Anda di halaman 1dari 18

BAB I

Peranan Geometrik jalan dalam pemenuhan kebutuhan hidup manusia dari segi
ekososbud berdasarkan literatur yang ada, dan mengemukan yang anda pahami
tentang geometrik jalan

Dilihat dari tujuan dan sistem manajemen pengoperasian jalan, maka dalam tahap
perancangan geometri harus bisa menghasilkan infra struktur yang memenuhi aman, efisien
dalam pelayanan dan memaksimalkan rasio biaya pembangunan. Yang menjadi dasar
dalam perancangan geometri itu adalah dalam menetapkan nilai parameter perancangan
seperti, kendaraan rencana, kecepatan rencana, dan volume arus lalu lintas rencana, kedua
faktor tersebut mencerminkan karakteristi dari sifat gerak kendaraan, ukuran
kendaraan/radius putar, dan tinggi mata pengemudi. Parameter perancangan yang
ditetapkan tersebut mempunyai korelasi langsung dengan segi-segi fisik unsur-unsur
geometri. Kecepatan ini merupakan kecepatan maksimum yang aman yang dapat
dipertahankan pada setiap tempat di sepanjang jalan.
Hasil rancangan teknis jalan yang baik, jalan tersebut bisa menjamin keamanan bagi
penggunanya,dan itu merupakan hasil penggabungan dari bentuk alinyemen vertikal dan
horizontal yang baik pula. Alinyemen merupakan serangkaian garis lurus yang dihubungkan
dengan lengkung/lingkaran, dengan ketentuan perubahan mendadak dari bagian lurus ke
bagian lengkung dan penyambungan lengkung dengan jari-jari berbeda atau menempatkan
bagian yang lurus yang pendek di antara kedua lengkung harus dihindari.
Dalam pemilihan trase jalan di daerah luar kota bisa ditempuh dengan dua cara, cara
tradisional dan moderen. Pemilihan dengan cara tradisional dilakukan dengan pengamatan
dan pengukuran langsung di lapangan ”di atas tanah”.
Langkah yang dilakukan meliputi pengamati dengan bantuan peta topografi. Maksudnya
untuk meneliti dan menetapkan alternatif rute-rute/trase jalan yang layak atas dasar
pertimbangan memenuhi ketentuan teknis geometri jalan, dalam menghadapi permasalahan
yang ada seperti, adanya celah gunung, adanya penyeberangan sungai, dan adanya
rintangan-rintangan yang besar seperti lereng/gunung yang curam. Pada pemilihan trase
jalan dengan cara moderen bisa dilakukan di kantor berdasarkan teknik fotografmeteri, cara
ini sudah berkembang lebih maju dalam era komputer ini seperti, adanya prangkat lunak
yang bisa merancang geometri jalan sekaligus.
Menurut saya geometrik jalan ialah sebagai suatu bangun jalan raya yang menggambarkan
tentang bentuk/ukuran jalan raya baik yang menyangkut penampang
melintang,memanjang,maupun aspek lain yang terkait dengan bentuk fisik jalan.
Elemen – elemen utama perancangan geometri jalan adalah :
a.Alinyemen Horisontal
Alinyemen Horisontal terutama dititik beratkan pada perencanaan sumbu jalan
dimanaakan terlihat jalan tersebut merupakan jalan lurus, menikung ke kiri, atau ke kanan.
Sumbu jalan terdiri dari serangkaian garis lurus, lengkung berbentuk lingkaran dan lengkung
peralihan dari bentuk garis lurus kebentuk kebentuk lingkaran. Perencanaan geometrik jalan
memfokuskan pada pemilihan letak dan panjang dari bagian ini , sesuai dengan
kondisimedan.Besarnya radius lengkung horizontal dipengaruhi oleh nilai kecepatan
rencana, elevasidan gaya gesek jalannya, hindarkan merencanakan alinyemen horizontal
jalan denganmempergunakan radius minimum karena akan menghasilkan lengkung yang
paling tajam pada ruas jalan tersebut sehingga pengemudi merasa tidak nyaman dengan
kondisi ini. Besarkecilnya radius lengkung horizontal disesuaikan dengan kecepatan rencana
pada ruas jalantersebut, tabel dibawah ini menunjukkan besarnya radius lengkung Horizontal
dengankecepatan rencananya.

