Masalah kesehatan merupakan hal penting bagi manusia. Manusia selalu berusaha
untuk sehat. Maka jika sakit maka segera dia berupaya untuk mendapatkan
kembali kesehatannya. Berbagai orang pandai dia datangi, untuk berkonsultasi,
untuk berobat, dengan harapan sakitnya dapat segera hilang, dan dia menjadi
sembuh.
Kesehatan bukan segala-galanya, tetapi tanpa kesehatan segalanya menjadi tidak –
kurang- berarti. Demikian sering kata-kata ini terdengar. Hal ini menunjukkan
bahwa kesehatan atau sehat adalah kebutuhan manusia.
Juga, ada dua hal yang menjadi modal utama manusia, tapi sering manusia sia-
siakan, yaitu: waktu dan kesehatan.
Apa itu kesehatan?
DEFINISI KESEHATAN.
Kesehatan dapat dimengerti dari beberapa definisinya, dan juga untuk mencapai
sehat diperlukan berbagai sarana.
Kajian pada aspek fisik ini memang telah mereduksi keutuhan manusia.
Perkembangan ilmu fisik manusia dalam kajian biomedik, sepertinya telah
membuat manusia meyakini bahwa apa saja yang ada pada tubuh ini hanyalah
fisik ini saja. Oleh karena kajian dilakukan pada makhluk hidup, maka kajiannya
disebut biomedik. Hal ini jelas reduksi yang salah dari kemanusiaan manusia.
Hanya saja, saat dikatakan manusia itu jahat. Miskipun badanya tampak sehat,
tapi, jiwanya tidak sehat. Yang ditunjuk dalam kalimat itu jelas bukanlah
badannya, tapi .. jiwanya.
Jadi,.. saat kita mengatakan itu adalah manusia, maka secara implisit kita
menunjuk badannya manusia itu dan juga jiwanya manusia itu. Bukan hanya
badannya. Dalam hal ini, jiwa tersebut, saya sebut sebagai jiwa individual.
Sehingga, memahami manusia seharusnyalah melihat badan (fisik) dan juga jiwa
(mental). Hal ini membawa konsekuensi bahwa manunjuk manusia sehat, harus
juga memperhatikan aspek fisik dan mentalnya.
Selain itu ..
Manusia hidup pada kenyataannya tidak mungkin hidup sendiri. Manusia untuk
hidup selalu membutuhkan manusia lain. Kemampuan untuk berhubungan dengan
manusia yang lain tidak dipenuhi dari keberadaan fisiknya saja, tapi lebih
membutuhkan kesadaran akan jiwa sosialnya.
Seseorang yang tidak mampu bekerja sama dengan orang lain, dapat dikatakan
jiwa sosialnya tidak sehat. Mungkin dia sehat jiwa individualnya, tetapi tidak
untuk jiwa sosialnya. Miskipun sebenarnya tidak mudah untuk memisahkan jiwa
individual dengan jiwa sosialnya.
Seorang sehat aspek sosialnya, maka akan mampu melakukan interaksi bersama
dengan orang lain, untuk melakukan usaha bersama, dan memberikan hasil akhir
yang bermanfaat bagi kehidupan bersama. Misalnya,.. jika ada sebuah barang
yang beratnya 150 kilogram. Maka untuk untuk memindahkan barnag itu, seorang
manusia sendirian tidak mungkin mampu melakukan.
Manusia yang utuh dan sehat secara holistik juga harus memperhatikan aspek
sosialnya. Sehingga, . manusia sehat adalah manusia yang fisik, mental dan
sosialnya sehat.
Melihat manusia secara holistik berarti melihat manusia dari unsur fisik, mental
dan sosialnya. Juga berarti sehat secara holistik adalah sehat fisik, mental dan
sosialnya.
sosial
mental
fisik
Hanya saja tidak hanya badan yang menjadi bahan pertimbangan orang itu sehat
atau sakit. Unsur jiwa juga menjadi perhatian. Orang yang sehat badannya. Yang
terlihat dari kadar gula darah, cholesterolnya normal. Jantungnya normal. Tekanan
darahnya normal. Paru-paru dan sistem respirasinya normal. Sistem sarafnya
normal. Hanya saja jiwanya mengalami gangguan. Orang itu tidak dapat tidur
kalau tidak mendapat obat dari dari dokter jiwa. Orang itu pernah mondok di
rumah sakit jiwa. Maka,.. orang seperti inipun dikatakan tidak sehat, dia
menderita gangguan kejiwaan. Dan dia orang .. sakit.
Orang yang badannya sehat dan jiwanya sehat, akan dapat melakukan berbagai
macam kegiatan, seperti makan, minum, belajar, bekerja dan lain sebagainya.
Mampu melakukan berbagai macam pekerjaan yang bersifat produktif. Misalnya
menghasilkan uang, maka secara ekonomis dia produktif.
Jiwa sebagai bagian dari manusia utuh dapat disebut sebagai “jiwa mandiri”. Jiwa
yang terdapat dalam sebuah badan. Orang sehat jika sehat badannya dalam arti
tidak sakit dan penyakit pada badannya, juga orang tersebut jiwa sehat. Jiwanya
dapat digunakan untuk mendorong lahirnya pikiran-pikiran positif. Jiwanya
mandiri, pada tubuh sendiri.
Hanya saja, oarang tidak dapat hidup sendiri. Orang untuk hidup jelas
membutuhkan orang lain. Mungkin juga membutuhkan makhluk selain manusia.
Kebutuhan akan orang lain itu mutlak. Bahkan untuk pertama kali proses
pembentukan manusia pun, memerlukan seorang ibu yang mengandungnya. Jelas
orang akan selalu memerlukan orang lain untuk dapat hidup di dunia ini dengan
enak. Orang harus bekerja, dan berusaha untuk mendapatkan apa yang
diinginkannya. Tetapi tidak mungkin semua kebutuhan itu akan terpenuhi hanya
dengan usaha sendiri. Bekerja sendiri memenuhi kebutuhannya sendiri, tanpa ada
keterlibatan orang lain. Sedikit atau banyak tetap memerlukan orang lain.
Hanya saja, mungkin terdapat orang yang lebih merasa senang dan tenang kalau
sendirian. Jika berkelompok dengan orang lain dia, akan mengalami mengalami
kebingungan, bahkan, jika dilihat orang. Perilakunya menjadi tampak aneh, atau
jika berkumpul dengan orang dia menjadi anti sosial. Dia melihat orang lain itu
serasa hanya melihat kelemahan dirinya. Maka dia kemudian menyendiri lagi.
Tidak suka melakukan silaturahmi. Dia .. mengalami gangguan dalam
berkehidupan bersama. Aspek sosialnya .. lemah. Boleh jadi orang demikian
dikatakan tidak sehat. Setidaknya,.. kesehatannya sosialnya.
Seseorang yang sehat badannya. Dia mampu mengendalikan dirinya. Dia sehat
badan dan jiwanya. Juga dia mampu berkehidupan bersama, membentuk diri,
menjadi bagian dari masyarakat lingkungannya. Bersama bekerja dan berperan
membentuk masyarakat yang teratur, tertib dan aman. Artinya, dia juga sehat dari
aspek sosialnya. Juga, produktif secara sosial. Juga dari kehidupannya di
masyarakat dia bekerja, dan mampu memperoleh penghasilan. Dia juga produktif
secara ekonomi. Kesejahteraan dia peroleh baik aspek sosial dan ekonomi.
Mungkin demikianlah definisi sehat menurut undang undang kesehatan tersebut.
Secara sederhana konsep sehat menurut undang undang kesehatan ini dapat
digambarkan sebagai berikut –lihat gambar 2-
-Sehat menurut konsep ekologis adalah keadaan seimbang antara host, agent
dan environment-
Untuk dapat sehat, memerlukan makanan yang baik, minuman yang bersih,
memerlukan pakaian, udara yang bersih, memerlukan lingkungan biotik dan
abiotik yang mendukung terpeliharanya kesehatan tubuh manusia.
Pada prinsipnya untuk sehat diperlukan lingkungan yang sehat, yang mendukung
untuk terpeliharanya kesehatannya manusia. Bahkan tidak sekedar istilah
memerlukanlingkungan yang bersih, tetapi memerlukan lingkungan yang
seimbang dengan kebutuhan kesehtan manusia.
Neraca sehat dalam konsep ekologis terdiri atas manusia –host-, dan penyebab
sakit –agent- sebagai lengan timbangan, dan lingkungan –environment- sebagai
titik tumpuan.
Posisi host dan agent harus lurus dan seimbang, dan posisi environment harus
dapat diatur agar terbentuk keseimbanagn antara host dan agent. Juga, keberadaan
host dan agent harus dapat dikontrol agar selalu terbentuk kondisi seimbang. Pada
prinsipnya, ketiga unsur itu harus selalu dinamis. Kesehatan selalu berusaha untuk
membuat kondisi ketiga unsur tersebut menghasilkan keseimbanngan host dan
agent.
Hanya saja harus dimengerti, bahwa host adalah selalu manusia. Sementara
environment dan agent tidak boleh dimengerti sebagaimana arti terjemahannya.
Agent dan environment harus dalam difahami dalam arti yang luas.
Agent sebagai penyebab sakit, dapat difahami sebagai unsur biotik, yaitu kuman
penyebab sakit, seperti virus, prion, bakteri, parasit dan lain-lainnya. Tapi
mungkin juga agent itu adalah manusia juga. Juga mungkin agent itu adalah unsur
abiotik, seperti racun, makanan yang tidak diterima oleh tubuh –alergen-.
Mungkin juga agent itu adalah psikogen –penyebab gangguan jiwa-. Seperti
keramaian, kesusahan, problema berat, dan lain sebagainya.
Environment adalah medium –media- dimana host dan agent berada. Medium
mana dapat berubah-ubah dan perubahan yang terjadi pada medium itu dapat
mempengaruhi keseimbangan host dan agent.
Boleh jadi perubahan itu secara khusus hanya mempengaruhi salah satunya –host
saja atau agent saja-, tapi dapat juga mempengaruhi keduanya.
Misalnya, pada musin hujan. Suhu lingkungan menjadi lebih dingin. Terjadi
genangan air lebih banyak. Sampah sukar mengering, sehingga pembusukan lebih
mudah. (lihat gambar 4: environment bergeser ke kiri. Sehingga mengakibatkan
ketidak seimbangan host dengan agent). Pembusukan sampah organik, merupakan
media untuk lalat menaruh telurnya. Maka, dapat dibayangkan. Terjadi jumlah
lalat yang banyak. Terjadi peningkatan jumlah nyamuk. Lalat dan nyamuk
merupakan vektor –pembawa- penyakit seperti desentri, demam berdarah,
gangguan pencernaan, tifus, muntaber, chikungunya, dan lain sebagainya. Disini
environment mempengaruhi agent (menjadi lebih virulen), juga mempengaruhi
host. Hal mana berakibat tidak terbentuknya keseimbangan host dan agent.
Host agent
environment
Gambar 4: Pergeseran E mempengaruhi keseimbangan H & A
Juga pada musim hujan, suhu dingin menyebabkan sistem saraf simpatis manusia
meningkat, dan parasimpatis menurun. Sehingga pencernaan mudah mengalami
gangguan, seperti kembung, dan ‟masuk angin‟. Kondisi demikian membuat
manusia menjadi tidak sehat –mudah sakit-. Disini environment mempengaruhi
host.
Juga harus diingat, bahwa tubuh manusia adalah lingkungan juga, bagi tumbuhnya
kuman komensal –kuman coli di usus besar- yang keberadaannya juga diperlukan
oleh tubuh manusia.
Juga,.. harus dimengerti, bahwa enviroment tidak hanya medium dalam arti fisik.
Boleh jadi environment adalah medium psikik. Seperti lingkungan yang kumuh,
tidak teratur, banyak kejahatan. Lingkungan demikian adalah medium psikik yang
buruk untuk kesehatan jiwa. Sehingga environment dalam hal ini dapat
merupakan psikogen atau menjadi agent.
Jadi pengertian lingkungan disini termasuk lingkungan udara, tanah, dan air Suatu
pengelolaan host, agent dan environment yang dinamis dan tepat, diperlukan
untuk membentuk keseimbangan dari ketiga unsur tersebut. Hasil akhir dari
keseimbangan dari host, agent dan environment adalah sehat.
