1, Juni 2011 : 20 - 25
Ringkasan
Kebutuhan dan pembangunan akan prasarana transportasi jalan di Pedesaan sangat
mendesak. Pembangunan jalan yang dihasilkan di Pedesaan paling tidak ditinjau dari as-
pek geometri, pelaksanaan, dan biaya tidak jauh berbeda dari kaidah-kaidah teknis, ling-
kungan, dan ekonomis. Kendala yang ada di Pedesaan akan selalu dihadapkan pada
sumber daya manusia pelaksana yang memadai. Tulisan ini akan mencoba menguraikan
dasar-dasar perencanaan sederhana untuk geometri jalan di Pedesaan, yang mudah di-
pahami dan dilaksanakan.
Ditinjau dari sejarah terjadinya jalan di Pedesaan banyak dijumpai jalan berubah peran
dan fungsinya seiring dengan waktu, perubahan tersebut dimulai dari jalan setapak, lalu
berubah jadi jalan lokal, jalan kolektor, dan mungkin jadi jalan arteri. Oleh karena banyak
ditemui elemen geometri jalan yang tidak sesuai dengan ketentuan teknis yang ada dan
ini sangat berbahaya untuk pergerakan lalu lintas.
Undang Undang, No. 38 Tahun 2004, Tentang Jalan, bahwa prasarana transportasi jalan
bertujuan untuk meningkatkan pembangunan dan sekaligus menyalurkan hasil pem-
bangunan ke seluruh pelosak hingga ke Pedesaan. Prasarana transportasi dalam bentuk
jalan untuk kawasan pedesaan merupakan pilihan utama, selain murah dalam pem-
bangunan juga mempunyai keunggulan dalam aksesibilitas.
Kata Kunci : Trase Jalan, Geometrik Jalan
berurutan berubah peran dari jalan setapak tu area/wilayah, termasuk di dalamnya perleng-
menjadi jalan desa, jalan lokal, dan bahkan ja- kapan/fasilitas, rute angkutan umum, dan kiner-
lan kolektor. Akibatnya sekarang ini banyak ru- ja jalan/lalu lintas operasional.
as jalan yang sudah mempunyai klasifikasi pe- Lalu-lintas (Traffic); sebagai sistem perge-
ran fungsi jalan, tetapi ditinjau dari aspek keten- rakan dan merupakan hasil interaksi tata guna
tuan umum dan teknis geometri masih banyak lahan dan prasarana transportasi. Arus lalu lin-
yang tidak memenuhi. tas kendaraan dan barang bergerak di jaringan
Melihat fenomena masyarakat pedesaan jalan yang bias dihitung dengan kendaraan, o-
terpencil seperti diuraikan tersebut di atas, rang atau ton per jam.
dipandang perlu komponen pemuka yang ada Dengan melihat perkembangan yang ada
di pedesaan terpencil seperti, tokoh masyara- pada sistem transportasi makro dan adanya ke-
kat, karang taruna karya, petugas pemerintahan terkaitan sub sistem di dalamnya. Keterkaitan
RW dan RT, dan mungkin pembina jalan yang sub sistem bisa memperkuat sejarah jalan yang
ada. Bisa memahami teknik dasar perencanaan menyatakan bahwa, banyak jalan yang me-
geometri jalan sederhana untuk jalan pedesaan ngalami perubahan peran yang dahulunya se-
terpencil. Untuk itu dalam tulisan ini mencoba bagai peran jalan setapak berubah menjadi ja-
mengemukakan prisnsip-prinsip dasar dalam lan berperan lebih tinggi, secara berurutan ke
menetapkan pembuatan alinyemen jalan, yang jalan, desa, lokal, dan bahkan menjadi kolektor.
disesuaikan dengan kondisi lingkungan dan
sumberdaya manusia di pedesaan. Dengan ha- Prasarana Transportasi Jalan
rapan manakala jalan tersebut berubah dalam Menurut UU, No 38, Tentang Jalan, Tahun
peran, geometri jalan tersebut ditinjau dari as- 2004, bahwa jalan dibuat dengan tujuan untuk
pek ketentuan umum dan teknis tidak terlalu mempercepat pembangunan dan sekaligus me-
jauh berbeda. nyebarkan hasil pembangunan ke seluruh dae-
rah, untuk itu bentuk fisik jalan harus bisa me-
2. KAJIAN PUSTAKA menuhi pelayanan optimum bagi arus lalu lintas
sebagai prasarana transportasi jalan (akses) ke
Sistem Transportasi Menyeluruh daerah-daerah.