b.Alinyemen Vertikal
Alinyemen Vertikal atau penampang memanjang jalan disini akan terlihat apakah
jalantersebut tanpa kelandaian, mendaki atau menurun. Pada perencanaan alinyemen Vertikal
inimempertimbangkan bagaimana meletakkan sumbu jalan sesuai kondisi medan
denganmemperhatikan sifat operasi kendaraan, keamanan, jarak pandang, dan fungsi
jalan.Pada jalan – jalan berlandai dan volume yang tinggi, seringkali
kendaraan – kendaraan berat yang bergerak dengan kecepatan di bawah kecepatan rencana
menjadi penghalangkendaraan lain yang bergerak dengan kecepatan sekitar kecepatan
rencana, jenis kendaranyang sering menjadi penghalang adalah jenis truk. Dalam
perencanaan jalan prosentaseturunan / kelandaian yang disarankan menggunakan landai
datar untuk jalan – jalan diatastanah timbunan yang tidak mempunyai kereb. Lereng melintang
jalan dianggap cukup untukmengalirkan air di atas badan jalan dan kemudian ke lereng jalan.
Landai 15 % dianjurkanuntuk jalan– jalan diatas tanah timbunan dengan medan datar dan
menggunakan kereb.Kelandaian ini cukup membantu mengalirkan air hujan ke inlet atau
saluran pembuangan.Landai minimum sebesar 3 – 5 % dianjurkan dipergunakan untuk jalan
– jalan di daerahgalian atau jalan yang memakai kereb. Lereng melintang hanya cukup
untuk mengalirkan airhujan yang jatuh diatas badan jalan, sedangkan landai jalan
dibutuhkan untuk membuatkemiringan dasar saluran samping.
Macam-macam kurva dalam alinyemen horizontal

Bentuk kurva dalam alinyemen horizontal terdiri atas :

 Full Circle – FC (Lengkung Penuh) yaitu, Lengkung yang hanya terdiri dari bagian lengkung
tanpa adanya peralihan. Yang dimaksud disini adalah hanya ada satu jari2 lingkaran pada
lengkung tersebut. (lihat perbedaan dengan SCS)
 Spiral-Circle-Spiral – SCS yaitu, Lengkung terdiri atas bagian lengkungan (Circle) dengan
bagian peralihan (Spiral) untuk menghubungkan dengan bagian yang lurus FC. Dua bagian
lengkung di kanan-kiri FC itulah yg disebut Spiral. (lihat perbedaan dengan FC).
 Spiral-Spiral – SS yaitu, Lengkung yg hanya terdiri dari spiral-spiral saja tanpa adanya
circle. Ini merupakan model SCS tanpa circle. Lengkung ini biasanya terdapat di tikungan
dengan kecepatan sangat tinggi. (lihat perbedaan dengan SCS)

Tinjauan alinyemen vertikal secara keseluruhan

Ditinjau secara keseluruhan alinyemn vertikal harus dapat memberikan kenyamanan kepada
pemakai jalan disamping bentuknya jangan sampai kaku. Untuk mencapai itu harus
diperhatikan hal-hal sebagai berikut :

 Sedapat mungkin menghindari broken back, grad line atinya jangan sampai kita mendesaign
lengkung vertikal searah (cembung maupun cekung) yang hanya dipisahkan oleh tangen
yang pendek.

 Menghindari hidden dip, artinya kalau kita mempunyai alinymen vertikal yang relatif datar
dan lurus, jangan sampai didalamnnya terdapat lengkung-lengkung cekung yang pendek
yang dari jauh kelihatannya tidak ada atau tersembunyi.