ENV
AGENT HOST
ENV
Perubahan bentuk dari segitiga sama sisi, ke bentuk segitiga yang lain
menunjukkan adanya ketidak-seimbangan dan itu merupakan adanya penyakit
dalam diri individu itu.
Hanya saja harus dimengerti bahwa pada setiap orang, besar, kecilnya segitiga itu
berbeda-beda. Perbedaan itu terjadi terkait dengan adanya perbedaan lingkungan
(environment) dari invidu itu berbeda-beda. Juga, dapat jadi perbedaan itu tidak
menyolok pada orang yang selingkungan, karena memiliki pola ekosistem yng
relatif sama. Hanya saja perbedaan itu dapat sangat jelas, jika lingkungan atau
ekosistem dari masyarakat satu dengan yang lain itu mencolok. Seperti, penduduk
Irian pedalaman, akan memiliki ukuran segitiga yang berbeda dengan penduduk
Bali, misalnya. Perbedaan itu tidak menjadi masalah, selama segitiga itu
merupakan segitiga sama sisi,.. maka mereka dikatakan sehat.
Contoh kasusnya adalah sel darah merah penduduk Irian Jaya berbentuk bulan
sabit. Bentuk sel bulan sabit ini dapat dikatakan sebagai kondisi adaptasi terhadap
lingkunganyang endemik malaria. Bentuk sel darah bulan sabit tersebut membuat
merozoit tidak dapat berkembang di dalam sel darah merah, hal mana berakibat
plasmodiun tidak dapat berkekembang biak dalam tubuh orang tersebut. Sehingga,
.. orang-orang irian jaya akan kebal terhadap infeksi malaria.
Sementara, .. dikatakan kalau olah dengan sel darah merah berbentuk bulan sabit
maka dia dikatakan memiliki sel darah merahnya tidak normal, dan potensial
menderita anemia yang disebut sickle cell anemia. Tetapi hal itu tidak berlaku
bagi orang irian. Bentuk sel darah merah yang berbentuk bulan sabit tersebut
adalah bentuk yang ideal. Karena memberi mereka kemampuan atau kekebalan
dari infeksi malaria. Kondisi sel darah –berbentuk bulan sabit- tersebut merupakan
proses alami untuk memenuhi konsep sehat ekologik.
Selanjutnya,.. bentuk sel darah merah orang Bali, pada umumnya adalah ‟normal‟,
maksudnya sel darah merahnya tidak berbentuk bulan sabit, sama seperti pada
umumnya sel darah manusia yang lain. Bentuknya adalah cekung ditengah.
Bentuk sel darah merah yang normal tersebut adalah sel darah merah yang
diperlukan oleh merozoit untuk dapat berkembang biak. Boleh jadi jika orang bali
datang ke irian jaya, maka akan dengan mudah terkena infeksi malaria. Dan
menjadi sakit malaria. Bahkan, .. beresiko meninggal dunia. Hal ini terjadi, karena
tidak terbentuk keseimbangan antara agent, host dan environment.
Manusia normal, tidak bisa tidak, pasti bertuhan dan akan berusaha melaksanakan
perintah tuhannya. Mempertahankan ketaatan pada tuhan merupakan komponen
sehat, bahkan yang utama. Dapat dikatakan orang yang tidak dapat mentaati tuhan
adalah orang yang tidak sehat.
Memperhatikan konsep sehat prismatik, maka penulis perlu menambahkan adanya
aspek spiritual reliji dalam konsep sehat ekologik. Hanya saja, topografi dari
konsep sehat prismatik terbentuk sebagai prisma yang tersusun atas 4 buat segitiga
sama kaki. Ke-empat segitiga tersebut harus selalu terjaga panjang rusuk-
rusuknya agar bentuk prismatiknya selalu sempurna. Empat segitiga itu dapat
digambarkan sebagai 1) ketuhanan (spiritual reliji); 2) kemanusiaan (host); 3)
lingkungan (environment); dan 4) penyebab sakit (agent).
A
H E
Seluruh keterangan diatas dapat memberi gambaran pada kita semua, bahwa sehat
atau kesehatan dan usaha untuk mencapai sehat, memerlukan pengetahuan dan
sarana. Keberadaan unsur-unsur dan sarana penunjang tersebut tidak dapat
diabaikan. Meskipun secara bertahap, keberadaan seluruh sarana dan pengetahuan
kesehatan harus diwujudkan, dengan memperhatikan kebijakan secara
menyuluruh dari berbagai aspek kebutuhan manusia.
Hanya saja perlu diketahui, bahwa sehat adalah pusatnya. Dapat dikatakan
demikian karena hampir semua ilmu dan teknologi dapat diterapkan pada
manusia. Lalu apa tujuannya jika ujung-ujungnya adalah untuk memuaskan
manusia? Tidak lain adalah untuk mendapatkan kesejahteraan lahir batin dan itu ..
tidak lain adalah sehat dalam pengertian holistik, yaitu sehat fisik, mental dan
sosial.
Kuliah 2
DEFINISI HUKUM
Mendefinisikan hukum akan lebih mudah kalau diambil dari kamus yang
kemudian disalin dan ditulis dalam tulisan ini. Hal ini dilakukan untuk memberi
pengertian bahwa istilah hukum memiliki arti yang luas, tidak hanya sekedar
berarti aturan perundang-undangan saja.
Seperti apa arti kata hukum, marilah kita pelajari beberapa istilah yang
menggunakan kata hukum..
-Hukum ilmiah
Hukum ilmiah biasanya adalah suatu pernyataan di dalam dunia ilmu pengetahuan
yang biasanya berupa hipotesis yang sebelumnya telah didukung oleh percobaan-
percobaan dan menyangkut teori-teori sebelumnya yang dapat mendukung teori
dan hukum tersebut.
Arti kata hukum disini dimaksudkan untuk menunjukkan adanya keteraturan atau
kejegan dari kenyataan alam, fakta alamiah. Keteraturan itu kemudian dikaji
berulang dalam penelitian, dan setelah diperoleh kenyataan adanya pola yang ajeg
maka jadilan hukum ilmiah.
Banyak sekali hukum ilmiah selain hukum Archimedes diatas, hal mana kata
hukum dipakai untukmenunjukkan adanya keajegan tata-aturan alam.
-Hukum adat
Hukum adat adalah sistem hukum yang dikenal dalam lingkungan kehidupan
sosial di Indonesia dan negara-negara Asia lainnya seperti Jepang, India, dan
Tiongkok. Sumbernya adalah peraturan-peraturan hukum tidak tertulis yang
tumbuh dan berkembang dan dipertahankan dengan kesadaran hukum
masyarakatnya. Karena peraturan-peraturan ini tidak tertulis dan tumbuh
kembang, maka hukum adat memiliki kemampuan menyesuaikan diri dan elastis.
Hukum dalam hal ini difahami sebagai tata-aturan perilaku anggota masyarakat
adat.
Kata hukum dalam hukum adat, dapat diartikan sebagai pedoman perilaku
masyarakat –lokal- pada wilayah tertentu. Hukum adat dapat juga dilihat sebagai
kebiasaan yang sudah menjadi pedoman perilaku. Memiliki kekuatan untuk
memberi sanksi kepada anggota masyarakatnya, baik berwujud sanksi batin
maupun lahir.
Hukum dalan arti tata hukum yaitu hukum positif merupakan arti yang paling
banyak fahami oleh masyarakat.
Mungkin demikian juga bagi dokter. Dokter malah melihat hukum itu mungkin
sebagai penghambat kinerjanya jika tidak dituruti. Bahwa hukum adalah adalah
pengancam kebebasan profesi dokter. Maka boleh jadi dokter melihat hukum
sebagai ancaman. Isinya hukum hanya sanksi-sanksi. Seperti dokter dikenai sanksi
pidana denda 100 juta, dan atau kurungan 3 bulan.
Hukum sepertinya dimengerti dokter sebagai deretan ancaman. Jika tidak
menuruti hal ini, atau hal itu, maka akan dikenai sanksi pidana sekian bulan
kurungan dan sekian ratus juta denda. Sehingga, .. bagi dokter hukum adalah
ancaman, atau sanksi.
Ilmu hukum bertujuan untuk mendiskripsi obyak kajiannya –yaitu hukum- apa
adanya.
Hukum dicoba dikaji dengan mendalam, diuraikan, bagaimana anatomi hukum,
topografi hukum, fisiologi hukum, patologi dan patofisiologinya hukum. Juga,..
bagiaman menterapi hukum itu, jika hukum itu sakit. Juga,.. bagaimana isi dari
hukum itu, jika hukum dibedah. Bagaimana bentuk dari jantung hukum itu.
Bagaimana sistem organ dalam hukum itu dapat bekerja, dan bagaimana organ-
oragan yang ada itu dapat secara sinkron bekerja sama, atau bagimana jika organ
itu sakit. Muncul kanker dalam tubuh hukum itu. Bagiamana cara mengobatinya.
Dan seterusnya, sehingga ilmuwan dapat menerangkan. Jika ditanya apa itu
hukum?
Segala keterangan tentang hukum itulah yang disebut ilmu hukum, atau hukum
dalam arti ilmu pengetahuan hukum.
Definisi diatas juga mengandung arti luasnya ruang lingkup hukum kesehatan.
Leenen dalam Soeryono 1987, menyebutkan ....”hukum kesehatan mencakup
semua aturan hukum yang secara langsung berkaitan dengan pemeliharaan
kesehatan yang terganggu atau tercemar, dan penerapan aturan-aturan hukum
perdata serta hukum pidana selama aturan-aturan itu mengatur hubungan-
hubungan hukum dalam pemeliharaan kesehatan”
Jika melihat aturan yang terkait dengan profesi dokter, maka dapat juga kita
menyebut adanya hukum kedokteran. Jika, kemudian aturan itu dikaitkan dengan
keberadaan perawat, dapat kita sebut hukum keperawatan. Jika terkait dengan
profesi bidan, dapat juga kita sebut adanya hukum kebidanan, demikian
seterusnya, senyampang aturan itu kita coba perhatikan kaitannya dengan profesi
kesehatan, maka dapatlah kita melihat adanya cabang hukum kesehatan di bidang
profesi tersbut.
HUKUM
RUMAH SAKIT PERUMAHSAKITAN
HUKUM
DOKTER
KEDOKTERAN
-Catatan:
Bidang kesehatan, merupakan bidang yang dapat dimasuki oleh segala disiplin
ilmu. Hukum kesehatan, merupakan cabang dari bidang hukum yang menekuni
aspek hukum terkait pelayanan kesehatan. Ekonomi kesehatan, merupakan cabang
dari bidang ekonomi yang mengkaji aspek ekonomi terkait pelayanan kesehatan.
Manajemen kesehatan, merupakan bidang manajemen yang menekuni sisi
manajerial dari pelayanan kesehatan.
Termasuk juga dalam hal ini, seperti teknologi kesehatan, biologi kesehatan,
informatika kesehatan, filsafat kesehatan, sosiologi kesehatan, dan lain
sebagainya.
Kuliah 3
TUJUAN HUKUM
Manusia tidak dapat hidup sendirian. Untuk dapat hidup dengan baik, maka
manusia memerlukan manusia lainnya. Disini menunjukkan manusia dalam
hidupnya selalu akan membentuk masyarakat –sosial-, sehingga sering juga
manusia itu disebut sebagai zoon politicon, artinya manusia masyarakat.
Selain itu di dalam masyarakat terdapat berbagai macam karakter dari manusia-
manusia yang ada di dalamnya. Juga terdapat perbedaan kekayaan atau pemilikan,
hal mana satu dengan lainnya akan saling membutuhkan. Kepentingan-
kepentingan yang berkembang ada di dalam masyarakat, sangat beraneka ragam.
Di dalam masalah pelayanan kesehatan, maka masyarakat akan memerlukan
dokter –atau tenaga kesehatan lainnya- dalam upayanya untuk memelihara
kesehatannya. Sebaliknya, dokter juga memerlukan pasien untuk menerapkan
ilmunya dan untuk mendapat penghasilan -uang-.
