Anda di halaman 1dari 16

PETUNJUK TEKNIS

Materi Praktikum:
1. Koriokarsinoma
2. Karsinoma sel skwamosa servik
3. Leiomioma
4. Mola hidatidosa
5. Kistadenoma ovarii musinosum
6. Fibroadenoma mamma
7. Fibrocystic changes
8. Karsinoma payudara invasive tidak spesifik (Invasive carcinoma mamma no special
type)
9. Tumor jinak pilloides payudara (Benign phyllodes tumor)

Tujuan instruksional
1. Peserta didik dapat memahami gambaran mikroskopik preparat koriokarsinoma.
2. Peserta didik dapat memahami gambaran makroskopik dan mikroskopik
karsinoma servik tidak berkeratin.
3. Peserta didik dapat memahami mengenai gambaran makroskopik dan mikroskopik
leiomioma uteri.
4. Peserta didik mampu menjelaskan gambaran makroskopik dan mikroskopik
kehamilan mola hidatidosa.
5. Peserta didik dapat memahami gambaran makroskopik dan mikroskopik tumor
kistadenoma ovarii musinosum.
6. Peserta didik dapat memahami gambaran makroskopik dan mikroskopik
fibroadenoma mamma.
7. Peserta didik dapat memahami gambaran makroskopik dan mikroskopik perubahan
fibrokistik mamma (fibrocystic changes)
8. Peserta didik dapat memahami gambaran makroskopik dan mikroskopik karsinoma
payudara invasive tidak spesifik (Invasive carcinoma mamma no special type )
9. Peserta didik dapat memahami gambaran makroskopik dan mikroskopik tumor
jinak piloides payudara.

I. KORIOKARSINOMA
1.1 Pengertian

1
Adalah suatu keganasan dari tumor trofoblastik yang terdiri dari sel-sel trofoblast
intermediat, sinsitiotrofoblast dan sitotrofoblast serta tidak dijumpai vili khorion. Terjadi
pada 0.02-0.05/1000 kehamilan, resiko meningkat pada kehamilan mola hidatidosa. Dapat
juga berkembang setelah kehamilan normal maupun ektopik. Koriokarsinoma terjadi pada
usia reproduktif (29-31), dimana jarang terjadi pada remaja atau wanita postmenopause.
Pada koriokarsinoma ditandai meningkatnya serum hCg.1

1.2 Makroskopis
Secara umum tumor berukuran besar dengan massa yang destruktif dan bewarna merah
kehitaman serta dapat dijumpai nekrosis dan perdarahan.1

Gambar 1.1 Makroskopik koriokarsinoma uterus. 1

1.3 Mikroskopis
Massa tumor membentuk struktur solid, difus dan infiltratif yang terdiri dari sel-sel
intermediate trofoblast, sinsitiotrofoblas dan sitotrofoblas. Dijumpai area nekrosis dan
perdarahan luas dan banyak mitosis, sering pula ditemukan invasi limfovaskular.1

A B

2
C
Gambar 1.2 Koriokarsinoma pada uterus A. Pola solid, menunjukkan sel sinsitiotrofoblas neoplastik (panah
merah). B Sel-sel trofoblast ganas. C Area perdarahan. 1

II. KARSINOMA SEL SKWAMOSA SERVIK (SQUAMOUS CELL CARCINOMA)


2.1Pengertian
Adalah neoplasia ganas dari sel epitel skuamus kompleks. SCC pada serviks merupakan
neoplasia kedua tersering dan penyebab kematian pada wanita setelah kanker payudara.
Faktor resiko diantaranya adalah berganti-ganti pasangan seksual, multipara, menikah
muda, imunodefisiensi, infeksi kronis terutama oleh klamidia. Sedangkan infeksi HPV
terutama HPV tipe 16 dan 18 merupakan penyebab dari SCC. Prognosis penderita
tergantung kepada stadium klinis. 2
SCC diklasifikasikan atas (WHO, 2014):
- Keratinizing SCC
- Non Keratinizing SCC
- Basaloid SCC
- Verrucous SCC
- Warty SCC
- Papillary SCC
- Squamotransitional SCC
- Lymphoepithelioma-like SCC

2.2 Makroskopis
Secara inspeksi visual lesi kemerahan, rapuh, eksofitik, polipoid, papiler atau ulseratif.
Pada palpasi teraba indurasi atau noduler. Dapat juga lesi infiltratif yang tidak terlihat
secara visual.1