 Landai penurunan yang tajam dan panjang harus diikuti oleh pendakian agar secara
otomatis kecepatan yang besar dari kendaraan dapat dikurangi.

 Kalau pada suatu potongan jalan kita menghadapi alinyemen vertikal dengan kelandaian
yang tersususun dari prosentase kecil sampai besar, maka kelandaian yang paling curam
harus ditaruh pada bagian permulaan landai, berturut-turut kemudian kelandaian yang lebih
kecil. Sampai akhirnya yang paling kecil.
Faktor-faktor yang harus dipertimbangkan

Alinyemen vertical direncanakan dengan mempertimbangkan antara lain hal-hal sebagai


berikut :

 Kecepatan rencana

Kecepatan rencana yang diambil harus disesuaikan dengan ketetapan yang telah dipakai
pada alinyemen horizontal. Dengan demikian klasifikasi medan yang telah ditetapkan untuk
alinyemen horizontal berikut wilayah-wilayah kecepatan rencananya harus dijadikan
pegangan untuk menghitung tikungan-tikungan pada alinyemen vertikal. Kalau hal ini tidak
dijaga akan diperoleh ketidak seimbangan, misalnya disatu pihak kita mempunyai kecepatan
rencana yang tinggi untuk alinyemen horizontal, sedangkan alinyemen vertikalnya hanya
mempunyai kecepatan rencana yang lebih rendah atau sebaliknya. Ini berarti akan
merugikan pemakai jalan atau bahkan bias membahayakan pemakai jalan.

 Topography

Keadaan topography ini earat hubungannya dengan volume pekerjaan tanah. Untuk terrain
yang berat sering kita terpaksa harus menggunakan angka-angka kelandaian maximum
pada alinyemen vertikal agar volumem pekerjaan tanah dapat dikurangi. Pada perencanaan
jalan baru kita harus agak berhati-hati dalam menetapkan alinyemen vertikal. Sebab sekali
kita kurang bijaksana dalam menetapkan kelandaian jalan, perbaikannya akan menuntut
biaya yang sangat besar. Disamping itu penetapan kelandaian harus sedemikian sehingga
tinggi galian atau dalamnya timbunan masih dalam batas-batas kemampuan pelaksanaan.

 Fungsi jalan

Dalam merencanakan jalan (terutama didaerah perkotan) sering kita hadapi bahwa rencana
jalan kita akan crossing dengan existing road. Sebelum menetapkan bentuk tersebut kita
harus mengetahui betul, apa sebetulnya fungsi jalan kita maupun fungsi jalan yang dicross
oleh kita jalan tersebut. Sehingga dengan demikian dapat kita tentukan bentuk-bentuk
crossing tersebut. Dari bentuk-bentuk crossing tersebut baru dapat kita tentukan alinyemen
vertikalnya.

 Tebal perkerasan yang diperhitungkan

Untuk design jalan baru, tebal perkerasan tidak mempengaruhi penarikan alinyemen
vertikal. Tapi untuk design yang sifatnya betterment, tebal perkerasan akan memegang
peranan penting. Dalam hal ini penarikan alinyemenvertikal harus sudah sedemikian
sehingga kedudukannya terhadap permukaan jalan lama mendekati atau sesuai dengan
yang telah diperhitungkan.
 Tanah dasar

Kadang-kadang kita terpaksa membuat jalan diatas tanah dasar yang sering kena banjir.
Disini kita harus hati-hati artinya jangan sampai alinyemen vertikal kita tidak cukup tinggi.
Kedudukan alinyemen vertikal harus sedemikian sehingga : Permukaan air banjir tidak
mencapai lapis-lapis perkerasan. Cukup tinggi sampai kita dapat memasang culvert yang
betul-betul bisa berfungsi.