Dalam transportasi kita mengenal adanya
sistem transportasi secara menyeluruh (sistem Jaringan Jalan
makro) yang di dalamnya terdiri atas beberapa Dalam pengoperasiannya jalan dapat dikla-
sistem yang lebih kecil (sistem mikro) yang ma- sifikasikan menurut sistem jaringan, peranan,
sing-masing saling terkait dan saling mempe- dan wewenang pembinaan. Berdasarkan sistem
ngaruhi. Sistem transportasi makro seperti dii- jaringan jalan dikelompokkan menjadi sistem ja-
lustrasikan dalam Gambar 1. berikut ini, ringan primer dan sekunder. Berdasarkan peran
jalan dikelompokkan menjadi jalan, arteri, kolek-
tor, lokal, desa, dan husus. Berdasarkan wewe-
nang pembinaan jalan dikelompokkan atas ja-
lan, negara/nasional, provinsi, kabupaten, kota,
desa, dan jalan khusus. Wewenang yang di-
maksud dalam konteks ini adalah wewenang
kegiatan pembinaan jalan dan kegiatan penga-
daan. Kegiatan pembinaan jalan meliputi, pe-
nyusunan rencana umum jangka panjang dan
menengah, penyusunan program pengadaan,
dan pemeliharaan. Kegiatan pengadaan meli-
puti perencanaan teknik, pembangunan, pene-
rimaan, penyerahan, dan pengambilalihan.
Geometri Jalan
Dilihat dari tujuan dan sitem manajemen pe-
ngoperasian jalan, maka dalam tahap peran-
Pemanfaatan guna lahan (Transport De- cangan geometri harus bisa menghasilkan infra
mand); merupakan sistem kegiatan, untuk apa struktur yang memenuhi aman, efisien dalam
sebidang lahan akan digunakan (pertanian, pe- pelayanan dan memaksimalkan rasio biaya
rumahan, industri, toko, dll) dan bagaimana in- pembangunan. Yang menjadi dasar dalam pe-
tensitas dari aktifitas yang terjadi pada sebidang rancangan geometri itu adalah dalam menetap-
lahan tersebut. kan nilai parameter perancangan seperti, ken-
Prasarana Transportasi (Transport Supply) ; daraan rencana, kecepatan rencana, dan vo-
ini termasuk jaringan transportasi di dalam sua- lume arus lalu lintas rencana, kedua faktor ter-
Jurnal POROS TEKNIK, Volume 3, No. 1, Juni 2011 : 20 - 25
sebut mencerminkan karakteristi dari sifat gerak sarana transportasi seperti rel/KA jaringannya
kendaraan, ukuran kendaraan/radius putar, dan belum bisa memenuhi kebutuhan. Bahkan se-
tinggi mata pengemudi. Parameter perancang- perti jenis kendaraan sepeda motor aksesnya
an yang ditetapkan tersebut mempunyai korela- bisa sampai kerumah-rumah.
si langsung dengan segi-segi fisik unsur-unsur Karakteristik kendaraan bermotor sangat
geometri. Kecepatan ini merupakan kecepatan berbeda dengan rel atau udara, karena tran-
maksimum yang aman yang dapat dipertahan- sportasi tersebut tidak berada di bawah pe-
kan pada setiap tempat di sepanjang jalan. ngendalian yang terpadu (lembaga), kecuali
Hasil rancangan teknis jalan yang baik, ja- angkutan umum. Sebagian besar kendaraan
lan tersebut bisa menjamin keamanan bagi pe- bermotor dimiliki dan dipakai secara pribadi, jadi
nggunanya, dan itu merupakan hasil pengga- dalam pengoperasian adanya suatu kebebasan
bungan dari bentuk alinyemen vertikal dan hori- dalam memilih lintasan dan kecepatan.
