Anda di halaman 1dari 97

DASAR – DASAR K3

BIDANG LINGKUNGAN KERJA

RINTO HUTAURUK,ST
DISNAKERTRANS PROV. SUMUT
Agenda
I. Latar Belakang
II. Dasar Hukum
III. Ruang Lingkup
IV. Pengertian
V. Bahaya Lingkungan Kerja
VI. Pengendalian Bahaya Lingkungan Kerja
I. Latar Belakang
• Lingkungan Kerja merupakan salah satu sumber
bahaya di tempat kerja yang belum dikelola
secara tepat;
• Pemeriksaan dan Pengujian Lingkungan Kerja
belum optimal;
• Berkembangnya objek pengawasan lingkungan
kerja;
• SMK3, OHSAS 18001:2007 dan ISO 14001
menuntut pemenuhan persyaratan K3 termasuk
bidang lingkungan kerja
II. Dasar Hukum
» Undang – Undang No.1 Tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja.
» Undang-undang No.3 tahun 1969 tentang Persetujuan Konvensi ILO No. 120 tahun 1964 mengenai Higiene dalam Perniagaan
dan Kantor-kantor.
» Peraturan Pemerintah Nomor 7 Tahun 1973 tentang Pengawasan Atas Peredaran, Penyimpanan dan Penggunaan Pestisida
» Peraturan Pemerintah No. 74 Tahun 2001 tentang Pengelolaan B3
» Peraturan Menteri Perburuhan No.7 tahun 1964 tentang Syarat-syarat Kesehatan Kebersihan dan Penerangan di Tempat
Kerja.
» Peraturan Menteri Tenaga Kerja RI No. Per.03/MEN/1985 Tentang Keselamatan dan Kesehatan Kerja Pemakaian Asbes.
» Peraturan Menteri Tenaga Kerja RI. No. Per 03/MEN/1986 Tentang Syarat-syarat Keselamatan dan Kesehatan Di Tempat
Kerja yang mengelola Pestisida.
» Keputusan Menteri Tenaga kerja RI No. Kep. 187/MEN/1999 tentang Pengendalian Bahan Kimia Berbahaya di Tempat Kerja.
» Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi No.Per.08/MEN/2010 tentang Alat Pelindung Diri
» Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi RI No. Per.13/MEN/X/2011 Tentang Nilai Ambang Batas Faktor Fisika dan
Faktor Kimia Di Tempat Kerja.
» Surat Edaran Menakertrans No. SE. 140/Men/PPK-KK/II/2004 tentang Pemenuhan Kewajiban Syarat-syarat Keselamatan dan
Kesehatan kerja di Industri Kimia Dengan Potensi Bahaya Besar (Major Hazard Instalation).
» Surat Keputusan Dirjen Binwasnaker No. Kep.104/DJPPK/IX/2006 tentang Petunjuk Teknis Pelaksanaan K3 Pemakaian Bahan
yang Mengandung Asbes di Tempat Kerja;
» Surat Keputusan Dirjen Binwasnaker No. Kep. 113/DJPPK/IX/2006 tentang Pedoman dan Pembinaan Teknis Petugas K3
Ruang Terbatas;
» Keputusan Direktur Jenderal Pembinaan Pengawasan Ketenagakerjaan No. Kep. 45/DJPPK/ IX/2008 Tentang Pedoman
Keselamatan Dan Kesehatan Kerja Bekerja Pada Ketinggian Dengan Menggunakan Akses Tali ( Rope Access)
» Surat Edaran Dirjen Binwasnaker No. Kep. 01/DJPPK/I/2011 tentang Petunjuk Teknis Pelaksanaan Pembinaan Terhadap
Ahli, Teknisi dan Petugas Lingkungan Kerja dan Bahan Berbahaya
» Surat Keputusan Direktur Jenderal Pembinaan Pengawasan Ketenagakerjaan No.SK.84/PPK/X/2012 Tentang Pedoman
Penyusunan Dokumen Pengendalian Potensi Bahaya Besar dan Menengah.
Nilai Ambang Batas
Faktor Fisika dan Kimia di
Tempat Kerja

(Permenakertrans No. 13/Men/2011)