Macam-macam contoh bentuk dalam alinyemen vertikal


A. Pengaruh Infrastruktur Jalan Tehadap Kehidupan Sosial
Terdapat banyak pengaruh yang ditimbulkan akibat adanya pembangunan
infrastruktur jalan antara lain memberikan kemudahan dalam pertukaran,
perjalanan dan pelayanan masyarakat. Selain itu terdapat manfaat lain yaitu:
a) Pengangkutan menciptakan persatuan dan kesatuan yang semakin kuat
serta meniadakan isolasi.
b) Pengangkutan menyebabkan pelayanan kepada masyarakat dapat
dikembangkan atau diperluas dengan merata pada setiap bagian wilayah
suatu negara.
c) Keamanan negara terhadap serangan dari luar negeri yang tidak
dikehendaki mungkin sekali tergantung pada pengangkutan yang efisien
yang memudahkan mobilitas segala daya (kemampuan dan ketahanan)
nasional, serta serta memungkinkan perpindahanpasukan-pasukan perang
selama masa perang.
d) Sistem pengangkutan yang mungkin efisien memungkinkan negara
memindahkan dan pengangkut penduduk dari daerah yang mengalami
bencana ke tempat yang lebih aman.

B. Pengaruh Infrastruktur Jalan Terhadap Ekonomi


Teori pertumbuhan baru mencoba menjelaskan pentingnya infrastruktur
dalam mendorong perekonomian bangsa. Dimana teori ini memasukkan infrastruktur
sebagai input yang mempengaruhi output serta menjadi sumber untuk meningkatkan
batas-batas kemajuan teknologi. Eksternalitas infrastruktur ternyata dapat
mempengaruhi kegiatan produksi dengan memberikan eksesibilitas, kemudahan dan
kemungkinan kegiatan produksi menjadi semakin produktif lagi.
Dalam pembangunan infrastruktur jalan di kota Semarang pun memiliki dampak
positif yaitu sebagai berikut:

a. Memperlancar arus distribusi barang atau jasa dari Semarang ke kota-kota


lain di pulau Jawa atau luar jawa
b. Memperlancar kegiatan ekonomi dan menjadikan komunikasi bisnis bisa lebih
efektif antar pulau dari pulau Jawa dan Pulau lainnya di luar jawa
c. Aktivitas manusia dari satu daerah ke daerah lain dapat berjalan dengan lebih
cepat karena manusia menginginkan waktu yang efektif dan efisien.
d. Memicu pemerataan pembangunan di wilayah Jawa Tengah dan sekitarnya
e. Membuka lapangan pekerjaan baru bagi pedagang kaki lima untuk berdagang
di sepanjang jalan
Selain dampak positif kita juga dapat mengetahui beberapa dampak negatifnya
diantaranya sebagai berikut:

a. Trotoar terkadang menjadi beralih fungsi menjadi tempat untuk berdagang


b. Jalan menjadi macet karena banyak yang parkir sembaranagan untuk
membeli jajan di pinggir jalan
c. Adanya persaingan anatara toko besar dan pedagang kecil

 Ada juga beberapa faktor pendorong kebutuhan infrastruktur, antara lain:


 Pertumbuhan penduduk
Adanya pertambahan penduduk menyebabkan meningkatnya permintaan
kebutuhan masyarakat. Terutama untuk kebutuhan pokok, antara lain makanan,
pakaian, dan perumahan. Maka dari itu pemenuhan sarana prasarana sangat
diperlukan sebagai penunjang kebutuhan masyarakat.
 Urbanisasi
Tingginya angka urbanisasi masuk ke kota menyebabkan meningkatnya
kebutuhan infrastruktur sebagai penunjang kehidupan masyarakat menjadi lebih
baik. Contoh-contoh infrastruktur tersebut antara lain: transportasi, telekomunikasi,
energi, perumahan,fasilitas umum, dsb.
 Bencana alam
Munculnya bencana alam seperti banjir, tanah longsor, air rob, gempa bumi, dll
merupakan salah satu faktor pendorong pembangunan infrastruktur. Pembangunan
akan infrastruktur sangat diperlukan saat terjadinya bencana alam karena berfungsi
sebagai alat pertolongan atau sebagai pengganti infrastruktur yang rusak akibat
bencana alam tersebut,.
BAB III

RUAS GEOMETRIK JALAN

Dilakukan untuk mengetahui apakah kondisi geometrik jalan yang ada masih dapat
memenuhi syarat atau tidak. Evaluasi dilakukan terhadap ketetapan jarak pandang,
alinyemen horisontal, alinyemen vertikal dan keterpaduan antara keduanya.