zontal yang baik pula. Alinyemen merupakan
serangkaian garis lurus yang dihubungkan de- Perubahan Pemanfaatan Guna Lahan
ngan lengkung/lingkaran, dengan ketentuan pe- Di daerah pedesaan terpencil fenomena pe-
rubahan mendadak dari bagian lurus ke bagian ngembangan/perubahan pemanfaatan guna la-
lengkung dan penyambungan lengkung dengan han baru dari lahan tidak beraktifitas menjadi
jari-jari berbeda atau menempatkan bagian beraktifitas (ladang/sawah) pada awalnya dimu-
yang lurus yang pendek di antara kedua leng- lai dari kecenderungan kelompok masyaraka
kung harus dihindari. untuk memenuhi kebutuhan hidup/pangan, de-
Dalam pemilihan trase jalan di daerah luar ngan menempuh bercocok tanam pada daerah
kota bisa ditempuh dengan dua cara, cara tra- lebih subur, dimana lokasi tersebut selalu me-
disional dan moderen. Pemilihan dengan cara ngarah ke pedesaan lebih dalam. Penggarap
tradisional dilakukan dengan pengamatan dan untuk mengefisiensikan sistem transportasi pa-
pengukuran langsung di lapangan ”di atas ta- da lokasi garapan baru, maka dipilih untuk me-
nah”. Langkah yang dilakukan meliputi penga- lakukan perpindahan penduduk/keluarga me-
mati dengan bantuan peta topografi. Maksud- ndekati lokasi. Pada saat terjadinya sistem ke-
nya untuk meneliti dan menetapkan alternatif giatan baru, sudah dirasakan adanya mekanis-
rute-rute/trase jalan yang layak atas dasar per- me sistem tranportasi yang tentunya dengan in-
timbangan memenuhi ketentuan teknis geometri tensitas aktifitas lebih kecil/sederhana yaitu,
jalan, dalam menghadapi permasalahan yang adanya kebutuhan akan prasaran dan sarana
ada seperti, adanya celah gunung, adanya pe- transportasi untuk angkutan barang dan orang
nyeberangan sungai, dan adanya rintangan-rin- ke tempat lain. Untuk memenuhi kebutuhan itu
tangan yang besar seperti lereng/gunung yang sepakat kelompok masyarakat membuat jalan
curam. Pada pemilihan trase jalan dengan cara sebagai prasarana bertransportasi, awalnya
moderen bisa dilakukan di kantor berdasarkan prasarana tersebut dalam bentuk yang sangat
teknik fotografmeteri, cara ini sudah berkem- sederhana yaitu, jalan setapak.
bang lebih maju dalam era komputer ini seperti, Pembuatan jalan setapak saat itu tentunya
adanya prangkat lunak yang bisa merancang dibuat dengan pertimbangan atas dasar para-
geometri jalan sekaligus. meter perancangan yang disesuaikan dengan
kebutuhan, biasanya teknis perancangan geo-
3. KONDISI LAPANGAN metri jalan didasarkan atas pengalaman yang
dirasakan atau melihat contoh pada lokasi lain.
Transportasi Kendaraan Bermotor Budaya masyarakat desa dalam menyikapi
Transportasi orang dan barang saat ini de- pembuatan jalan dilakukan dengan cara gotong
ngan menggunakan moda angkutan kendaraan royong/kerja bakti, dengan penyediaan lahan di-
bermotor sudah mendominasi dan merupakan lakukan secara hibah oleh pemilik tanah yang
kebutuhan baik pada masyarakat di perkotaan dilewati jalan tersebut.
maupun di pedesaan. Angkutan kendaraan ber- Sejalan dengan waktu yang dibarengi de-
motor yang ada di pedesaan terpencil paling ti- ngan perubahan tingkat sosial masyarakat, ja-
dak seperti ojeg (jenis angkutan penumpang lan setapak tersebut berubah perannya ke pe-
dengan menggunakan sepeda motor) dan ang- ran jalan yang lebih tinggi yang tentunya sudah
kutan barang/grobak dimana penariknya sepe- mendapatkan peningkatan di sana/sini. Pening-
da motor. Kendaraan lain seperti jenis pickup katan jalan tersebut lebih ditekankan hanya pa-
kecil sudah mulai bermunculan. da aspek lebar jalan dan perkerasan jalan.