3
Gambar 2.1 Makroskopik karsinoma skuamosa pada serviks. 3

2.3 Mikroskopis
Sel epitel skuamus neoplasia membentuk struktur pulau-pulau atau sarang-sarang yang
padat/ solid, dipisahkan stroma jaringa ikat fibrokolagen yang desmoplasia kadang dengan
sebukan sel radang limfoplasmasitik. Sel bentuk bulat/ poligonal, besar, N/C ratio tinggi,
inti besar dan pleomorfik, vesikuler, hiperkromatik, nukleoli jelas, mitosis abnormal
banyak, sitoplasma eosinofilik, terdapat mutiara keratin/ keratin pearl ( tipe keratinizing),
sel diskeratotik (tipe nonkeratinizing).1

A B

C D

Gambar 2.2 A. SCC massa membentuk struktur pulau-pulau. B. SCC berkeratin terdapat keratin pearl.C.
Keratin pearl D. Sel diskeratotik. 3

4
LOW GRADE SQUAMOUS INTRAEPITHELIAL LESION (LSIL)

Pengertian
Low Grade Squamous Intraepithelial Lesion atau CIN 1 (Cervical Intraepithelial
neoplasia) adalah lesi prakanker derajat rendah dari karsinoma sel skuamus. LSIL
sebagian besar disebabkan oleh adanya infeksi HPV. Terdapat 2 jenis HPV yaitu HPV tipe
low risk (tipe 6 dan 11) dan HPV tipe high risk (tipe 16 dan 18). HPV low risk
menyebabkan LSIL seperti veruka dan kondiloma sedangkan HPV high risk menyebabkan
High grade SIL, karsinoma dan adenokarsinoma. LSIL hampir 90% regresi, namun
sebagian kecil dapat berlanjut menjadi lesi prakanker derajat tinggi yaitu High Grade SIL
(HSIL) dan kanker serviks. Patogenesis lesi LSIL menjadi HSIL memerlukan waktu
bertahun-tahun bahkan dapat puluhan tahun. Namun HSIL hanya memerlukan waktu
beberapa bulan sampai beberapa tahun untuk menjadi karsinoma sel skuamus serviks.

Makroskopis
Secara inspeksi inspekulo terdapat bercak keputihan pada serviks dapat disertai perdarahan
sentuh.

Gambar 2.3. Lesi prakanker serviks.

Mikroskopis
- Lapisan mukosa serviks tersusun atas sel epitel skuamus kompleks non keratin terdiri
dari lapisan basalis, parabasalis, intermediate dan sel superfisialis.
- Terdapat proliferasi sel basal/ parabasal displasia hingga 1/3 tebal lapisan epitel
mukosa serviks ( CIN 1)
- Terdapat fokus sel-sel koilositosis yang merupakan efek sitopatik infeksi virus HPV
dengan ciri sel dengan rasio N/C meningkat, membran inti ireguler, hiperkromatik
(raisinoid) dan sitoplasma terdapat vacuola yang mengelilingi inti (halo-like vacuola).
- Dapat ditemukan parakeratosis atau hiperkeratosis pada permukaan epitel.
- Stroma berupa jaringan fibrous, terdapat kelenjar endoservik, sel radang limfosit dan
sel plasma, serta vaskuler kecil-kecil.

5
A B

Gambar 2.4. A. LSIL dimana sel displasia mencapai 1/3 ketebalan epitel. B. Sel koilosit.

HIGH-GRADE SQUAMOUS INTRAEPITHELIAL LESION (HSIL)


Pengertian
Suatu lesi intraepitelial skuamosa yang memiliki resiko menjadi karsinoma invasif jika
tidak di tatalaksana. Sering disebut sebagai carcinoma intraepithelial neoplasia (CIN 2 dan
3), terjadi pada wanita usia tua jika dibandingkan dengan low-grade squamous
intraepithelial lesion (LSIL) dan sering dikaitkan dengan infeksi human papilloma virus
(HPV). Untuk HSIL ini sering dideteksi dengan pemeriksaan pap smear dan kolposkopi.1

Makroskopik
Gambaran massa yang eksopitik (papiler) pada porsio serviks, dimana tampak porsio yang
ulserasi dan mudah berdarah. 1

Gambar 2.5 Makroskopik HSIL pada porsio serviks A. Ilustrasi lesi intraepithelial serviks B. Pemeriksaan
kolposkopi menunjukkan gambaran porsio yang ulserasi dan bewarna kemerahan. 4

Mikroskopik
Proliferasi sel-sel skuamosa terutama pada zona metaplasia, ditandai dengan ukuran inti
abnormal, yaitu inti membesar, membran inti ireguler dan meningkatnya N/C rasio diikuti
dengan meningkatnya mitosis, polaritas sel terganggu namun membran basal intak.1