Komposisi Penampang Melintang


Penampang melintang jalan terdiri atas bagian-bagian.

1) Jalur lalu lintas; 3) Jalur Pejalan Kaki


2) Median dan jalur tepian (kalau ada);
Jalan Mulawarman jika kita lihat dari segi UU No 38 Tahun 2004 dapat kita
kategorikan sebagai jalan lokal, karena jalan tersebut merupakan jalan umum yang
berfungsi melayani angkutan setempat dengan ciri perjalanan jarak dekat, kecepatan rata-
rata rendah, dan jumlah jalan masuk tidak dibatasi. Jalan lokal menghubungkan kota jenjang
kesatu dengan persil atau kota jenjang kedua dengan persil, kota jenjang ketiga dengan
kota jenjang ketiga, kota jenjang ketiga dengan kota jenjang dibawahnya, kota jenjang
ketiga dengan persil atau kota .Jalan Mulawarman merupakan jalan milik negara di mana
panjang jalannya sekitar 5 km.

Sesuai dengan Pasal 2 UU No.38 Tahun 2004 tentang jalan bahwa dalam penyelenggaraan
jalan harus memenuhi tujuh azas, yaitu

1) Asas manfaat, jalan harus dapat memberikan nilai tambah baik untuk setiap
pemangku kepentingan maupun untuk kesejahteraan rakyat
2) Asas keamanan, agar jalan memenuhi persyaratan teknik, kondisi, dan
administrasi
3) Asas keserasian dengan lingkungan, agar jalan selaras dengan sector lain,
seimbang dengan wilayah, tidak merusak lingkungan
4) Asas keadilan, agar penggunaan jalan diperlakukan sama untuk semua pihak,
tidak mengarahkan keuntungan kepada pihak tertentu
5) Asas transparansi, agar proses pembangunan jalan terbuka untuk diketahui
masyarakat, akuntabel dan dapat dipertanggung jawabkan
6) Asas keberdayagunaan, agar pemanfaatan sumber daya dan ruang jalan
dilakukan secara optimal, dan pencapaian hasil sesuai dengan sasaran
7) Asas kebersamaan dan kemitraan, agar penyelenggaraan jalan harus melibatkan
para pemangku kepentingan, atas dasar hubungan kerja yang harmonis, setara,
timbal balik, dan sinergis.
BAB IV

PENUTUP

Geometrik jalan ialah sebagai suatu bangun jalan raya yang menggambarkan tentang
bentuk/ukuran jalan raya baik yang menyangkut penampang melintang,memanjang,maupun
aspek lain yang terkait dengan bentuk fisik jalan. Secara filosofis, perencanaan
(perancangan) bentuk geometrik jalan raya harus ditetapkan sedemikian rupa sehingga
jalan dapat memberikan pelayanan yang optimal kepada lalu lintas sesuai dengan
fungsinya.