Kewajiban Pengurus/Pengusaha
1. Melakukan pengendalian faktor fisika dan kimia di tempat kerja
di bawah Nilai Ambang Batas --- Ps. 2 Ayat (1)
2. Melakukan upaya teknis – teknologis untuk menurunkan faktor
fisika dan kimia di tempat kerja apabila melebihi Nilai Ambang
Batas --- Ps. 2 Ayat (2)
3. Melakukan pemutakhiran data pengukuran faktor fisika dan
kimia di tempat kerja apabila diminta oleh Pegawai Pengawas
Ketenagakerjaan --- Ps. 14
4. Melakukan pengukuran faktor fisika dan kimia di tempat kerja
sesuai penilaian risiko dan peraturan perundang-undangan ---
Ps. 15
5. Menyampaikan hasil pengukuran kepada Kantor yang
bertanggungjawab di bidang ketenagakerjaan --- Ps. 16
Siapa yang berhak mengukur dan menilai (Ps.
13):

1. Pusat Keselamatan dan Kesehatan Kerja;


2. Balai Keselamatan dan Kesehatan Kerja;
3. Balai Hiperkes dan Keselamatan Kerja;
4. Pihak-pihak lain yang ditunjuk Menteri.
Apa saja yang diperiksa:
1. Faktor Fisika
a. Iklim Kerja
b. Kebisingan;
b. Getaran;
c. Radiasi Gelombang Mikro;
d. Radiasi Sinar Ultra Ungu;
e. Radiasi Medan Magnet Statis
2. Faktor Kimia;
a. NAB Rata-rata
b. NAB Pajanan Singkat Diperkenankan
c. NAB Kadar Tidak Diperkenankan
III. Ruang Lingkup
1. Syarat – Syarat Kesehatan, Kebersihan serta penerangan ;
2. Hygiene Industri;
3. Faktor Kimia & Fisika Lingkungan Kerja
4. Bahan Kimia Berbahaya
5. Asbes;
6. Pestisida;
7. Alat Pelindung Diri;
8. Ruang Terbatas;
9. Bekerja pada ketinggian;
10. Bekerja di Bawah Air …
11. Ergonomi dan Psikologi kerja;
IV. Pengertian
• Lingkungan kerja
Kesatuan dari berbagai lingkungan di tempat kerja, yang
didalamnya mencakup faktor fisik, kimia, biologi, fisiologi
dan psikologi yang keberadaannya di tempat kerja dapat
mempengaruhi keselamatan dan kesehatan tenaga kerja
(ref.ILO)

• Pengawasan Lingkungan Kerja


Pengawasan lingkungan kerja adalah serangkaian kegiatan
pengawasan dan semua tindakan yang dilakukan oleh
pegawai pengawas ketenagakerjaan atas pemenuhan
pelaksanaan peraturan perundang-undangan atas obyek
pengawasan lingkungan kerja
V. Bahaya Lingkungan Kerja
 Faktor Bahaya Fisik
iklim kerja, kebisingan, getaran, gelombang mikro, sinar ultra
ungu, dan medan magnet statis serta penerangan/ pencahayaan.
 Faktor Bahaya Kimia
Bahan Beracun, Bahan Mudah Terbakar, Bahan Reaktif
 Faktor Bahaya Biologi
Virus, Bakteri, Hewan
 Faktor Bahaya Ergonomi
Ketidaksesuaian mesin, alat kerja dengan postur manusia
 Faktor Bahaya Psikologi
FAKTOR BAHAYA DI LK

1. Faktor Fisik
 Iklim Kerja (panas)
 Kebisingan
 Getaran (hand arm vibration, whole body
vibration).
 Pencahayaan (penerangan)
 Radiasi (mengion dan tidak mengion)
 Medan Magnet Statis
Potensi Bahaya Iklim Kerja (Panas)
DEFINISI

• Iklim Kerja adalah kombinasi dari suhu udara,


kelembaban udara, kecepatan udara, dan suhu radiasi
dengan tingkat pengeluaran panas dari tubuh tenaga
kerja sebagai akibat pekerjaanya
(Permenakertrans No 13 tahun 2011)

• Indeks Suhu Basah dan Bola (ISBB) adalah parameter


untuk menilai tingkat iklim kerja yang merupakan hasil
perhitungan antara suhu kering, suhu basah alami dan
suhu bola
(Permenakertrans No 13 tahun 2011)
Contoh Tempat Kerja Dgn Iklim Kerja
Yang Panas