Agar peraturan-peraturan hukum itu dapat berlangsung terus dan diterima oleh
seluruh anggota masyarakat, maka peraturan-peraturan hukum yang ada harus
sesuai dan tidak boleh bertentangan dengan asas-asas keadilan dari masyarakat
tersebut. Dengan demikian, hukum itu bertujuan menjamin adanya kepastian
hukum dalam masyarakat dan hukum itu harus pula bersendikan pada keadilan,
yaitu asas-asas keadilan dari masyarakat itu. Hanya saja, juga harus diketahui
bahwa keadilan tidak sama dengan pesamarataan. Keadilan tidak berarti tiap-tiap
anggota masyarakat mendapat bagian yang sama.
-Jenis Keadilan
Untukhal ini Aristoteles membagi keadilan dalam dua arti, yaitu 1) keadilan
distributif, dan 2) keadilan komutatif. Keadilan distributief ialah keadilan yang
memberikan kepada tiap-tiap orang jatah menurut jasanya. la tidak menuntut
supaya tiap-tiap orang mendapat bagian yang sama banyaknya, bukan persamaan,
melainkan kesebandingan. Keadilan komutatif ialah keadilan yang memberikan
pada setiap orang sama banyaknya dengan tidak mengingat jasa-jasa orang-
perorang. Keadilan komutatif ini, memegang peranan dalam tukar-menukar, pada
perdagangan barang-barang dan jasa-jasa, dalam mana terharap sebanyak
mungkin persamaan nilai antara apa yang dipertukarkan tersebut. Keadilan
distributif terdapat hubungan antara negara dengan warganya, atau masyarakat
dengan anggota masyarakatnya.
-Tujuan hukum
Pertama kali yang membuat hukum adalah Allah SWT. Digunakan hukum
olehNYA untuk menetapkan ciptaanNYA ada pada fitrahnya. Hukum buatan
Allah dikenal kemudian sebagai hukum alam. Hukum alam ditetapkan agar terjadi
keteraturan pola gerak, ciri-ciri, dari benda-benda yang ada di alam semesta.
Semua yang ada di alam semesta merupakan ciptaan Allah dan mereka semua
menuruti tata aturan tertentu yang sudah ditetapkan oleh Allah, agar tercipta
keteraturan alam.
Segala apa yang ada di alam ini, menuruti aturan yang telah dibuat Allah. Baik
yang mati maupun yang hidup.
Makhluk mati mereka seperti batu, besi, kayu, dan lain sebegainya, menempati
ciri-ciri khasnya, sebagai wujud keteraturannya. Mereka aka berubah jika
mengalami perubahan kimia atau fisika. Perubahan itupun sudah ditetapkan oleh
Allah, hal mana perubahan itu dikenal sebagai hukum alam. Tubuh manusia
itupun juga terikat pada keteraturan alamiah tersebut. Segala keteraturan fungsi
tubuh manusia, dikenali manusia sebagai ilmu fisiologi.
Kemudian tuhan juga membuat tata-aturan pergaulan antar manusia, agar manusia
satu dengan yang lain dapat hidup bersama. Mereka yang kuat, tidak
mempergunakan kekuatannya untuk memeras yang lemah. Aturan ada diciptakan
untuk mendapatkan kebahagian hidup, di dunia juga di akhirat.
Menurut Subekti dalam Kansil 1984, tujuan hukum adalah untuk mengabdi pada
negara. Sedang, tugas pokok negara adalah mendatangkan kemakmuran dan
kebahagiaan pada rakyaknya. Hukum, menurut Subekti, melayani tujuan Negara
tersebut dengan menyelenggarakan "keadilan" dan "ketertiban," syaratsyarat yang
pokok untuk mendatangkan kemakmuran dan kebahagiaan. Ditegaskan
selanjutnya, bahwa keadilan itu kiranya dapat digambarkan sebagai suatu keadaan
keseimbangan yang membawa ketentraman di dalam hati orang, dan jika diusik
atau dilanggar akan menimbulkan kegelisahan dan kegoncangan.
Tertib hukum yang tak mempunyai peraturan umum, bertulis atau tidak bertulis,
tak mungkin ada. Tak adanya peraturan umum, berarti ketidak-tentuan yang
sungguh-sungguh. Mengenai apa yang disebut adil atau tidak adil. Dan ketidak-
tentuan itu selalu akan menyebabkan perselisihan antara orang-orang, jadi
menyebabkan keadaan yang tidak teratur dan bukan keadaan yang teratur. .
Akan tetapi ada bahaya, bahwa kepastian hukum tak akan dipenuhi seluruhnya,
lebih-lebih berhubung dengan kenyataan, bahwa dalam peradilan, terlihat cita-cita
untuk selalu memperluas „asas i‟tikad baik", juga melakukannya dalam hal
undang-undang tidak menunjuk kepadanya.
Jadi dalam hukum terdapat bentrokan yang tak dapat dihindarkan, pertikaian yang
selalu berulang antara tuntutan-tuntutan keadilan dan tuntutan-tuntutan kepastian
hukum. Makin banyak hukum memenuhi syarat „peraturan yang tetap", yang
sebanyak mungkin meniadakan ketidakpastian, jadi makin tepat dan tajam per-
aturan hukum itu, makin terdesaklah keadilan.
De Groot dalam Apeldoorn, menguraikan bentrokan dalam hukum itu secara tepat
sebagai berikut : undang-undang antar penduduk dibuat secara umum (yaitu
memberi peraturan-peraturan yang umum), walaupun alasannya tidak selalu tepat,
karena beranekawarnanya urusan-urusan manusia sangat tidak tentu, padahal
undang-undang harus menetapkan sesuatu yang tentu. Tidak sempurnanya hukum
dalam praktek, terjadi karena hakim waktu menjalankan hukum, dalam hal-hal
yang nyata, melakukan penafsiran terhadap peraturan-peraturan yang bersifat
umum. Hal mana hakim dapat mempergunakan tafsiran bebas untuk
menghilangkan atau mengurangkan ketidakadilan. Tetapi usaha itu mengurangi
kepastian hukum dan tak selamanya dapat dilakukan.
Contoh lain, pada pasal 1374 KUH Perdata menetapkan bahwa tiap-tiap perse-
tujuan yang dibuat secara sah, mengikat mereka yang membuatnya dengan
kekuatan seakan-akan undang-undang. Peraturan tersebut juga berlaku (kecuali
dalam beberapa hal), jika dalam hal tersebut salah satu pihak sangat dirugikan
karena ia berdasarkan undang-undang harus melakukan prestasi yang nilainya
jauh melebihi nilai prestasi pihak yang lain. Dalam hal ini perjanjian itu
bertentangan dengan keadilan komutatif. Karena itu maka berdasarkan apa yang
disebut laesio enornais, hukum dahulu menyuruh memilih baik si penjual, yang
menjual barangnya dengan. harga yang kurang dari setengah, maupun si pembeli,
yang membayarnya dengan harga yang lebih daripada harga lipat duanya - jadi
walaupun juga tak ada penipuan -- antara tuntutan hukum agar perjanjian jual beli
dibatalkan, atau tuntutan hukum untuk membayar kerugian. Alat hukum tersebut
tak dimasukkan dalam KUH perdata: orang takut kalau-kalau kepastian hukum
karenanya akan terdesak berhubung dengan kesukaran-kesukaran yang besar yang
mungkin timbul dalam menetapkan nilai yang tepat dari sesuatu prestasi.
1)
Kontrak terapetik adalah istilah yang digunakan untuk hubungan yang gterbentuk antara
tenaga kesehatan dengan pasien.
mengubahnya : hukum adalah buatan manusia dan sebagai demikian, maka tidak
sempurna.
Betham dalam Kansil, dengan teori utiliti -nya menyebutkan bahwa hukum
bertujuan untuk mewujudkan semata-mata apa yang berfaedah. Hal yang
berfaedah bagi orang yang satu, mungkin merugikan bagi orang lain, maka
menurut teori utiliti, tujuan hukum ialah menjamin adanya kebahagiaan sebanyak-
banyaknya pada orang seorang. Kepastian hukum bagi perseorangan, merupakan
tujuan dari pada hukum.
Bellefroid dalam Kansil mengatakan bahwa isi hukum harus ditentukan menurut
asas keadilan dan faedah.
Pada dasarnya adanya hukum untuk menjamin adanya kepastian hukum dalam
masyarakat. Hukum menjaga dan mencegah orang seorang menjadi hakim atas
kasusnya sendiri. Namun tiap perkara harus melalui proses pengadilan dengan
perantaraan hakim berdasar ketentuan yang berlaku.
Pada dasarnya hukum adalah untuk mendukung dijalankannya norma positif yang
diperlukan oleh pemerintah. Norma positif ini jika di negara Indonesia sangat
dipengaruhi oleh agama dan adat kebiasaan. Agama Islam yang merupakan agama
yang paling banyak dianut oleh penduduk indonesia akan memberi warna paling
dominan. Hal ini diperlukan untuk memberikan kepada hukum positif suatu
kekekalan dan kekokohan asas-asas pokok, miskipun ada perubahan pada undang-
undang dan pengadilan. Sebab kebiasaan yang dilandaskan pada agama,
merupakan kekuasaan yang kekal yang ada pada suatu bangsa.
Pada umumnya kejahatan yang ditentang oleh hukum, juga ditentang oleh agama.
Hukum juga melindungi yang lemah dari pemerasaan yang kuat. Kebaikan
didukung oleh hukum, juga oleh agama. Hal ini dapat dilihat pada hukum
perjanjian, dimana kebohongan dan penipuan akan membatalkan adanya
perjanjian tersebut.
Pembentukan undang-undang akan tidak banyak mengalami penentangan, selama
isi dari undang-undang itu sesuai dengan nilai-nilai agama atau kebiasaan yang
ada di bangsa itu. Jadi, dapat dikatakan bahwa bukan hukumlah yang menentukan
isi dari undang-undang, melainkan pandangan-pandangan susila, atau pandangan
dogmatis yang berkembang di masyarakat.
Dari gambaran diatas tampak adanya pengaruh yang kuat antara pandangan susila
agama pada peraturan perundang-undangan. Sehingga dapat dilihat bahwa kaidah
etika yang didasarkan pada agama, juga kebiasaan yang ada di masyarakat,
bersama dengan hukum, memperkuat daya masing-masing. Ketaatan pada hukum
tidak lagi semata-mata karena kekuasaan yang ada pada pemerintah, melainkan
juga didasarkan atas dorongan untuk mengikutinya karena agama.
Kuliah 4
Hukum dan Hak
Manusia tidak dapat hidup sendirian. Hubungan manusia satu dengan lainnya
tidak pernah berhenti. Kemudian, hukum terus menerus mengatur hubungan antar
manusia tersebut. Hubungan antar manusia timbul akibat pemenuhan kebutuhan
manusia dan pergaulan antar manusia. Hukum selalu ada, selama ada hubungan
antar manusia.
Hubungan yang diatur oleh hukum seperti tersebut diatas disebut hubungan
hukum. Kemudian, didalam hubungan hukum tersebut akan lahir kewajiban di
satu pihak, dan hak di pihak yang lain.
Hak yang muncul akibat hukum subyektif dapat dilihat dalam 2 bentuk. Pertama
adalah hak untuk menuntut orang lain berbuat sesuatu dan kedua kewajiban dari
orang lain untuk berbuat sesuatu.
Jika seorang tenaga kesehatan akan melakukan tindakan medis, misalnya, .. maka
pasien memiliki hak untuk mendapat informasi tentang, apa dan bagaimana
tindakan medik yang akan diterimanya itu. Untung ruginya, biayanya, dan lain
sebagainya. Bahkan, .. hukum memiliki kekuasaan untuk memaksa, tenaga medis
untuk memberikan informasi itu dengan memberi sanksi jika tidak melakukannya.
Juga,.. muncul kewajiban dari tenaga kesehatan untuk menerangkan perihal
tindakan medis yang akan dilakukan tersebut.
Demikian juga sebaliknya,.. jika pasien datang ke seorang dokter, maka dokter
memiliki hak untuk mendapat informasi yang jujur dari psiennya, yang mana
bersamaan dengan itu, pasien memiliki kewajiban untuk menyampaikan informasi
dengan jujur pada dokternya.