Geometrik jalan raya mencakup berbagai hal/ketentuan yang telah ditetapkan diantaranya
tentang Alinemen Vertikal Jalan,Alinemen Horizontal Jalan,klasifikasi jalan ,bagian-bagian
jalan serta hal-hal yang menyangkut teknis jalan lainnya didasarkan pada UU No. 38 Tahun
2004 tentang jalan.
PENDAHULUAN

Dengan melihat besarnya jumlah kecelakaan yang ada di Indonesia keselamatan


jalanharus dipandang secara komprehensif dari semua aspek perencanaan, pekerjaan
pembuatan suatu jalan.
Perencanaan Geometrik jalan merupakan salah satu persyaratan dari
perencanaan jalan yang merupakan rancangan arah dan visualisasi dari trase jalan
agar jalan memenuhi persyaratan selamat, aman, nyaman, efisien.
Tidak selalu persyaratan itu bisa terpenuhikarena adanya faktor– faktor yang harus menjadi
bahan pertimbangan antara lain keadaan lokasi, topografi, geologis, tata guna lahan dan
lingkungan.
Semua faktor ini bisa berpengaruh terhadap penetapan trase jalan karena akan mempengaruhi
penetapan Alinyemen Horisontal, Alinyemen Vertikal dan penampang melintang sebagai bentuk
efisiensi dalam batas persyaratan yang berlaku.Berbagai penelitian tentang pengaruh geometrik
terhadap keamanan berkendara telahdilakukan di beberapa Negara namun menghasilkan
kesimpulan yang berbeda sehingga mendorong peneliti untuk mengetahui lebih jauh hubungan
geometri jalan dan keamanan berkendara beserta karakteristiknya yang terjadi di Indonesia.
BAB II

FUNGSI DAN KLASIFIKASI JALAN BERDASARKAN PERATURAN UU


DI INDONESIA

 Berdasarkan UU RI No 38 Tahun 2004 tentang Jalan


Jalan adalah prasarana transportasi darat yang meliputi segala bagian jalan, termasuk
bangunan pelengkap dan perlengkapannya yang diperuntukkan bagi lalu lintas, yang berada
pada permukaan tanah, di atas permukaan tanah, di bawah permukaan tanah dan/atau air,
serta di atas permukaan air, kecuali jalan kereta api, jalan lori, dan jalan kabel;

 Sedang berdasarkan UU RI No 22 Tahun 2009 tentang Lalu lintas dan Angkutan Jalan
yang diundangkan setelah UU No 38 mendefinisikan
Jalan adalah seluruh bagian jalan, termasuk bangunan pelengkap dan
perlengkapannya yang diperuntukkan bagi Lalu lintas umum, yang berada pada permukaan
tanah, di atas permukaan tanah, di bawah permukaaan tanah dan/atau air, serta di atas
permukaan air, kecuali jalan rel dan jalan kabel.
Prasarana lalu lintas dan angkutan jalan adalah ruang lalu lintas, terminal dan
perlengkapan jalan yang meliputi marka, rambu, alat pemberi isyarat lalu lintas, alat
pengendali dan pengaman pengguna jalan, alat pengawasan dan pengamanan jalan serta
fasilitas pendukung. Sistem jaringan jalan terdiri atas sistem jaringan jalan primer dan sistem
jaringan jalan sekunder. Sistem jaringan jalan primer merupakan sistem jaringan jalan dengan
peranan pelayanan distribusi barang dan jasa untuk pengembangan semua wilayah di tingkat
nasional,
dengan menghubungkan semua simpul jasa distribusi yang berwujud pusat-pusat kegiatan,
dan sistem jaringan jalan sekunder merupakan sistem jaringan jalan dengan peranan
pelayanan distribusi barang dan jasa untuk masyarakat di dalam kawasan perkotaan.

Yang mana pengelompokkan dan peranannya adalah sebagai berikut :