• Proses produksi yg menggunakan panas,


seperti : peleburan, pengeringan,
pemanasan.
• Tempat kerja yang terkena langsung
sinar matahari, seperti : pekerjaan jalan
raya, bongkar muat barang, dll.
• Tempat kerja dengan ventilasi udara
kurang memadai.
Indeks Suhu Basah dan Bola (ISBB)

• Untuk pekerjaan di luar ruangan :


ISBB = 0,7 WB + 0,2 GT + 0,1 DB

• Untuk pekerjaan di dalam ruangan :


ISBB = 0,7 WB + 0,3 GT
Efek Terpapar Panas

 HEAT CRAMPS (kejang otot tubuh, perut


sakit, pingsan, lemah, enek, muntah).

 HEAT EXHAUSTION (belum beraklimatisasi


thd udara panas,keringat banyak,tekanan darah
turun,denyut nadi lebih cepat).

 HEAT STROKE (belum beraklimatisasi,suhu


tubuh naik,kulit kering dan panas).
NILAI AMBANG BATAS IKLIM KERJA INDEKS SUHU BASAH DAN
BOLA (ISBB) YANG DIPERKENANKAN
Alat Pengukuran Iklim Kerja panas
(Heat Stress Monitor)
Potensi Bahaya Kebisingan
PENGERTIAN

• Kebisingan :
Suara yang tidak dikehendaki yang bersumber
dari alat-alat proses produksi dan atau alat-
alat kerja yang pada tingkat tertentu dapat
menimbulkan gangguan pendengaran
(Permenakertrans No 13 tahun 2011)
Sumber Kebisingan di LK

1. Fan Noise
2. Jet Noise
3. Pipe Noise
4. Pump Noise
5. Furnace dan Burner Noise
6. Electrical Equipment Noise
7. Blower
8. Mesin dan Peralatan Kerja
Jenis-Jenis Kebisingan

1. Kebisingan kontinu (steady)


- Contoh : kipas angin, dapur pijar
- Fluktuasi SPL < 3 dB

2. Kebisingan terputus-putus (intermitten,


fluktuatif)
- Contoh : lalu lintas, suara pesawat
terbang di bandara
- Fluktuasi SPL 3 s/d 10 dB
Lanjutan

3. Kebisingan Impulsive
- pukulan tukul, tembakan bedil atau
meriam
Efek Pemaparan Kebisingan

• Gangguan Komunikasi
• Gangguan Kenyamanan
• Pergeseran Ambang Dengar Sementara
atau Temporary Thershold Shif (TTS), di
tandai oleh bunyi ringing pada akhir
paparan.
• Noise Injured Hearing Loss (NIHL),
terjadi pada frekuensi 4000 Hz, lemudian
dapat menyebar pd frekuensi 1500 – 3500
Hz
• Gangguan paling serius ketulian
NILAI AMBANG BATAS KEBISINGAN
Alat Pengukuran Kebisingan

Alat Sound Level (SLM)


Meter dengan Octave
Band Analyzer
NOISE DOSIMETER
(Alat Pengukuran Kebisingan Personal)
Potensi Bahaya Getaran (Vibrasi)
DEFINISI

Getaran (vibrasi) adalah gerakan yang


teratur dari benda atau media dengan
arah bolak balik dari kedudukan
keseimbangannya.
(Permenakertrans No 13 tahun 2011)
TERJADINYA GETARAN

Adanya efek dinamis berupa gesekan


dalam dan antar bagian mesin.
Hentakan
Denyutan udara yg dimampatkan
Masa berputar yg penempatannya tidak
tepat di tengah.
JENIS-JENIS GETARAN

a. Vibrasi Seluruh Tubuh (Whole Body


Vibration)
- Terjadi bila seluruh tubuh di rambati
oleh getaran (biasanya menjalar
dalam posisi duduk di kursi atau
berdiri pada alas yg bergetar)
- Mempunyai frekuensi 1 Hz – 80 Hz
- Mis : getaran tubuh dalam kendaraan
atau dekat mesin.
WHOLE BODY VIBRATION
Efek Pemaparan Getaran Seluruh Tubuh
(Whole Body Vibration)

Efek jangka pendek :


- Motion sickness / mabuk perjalanan
(tidak nyaman, mual, lelah).