Sehingga harus diingat, bahwa bersamaan dengan adanya hak tersebut, maka juga
terdapat kewajiban. Di dalam hubungan dokter pasien, jika dokter akan
melakukan tindakan medis, maka dokter harus memberikan keterangan atau
informasi kepada pasiennya. Di dalam hal ini pasien memiliki hak untuk
mendapat informasi. Jika hak atas informasi sudah diberikan dokter kepada
pasien, maka pasien wajib untuk memberikan jawaban setuju atau tidak setuju,
terhadap tindakan medik yang akan dilakukan. Sehingga, tidak hanya hak yang
dituntut, tapi juga pengamalan kewajiban dari akibat hak yang dimilikinya
tersebut.
Penyalahgunaan Hak
Penyalahgunaan hak dianggap terjadi, jika seseorang menggunakan haknya
dengan cara yang bertentangan dengan tujuan untuk mana hak itu diberikan,
sehingga berlawanan dengan tujuan dari kemasyarakatannya.
Melihat keterangan diatas, miskipun hukum subyektif memberikan hak, dan tidak
ada batasan seberapa batasan dari hak yang diberikan, tetapi dalam pelaksanaan
hak tersebut tetap saja terjadi pembatasan dalam kehidupan bermasyarakat.
hukum
Hati nurani
Walaupun demikian tidak selalu tiap-tiap peraturan hukum harus berakar dari
kesadaran susila atau kesadaran hukum suatu bangsa. Karena, semua peraturan
yang dibentuk oleh kekuasaan yang merupakan kekuasaan hukum, adalah hukum.
Lain halnya jika peraturan itu dibuat oleh seorang preman, yang hanya dapat
memaksalan aturan dengan ancaman dengan menggunakan alat-alat materiil.
Maka,... yang demikian bukanlah hukum.
Sehingga, jika terdapat peraturan yang mengandung penindasan pada yang lemah
oleh yang kuat dan menciptakan suatu keadaan yang tidak dikehendaki oleh
hukum, maka hal ini berlawanan dengan tujuan adanya hukum, yaitu menghedaki
adanya kedamaian. Dengan kata lain bahwa hukum dan kekerasan paksa adalah
bertentangan, dan kekerasan harus tunduk pada hukum.
Juga perlu difahami bahwa sebuah kebiasaan tidak selalu berwujud bentuk
kegiatan yang aktif, atau membutuhkan gerakan anggota badan. Sebuah diam,
atau tidak melakukan, atau penolakan, juga dapat merupakan sebuah kebiasaan,
yang juga akan diberi nilai oleh masyarakat setempat.
Sebagai contoh kebiasaan yang sudah diberi nilai oleh masyarakat di Indonesia
adalah memberikan barang kepada orang lain. Di Indonesia terdapat kebiasaan
jika akan memberikan barang yang kepada orang lain, maka akan dilakukan
dengan tangan kanan. Demikian juga jika akan menerima barang dari orang lain.
Sebagai bentuk penghormatan kepada orang yang memberi atau yang menerima,
maka masyarakat Indonesia akan memberi dan menerima barang dari orang lain
dengan menggunakan tagan kanan. Memberi dengan tangan kanan tersebut,
dianggap sopan, baik, merupakan ekspresi menghormati, atau dengan kata lain
diberi nilai positif (+). Suatu nilai positif jika diberikan kepada sebuah kebiasaan
maka kebiasaan itu layak untuk dilestarikan, dianjurkan, atau diajarkan kepada
anak-turunnya.
Kebalikan dari kebiasan memberi dengan tangan kanan yang diberi nilai positif
adalah memberi dengan tangan kiri. Memberi dengan tangan kiri diberi nilai
negatif oleh masyarakat. Artinya, memberi atau menerima dengan tangan kiri
adalah pekerjaan yang tidak sopan, tidak menghormati dan harus tidak dibiasakan
dalam kehidupan kita. Disini artinya memberi dengan tangan kiri dinilai negatif
oleh masyarakat bangsa Indonesia.
Di dalam kehidupan bermasyarakat terdapat banyak sekali kebiasaan yang diberi
nilai. Kebiasan-kebiasan yang sudah diberi nilai dan dijadikan pedoman untuk
berperilaku anggota masyarakat setempat dapat disebut sebagai norma. Dengan
kata lain, norma adalah kebiasaan yang sudah memiliki nilai dan dijadikan
pedoman perilaku.
Hukum adat memiliki kekuatan mengikat batin atau hati sanubari warganya.
Sehingga, memiliki kekuatan untuk ditaati. Disini kita dapat melihat bahwa
kekuatan kebiasaan adalah hukum, bahkan memiliki daya ikat dan daya untuk
dituruti dengan kerelaan yang tinggi dari warganya.
J Sebagai sumber untuk kekuatan. mengikat dari hukum, dalam mana kita
mengingat pertanyaan : mengapa kita harus mengikuti hukum. Menurut
de Groot, sumber hukum adalah budi, sumber kekuatan mengikat
adalah Tuhan.
d. Sumber hukum dalam arti formil.
Bagi ahli hukum praktis dan bagi tiap-tiap orang yang aktif turut serta dalam
pergaulan hukum, sumber hukum adalah peristiwa-peristiwa, dari mana timbul
hukum yang berlaku (yang mengikat hakim dan penduduk).
Hal-hal ini kita sebut sumber hukum dalam arti formil, karena kita semata-mata
mengingat cara dan bentuk dalam mana timbul hukum positif, dengan tidak
menanyakan asal usul isi peraturanperaturan hukum.
Mengenaiisinya hukum timbul timbul dari kesadaran hukum sesuatu bangsa, dari
pandangan-pandangan hukum yang hidup dalam sesuatu bangsa. Tetapi
pandangan-pandangan itu tidak begitu saja merupakan hukum. Pandangan-
pandangan itu masih samar-samar, tidak tentu arahnya dan melayang-layang.
Agar ia merupakan peraturan tingkah laku yang dapat dipakai dalam pergaulan
hidup ia harus dituang dalam bentuk yang tertentu, yaitu dalam bentuk undang-
undang, kebiasaan atau traktat.
Undang-undang, kebiasaan dan traktat membentuk pandanganpandangan hukum
menjadi peraturan-peraturan hukum, menciptakan hukum sebagai kekuasaan yang
mengikat.
Selanjutnya kini kita memakai perkataan sumber hukum dalam arti formil, yaitu:
1. Undang-undang ;
2. Kebiasaan ;
3. Traktat;
4. Jurisprudensi;
5. Pendapat ahli hukum.
Dengan ucapan ini kita hanya menyatakan sesuatu kenyataan semata-mata,
yaitu, bahwa peraturan-perataran yang menjelma dalam undang-undang atau
kebiasaan itu berlaku, artinya, biasanya diikuti orang dan kalau tidak demikian
dipaksakan oleh hakim.
Kini tentu kita dapat maju selangkah lagi dan bertanya : bagaimana kita
dapat menerangkan maka begitu. Apa sebabnya, maka peraturan-paaturan yang
menjelma dalam undang-undang atau kebiasaan, diikuti atau dilakukan sebagai
kaidah yang mengikat? Maka jawabnya ialah : disebabkan, karena kesadaran
hukum yang berlaku memberikan kekuasaan yang mengikat pada undang-undang
dan kebiasaan.
Jadi undang-undang dan kebiasaan adalah sumber hukum (sumber
berlakunya hukum) berhuhung dengan kesadaran hukum yang berlaku, bahwa kita
harus tunduk pada pembentuk undang-undang dan bahwa kebiasaan harus ditaati.
Traktat adalah sumber hukum berhubungan dengan kesadaran hukurn yang
berlaku, bahwa perjanjian harus dipenuhi.
Jurisprudensi adalah keputusan hakim terdahulu yang dipakai pegangan oleh
hakim berikutnya untuk memutuskan perkara yang serupa.
Pendapat ahli hukum adalah hasil pemikiran dari ahli hukum terhadap suatu
kasus. Dalam hal ini kemudian hakim mengambil pendapat ahli hukum itu sebagai
dasar untuk menyusun keputusannya.
Kuliah 6
ISTILAH
-Kontrak-
Kata kontrak sering kita dengar dalam percakapan sehari-hari. Seperti,
seorang anak kost akan mencari kontrakan kamar, yang sering disebut kontrak
kamar atau kost. Sebuah keluarga mencari kontrakan rumah atau juga disebut
kontrak rumah. Penandatanganan kontrak kerja antara perusahaan air minum
mineral dengan Kabupaten Bumimas dan lain-lainnya.
Ada kesan kesementaraan dari segi waktu dari para pihak yang melakukan
kontrak tersebut. Seperti, mahasiswa yang mencari kontrakkan kamar, maka
mahasiswa tersebut akan membayar sekian rupiah per tahunnya dari kamar yang
disewanya. Demikian juga sebuah keluarga yang mengontrak rumah dengan
sekian rupiah pertahunnya.
Tapi, yang lebih penting adalah didapatnya paling sedikit dua pihak (dapat
lebih) yang melakukan suatu hubungan perikatan. Misalnya, antara mahasiswa
dengan pemilik kamar. Antara sebuah keluarga dengan pemilik rumah. Hal mana
para pihak tersebut saling mengikatkan diri pada sebuah perjanjian, yaitu pemilik
kamar atau pemilik rumah sebagai salah satu pihak, dengan mahasiswa atau
sebuah keluarga sebagai pihak lain.
Juga, didapat fakta bahwa dari para pihak saling berjanji akan
melaksanakan sesuatu, yaitu dari pihak pemilik kamar atau rumah akan
menyerahkan kamar atau rumah, sedang dari pihak mahasiswa atau sebuah
kelaurga akan mendapatkan kamar atau sebuah rumah yang akan dipakainya
dalam jangka waktu tertentu. Juga, pemilik kamar atau rumah akan mendapatkan
uang kontrakkan dan mahasiswa atau keluarga tersebut akan menyerahkan uang.
Dari contoh peristiwa kontrak tersbut diatas maka didapat beberapa point
yaitu 1) ada para pihak yang melakukan kontrak (dapat dua atau lebih), 2) para
pihak akan melaksanakan sesuatu sebagai janji atau kewajiban akibat saling
setujunya melakukan kontrak, 3) ada batasan waktu dari saling keterikatan para
pihak tersebut –artinya keterikatan tersebut tidak untuk selamanya-.
Pada kontrak sepertinya masing-masing pihak mengikatkan diri untuk
melaksanakan sesuatu yang telah disepakati atau dijanjikan.
Di dalam hukum perdata masalah ikatan ini diatur dalam buku ke III.
Sehingga masalah kontrak akan terkait langsung dengan masalah perdata.
1
Dari segi bahasa maka kontrak berarti juga perjanjian (dalam
perdagangan, sewa-menyewa, bekerja, dan lain sebagainya). Sedang perjanjian
sendiri bermakna „perkataan yang menyatakan kesudian atau kesediaan untuk
melakukan sesuatu sesuai dengan yang dijanjikan‟; kesepakatan antara dua pihak.
1)
Baca Kamus Besar Bahasa Indonesia, Suharso dan Ana Retnoningsih
Selain peristiwa kontrak rumah, .. pada hubungan terapist pasien juga
dikenal istilah kontrak terapetik, hal mana terjadi juga dalam peristiwa hubungan
terapist pasien ini suatu perjanjian atau janji untuk melaksanakan sesuatu yaitu
pemeriksaan penyakit pasien, pengobatan penyakit pasien dan tindakan medis
untuk mengobati penyakit pasien. Sebaliknya, pasien akan memberikan
honorarium pada terapist.
-Terapi-
Arti dari kata terapi adalah pengobatan penyakit, perawatan penyakit,
usaha untuk memulihkan orang yang sakit. Terapetik atau terapeutik bermakna
hal-hal terkait terapi. Diterapi artinya diobati. Terapi alternatif artinya pengobatan
alternatif.
Pada hubungan terapist pasien yang dikenal dengan istilah kontrak
terapetik, maka dapat diberi makna suatu perjanjian untuk pengobatan atau usaha
memulihkan orang sakit agar menjadi sehat kembali.
-Transaksi-
Arti kata transaksi adalah persetujuan jual beli, perdagangan; pemberesan
pembayaran dalam perdagangan.
Transaksi ini lebih bernuansa pada aspek perdagangan. Suatu hubungan
jual beli. Hal mana satu pihak sebagai pembeli yaitu melakukan prestasi dengan
menyerahkan uang kepada pihak lain yaitu penjual. Penjual mewujudkan
prestasinya dengan menyerahkan barang seperti yang diminta oleh pembeli.