6
Gambar 2.6 High-grade intraepithelial lesion (HSIL) pada serviks A. Dijumpai koilosit, yang mana derajat
proliferasi pada zona parabasal melebihi kriteria pada LSIL (CIN 2) B. Mikroskopik HSIL C. Ditandai
imaturitas sel memenuhi seluruh ketebalan lapisan epitel skuamosa, polaritas terganggu dan banyak jumlah
mitosis. 1

Gambar 2.7 Gambaran sitologi HSIL pada pemeriksaan pap smear. 4

III. LEIOMIOMA
3.1 Pengertian
Leiomioma uteri adalah tumor jinak dari otot polos uterus. Merupakan tumor tersering dari
uterus dan terjadi pada wanita usia 40 tahun hingga 50 tahun. Secara klinis biasanya tanpa
gejala, dapat terjadi menoragia dan nyeri pelvis. Sering multipel dapat terletak di
submukosa, intramural maupun subserosa. 1,2

3.2 Makroskopis
Tumor berbatas tegas, berkapsul, dengan ukuran bervariasi, pada potongan tampak
berstruktur kumparan, putih dan kenyal. Adanya fokus perdarahan dan nekrosis merupakan
hal penting untuk dilaporkan karena mengarah suatu keganasan.1

7
Gambar 3.1 Multipel leiomyoma pada uterus (submukosa, intramural dan sub serosa). 3

3.3 Mikroskopis
Leiomioma tersusun dari sel-sel miosit dengan inti lonjong membentuk berkas-
berkas/fasikel pendek yang saling menyilang (interlacing fasicle) membentuk struktur
kumparan (whorled pattern). Sel bentuk spindel dengan batas jelas, sitoplasma eosinofilik
fibriler inti bentuk cigar-shaped (cerutu) dengan nukleoli kecil, sering terdapat deposit
kolagen dan stroma yang hialinisasi. 1

B C
Gambar 3.2. A. Struktur sel miosit pada leiomioma; B. Mikroskopis leiomioma yang berbatas tegas; C. Sel
miosit dengan inti lonjong.

8
V. MOLA HIDATIDOSA
4.1 Pengertian
Suatu keadaan plasenta yang abnormal dikarakteristikan dengan ukuran villi yang
membesar, edematik dan avaskular serta di ikuti oleh sel trofoblastik yang hiperplasia.
Faktor resiko yang signifikan terjadi pada usia maternal <15 tahun dan >40 tahun. Mola
hidatidosa terbagi menjadi komplit, parsial dan invasif. Mola komplit yaitu gangguan
proliferasi dari plasenta mengakibatkan vili hidrofik dan hiperplasia sel-sel trofoblast tanpa
perkembangan embriogenik (tidak dijumpai komponen janin), sedangkan parsial jika
dijumpai populasi vili dari yang berukuran normal hingga mengalami hidrofik ringan, dan
fokal hiperplasia sel-sel trofoblast (dijumpai komponen janin). Mola invasif jika vili sudah
menembus hingga lapisan miometrium.1

4.2 Makroskopis
Pada mola hidatidosa komplit dan parsial memiliki gambaran tidak jauh berbeda, dijumpai
area perdarahan dan gelembung vili.

B
A
A
Gambar 4.1 Gambaran gelembung pada mola hidatidosa A. Komplit B. Parsial. 1,3

4.3 Mikroskopis
- Mola hidatidosa komplit ditandai dengan vili yang membesar secara difus, mengalami
degenerasi hidrofik, avaskular, hiperplasia sel-sel trofoblastik dan terbentuknya
sisternae.
- Mola hidatidosa parsial ditandai adanya campuran populasi vili yang berukuran normal
dan vili yang membesar dan mengalami perubahan hidrofik dan avascular. Terkadang
dijumpai komponen janin.
- Mola hidatidosa invasif ditandai dengan gambaran vili korealis pada lapisan
miometrium dengan atau tanpa invasi vaskular.

9
B
A A
A

C
A

Gambar 4.2. Gambaran mikroskopik pada mola hidatidosa A. Mola hidatidosa komplit, ditandai dengan
ukuran vili khorealis yang seluruhnya membesar B. Mola hidatidosa parsial, dijumpai dua populasi vili
khorealis C. Mola hidatidosa invasif, vili menginvasi hingga dinding dalam uterus.1,3

V. KISTADENOMA OVARII MUSINOSUM


5.1 Pengertian
Mucinous cystadenoma ovarium adalah tumor jinak kistik ovarium yang dilapisi oleh epitel
tipe musinus gastrointestinal. Tumor ini sering terjadi pada wanita semua usia, rerata usia
50 tahun. Gejala klinis tersering adalah nyeri pelvis dan teraba benjolan pada
pelvis/abdomen.1

5.2 Makroskopis
Bentuk tumor umumnya unilateral, multilokuler atau unilokuler, ukuran beberapa
sentimeter sampai > 30 cm. Pada potongan terdapat kista-kista berisi massa/ cairan kental
seperti jelli/ agar berwarna putih keruh sampai kecoklatan.