- Pandangan kabur.
Efek jangka panjang :
- Kerusakan permanen pd tulang
persendian (osteoarthritis), kerusakan
tulang belakang permanen (disc prolaps),
bergesernya sendi yg menyebabkan rasa
sakit pd punggung bawah, dll.
- Efek pd sistim syaraf yg dapat menimbulkan
keluhan sakit kepala, gangguan tidur, lemah,
lelah, lesu.
- Gangguan fungsi reproduksi wanita
b. Vibrasi Setempat / Segmental (Hand Arm
Vibration)
- Umumnya terjadi pada tangan dan
lengan, biasanya merambat pada
tangan dan lengan dari peralatan.
- Frekuensi : 8 Hz – 1 KHz
- Mis : getaran pada pekerjaan yg
menggunakan mesin gergaji, bor atau
martil pneumatik.
HAND-ARM VIBRATION
Efek Pemaparan Getaran Tangan-Lengan
(Hand Arm Vibration)

Efek jangka pendek :


- Kelelahan
- Produktivitas berkurang.
Efek jangka panjang :
- White finger atau Raynaud’s syndrome
NILAI AMBANG BATAS GETARAN UNTUK
PEMAPARAN LENGAN DAN TANGAN

Nilai Ambang Batas Getaran untuk seluruh tubuh


adalah 0,5 m/det2
ALAT VIBRASIMETER

1. Whole Body Vibration 2. Hand-Arm Vibration


Potensi Bahaya Pencahayaan (Penerangn)
PENGERTIAN PENCAHAYAAN
(PENERANGAN)
• Pencahayaan yang baik adalah
Pencahayaan (penerangan) yang dapat
memudahkan tenaga kerja untuk melihat
objek yang dikerjakan secara jelas, cepat
dan tanpa upaya yang tidak perlu
JENIS-JENIS PENCAHAYAAN

1. Cahaya Alami (penerangan alami),


sumber : sinar matahari

2. Cahaya Buatan (penerangan buatan)


sumber : sinar lampu
Efek Pencahayaan (Penerangan)

Kelelahan pada mata


Kelelahan mental
Pegal di daerah mata
Kerusakan indera mata
Menyebabkan terjadinya kecelakaan
Memperpanjang waktu kerja
Syarat-syarat Penerangan di Tempat Kerja
Berdasarkan Peraturan Menteri Perburuhan
No. 7 tahun 1964

Pekerjaan yang hanya membedakan barang-


barang kasar membutuhkan penerangan minimal
50 lux, Contoh mengerjakan bahan-bahan yang
besar, mengerjakan bahan tanah dan batu, gang-
gang selalu dipakai dan gudang untuk menyimpan
barang besar.
Pekerjaan yang membedakan barang-barang yang
kecil membutuhkan penerangan minimal 100 lux,
Contoh mengerjakan barang besi dan baja,
penggilingan padi, kamar mesin, alat pengangkut
orang dan tempat mandi & WC.
Penerangan untuk pekerjaan yang membedakan
barang-barang kecil dengan teliti dibutuhkan
penerangan minimal 200 lux,
Contoh pekerjaan mesin dan bubut yang kasar,
menjahit tektil dan kulit, pembungkusan
daging dan mengerjakan kayu.

Pekerjaan yang membedakan secara teliti terhadap


barang-barang yang kecil dan halus membutuhkan
penerangan minimal 300 lux, Contoh pekerjaan mesin
yang teliti, pembuatan tepung, pekerjaan kantor
seperti membaca dan menulis.
Penerangan yang diperlukan untuk pekerjaan yang akan
membedakan barang-barang yang sangat halus dan kontras
dalam waktu yang lama dibutuhkan penerangan minimal 500-
1000 lux, Contoh pemasangan yang halus, pekerjaan mesin
yang halus, pekerjaan kayu yang halus dan akuntan

Penerangan yang diperlukan untuk pekerjaan yang


membedakan barang-barang yang sangat halus dan kurang
kontras memerlukan penerangan diatas 1000 lux, Contoh
pemasangan yang elastis dan halus (arloji), pemeriksaan
yang ekstra halus, tukang las dan intan dan percobaan alat-
alat yang ekstra halus.
ALAT PENGUKURAN PENCAHAYAAN
(Lux Meter)
INTENSITAS PENCAHAYAAN
DI UKUR DENGAN 2 CARA YAITU :

Penerangan Umum
• Di ukur setiap meter persegi luas lantai,
dengan tinggi pengukuran kurang lebih
85 cm dari lantai.