Hubungan terapist atau tenaga kesehatan dengan pasien juga dikenal
dengan istilah transaksi terapetik.
-Kontrak Terapetik
Kontrak terapetik merupakan hubungan terapist pasien untuk memperoleh
sehat. Hubungan terapist pasien dalam pelayanan kesehatan ini juga diberi nama
transaksi terapetik. Kedua istilah tersebut sering dipakai untuk mengatakan
adanya hubungan terapist pasien dalam pelayanan kesehatan.
Seperti kata kontrak pada uraian terdahulu maka dari para pihak yang
melakukan kontrak ada kewajiban melakukan untuk sesuatu. Maka, pada kontrak
terapetik ini pihak terapist melakukan pemeriksaan atau tindakan medis sesuai
dengan kebuthan pasien. Sementara dari pihak pasien melakukan sesuatu berupa
menuruti atau mengikuti pentunjuk terapist, membayar biaya pemeriksaan.
Transaksi terapetik juga merupakan hubungan terapist pasien seperti pada
kontrak terapetik, hanya saja penggunaan istilah transaksi ini lebih menekankan
pada unsur berdagang dari hubungan terapist pasien.
Sebenarnya istilah apapun yang dipakai dalam hubungan terapist pasein
itu, yang terpeting adalah bahwa dalam hubungan terapist pasien, maka terapist
tidak mungkin dapat memberikan kepastian akan tercapainya kesembuhan. Hasil
akhir dari kontrak terapetik bukan sesuatu hal yang dapat dipastikan. Yang dapat
dilakukan terapist adalah berbuat dengan hati-hati, dan bekerja dengan sebaik-
baiknya, bersikap jujur yaitu tidak menipu atau memanfaatkan pasien sebagai
ladang penghasilanya, adil artinya memberi peran penuh pada pasien (keluarga)
untuk menentukan sendiri alternatif/pilihan yang dianggab baik, menolong tanpa
pamrih. Halmana sifat-sifat yang dapat dijanjikan terapist tersebut dapat dikatakan
merupakan bentuk imparsialiti.
-Imparsial Terapetik-
Sebenarnya yang paling pas dalam memberi isitilah hubungan terapist
pasien adalah hubungan imparsial, yaitu suatu hubungan yang padat nilai-nilai
kejujuran, keadilan, netral atau tidak memihak, kemudian terapist dapat
melaksanakan ilmunya dengan baik dan pasien dapat secara terbuka dan jujur
menyampaikan semua permasalahan sakitnya. Mungkin, .. dapat saja disebut
dengan istilah „imparsial terapetik‟
Kuliah 7
LANDASAN HUKUM
KONTRAK TERAPETIK
Untuk ikatan yang timbul karena adanya udang-undang dapat dibagi lagi
menjadi dua kelompok yaitu ikatan yang timbul karena undang-undang belaka
dan yang timbul karena undang-undang sebagai akibat perbuatan manusia.
-Tujuan Ikatan-
2
Sesuai pasal 1234 , jika suatu ikatan sudah terbentuk, maka sudah jelas
ada tujuan dari adanya ikatan tersebut. Sesuai pasal 1234 maka tujuan dari adanya
K
Pasal 1233: perikatan lahir karena suatu persetujuan atau karena undang-undang
L
Pasal 1234: perikatan ditujukan untuk memberikan sesuatu, untuk berbuat sesuatu, atau untuk tidak
berbuat sesuatu.
ikatan itu adalah untuk memberi sesuatu, untuk berbuat sesuatu, atau untuk tidak
berbuat sesuatu.
Tujuan ini mengikat para pihak yang mengadakan ikatan. Tujuan untuk
memberi sesuatu dapat dipahami sebagai kewajiban dari salah satu pihak yang
harus diserahkan kepada pihak lannya. Kemudian dengan adanya kewajiban maka
secara alamiah akan muncul juga hak. Sehingga di dalam ikatan, tujuan yang yang
diharapkan adalah dilaksanakannya kewajiban dari satu pihak dan
mendapatkannya hak dari pihak lawannya, demikian juga sebaliknya.
Dengan kata lain adanya ikatan cenderung akan menghasilkan kewajiban
dan hak, dari semua pihak yang melakukan perjanjian/persetujuan.
6.
Pasal 1239. Tiap perikatan untuk berbuat sesuatu, atau untuk tidak berbuat sesuatu, wajib diselesaikan
dengan memberikan penggantian biaya, kerugian dan bunga, bila debitur tidak memenuhi kewajibannya.
(KUH Perdata)
7.
Baca, Konsep Malpraktik Terapist
8.
1243. Penggantian biaya, kerugian dan bunga karena takdipenuhinya suatu perikatan mulai diwajibkan, bila
debitur, walaupun telah dinyatakan lalai, tetap lalai untuk memenuhi perikatan itu, atxi jika sesuatu yang
harus diberikan atau dilakukannya h;mya dapat diberikan atau dilakukannya dalam waktu yang melampaui
waktu yang telah ditentukan.
1244. Debitur harus dihukum untuk mengganti biaya, kerugian dan bunga, bila ia tak dapat membuktikan
bahwa tidak dilaksanakannya perikatan itu atau tidak tepatnya waktu dalam melaksanakan perikatan itu
disebabkan oleh sesuatu hal yang tak terduga, yang tak dapat dipertanggungkan kepadanya, walaupun
tidak ada itikat buruk kepadanya. . (KUH Perdata)
9.
Baca Pasal 1243. (KUHPerdata)
Akibat dari wanprestasi adalah terapist harus memberi ganti rugi
kepada pasien. Konsep wanprestasi ini merupakan salah satu konsep dari
munculnya dugaan malpraktik terapist.
-Adipaksa (overmacht)-
Kondisi adipaksa adalah kondisi dimana salah satu pihak atau semua
pihak yang melakukan ikatan menghadapi situasi yang tidak memungkinkan
untuk dihindari hal mana berakibat terjadinya wanprestasi.
Adanya adipaksa tidak mengakibatkan terapist menghadapi tuntutan
ganti rugi. Kejadian adipaksa menghadapkan terapist pada kondisi tanpa
alternatif.
Apa yang dimaksud dengan adipaksa banyak contohnya, sehingga
keadaan adipaksa harus difahami sebagai kasus yang bersifat kausistis dan
harus ditafsirkan hal demi hal menurut keadaan tempat dan waktu.
Pada saat terjadi keadaan darurat (peperangan; bencana alam,
kerusuhan massa) maka kondisi adipaksa akan lebih banyak jika dibanding
dengan kondisi damai atau tenang. Adanya kekacauan moneter internasional
menimbulkan kondisi adipaksa.
Kenyataan peristiwa yang dilatar belakangi oleh adanya adipaksa dapat
juga dalam istilah lain yaitu kejadian tak laik bayang (resiko tak laik bayang =
8
RTLB) , yaitu suatu peristiwa dimana terapist tidak mungkin dapat
membayangkan akan adanya peristiwa tersebut.
9
Seperti pada pasal 1245 disebutkan „tidak ada penggantian biaya,
kerugian dan bunga, bila karena keadaan memaksa atau karena hal yang
terjadi secara kebetulan, …‟.
Pada praktik ilmu terapi yang mendasarkan pada aspek ilmiah, maka
pendekatan yang dilakukan adalah berdasar dari kenyataan empirik/faktual
yang ada di masyarakat atau berdasarkan penelitian. Hal mana peneliti dalam
hal ini ilmuwan termasuk terapist tidak boleh bekerja tanpa adanya dasar
penelitian yang telah dilakukan dari tindakan yang akan dilakukannya.
Pada setiap kondisi terapist yang mendasarkan pada aspek ilmiah tidak
mungkin akan menetapkan angka kepastian 100 persen sembuh dari tindakan
yang akan diberikan pada pasiennya. Jika terapist sudah melakukan tindakan
sesuai prosedur maka tindakan itu adalah benar sedang tindakan itu tidak
menjamin 100 persen akan berhasil.
Tafsiran tentang adipaksa dapat beraneka ragam tergantung dari para
pihak melihat kasus tersebut. Hanya saja Mahkamah Agung-lah yang akan
memberi ketentuan terakhir dari tafsiran adipaksa tersebut.
8
RTLB merupakan salah satu resiko yang dapat terjadi pada pasien. RTLB merupakan kejadian tak
diinginkan (KTD) tapi yang no error, sehingga bukan merupakan ‘malpraktik’. Selanjutnya baca Konsep
Malpraktik.
9
1245. Tidak ada penggantian biaya, kerugian dan bunga, bila karena keadaan memaksa atau karena hal
yang terjadi secara kebetulan, debitur terhalang untuk memberikan atau berbuat sesuatu yang diwajibkan,
atau melakukan suatu perbuatan yang terlarang baginya.
-Menentukan Jumlah Ganti Rugi-
Di dalam pasal 1246 ditentukan jumlah ganti rugi terdiri dari: a)
kehilangan yang dialami, dan b) keuntungan yang tidak dinikmati. Untuk
kasus pelayanan kesehatan maka pemberian ganti rugi tersebut dapat
dihubungkan dengan jumlah biaya yang telah dikeluarkan oleh pasien dan
kerugian dari kesempatan yang hilang akibat ketidakmampuan pasien untuk
melakukan tindak produktif dari aspek ekonomi akibat sakitnya.
Hanya saja dapat dimengerti betapa sulitnya menentukan kerugian
pasien akibat dari kelalaian yang dilakukan terapist, kalau hanya dihitung dari
aspek finansial.
10
Pasal 1257. Semua syarat harus dipenihu dengancara yang dikehendaki dan dimaksudkan oleh pihak-pihak
yang bersangkutan.
Kemudian pada pasal 1314 diterangkan sifat dari ikatan. Ada 2 sifat
persetujuan yaitu 1) persetujuan Cuma-Cuma, dan 2) persetujuan
11
memberatkan.
Kedua bentuk sifat ikatan tersebut mungkin sekali terjadi pada
hubungan terapist pasien. Pada sifat hubungan yang pertama boleh jadi seperti
pada peristiwa terapist memberikan palayanan gratis pada pasiennya.
Pada umumnya hubungan terapist pasien terjadi dengan pola yang
kedua, yaitu persetujuan memberatkan. Pada kasus ini maka terapist
memberikan keuntungan atau kemanfaatan pada pihak lain berupa
pemeriksaan (dan lain-lainnya) kepada pihak pasien, sedang pasien memberi
keuntungan pada terapist dengan membayar jasa pemeriksaan.
Memberikan “sesuatu” disini sesuai seperti pada pasal 1234, maka
berwujud: memberi sesuatu, berbuat sesuatu, atau tidak berbuat sesuatu.
Oleh karena berbuat sesuatu atau tidak berbuat sesuatu merupakan
suatu tindakannya seseorang, maka akibatnya bahwa yang berbuat atau tidak
berbuat akan terikat dirinya. Dengan lain perkataan, orang lain tidak dapat
diikat karena perbuatannya seorang, walaupun dalam hal ini terdapat
pengecualian. Ketentuan ini terdapat dalam pasal 1315, dalam mana, dapat
dibaca bahwa pada umumnya seorang hanya dapat mengikat dirinya sendiri
atau hanya dapat menuntut sesuatu untuk dirinya sendiri. Oleh karena terdapat
perkataan "pada umumnya", maka sudah jelas adanya pengecualian, yakni
yang diatur dalam pasal 1316. Pasal tersebut menentukan hahwa dapat
diadakan persetujuan dalam mana diadakan jaminan bahwa pihak ketiga akan
berbuat sesuatu tanpa mengurangi kewajiban si penjamin untuk membayar
ganti rugi pada pihak lawan, apabila pihak ketiga tadi menolak untuk
memenuhi ikatannya.
Contohnya demikian: A mengadakan ikatan dengan B. C memberi
jaminan pada B bahwa A akan memenuhi kewajibannya. Apabila A menolak
untuk melaksanakan ikatan tersebut, maka C memberi ganti rugi pada B.