1) Jalan arteri, adalah merupakan jalan umum yang berfungsi melayani angkutan utama
dengan ciri perjalanan jarak jauh, kecepatan rata-rata tinggi, dan jumlah jalan masuk
dibatasi secara berdaya guna. Jalan arteri dibagi menjadi jalan arteri primer dan arteri
sekunder. Jalan ini menghubungkan kota jenjang kesatu terletak berdampingan atau
menghubungkan kota jenjang ke satu dengan kota jenjang kedua.
2) Jalan kolektor, adalah jalan umum yang berfungsi melayani angkutan pengumpul atau
pembagi dengan ciri perjalanan jarak sedang, kecepatan rata-rata sedang, dan jumlah
jalan masuk dibatasi. Jalan ini terdiri dari jalan kolektor primer dan jalan kolektor
sekunder. Jalan ini menghubungkan kota jenjang kedua dengan kota jenjang kedua
atau kota jenjang kedua dengan kota jenjang ketiga.
3) Jalan lokal, adalah merupakan jalan umum yang berfungsi melayani angkutan
setempat dengan ciri perjalanan jarak dekat, kecepatan rata-rata rendah, dan jumlah
jalan masuk tidak dibatasi. Jalan lokal menghubungkan kota jenjang kesatu dengan
persil atau kota jenjang kedua dengan persil, kota jenjang ketiga dengan kota jenjang
ketiga, kota jenjang ketiga dengan kota jenjang dibawahnya, kota jenjang ketiga
dengan persil atau kota dibawah dengan kota jenjang ketiga sampai persil. Jalan lokal
dapat dibagi menjadi jalan lokal primer dan jalan lokal sekunder.
4) Jalan lingkungan, adalah merupakan jalan umum yang berfungsi melayani angkutan
lingkungan dengan ciri perjalanan jarak dekat, dan kecepatan rata-rata rendah. Jalan
lingkungan meliputi jalan lingkungan primer dan jalan lingkungan sekunder. Jalan
lingkungan primer merupakan jalan lingkungan dalam skala wilayah tingkat lingkungan
seperti di kawasan perdesaan di wilayah kabupaten, sedangkan jalan lingkungan
sekunder merupakan jalan lingkungan dalam skala perkotaan seperti di lingkungan
perumahan, perdagangan, dan pariwisata di kawasan perkotaan.

Pengaturan kelas jalan berdasarkan spesifikasi penyediaan prasarana jalan dikelompokkan