Penerangan Lokal
• Di ukur di tempat atau meja kerja pada
objek yang dilihat oleh tenaga kerja
Potensi Bahaya Radiasi
DEFINISI

Radiasi
• Suatu cara perambatan energi dari
suatu sumber ke lingkungannya tanpa
membutuhkan medium atau bahan
penghantar tertentu.
Radiasi Mengion (Ionizing Radiation)

Energi besar (>12 eV)


diakibatkan oleh disintegrasi atom
membentuk ion

Radiasi mengion dibagi 2


1. Elektromagnetik : X-Ray, Gamma Ray
2. Partikel : elektron, netron, proton,
alpha
SUMBER PEMAPARAN RADIASI
MENGION

Industri tabung sinar katoda


Pembangkit tenaga nuklir
Pertambangan
Rumah sakit (kedokteran gigi, umum,
radiologi, laboratorium)
Lembaga penelitian
Pertanian
dll
Spektrum Gelombang Elektromagnetik
Efek Radiasi Mengion

Sifat : merusak atom atau molekul yg dilaluinya

Efek radiasi mengion :


Efek stokastik
Tergantung pd frekuensi pemajanan, tidak tergantung
pd dosis
Efek stokastik : karsinogen, kelainan genetik

Efek Non-stokastik
Efek yg ditimbulkan tergantung pd frekuensi dan dosis
- Contoh : erythema pd kulit, katarak pd mata
Efek Radiasi Akut (Radiation Sickness)

• Mual, muntah, sakit kepala, erythema


(sesudah 24 jam)
• Sakit perut, demam (2-3 hari)
• Diare, dehidrasi (minggu ke 2)
• Rambut rontok, lesu, demam, perarahan (minggu
ke 3)
• Jika gejala diatas semakin parah dpt timbul
perdarahan hebat yg menyebabkan kematian (4-
6 minggu sesudah radiasi)
Efek Paparan Radiasi Ir-192
(185 GBq selama 2 jam)
Hari ke-11

Hari ke-21

Hari ke-5
Standar Pemajanan

Ambang batas yg direkomendasikan oleh International


Commission on Radiological Protection didasarkan pd
dosis ekivalen yg diterima oleh seluruh tubuh dalam
pemajanan/tahun, yaitu :

5 rem untuk tenaga kerja


0,5 rem untuk masyarakat umum

(PP No.63/2000 tentang Keselamatan dan Kesehatan


terhadap Pemanfaatan Radiasi Pengion)
Nilai Batas Dosis – NBD
(ditetapkan dlm SK Ka.BAPETEN No.01/Ka.BAPETEN/V/1999 tentang Ketentuan
Keselamatan Kerja dg Radiasi)

• NBD utk penyinaran seluruh tubuh 50 mSv


(5000 mRem)/thn
• NBD utk wanita usia subur 13 mSv dlm jangka
13 minggu pd abdomen
• NBD utk wanita hamil 10 mSv pd janin,
terhitung sejak dinyatakan mengandung hingga
saat bayi lahir
• NBD utk penyinaran lokal rata2 pd setiap
organ/jaringan 500 mSv/thn
ALAT PENGUKURAN RADIASI
MENGION

1. Alat Survey Meter 2. Personal Dosimeter


RADIASI TIDAK MENGION

• Energi relative rendah (<12 eV, tidak mengion)


• Spektrum radiasi elektromagnetik tdk mengion
- Frekuensi : 3.105-3.1015 Hz
- Panjang gelombang : 103 m-102 nm

• Yg termasuk radiasi tidak mengion :


- Frekuensi radio/TV
- Gelombang mikro
- Infra merah
- Sinar tampak
- Ultra violet
1. Gelombang Mikro (Microwave)

 Spektrum :
- f : 3.108 Hz – 3.1011 Hz (0,3 - 300 GHz)
- Relatif tdk berbahaya pd pemajanan luar tapi sangat
berbahaya jika tertelan/terhirup : 1m – 1 mm

 Sumber :
- Alamiah : matahari, bumi, bulan
- Buatan : satelit komunikasi, radar, hp, unit diatermi,
dapur peleburan logam/plastik