10
Gambar 5.1 Massa multilokuler/ multikistik, berisi massa musin, diliputi kapsul tipis. 3

5.3 Mikroskopis
Tumor multikistik yang dilapisi epitel musinus simplek non stratifikasi menyerupai epitel
foveolar gastrik atau epitel intestinal yang mengandung sel goblet, kadang terdapat papil
yang menonjol ke dalam lumen yang mengandung massa musin dengan dinding kista
stroma ovarium yang seluler.

A B C
Gambar 5.2. A. Massa multikistik/multilokuler. B. Masa papiler dilapisi epitel kolumner selapis tipe intestinal
dengan sel goblet. C. Sel pelapis bentuk kolumner selapis inti terdesak ke basal sitoplasma eosinofilik
mengandung musin, dinding kista stroma fibrokolagen.1,2

VI. FIBROADENOMA MAMMA


6.1 Pengertian
Merupakan tumor fibroepitelial jinak. Menurut definisi WHO 2012, FAM adalah tumor
jinak bifasik berbatas tegas, yang berasal dari unit terminal duktal-lobuler (terminal duct
lobular unit = TDLU) dengan gambaran proliferasi elemen epitel kelenjar dan stroma.
Tumor ini merupakan tumor jinak tersering pada usia reproduktif terutama usia < 30 tahun.
Gejala klinis tumor tidak terasa nyeri, soliter, batas tegas, pertumbuhan lambat, mudah
digerakkan. Tumor dapat multinodul, unilateral atau bilateral. Tumor yang berukuran > 5
cm disebut Giant Fibroadenoma mamma. Tumor ini tidak berpotensi ganas, berhubungan
dengan hormon estrogen, namun penyebab pasti belum diketahui.

6.2 Makroskopis
Tumor bentuk ovoid dan berkapsul. Pada potongan warna abu-abu atau putih, solid,
kenyal, berlobus dan bersekat-sekat.

11
Gambar 6.1 Makroskopik berupa massa padat, putih, licin dan glassy dan berkapsul tipis.

6.3 Mikroskopis
- Gambaran mikroskopik berupa nodul neoplasia berkapsul tipis jaringan ikat fibrous.
- Duktus-duktus proliferasi dilapisi epitel kuboid-kolumner selapis sampai beberapa
lapis, lumen bercabang-cabang/ ireguler dan membulat.
- Komponen sel stroma hiperseluler fokal atau difus terutama pada usia < 20 tahun, dan
sel stroma dengan perubahan miksoid atau hialinisasi, terutama pada usia lebih tua.
- FAM perikanalikuler yaitu proliferasi sel stroma sirkumferensial mengelilingi duktus.
- FAM intrakanalikuler yaitu proliferasi sel stroma yang menekan lumen duktus menjadi
celah-celah sempit.

h s

d
d
k

Gambar 6.2. Keterangan gambar. Duktus (d) dilapisi epitel kuboid dan kolumner selapis, lumen
menyempit (intrakanalikuler) pada panah merah dan lumen membulat (perikanalikuler) panah
hitam. Stroma miksoid (m) dan hialinisasi (h). Kapsul tumor (k), komponen stroma (s) dan
komponen epitelial (panah hitam).

VII. PERUBAHAN KISTIK PAYUDARA (FIBROCYSTIC CHANGES)


7.1 Pengertian
Fibrocystic changes atau perubahan fibrokistik merupakan lesi non neoplasia pada
payudara dimana terjadi sekumpulan perubahan pada struktur unit duktal lobular. FCC
berhubungan dengan status hormonal. Gejala klinis berupa teraba benjolan dengan batas
tidak tegas atau penebalan disertai nyeri.

12
7.2 Makroskopis
Berupa benjolan/ penebalan jaringan (lump) dengan batas tepi tidak tegas, tampak kista-
kista kecil berisi cairan jernih, dikelilingi jaringan fibrosa putih kenyal diinfiltrasi jaringan
lemak berwarna kekuningan.