Dalam bertransportasi di darat masyarakat Adanya jaringan jalan dengan peran lebih
lebih banyak memilih prasarana jalan, karena tinggi yang dipandang oleh masyrakat penda-
prasarana tersebut mempunyai kemudahan da- tang membawa kemudahan aksesibilitas, mobi-
lam hal aksesibilitas dan mobilitas di banding litas, dan ekonomi, maka lingkungan sisi jalan
dengan prasarana lainnya, selain itu jenis pra- selalu berkembang dan berubah dalam peman-
Perencanaan Geometri Jalan Sederhana untuk Jalan Pedesaan ………… (Adderian Noor, dkk)
5. PENUTUP
Kesimpulan
Dari beberapa uraian yang ada pada sub-
bab di atas, beberapa hal yang bisa ditarik
kesimpulan sebagai berikut ;
1) Dengan berpedoman pada uraian sederhana
Gambar 5. Denah trase jalan ini, diharapankan pada masyarakat pedesa-
an bisa memahami pentingnya jalan dan bi-
6) Langkah selanjutnya, pembuatan trase jalan sa melaksanakan pembuatan jalan.
final dengan cara memberi tanda dari lang- 2) Pembuatan jalan dengan berpedoman pada
kah yang diuraikan tersebut di atas, dengan perencanaan geometri jalan pedesaan, pa-
memberi tanda patok/bendera. Dari setiap ling tidak geometri jalan tersebut secara tek-
bendera tersebut dihubungkan, maka akan nis bisa dipertanggung jawabkan.
terbentang trase jalan yang direncanakan.
7) Pada tahap ini setelah jelas bahwa rencana Saran
jalan dengan lebar tertentu akan melewati Saran yang bisa disampaikan adalah seba-
tanah milik individu warga atau kelompok. gai berikut ;
Tahap ini merupakan tahapan paling sulit, 1) Perlu diadakan sosialisasikan tata cara
namun demikian dengan cara musyawarah pembuatan jalan sederhana di pedesaan.
untuk mufakat dengan memberi penjelasan 2) Diperluas kembali gagasan proyek padat
seperti, diuraikan pada sub-bab Pemberian karya seperti yang pernah dilakukan pada
Motifasi bisa terlaksana. masa-masa dahulu. Seperti Kabupaten Ma-
8) Setelah kebutuhan akan lahan untuk jalan nggarai, Provinsi Nusa Tenggara Timur (Er-
disepakati, langkah selanjutnya membuat win Kusnandar,Ir.2006)
alur jalan, langkah yang harus dilakukan
adalah sebagai berikut ; 6. DAFTAR PUSTAKA
Dari trase jalan/alur sudah terbentuk
Tetapkan lebar jalan efektif 1. Alik, Ansyori Alamsyah, 2005, Rekayasa
Semak dan pohon-pohon ditebas, area Lalu Lintas, Jakarta
yang ditebas lebih lebar dari pada lebar 2. Ditjen. Bina Marga, 2000, Perencanaan Ge-
jalan efektif. ometri Jalan Antar Kota.
Penampang melintang jalan sedatar 3. Erwin, Kusnandar, 2006, Makalah Teknik
mungkin Konferensi Regional Teknik Jalan ke-9, Ma-
Setelah terbentuk badan jalan, jika terjadi kassar.
adanya lereng di bagian samping jalan 4. Puslitbang Jalan dan Jembatan, 1996, Pe-
sebaiknya tidak tegak melainkan miring, doman Sederhana Pembangunan Prasara-
supaya tidak runtuh. na Jalan dan Jembatan Untuk Pedesaan.
Menyingkirkan batu besar dari badan ja- 5. Silvia, Sukirman, 1994, Dasar-dasar Peren-
lan. canaan Geometri Jalan, Jakarta