 Gel mikro :
1.Frek. Ultra (ultra high frequency-UHF):0,3-3 GHz
2.Frek Super (super high frequency – SHF): 3-30 GHz
3.Frek Tertinggi (extra high frequency – EHF):30-300
GHz
Efek Microwave Terhadap Kesehatan

• Pengaruh termal dan non termal (medan EM,


molekuler dan modulasi)
• Pemajanan melalui proses absorbsi, dipantulkan,
dan dpt berpenetrasi ke dlm tubuh tergantung
pd panjang gelombang. Jaringan dg kandungan
air > akan memudahkan absorbsi gel mikro ke
dlm tubuh.
• Radiasi menyebabkan gangguan sistem syaraf,
gangguan reproduksi dan dugaan leukemia
Microwave meter
NILAI AMBANG BATAS RADIASI FREKUENSI
RADIO DAN GELOMBANG MIKRO
2. Infra Merah (Infra Red)

• Spektrum :
- f : 3.1011 – 3.1014 Hz
-  : 1 mm – 1000 nm
• Sumber : dapur peleburan, pengelasan, lampu
pemanas/pengering
• Efek kesehatan : Katarak pd mata, kulit
terbakar (dugaan : gannguan reproduksi,
sistem syaraf, jantung)
• Standar :10 mW/cm2 u/ radiasi infra red dg 
> 770 nm
3. Radiasi Sinar Tampak (visible spectrum)

• f : 3.1014 – 3,5.1014
 : 1000 nm – 500 nm

• Sumber : lampu, sinar/pengelasan, dapur peleburan,


• Efek untuk lingkungan kerja : pencahayaan kurang dan
kesilauan (glare) : kelelahan, ke tidak nyamanan yg
dpt menyebabkan kecelakaan kerja

• Standar : Intensitas radiasi sinar tampak 10 mW/cm2


u/ 10.000 dtk (3 jam)
4. Ultra Violet

•  : 400 nm -180 nm
f : 3,5. 1014 – 3.1015 Hz
• Sumber : sinar matahari, lampu
merkuri/halogen, las listrik, pemotong logam
• Ultra violet dibagi 3, dari segi efek yg
ditimbulkan :
- UV-A : 400-300 nm, pigmentasi kulit
- UV-B : 320-280 nm, erythema pd kulit
- UV-C : 200-180 nm, katarak pd mata
Efek Kesehatan

Pada kulit dan mata dimana energi radiasi diserap.

Acute :
- Pd mata Photokeratitis (inflamation of cornea) dan
conjunctivis
- Radiation burn (sunburn)

Chronic :
- Cataract (clouding of the lens)
- Premature ageing, keratosis (dry,spot on the skin)
- Skin cancer
UV Meter
WAKTU PEMAPARAN RADIASI SINAR ULTRA UNGU
YANG DIPERKENANKAN
NAB PEMAPARAN MEDAN MAGNIT STATIS YANG
DIPERKENANKAN
2. Faktor Kimia

Partikel :
• Debu (partikel padat yang terjadi karena
kekuatan mekanis atau alami).
• Fumes (terjadi pada proses peleburan
logam).
• Kabut / Mists (butiran halus yang
terbentuk pada proses penyemprotan
cairan).
• Asap (partikel karbon < 0,5 µm bercampur
dengan senyawa Hidrokarbon, pada proses
pembakaran yg tidak sempurna).
Lanjutan

Non Partikel :
• Gas
• Uap (vapour)
Klasifikasi Debu
1. Debu Respirabel (0,5 – 4 µm)
2. Debu Thoracic (5 – 10 µm).
3. Debu Inhalabel (> 10µm – 100µm).
4. Serat (bentuk karakteristik, rasio
panjang : lebar adalah 3 : 1, panjang
min, 5 µm dan max. 100 µm)
Klasifikasi Debu
1. Primary airborne dust
Terbentuk karena aktivitas
penghalusan, penghancuran bahan /
material yang berbentuk padat.