Dengan demikian maka C mengadakan ikatan dengan B, tidak untuk dirinya
sendiri, melainkan untuk pihak ke-tiga, yakni untuk A. Dapat juga dikatakan
bahwa C mengadakan ikatan B tidak untuk kepentingannya sendiri, melainkan
12
untuk kepentingannya orang lain. Pihak ketiga dalam hubungan terapist
pasien contohnya adalah asuransi kesehatan. Asuransi kesehatan akan
menjamin biaya pengobatan pasien yang berobat kepada terapist.
-Pengaruh Kekhilafan-
17
Menurut pasal 1322 , kekhilafan tidak akan membatalkan ikatan
kecuali jika kekhilafan itu terjadi pada pokok „sesuatu‟ yang menjadi
persetujuan. Misalnya pasien menebus resep ke apotik. Sipenjual yaitu apotik
mengira pasien akan membeli obat itu seluruhnya. Ternyata sipembeli yaitu
pasien hanya akan membeli separo dari jumlah obat yang tertulis di resep.
Karena kekhilafannya sipenjual, maka ikatan tersebut batal, sebab mengenai
langsung “sesuatu hal‟ yang mengenai jenisnya barang yang menjadi
persetujuan.
Pada ayat kedua dari pasal 1322, kekhilafan tidak mengakibatkan
batalnya ikatan jika mengenai diri orang. Sebagai contoh adalah sebagai
berikut: A telah mengadakan ikatan dengan B dan mengira bahwa B adalah
pihak lawan sebenarnya. Kemudian ternyata, bahwa B hanya bertindak atas
13
Pada catatan kuliah biasa saya sebut dengan istilah 1. saling setuju; 2. cakap; 3. hal tertentu; dan 4. hal
yang halal, dan disingkat dengan SS, C, HT, HH.
14
Pasal 1320: Supaya terjadi persetujuan yang sah, perlu dipenuhi empat syarat;1). kesepakatan mereka
yang mengikatkan dirinya;2). kecakapan untuk membuat suatu perikatan; 3). suatu pokok persoalan
tertentu.4). suatu sebab yang tidak terlarang.
15
Dibicarakan lagi nanti dalam bab Informed Consent. Juga terkait dengan pasal 45 Undang-undang Praktik
terapi (uupradok).
16
Pasal 1321. Tiada suatu persetujuan pun mempunyai kekuatan jika diberikan karena kekhilafan, atau
diperoleh dengan paksaan atau penipuan.
17
Pasal 1322. Kekhilafan tidak mengakibatkan batalnya suatu persetujuan, kecuali jika kekhilafan itu terjadi
mengenai hakikat barang yang menjadi pokok persetujuan.
Kekhilafan tidak mengakibatkan kebatalan, jika kekhilafan itu hanya terjadi mengenai diri orang yang
dengannya seseorang bermaksud untuk mengadakan persetujuan, kecuali jika persetujuan itu diberikan
terutama diri orang yang bersangkutan.
namanya C, berdasarkan suatu kuasa secara diam-diam. Dalam pada ini,
ikatan yang bersangkutan tidak batal karenanya.
Lain halnya jika yang terjadi adalah A menutup ikatan dengan B,
karena dikira B adalah yang berwenang. Contohnya adalah: C mempunyai
sebuah rumah, yang disuruh menjaga oleh B karena C diberi tugas di Iuar
negeri untuk beberapa tahun lamanya. B menempati rumah itu dan bertindak
seolah-olah dialah si pemiliknya. A menghubunginya dan bermaksud
menyewa sebagian dari rumah itu, karena kelihatan bagian tersebut kosong.
Dalam hal ini, ikatan sewa-menyewa antara A dan B adalah batal, karena
kekhilafan mengenai diri orang yang sebenarnya berwenang.
18
-Paksaan-
Mengenai paksaan yang dapat membatalkan ikatan ini terdapat di pasal
19
1325. Paksaan yang dilakukan kepada salah pihak dan juga kepada
keluarganya akan membatalkan ikatan tersebut. Paksaan dapat juga dilakukan
oleh pihak ketiga, maka yang demikian juga akan mengakibatkan batalnya
ikatan tersebut.
Pada paksaan ini tidak tertutup pula kemungkinan kejadian paksaan
„batin‟. Misalnya seorang terapist yang dipaksa oleh seorang pasien untuk
membuat surat keterangan sakit, kalau tidak maka terapist akan menghadapi
kehilangan seorang anaknya. Ancaman demikian dapat juga dilakukan oleh
pihak ketiga, atau menyuruh orang lain. Hal ini diatur dalam pasal 1323 dan
20
1324 KUHPerdata.
-Berhentinya Paksaan-
Mengenai paksaan ini, terdapat ketentuan dalam pasal 1327 sebagai
berikut: Setelah diadakan ikatan di hawah paksaan dan setelah paksaan hapus,
serta ikatan tadi masih tetap berlaku, maka tidak dapatlah dibatalkan ikatan
tersebut. Hanya saja berlakunya harus diperkuat oleh yang dipaksa, baik
secara diam-diam, maupun dengan membiarkan berlalu jangka waktu yang
diberikan oleh undang-undang untuk memulihkan seluruh persoalan dalam
keadaan semula.
18
Masalah paksaan diatur di KUHPerdata pasal 1323 sampai dengan 1327.
19
1325. Paksaan menjadikan suatu persetujuan batal, bukan hanya bila dilakukan terhadap salah satu pihak
yang membuat persetujuan, melainkan juga bila dilakukan terhadap suami atau isteri atau keluarganya
dalam garis ke atas maupun ke bawah
20
1323. Paksaan yang diakukan terhadap orang yang mengadakan suatu persetujuan mengakibatkan
batalnya persetujuan yang bersangkutan, juga bila paksaan itu diiakukan oleh pihak ketiga yang tidak
berkepentingan dalam persetujuan yang dibuat itu.
1324. Paksaan terjadi, bila tindakan itu sedemikian rupa sehingga memberi kesan dan dapat menimbulkan
ketakutan pada orang yang berakal sehat, bahwa dirinya, orang-orangnya, atau kekayaannya, terancam
rugi besar dalam waktu dekat.
-Penipuan-
Penipuan merupakan salah satu alasan untuk batalnya ikatan selain
21
paksaan dan khilaf. Mengenai penipuan diatur dalam pasal 1328 . Penipuan yang
dilakukan oleh salah satu pihak tentunya disebut juga sebagai suatu tipu musihat
sehingga jika pihak yang tertipu itu tahu, maka tidak akan sudi untuk menutup
ikatan tersebut.
Adanya penipuan tidak dapat hanya dengan diperkirakan saja, tetapi harus
dapat dibuktikan, bahwa benar adanya penipuan tersebut.
-Cakap-
,
Siapa pun yang oleh undang-undang dianggap cakap; dapat menutup
suatu ikatan, demikian dapat dibaca dalam pasal 1329. Siapa yang dianggap tidak
cakap, ditentukan dalam pasal 1330 iyalah:
1. Mereka yang belum dewasa;
2. Mereka yang ditempatkan di bawah pengampuan (curatele)
3. Seorang wanita yang telah bersuami, dalam hal yang ditentukan oleh undang-
undang:
Dalam pada itu, mereka yang disebutkan dalam pasal 1330 dapatlah
mengganggu-gugat suatu ikatan, dalam semua hal yang tidak dikecualikan oleh
undang-undang, demikian ditentukan dalam pasal 1331.
Ayat ke-2 dari pasal tersebut menentukan "bahwa sebaliknya mereka yang
cakap, tidak dapat mengemukakan ketidak-cakapannya pihak lawannya: Dengan
perkataan lain, mereka yang dianggap cakap untuk mengadakan suatu ikatan,
tidak dapat membatalkannya kemudian, apabila mereka telah melakukan sesuatu
22
dalam rangka ikatan tadi dan kemudian ternyata bahwa mereka dirugikan.
-Suatu Hal Tertentu-
Apa itu „suatu hal tertentu‟ dijelaskan dalam pasal 1332, yaitu barang yang
dapat diedarkan/diperdagangkan. Hanya saja perlu difahami bahwa barang itu
21
1328. Penipuan merupakan suatu alasan untuk membatalkan suatu persetujuan, bila penipuan yang
dipakai oleh salah satu pihak adalah sedemikian rupa, sehingga nyata bahwa pihak yang lain tidak akan
mengadakan perjanjian itu tanpa adanya tipu muslihat.
Penipuan tidak dapat hanya dikira-kira, melainkan harus dibuktikan.
22
1329. Tiap orang berwenang untuk membuat perikatan, kecuali jika ia dinyatakan tidak cakap untuk hal itu.
1330. Yang tak cakap untuk membuat persetujuan
adalah; 1°. anak yang belum dewasa;
2°. orang yang ditaruh di bawah pengampuan;
3°. perempuan yang telah kawin dalam hal-hal yang ditentukan undang-undang dan pada umumnya semua
orang yang oleh undang-undang dilarang untuk membuat persetujuan tertentu.
1331. Oleh karena itu, orang-orang yang dalam pasal yang lalu dinyatakan tidak cakap untuk membuat
persetujuan, boleh menuntut pembatalan perikatan yang telah mereka buat dalam hal kuasa untuk itu tidak
dikecualikan oleh undang-undang.
Orang-orang yang cakap untuk mengikatkan diri, sama sekali tidak dapat mengemukakan sangkalan atas
dasar ketidakcakapan seorang anak-anak yang belum dewasa, orang-orang yang ditaruh di bawah
pengampuan dan perempuan-perempuan yang bersuami.
dapat juga barang material atau pun immaterial. Hubungan ikatan yang terjadi
23
antara terapist dan pasien maka suatu hal tertentunya adalah „pemeriksaan‟ .
Kajian suatu hal tertentu dalam pelayanan kesehatan adalah sangat luas
dan tidak dapat dengan pasti ditetapkan di depan sebelum terapist melakukan
pemeriksaan. Padahal, .. pemeriksaan itu sendiri sudah merupakan tindakan yang
juga harus difahami sebagai „sesuatu hal tertentu‟.
-Akibat Persetujuan-
Pada pasal 1338 disebutkan bahwa suatu ikatan yang sah, berlaku sebagai
undang-undang bagi para pihak yang bersangkutan. Ikatan yang sudah terbentuk
tidak dapat dibatalkan, kecuali oleh permufakatan dari para pihak yang
bersangkutan, atau berbagai alasan yang menurut peraturan atau alasan-alasan
yang dipndang cukup oleh undang-undang.
25
Pada pasal 1338 ayat 2, memungkinkan untuk membuat perkecualian,
yang artinya ikatan dapat juga dibatalkan secara sepihak. Juga persetujuaan harus
dilaksanakan dengan iktikad baik.
Apa yang dimaksud dengan iktikad baik harus disesuaikan dengan
ketentuan yang ada. Menurut AHR (Arrest Hoge Raad) : untuk menilai apakah
suatu ikatan dilakukan dengan iktikad baik, haruslah dipertimbangkan cara
pelaksanaannya dan bukan tabiat si pelaksana.
Pada pasal 1339 juga disebutkan bahwa ikatan yang terbentuk tidak hanya
mengikat untuk hal-hal yang nyata, secara tegas, akan tetapi juga untuk segala
yang wajib dilakukan berdasarkan kepatutan, kebiasaan, dan atau undang-undang.
Sehingga iktikad baik ditafsirkan selain seperti yang dikatakan oleh AHR juga
sesuai dengan seperti yang terdapat di pasal 1339.
Ikatan yang terbentuk sesuai pasal 1340, ditegaskan hanya berlaku untuk
para pihak yang terikat dapat pada perjanjian tersebut. Sehingga pihak ketiga tidak
akan mendapat kewajiban dari adanya ikatan yang terbentuk, juga pihak ketiga
tidak dapat menarik manfaat, juga ikatan tersebut tidak boleh merugikan pihak
ketiga.
Jika ada manfaat pada pihak ketiga maka mengikuti ketentuan yang
terdapat di pasal 1317.
23
Pemeriksaan yang dimaksud tidak hanya pemeriksaan saja tapi adalah seluruh pelayanan kesehatan. Oleh
karena luasnya jenis pelayanan kesehatan tersebut, maka nantinya perlu dirinci dan diperjelas apa yang
dimaksud suatu hal tertentu dalam ikatan terapist pasien itu.
24
Pasal 1337: suatu sebab adalah dilarang, jika sebab itu dilarang oleh undang-undang atau bila sebab itu
bertentangan dengan kesusilaan atau ketertiban umum.