sebagai berikut :
1) Jalan bebas hambatan (freeway) adalah jalan umum untuk lalu lintas menerus yang
memberikan pelayanan menerus/tidak terputus dengan pengendalian jalan masuk
secara penuh, dan tanpa adanya persimpangan sebidang, serta dilengkapi dengan
pagar ruang milik jalan, paling sedikit 2 (dua) lajur setiap arah dan dilengkapi dengan
median;
2) Jalan raya (highway) adalah jalan umum untuk lalu lintas menerus dengan
pengendalian jalan masuk secara terbatas dan dilengkapi dengan median, paling
sedikit 2 (dua) lajur setiap arah;
3) Jalan sedang (road) adalah jalan umum dengan lalu lintas jarak sedang dengan
pengendalian jalan masuk tidak dibatasi, paling sedikit 2 (dua) lajur untuk 2 (dua) arah
dengan lebar paling sedikit 7 (tujuh) meter;
4) Jalan kecil (street) adalah jalan umum untuk melayani lalu lintas setempat, paling
sedikit 2 (dua) lajur untuk 2 (dua) arah dengan lebar paling sedikit 5,5 (lima setengah)
meter.
 Klasifikasi jalan.
Jalan menurut UU 38 tahun 2004 adalah sebagai berikut :
Ø Pengelompokan Jalan
Pasal 6
a. Jalan sesuai dengan peruntukannya terdiri atas jalan umum dan jalan khusus.
b. Jalan umum sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dikelompokkan menurut
sistem,fungsi, status, dan kelas.
c. Jalan khusus sebagaimana dimaksud pada ayat (1) bukan diperuntukkan bagi
lalulintas umum dalam rangka distribusi barang dan jasa yang dibutuhkan.
d. Ketentuan lebih lanjut mengenai jalan khusus sebagaimana dimaksud pada ayat
(3)diatur dalam peraturan pemerintah.
Pasal 7
Sistem jaringan jalan terdiri atas sistem jaringan jalan primer dan sistem jaringanjalan
sekunder.
a. Sistem jaringan jalan primer sebagaimana dimaksud pada ayat (1) merupakan system
jaringan jalan dengan peranan pelayanan distribusi barang dan jasa untuk
pengembangan semua wilayah di tingkat nasional, dengan menghubungkan semua
simpul jasa distribusi yang berwujud pusat-pusat kegiatan.
b. Sistem jaringan jalan sekunder sebagaimana dimaksud pada ayat (1) merupakan
sistem jaringan jalan dengan peranan pelayanan distribusi barang dan jasa untuk
masyarakat di dalam kawasan perkotaan.
c. Ketentuan lebih lanjut mengenai sistem jaringan jalan sebagaimana dimaksud pada
ayat (1), ayat (2), dan ayat (3) diatur dalam peraturan pemerintah.
Pasal 8
a. Jalan umum menurut fungsinya dikelompokkan ke dalam jalan arteri, jalan kolektor,
jalan lokal, dan jalan lingkungan.
b. Jalan arteri sebagaimana dimaksud pada ayat (1) merupakan jalan umum yang
berfungsi melayani angkutan utama dengan ciri perjalanan jarak jauh, kecepatan
ratarata tinggi, dan jumlah jalan masuk dibatasi secara berdaya guna.
c. Jalan kolektor sebagaimana dimaksud pada ayat (1) merupakan jalan umum yang
berfungsi melayani angkutan pengumpul atau pembagi dengan ciri perjalanan jarak
sedang, kecepatan rata-rata sedang, dan jumlah jalan masuk dibatasi.
d. Jalan lokal sebagaimana dimaksud pada ayat (1) merupakan jalan umum yang
berfungsi melayani angkutan setempat dengan ciri perjalanan jarak dekat, kecepatan
rata-rata rendah, dan jumlah jalan masuk tidak dibatasi.
e. Jalan lingkungan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) merupakan jalan umum yang
berfungsi melayani angkutan lingkungan dengan ciri perjalanan jarak dekat, dan
kecepatan rata-rata rendah.
f. Ketentuan lebih lanjut mengenai jalan arteri, jalan kolektor, jalan lokal, dan jalan
lingkungan sebagaimana dimaksud pada ayat (2), ayat (3), ayat (4), dan ayat (5) diatur
dalam peraturan pemerintah.

prototype konstruksi jalanan

a) Batu Pinggir
Batu pinggir atau batu penyangga dimaksud untuk menjaga supaya pinggiran lapisan batu
yang dihampar sebagai Lapisan Telford dapat tertahan dengan baik. Batu Pinggir (batu
penyangga) dipasang sepanjang pinggiran Lapisan Telford memanjang jalan disebelah kiri
dan kanan dengan ukuran lebih tebal dari lapisan batu belah pokok (minimal 1.5 kalinya ),
atau 20-25 Cm.
b) Pasir
Pasir yang digunakan sebagai dasar ( bantalan) untuk meletakkan batu belah adalah pasir
bersih, pasir laut atau pasir urug yang baik dan tidak mengandung lempung, bebas dari akar,
rumput, sampah atau kotoran lainnya. Lapisan pasir ini merupakan dasar untuk meletakkan
batu belah dengan tegak. Pasir ini harus mempunyai ukuran 95% < 4,.75 Cm. Tebal lapisan
pasir adalah 10-15 Cm padat.
c) Aspal
Aspal merupakan material utama pada konstruksi lapis perkerasan lentur (flexible pavement)
jalan raya, yang berfungsi sebagai campuran bahan pengikat agregat, karena mempunyai
daya lekat yang kuat, mempunyai sifat adhesif, kedap air dan mudah dikerjakan.
TUGAS 1
“ GEOMETRIK JALAN”

Dosen Pengampuh : Dr. Ir. M Djaya B M.T


Tanggal : Senin, 18 Maret 2019

Disusun Oleh :

Elia Wellem
17.403010.20

FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS BORNEO TARAKAN
2019

Anda mungkin juga menyukai