2. Secondary airborne dust


Terbentuk dari aktivitas yang
menggunakan bahan dasar berbentuk
powder atau halus.
Morfologi Debu

1. Pasir (sand) 2. Coke fired boiler


Asbestos
Rute Faktor Kimia Masuk ke Dalam Tubuh

1. Inhalasi (melalui saluran pernafasan),


misalnya : gas, uap, debu.
2. Absorpsi (melalui kulit), misalnya :
liquid.
3. Ingestion (melalui mulut), misalnya :
debu, liquid.
4. Injeksi
Metode Monitoring Faktor Kimia

• Monitoring Lingkungan kerja


• Monitoring Pemaparan Personal (Perorangan)
• Biological Monitoring (Monitoring Biologik)
• Pemeriksaan Kesehatan
PERMENAKER NO. 13/MEN/2011 tentang Nilai Ambang Batas
Faktor Fisika dan Faktor Kimia di Tempat Kerja

Kategori Nilai Ambang Batas (NAB)/Threshold Limit Value (TLV)

1.NAB Rata-Rata = TLV-Time Weight Average (TWA)


adalah standar faktor bahaya di tempat kerja sebagai kadar/intensitas rata-rata tertimbang waktu (time
weighted average) yang dapat diterima tenaga kerja tanpa mengakibatkan penyakit atau gangguan
kesehatan, dalam pekerjaan sehari-hari untuk waktu tidak melebihi 8 jam sehari atau 40 jam seminggu

2. NAB - Pajanan Singkat Diperkenankan (PSD) = TLV – Short Term Exposure Limit (STEL)
adalah kadar zat kimia di udara di tempat kerja yang tidak boleh dilampaui agar tenaga kerja yang terpapar
pada periode singkat yaitu tidak lebih dari 15 menit masih dapat menerimanya tanpa mengakibatkan iritasi,
kerusakan jaringan tubuh maupun terbius yang tidak boleh dilakukan lebih dari 4 kali dalam satu hari kerja.

3. NAB – Kadar Tidak Dipekenankan (KTD) = TLV – Ceiling


adalah kadar bahan kimia di udara tempat kerja yang tidak boleh dilampaui meskipun dalam waktu sekejap
selama tenaga kerja melakukan pekerjaan.
BKB NAB PSD KTD EFEK
mg/m3 ppm mg/m3
Ammonia 17 35 24 Mata, saluan pernafasan atas
7664-41-7
Asam asetat 25 15 37 Mata, saluan pernafasan atas, paru
64-19-7
Hg 0,025 - 0,03 Gangguan sistem saraf pusat
7439-97-6
Asam Nitrat 5,2 4 10 Kulit, Mata, saluan pernafasan atas
7697-37-2
MANFAAT NAB

NAB ini akan digunakan sebagai (pedoman) rekomendasi pada praktek higene
perusahaan dalam melakukan penatalaksanaan lingkungan kerja sebagai upaya
untuk mencegah dampaknya terhadap kesehatan. Dengan demikian NAB
antara lain dapat pula digunakan:

a. Sebagai kadar standar untuk perbandingan.


b. Sebagai pedoman untuk perencanaan proses produksi dan perencanaan
teknologi pengendalian bahaya-bahaya di lingkungan kerja.
c. Menentukan pengendalian bahan proses produksi terhadap bahan yang
lebih beracun dengan bahan yang sangat beracun.
d. Membantu menentukan diagnosis gangguan kesehatan, timbulnya
penyakit-penyakit dan hambatan-hambatan efisiensi kerja akibat faktor
kimiawi dengan bantuan pemeriksaan biologik
KATEGORI KARSINOGENITAS

Bahan-bahan kimia yang bersifat karsinogen, dikategorikan sebagai berikut:

A-1 Terbukti karsinogen untuk manusia (Confirmed Human Carcinogen). Bahan-bahan kimia
yang berefek karsinogen terhadap manusia, atas dasar bukti dari studi-studi epidemologi
atau bukti klinik yang meyakinkan, dalam pemaparan terhadap manusia yang terpajan.
A-2 Diperkirakan karsinogen untuk manusia (Suspected Human Carcinogen). Bahan kimia yang
berefek karsinogen terhadap binatang percobaan pada dosis tertentu, melalui jalan yang
ditempuh, pada lokasi-lokasi, dari tipe histologi atau melalui mekanisme yang dianggap
sesuai dengan pemaparan terhadap tenaga kerja terpajan. Penelitian epidemologik yang ada
belum cukup membuktikan meningkatnya risiko kanker pada manusia yang terpajan.
A-3 Karsinogen terhadap binatang. Bahan-bahan kimia yang bersifat karsinogen pada binatang
percobaan pada dosis relatif tinggi, pada jalan yang ditempuh, lokasi, tipe histologik atau
mekanisme yang kurang sesuai dengan pemaparan terhadap tenaga kerja yang terpapar.
A-4 Tidak diklasifikasikan karsinogen terhadap manusia. Tidak cukup data untuk
mengklasifikasikan bahan-bahan ini bersifat karsinogen terhadap manusia ataupun binatang.
A-5 Tidak diperkirakan karsinogen terhadap manusia.
NAB GABUNGAN

