat
  • ASKEP KELUARGA Amel
    ASKEP KELUARGA Amel
    Dokumen12 halaman
    ASKEP KELUARGA Amel
    Amalia Nur Azhima
    Belum ada peringkat
  • Grantchar
    Grantchar
    Dokumen1 halaman
    Grantchar
    Amalia Nur Azhima
    Belum ada peringkat
  • Kata Pengantar
    Kata Pengantar
    Dokumen2 halaman
    Kata Pengantar
    Amalia Nur Azhima
    Belum ada peringkat
  • Bab Vi
    Bab Vi
    Dokumen4 halaman
    Bab Vi
    Amalia Nur Azhima
    Belum ada peringkat
  • Laporan Sampah
    Laporan Sampah
    Dokumen4 halaman
    Laporan Sampah
    Amalia Nur Azhima
    Belum ada peringkat
  • SAP Penyakit Kulit
    SAP Penyakit Kulit
    Dokumen13 halaman
    SAP Penyakit Kulit
    Amalia Nur Azhima
    Belum ada peringkat
  • SAP Sampah
    SAP Sampah
    Dokumen7 halaman
    SAP Sampah
    Amalia Nur Azhima
    Belum ada peringkat
  • Bab Ii New
    Bab Ii New
    Dokumen58 halaman
    Bab Ii New
    Mukthyy Annk Taaurruz
    Belum ada peringkat
  • Bab 1
    Bab 1
    Dokumen4 halaman
    Bab 1
    Amalia Nur Azhima
    Belum ada peringkat
  • Bab Ii
    Bab Ii
    Dokumen54 halaman
    Bab Ii
    Amalia Nur Azhima
    Belum ada peringkat
  • Sap Cuci Tangan
    Sap Cuci Tangan
    Dokumen10 halaman
    Sap Cuci Tangan
    Amalia Nur Azhima
    Belum ada peringkat
  • Bab 1
    Bab 1
    Dokumen5 halaman
    Bab 1
    Amalia Nur Azhima
    Belum ada peringkat
  • Lembar Jiwa
    Lembar Jiwa
    Dokumen8 halaman
    Lembar Jiwa
    Amalia Nur Azhima
    Belum ada peringkat
  • Bab 1
    Bab 1
    Dokumen4 halaman
    Bab 1
    Amalia Nur Azhima
    Belum ada peringkat
  • Konsep Lansia 1
    Konsep Lansia 1
    Dokumen43 halaman
    Konsep Lansia 1
    Amalia Nur Azhima
    Belum ada peringkat
  • Bab I
    Bab I
    Dokumen4 halaman
    Bab I
    Amalia Nur Azhima
    Belum ada peringkat
  • Data Dasar Sumsel PDF
    Data Dasar Sumsel PDF
    Dokumen45 halaman
    Data Dasar Sumsel PDF
    Amalia Nur Azhima
    Belum ada peringkat
  • Bab I
    Bab I
    Dokumen8 halaman
    Bab I
    Amalia Nur Azhima
    Belum ada peringkat
  • Reni Fix Laporan Pendahuluan - Hie
    Reni Fix Laporan Pendahuluan - Hie
    Dokumen19 halaman
    Reni Fix Laporan Pendahuluan - Hie
    Reni Putri
    Belum ada peringkat
  • SAP Perawatan Luka
    SAP Perawatan Luka
    Dokumen8 halaman
    SAP Perawatan Luka
    Amalia Nur Azhima
    0% (1)
  • Bab I
    Bab I
    Dokumen4 halaman
    Bab I
    Amalia Nur Azhima
    Belum ada peringkat
  • BAB I & 2 Kejang Demam (Seminar)
    BAB I & 2 Kejang Demam (Seminar)
    Dokumen34 halaman
    BAB I & 2 Kejang Demam (Seminar)
    Amalia Nur Azhima
    Belum ada peringkat
  • Kusoner Risiko Jatuh
    Kusoner Risiko Jatuh
    Dokumen2 halaman
    Kusoner Risiko Jatuh
    Amalia Nur Azhima
    Belum ada peringkat
  • Laporan Pendahuluan CA Mamae
    Laporan Pendahuluan CA Mamae
    Dokumen38 halaman
    Laporan Pendahuluan CA Mamae
    Dhea Erlinda
    67% (6)
  • Pijat Oksitosin
    Pijat Oksitosin
    Dokumen2 halaman
    Pijat Oksitosin
    Amalia Nur Azhima
    Belum ada peringkat
  • Ronde PDP
    Ronde PDP
    Dokumen17 halaman
    Ronde PDP
    Amalia Nur Azhima
    Belum ada peringkat
  • Lembar Jiwa
    Lembar Jiwa
    Dokumen8 halaman
    Lembar Jiwa
    Amalia Nur Azhima
    Belum ada peringkat
  • MENGONTROL HALUSINASI
    MENGONTROL HALUSINASI
    Dokumen14 halaman
    MENGONTROL HALUSINASI
    Amalia Nur Azhima
    Belum ada peringkat