25
Pasal yang membahas akibat dari munculnya kontrak adalah pasal 1338 sampai dengan 1341
KUHPerdata.
-Penafsiran Persetujuan-
Pada pasal 1342 menentukan jika kata-kata dalam perjanjian sudah jelas
maka tidak boleh menyimpang dari padanya dengan jalan penafsiran. Hanya saja
jika kata-kata yang ada memungkingkan untuk ditafsikan maka menurut pasal
1343 lebih baik harus diselidiki terlebih dahulu apa yang dimaksud oleh pihak-
pihak yang bersangkutan, daripada memegang teguh perkataan-perkataan dalam
26
arti katanya.
Jika kemudian terdapat dua arti atau lebih maka janji itu harus dimengerti
menurut arti yang memungkinkan janji itu dilaksanakan, bukan menurut arti yang
tidak memungkinkan janji itu untuk dilaksanakan.
Tidak hanya „janji‟ yang ditafsirkan, juga „kata-kata‟. Sehingga jika
tedapat kata-kata yang memungkinkan untuk ditafsirkan maka harus ditafsirkan
27
sedemikian rupa hingga „sesuai‟ dengan sifatnya ikatan yang bersangkutan.
Misalnya: ikatan sewa menyewa kamar kost yang diserahkan dalam
keadaan „baik‟. Oleh karena sifat dari sewa-menyewa kamar kost adalah untuk
kost adalah untuk tidur beristirahat, maka tidak dibenarkan jika istilah keadaan
„baik‟ tersebut ditafsirkan „baik untuk menerima tamu‟ sebagaimana lazimnya
sebuah „kamar tamu‟
Jika ada pasien datang untuk berobat karena sakit gigi, karena giginya
berlubang maka setelah diperiksa maka terapist memberi advis dan resep untuk
pasien „itu‟. Maka tidak berarti advis dan resep tersebut dapat dipergunakan oleh
pasien „itu‟ untuk „semua orang/pasien‟ guna mengobati semua orang dengan
kasus yang sama.
-Syarat lazim-
Jika kemudian masih menimbulkan keraguan maka tafsirannya
28
disesuaikan dengan kebiasaan yang berlaku. Mengingat ada “kebiasaan‟ sebagai
26
1342. Jika kata-kata suatu persetujuan jelas, tidak diperkenankan menyimpang daripadanya dengan jalan
penafsiran.
1343. Jika kata-kata suatu persetujuan dapat diberi berbagai penafsiran, maka lebih baik diselidiki maksud
dari kedua belah pihak yang membuat persetujuan itu, daripada dipegang teguh arti kata menurut huruf.
1344. Jika suatu janji dapat diberi dua arti, maka janji itu harus dimengerti menurut arti yang memungkinkan
janji itu dilaksanakan, bukan menurut arti yang tidak memungkinkan janji itu dilaksanakan.
27
Pasal 1345. Jika perkataan dapat diberi dua arti, maka harus dipilih arti yang paling sesuai dengan sifat
persetujuan.
28
1346. Perikatan yang mempunyai dua arti harus diterangkan menurut kebiasaan di dalam negeri atau di
tempat persetujuan dibuat.
1347. Syarat-syarat yang selalu diperjanjikan menurut kebiasaan, harus dianggap telah termasuk dalam
persetujuan, walaupun tidak dengan tegas dimasukkan dalam persetujuan.
1348. Semua janji yang diberikan dalam satu persetujuan harus diartikan dalam hubungannya satu sama
lain, tiap-tiap janji harus ditafsirkan dalam hubungannya dengan seluruh persetujuan.
1349. jika ada keragu -raguan, suatu persetujuan harus ditafsiran atas kerugian orang diminta diadakan
perjanjian dan atas keuntungan orang yang mengikatkan dirinya dalam perjanjian itu.
1350. Betapa luas pun pengertian kata-kata yang digunakan untuk menyusun suatu persetujuan,
persetujuan itu hanya meliputi hal-hal yang nyata-nyata dimaksudkan kedua belah pihak sewaktu membuat
persetujuan.
pedoman yang di-normatif-kan oleh aturan ini maka syarat-syarat yang berlaku
lazim dalam hubungan masyarakat „secara diam-diam‟ telah tercakup dalam
sebuah ikatan, walaupun tidak pernah secara tegas diucapkan atau dituliskan.
1351. jika dalam suatu persetujuan dinyatakan suatu hal untuk menjelaskan perikatan, hal itu tidak
dianggap mengurangi atau membatasi kekuatan persetujuan itu menurut hukum dalam hal-hal yang tidak
disebut dalam persetujuan.
29
1352. Perikatan yang lahir karena undang-undang, timbul dari undang-undang sebagai undang-
undang atau dari undang-undang sebagai akibat perbuatan orang.
1353. Perikatan yang lahir dari undang -undang sebagai akibat perbuatan orang, muncul dari suatu
perbuatan yang sah atau dari perbuatan yang melanggar hukum.
1354. Jika seseorang dengan sukarela tanpa ditugaskan, mewakili urusan orang lain, dengan atau tanpa
setahu orang itu, maka ia secara diam-diam mengikatkan dirinya untuk meneruskan serta menyelesaikan
urusan itu, hingga orang yang ia wakili kepentingannya dapat mengerjakan sendiri urusan itu.
la harus membebani diri dengan segala sesuatu yang termasuk urusan itu.
la juga harus menjalankan segala kewajiban yang harus ia pikul jika ia menerima kekuasaan yang
dinyatakan secara tegas.
1355. la diwajibkan meneruskan pengurusan itu, meskipun orang yang kepentingannya diurus olehnya
meninggal sebelum urusan diselesaikan, sampai para ahli waris orang itu dapat mengambil alih
pengurusan itu.
1356. Dalam melakukan pengurusan itu, ia wajib bertindak sebagai seorang kepala rumah tangga yang
bijaksana. Meskipun demikian Hakim berkuasa meringankan penggantian biaya, kerugian dan bunga yang
disebabkan oleh kesalahan atau kelakuan orang yang mewaki pengurusan, tergantung pada keadaan yang
menyebabkan pengurusan itu.
perintah mewakili orang lain atau mengurus persoalannya.orang lain, baik
diketahui maupun tidak diketahui oleh orang yang bersangkutan, maka ia itu
mengikat dirinya secara diam-diam untuk melanjutkan perwakilan tadi dan
menyelesaikannya sampai orang yang bersangkutan dapat mengerjakannya
sendiri.
Sebagai contoh: seorang perawat A sedang menjalankan tugas mengurus
pasien. Tiba-tiba dia mendapat panggilan telepon, karena bingung maka perawat
tadi kemudian meningggalkan pasien dan menerima telepon. Seorang perawat B
yang kebetulan disitu tapi tidak sedang tidak jatah jaga, melihat itu kemudian
dengan sukarela mengerjakan pekerjaan perawat A tadi seolah-olah dia sedang
berjaga di bangsal itu, dan melanjutkan perkerjaan merawat pasien yang ada di
bangsal itu. Hal demikian berarti B telah mewakili A, seolah-olah dia adalah
perawat jaga bangsal tanpa mendapat perintah atau permintaan dari A, dan B
harus melanjutkan perwakilannya itu, sampai A kembali lagi dan dapat bekerja
seperti sediakala.
Selanjutnya dalam ayat ke-2 ditentukan bahwa yang melakukan
perwakilan tadi berkewajiban pula untuk membereskan segala sesuatu yang ada
hubungan dengan persoalan yang diurusnya. Selain daripada itu demikian
ditentukam dalam ayat ketiga ia harus pula mengindahkan atau mentaati segala
kewajiban yang seharusnya diindahkan atau ditaati, apabila kepadanya diberi
kuasa secara tegas.
Dari ketentuan-ketentuan tersebut di atas dapat disimpulkan apabila
seorang secara sukarela mewakili orang lain, tanpa, adanya pemberian surat
kuasa, maka ia harus bertanggung- jawab terhadap segala sesuatunya seakan-akan
kepadanya diberikan suatu surat kuasa.
Melakukan suatu perwakilan sebagaimana disebutkan dalam pasal 1354
harus dilanjutkan juga apabila orang yang diwakili meninggal dunia, sampai para
ahli warisnya dapat mengambil alih pekerjaan itu, demikianlah diatur dalam pasal
1355.
-Pertanggungjawaban-
Adapun pasal 1365 dapat dihubungkan dengan pasal-pasal mengenai
pertanggungan jawab menurut perundang-undangan. Hubungan itu dimulai
dengan pasal 1366, yang menentukan: semua orang harus bertanggung jawab
terhadap kerugian yang ditimbulan, tidak hanya karena perbuatannya, sendiri,
melainkan pula karena ditimbulkan, oleh kelalaiannya atau karena kurang hati-
hatinya.
Selanjutnya oleh pasal 1367 ayat 1 ditentukan bahwa semua orang harus
bertanggungjawab terhadap kerugian yang tidak hanya ditimbulkan oleh
perbuatannya sendiri (ulangan dari ketentuan dalam pasal 1366). melainkan pula
oleh perbuatannya orang-orang yang berada di bawah tanggung jawabnya, atau
diakibatkan oleh barang-barang yang berada di bawah pengawasannya.
Ayat ke 2; 3 dan 4 menjelaskan siapa-siapa yang harus bertanggung jawab
dan terhadap siapa, yakni :
,ayat 2 : para orang tua.atau wali terhadap, anak-anak yang belum dewasa,
yang bertempat tinggal bersama dan terhadap siapa dilakukan
penguasaan orang tua / wali;
,ayat 3 : para majikan, terhadap perbuatannya pembantu mereka dalam
bidangnya masing-masing.
,ayat 4 : para guru dan kepala tukang (werk meester), masing-masing terhadap
anak muridnya dan terhadap tukang-tukang selama murid dan tukang
itu berada di bawah pengawasannya.
-Force majeure-
Namun demikian, apabila orang-orang yang bertanggung jawab tadi dapat
membuktikan bahwa perbuatan tadi dilakukan di luar kesalahannya, maka
tanggung jawab tadi tidak dapat dibebankan kepada mereka. Dengan perkataan
lain, si guru dan si kepala-tukang harus membuktikan bahwa mereka tidak, dapat
mencegah perbuatan-perbuatan tadi, demikian, dapat dibaca dalam ayat ke-4.
Jika pada pelayanan kesehatan, kejadian diluar kemampuan tenaga
kesehatan untuk mencegah, atau perbuatan yang terjadi pada pasien itu dapat
dikatakan sebagai kejadian diluar kesalahannya, maka tanggung jawab tersebut
tidak dapat dibebankan kepada mereka. Kejadian seperti ini masuk dalam resiko
30
komplikasi, resiko tak laik bayang atau resiko terikut tindakan. .
30
Resiko tak laik bayang, resiko terikut tindakan, dan komplikasi merupakan kejadian yang tidak dapat
dikatakan kesalahan tenaga kesehatan, tetapi tenaga kesehatan harus dapat membuktikan bahwa kejadian
itu tidak dapat dicegah. Selanjutnya baca di ‘Konsep Malpraktik’
-Masalah Penghinaan-
Suatu tindakan yang juga disebut sebagai tindakan pelanggaran hukum
adalah menghina orang. Masalah ini diatur dalam pasal 1372 sampai dengan 1380
31
KUHPerdata .
Meskipun masalah penghinaan ini diatur dalam pasal 1372 namun
demikian perihal penghinaan ini tidak dapat dilepaskan dari masalah pidana,
seperti diatur dalam Bab XVI KUHP.
-Hapusnya Ikatan-
Ikatan tidak mungkin berlaku secara terus menerus, atau dengan perkataan
lain, tidak ada. Suatu ikatan yaug abadi, maka harus pula diatur cara
penghapusannya atau penggugurannya. Dalam Bab ke-IV terdapat ketentuan-
ketentuan tentang penghapusan ikatan. Pasal 1381 mengandung ketentuan tentang
hapusnya suatu ikatan. Akan tetapi harus diperhatikan pula bahwa, untuk
menghapuskan suatu ikatan harus pula didasarkan atas pasal 1320.