Apabila terdapat lebih dari satu bahan kimia berbahaya yang


bereaksi terhadap sistem atau organ yang sama, di suatu
udara lingkungan kerja, maka kombinasi pengaruhnya perlu
diperhatikan. Jika tidak dijelaskan lebih lanjut, efeknya
dianggap saling menambah :

{C1/ NAB(1)} + {C2/ NAB(2)} + ……….+ {Cn/ NAB(n) } = ….


Kalau jumlahnya lebih dari 1 (satu), berarti Nilai Ambang Batas
Campuran dilampaui. .
1. Keadaan Umum
NAB campuran : C1 + C2 + C3 + ………. =
NAB(1) NAB(2) NAB(3)
Contoh 1 :
Udara mengandung 400 bds Aseton (NAB-750 bds), 150 bds Butil asetat sekunder
(NAB-200 bds) dan 100 bds Metil etil keton (NAB-200 bds). Kadar campuran =400 bds +
150 bds + 100 bds = 650 bds.
Untuk mengetahui NAB campuran dilampaui atau tidak, angka-angka tersebut
dimasukkan ke dalam rumus :
400 + 150 + 100 = 0,53 + 0,75 + 0,5 = 1,78
750 200 200
Dengan demikian kadar bahan kimia campuran tersebut di atas telah melampaui NAB
campuran, karena hasil dari rumus lebih besar dari 1 (satu).
B. Efek Sendiri

NAB Gabungan=
C1/NAB(1) = 1, C2/NAB(2) = 1, C3/NAB(3) = 1 dst

Contoh:
Udara mengandung 0.15 mg/m3 lead (NAB = 0.15 mg/m3 ) and
0.7 mg/m3 Asam Sulfat (NAB = 1 mg/m3 )
0.15/0.15 = 1 . 0.7/1 = 0,7
NAB belum terlampaui
Alat Monitoring Faktor Kimia
3. Faktor Biologi (Biological hazard)

♦ Mikroorganisma dan toksinnya (virus, bakteri, fungi


dan produknya), menyebabkan infeksi, reaksi alergi.
♦ Anthropoda (crustacea, arachnid, insect), gigitan dan
sengatannya dpt menyebabkan inflamasi kulit,
intoksikasi sistemik, reaksi alergi).
♦ Alergen dan toksin tumbuhan tingkat tinggi,
menyebabka dermatitis kontak, asma (inhalasi).
♦ Protein alergen dari tumbuhan tingkat rendah dan
hewan invertebrata (parasit seperti : protozoa,dll).
EVALUASI

Secara kuantitatif

1. Penilaian LK
Dilakukan dengan melakukan pengukuran,
pengambilan sampel dan analisis laboratorium.
Dibandingkan dengan standar.

Tujuan :
- Mengetahui tingkat pemaparan yg terjadi.
- Mengetahui efektifitas alat pengendalian.
- Penentuan kebijakan
2. Peralatan Monitoring / Pengukuran LK

a. Faktor Fisik
- Kebisingan : Sound Level Meter
- Getaran : Vibrationmeter
- Penerangan : Luxmeter
- Iklim kerja : Heat Stress Monitor
- Radiasi : Survey meter
b. Faktor Kimia
1. Direct Reading
- Gas detector, CO meter
- Mercury Vapour Analyzer
- dll.

2. Metoda pengambilan sampel udara


- Personal pump sampler
- Low volume sampler
- Impinger
- dll
3. Analisis laboratorium

AAS (Atomic Absorption Spetrophotometer)


untuk analisis logam berat seperti : Pb, Mn, Cd,
Cr, Mercury, As, dll.

GC (Gas Chromatograph) untuk analisis


Hidrokarbon seperti : Benzene, Toluen, Xylene, MEK,
n-Hexane, Styrene, dll.

SEM (Scanning Electrone Microscopy)


X-Ray Diffractometer dan instrumentasi lainnya.

Anda mungkin juga menyukai