Gambar 7.1 Makroskopis FCC

7.3 Mikroskopis
Gambaran FCC berupa duktus yang melebar kistik, asini proliferasi/ adenosis, dan
perubahan stroma fibrokolagen hialinisasi yang diinfiltrasi oleh sel adiposit, disertai oleh
metaplasia apokrin dari epitel pelapis duktus.

F L

C
A

Gambar 7.2. FCC tampak duktus melebar kistik (C), lobuler adenosis (L), stroma fibrokolagen dan
fat matur (F), kista dilapisi epitel apokrin metaplasia (A).

VIII. KARSINOMA PARUDARA INVASIF TIDAK SPESIFIK (INVASIVE


CARCINOMA OF NO SPECIAL TYPE)
8.1 Pengertian
Invasive carcinoma mamma of no special type lazimnya dulu disebut sebagai invasive
ductal carcinoma mamma. WHO 2012 menyebutkan terminologi ini sebagai suatu
kelompok heterogen dari karsinoma mamma yang tidak dapat dikelompokkan ke dalam
karsinoma jenis tertentu seperti lobular carcinoma atau tubular carcinoma dan sebagainya.
Karsinoma ini merupakan bentuk tersering dari karsinoma mamma.

13
8.2 Makroskopis
Tidak ada gambaran spesifik , ukuran tumor bervariasi dari < 10 mm sampai > 100 mm.
Massa ireguler, stelata, atau noduler, keras dan berpasir atau rapuh, permukaan abu-abu
putih dengan garis (streak) kekuningan.

Gambar 8.1 A. Jaringan mamma dilapisi jaringan kulit dengan gambaran nipple dimpling (retraksi
putting) dan peau d’ orange ( tekstur kulit jeruk). B. Massa batas tegas permukaan ireguler putih,
keras meyusupi
A jaringan lemak. B

8.3 Mikroskopis
Tumor struktur tubuler, pita-pita, deretan, solid sampai difus infiltratif. Sel bentuk
poligonal, ukuran kecil- besar, inti oval sampai sangat pleomorfik, ukuran kecil-besar,
vesikuler, hiperkromatik, nukleoli mencolok, mitosis dapat ditemukan sitoplasma
eosinofilik. Massa dikelilingi stroma fibroseluler sampai desmoplasia dengan sebaran sel-
sel radang limfosit. Dapat ditemukan struktur ductal carcinoma in situ. Derajat keganasan
berdasarkan struktur tubularitas, atipia inti dan jumlah mitosis abnormal dibagi atas derajat
1, 2 dan 3.

A B

cd

14
Gambar 8.2. A. Struktur tumor tubuler, stroma seluler. B struktur solid, sel poligonal, N/C ratio
tinggi, inti vesikuler, nukleoli mencolok, mitosis banyak ditemukan. C. Ductal carcinoma in situ
dengan central comedonecrosis (cd).

IX. TUMOR JINAK PILLOIDES (BENIGN PHYLLODES TUMOUR)


9.1 Pengertian
Tumor jinak berbatas tegas yang secara histologi menyerupai fibroadenoma mamma
intrakanalikular, dengan karakteristik komponen epitelial tersusun dua lapis (double-
layered) membentuk celah-celah dikelilingi komponen mesenkimal/ stroma hiperseluler,
menyerupai struktur seperti daun (leaf-like structure).

9.2 Makroskopis
Massa berbatas tegas dengan potongan permukaan berwarna kecoklatan atau merah jambu
keabuan, mukoid dan fleshy.

Gambar 9.1 Makroskopis tumor pilloides

9.3 Mikroskopis
- Pola pertumbuhan intrakanalikular dengan leaf-like structure.
- Komponen epithelial terdiri dari dua lapisan, yaitu sel luminal dan mioepitelial.
- Komponen stroma lebih seluler dibandingkan fibroadenoma mamma, dengan inti sel
stroma monomorfik.

A
Gambar 9.2. A. Pola pertumbuhan intrakanalikular dengan leaf-like structure dengan komponen
epithelial terdiri dari dua lapisan, yaitu sel luminal dan mioepitelial. B Komponen stroma lebih
seluler dibandingkan fibroadenoma mamma, dengan inti sel stroma monomorfik.

15
Daftar Pustaka

1. Kobel M, Bell D, Oliva E, Pret J, Shih I, Vang R, et al. Tumour of the ovary. In: Kurman RJ, Carcangciu
ML, Herrington CS, Young RH. WHO Classification of Tumours of Female Reproductive Organ. 4th ed.
France: International Agency for Research on Cancer (IARC) Press Lyon; 2014. p.21-3.
2. ROBIN
3. WHO. Classification of tumor of the Breast, 2012
4. The Bethesda System, 2014

16

Anda mungkin juga menyukai