Pasal 1381, tersebut tidak memuat secara lengkap cara cara penghapusan
suatu ikatan, sehingga dapat dikatakan bahwa pasal 1381 tadi memuat suatu
ketentuan secara "enuntiatief" (secara menerangkan). Selain cara-cara yang disebut.
dalam pasal itu, masih ada cara penghapusan yang lain, misalnya saja penghapusan
karena sudah waktunya untuk dihapuskan: Misalnya : perihal kontrak suatu rumah
31
Pasal 1372 Tuntutan perdata tentang hal penghinaan diajukan untuk memperoleh penggantian kerugian
serta pemulihan kehormatan dan nama baik.
Dalam menilai satu sama lain, Hakim harus memperhatikan kasar atau tidaknya penghinaan, begitu pula
pangkat, kedudukan dan kemampuan kedua belah pihak dan keadaan.
1373. Selain itu, orang yang dihina dapat menuntut pula supaya dalam putusan juga dinyatakan bahwa
perbuatan yang telah dilakukan adalah perbuatan memfitnah.
Jika ia menuntut supaya dinyatakan bahwa perbuatan itu adalah fitnah, maka berlakulah ketentuan-
ketentuan dalam Pasa1314 Kitab Undang-undang Hukum Pidana tentang penuntutan perbuatan
memfitnah.
Jika diminta oleh pihak yang dihina, putusan akan ditempelkan di tempatkan di tempat umum, dalam jumlah
sekian lembar dan tempat, sebagaimana diperintahkan oleh Hakim atas biaya si terhukum.
1374. Tanpa mengurangi kewajibannya untuk memberikan ganti rugi, tergugat dapat mencegah
pengabulan tuntutan yang disebutkan dalam pasal yang lalu dengan menawarkan dan sungguh-sungguh
melakukan di muka umum di hadapan Hakim suatu pernyataan yang berbunyi bahwa ia menyesali
perbuatan yang telah ia lakukan, bahwa ia meminta maaf karenanya, dan menganggap orang yang dihina
itu sebagai orang yang terhormat.
1375. Tuntutan-tuntutan yang disebutkan dalam ketiga pasal yang lalu dapat juga diajukan oleh suami atau
istri, orangtua, kakek nenek, anak dan cucu, karena penghinaan yang dilakukan terhadap istri atau suami,
anak, cucu, orangtua dan kakek nenek mereka, setelah orang-orang yang bersangkutan meninggal.
1376. Tuntutan perdata tentang penghinaan tidak dapat dikabulkan jika tidak ternyata adanya maksud
untuk menghina. Maksud untuk menghina tidak dianggap ada, jika perbuatan termaksud nyata-nyata
dilakukan untuk kepentingan umum atau untuk pembelaan diri secara terpaksa. `
1377. Begitu pula tuntutan perdata itu tidak dapat dikabulkan, jika orang yang dihina itu dengan suatu
putusan Hakim yang telah memperoleh kekuatan hukum yang pasti, telah dipersalahkan melakukan
perbuatan yang dituduhkan kepadanya.
Akan tetapi jika seseorang terus-menerus melancarkan penghinaan terhadap seseorang yang lain, dengan
maksud semata-mata untuk menghina, juga setelah kebenaran tuduhan ternyata dari suatu putusan yang
memperoleh kekuatan hukum yang pasti atau dari sepucuk akta otentik, maka ia diwajibkan memberikan
kepada orang yang dihina tersebut penggantian kerugian yang dideritanya.
1378. Sepala tuntutan yang diatur dalam ketentuan keenam pasal yang lalu, gugur dengan pembebasan
orang dinyatakan secara tegas atau diam-diam, jika setelah penghinaan terjadi dan diketahui oleh orang
yang dihina, ia melakukan perbuatan-perbuatan yang menyatakan adanya perdamaian atau pengampuan,
yang bertentangan dengan maksud untuk menuntut penggantian kerugian atau pemulihan kehormatan.
1379. Hak untuk menuntut ganti rugi sebagaimana disebutkan dalam pasal 1372, tidak hilang dengan
meninggalnya orang yang menghina ataupun orang yang dihina.
1380. Tuntutan dalam perkara penghinaan gugur dengan lewatnya waktu satu tahun, terhitung mulai dari
hari perbuatan termaksud dilakukan oleh tergugat dan diketahui oleh penggugat.
untuk satu tahun lamanya. Apabila sudah lewat satu tahun, maka ikatan
pengkontrakan hapus. Dalam beberapa pasal lainnya di KUHPerdata terdapat pula
32
penghapusan suatu ikatan, yarig tidak disebutkan dalam pasal 1381 .
32
Pasal 1381: perikatan hapus karena pembayaran; karena penawaran pembayaran tunai diikuti dengan
penyimpanan atau penitipan barang; karena pembaharuan utang; karena perjumpaan utang atau
kopensasi; karena percampuran utang; karena musnahna barang yang terutang; karena berlaku syarat
pembatalan yang diatur dalam Bab I buku ini; dan karena lewat waktu, yang akandiatur dalam bab
tersendiri.
Terpenting dari pasal 30 tersebut adalah adanya kesepakatan antara
terapist dengan pasien. Kesepakatan itu merupakan pintu masuk untuk
berlangsungnya pelayanan terapist selanjutnya. Kesepakatan ini identik dengan
persyaratan saling setuju (antara terapist dengan pasien) dalam pasal 1320
KUHPerdata.
Masalah persetujuan yang terjadi dalam proses pelayanan kesehatan
tersebut selanjutnya diatur dalam pasal 45 ayat (1), disana disebutkan bahwa
setiap tindakan terapi yang akan dilakukan terhadap pasien harus mendapat
persetujuan.
-Pasien-
Terapist dalam menerapkan ilmu terapi dan ketrampilannya dalam
masyarakat maka pasti membutuhkan pasien. Pasien dalam hal ini adalah pihak
lain yang diperlukan terapist untuk terbentuknya hubungan terapist pasien.
Menurut Undang-undang Pradok pasien adalah setiap orang yang
melakukan konsultasi masalah kesehatannya untuk memperolah pelayanan
kesehatan yang diperlukan baik secara langsung maupun tidak langsung kepada
terapist atau terapist gigi.
Pelayanan yang diperoleh secara langsung berarti pasien akan datang
langsung ke tempat praktik terapist dan mendapatkan langsung saran atau
tindakan yang diperlukan. Pelayanan yang tidak langsung dapat saja dilakukan
oleh pasien melalui telepon atau cara lainnya sebatas permasalahan pasien itu
dapat dimengerti oleh terapist yang bersangkutan.
Kuliah 8
INFORMED CONSENT
-Definisi-
Definisi informed consent adalah
Persetujuan yang sudah didasari adanya informasi, sudah didasari
pengertian dan pemahaman akan tindakan yang akan disetujui.
Pernyataan setuju terhadap tindakan diagnostik/terapetik, setelah mendapat
penjelasan tentang tujuan, resiko, alternatif tindakan yang akan dilakukan,
serta prognosis penyakit jika tindakan itu dilakukan/tidak dilakukan.
Pada Bab I butir Id. Pedoman Persetujuan Tindakan Medik, disebutkan
bahwa: Informed Consent terdiri dari kata informed yang berarti telah
mendapat informasi dan Consent berarti persetujuan (ijin).
Ada perbedaan penekanan antara informed consent ini dengan persetujuan
dalam kontrak terapetik (sesuai pasal 1320 KUH perdata).
Informed Consent dalam profesi terapii (juga tenaga kesehatanan lainnya)
adalah pernyataan setuju (consent) atau ijin dari pasien yang diberikan dengan
bebas, rasional, tanpa paksaan (voluntary) tentang tindakan terapii yang akan
dilakukan terhadapnya sesudah mendapatkan informasi cukup tentang tindakan
terapii yang dimaksud.
13
Tindakan medik dapat bersifat diagnostik (tindakan medik diagnostik) dan dapat juga bersifat terapetik
(tindakan medik terapetik).
terapetik. Pada peristiwa kedua ini maka adanya persetujuan didasarkan adanya
peristiwa informasi sehingga disebut dengan informed consent.
Pada buku Pedoman Informed consent/ Gigi , KKI menyebutkan: ”Tidak
ada satu ketentuan pun yang mengatur tentang lama keberlakuan suatu informed
consent‟. Teori menyatakan bahwa suatu persetujuan akan tetap sah sampai
dicabut kembali oleh pemberi persetujuan atau pasien. Namun demikian, bila
informasi baru muncul, misalnya tentang adanya efek samping atau alternatif
tindakan yang baru, maka pasien harus diberitahu dan persetujuannya
dikonfirmasikan lagi. Apabila terdapat jeda waktu antara saat pemberian
persetujuan hingga dilakukannya tindakan, maka alangkah lebih baik apabila
ditanyakan kembali apakah persetujuan tersebut masih berlaku. Hal-hal tersebut
pasti juga akan membantu pasien, terutama bagi mereka yang sejak awal memang
masih ragu-ragu atau masih memiliki pertanyaan.”
Untuk keterangan KKI tersebut, penulis setuju, karena yang dimaksud
adalah persetujuan dalam rangka ”tindakan medik”. Untuk hal seperti ini istilah
informed consent lebih penulis sukai, mengingat aspek informasi memegang
peranan pokok untuk munculnya saling setuju dalam hubungan terapist pasien.
Pasal 5.
26 Informasi yang diberikan mencakup keuntungan dan kerugian dari
tindakan medik yang akan dilakukan, baik diagnostik maupun terapeutik.
27 Informasi diberikan secara lisan
28 Informasi harus diberikan secara jujur dan benar kecuali bila terapist
menilai bahwa hal itu dapat merugikan kepentingan kesehatan pasien.
29 Dalam hal-hal sebagaimana dimaksud ayat (3) terapist dengan persetujuan
pasien dapat memberikan informasi tersebut kepada keluarga terdekat
pasien.
CATATAN
Istilah terapii tidak boleh dipakai dalam memberikan informasi dan
penjelasan karena mungkin tidak dimengerti oleh orang awam agar supaya tidak
terjadi salah pengertian sehingga mengakibatkan masalah yang serius.
Informasi harus diberikan sesuai dengan tingkat pendidikan, kondisi dan
situasi pasien.
3.
Berdasarkan Kitab Undang-Undang Hukum Perdata maka seseorang yang berumur 21 tahun atau lebih
atau telah menikah dianggap sebagai orang dewasa dan oleh karenanya dapat memberikan persetujuan.
Penolakan Tindakan Medis diberikan oleh mereka menurut urutan hak
sebagai berikut :
(l) Ayah/ibu adopsi.
Saudara-saudara kandung.
Induk semang.
- Bagi pasien dewasa dengan gangguan mental, Persetujuan (informed
consent) atau Penolakan Tindakan Medis diberikan oleh mereka menurut
urutan hak sebagai berikut :
Ayah/ibu kandung.
Wali yang sah.
Saudara-saudara kandung.
- Bagi pasien dewasa yang berada dibawah pengampuan (curatelle),
Persetujuan atau Penolakan Tindakan Medik di berikan menurut urutan
hak sebagai berikut:
Wali.
Curator
- Bagi pasien dewasa yang telah menikah / orang tua, persetujuan atau
penolakan tindakan medis diberikan oleh mereka menurut urutan hak
sebagai berikut :
a) Suami/istri.
b) Ayah/ibu kandung.
c) Anak-anak kandung.
d) Saudara-saudara kandung.
CATATAN.
Yang dimaksud dengan beberapa pengertian dibawah ini berdasarkan Bab
I butir 4 Pedoman Persetujuan Tindakan Medik :
l. Ayah: -Ayah kandung.
Termasuk "Ayah" adalah ayah angkat yang ditetapkan berdasarkan penetapan
pengadilan atau berdasarkan Hukum Adat.
- Ibu :-Ibu kandung.
Termasuk " lbu " adalah ibu angkat yang ditetapkan berdasarkan Hukum Adat.
- Suami:- Seorang laki-laki yang dalam ikatan perkawinan dengan seorang
perempuan berdasarkan peraturan perundang - undangan yang berlaku.
- Isteri:- Seorang perempuan yang dalam ikatan perkawinan dengan seorang
lakilaki berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
Apabila yang bersangkutan mempunyai lebih dari l (satu) isteri, persetujuan
/penolakan dapat dilakukan oleh salah satu dari mereka.
31 Wali: - Adalah yang menurut hukum menggantikan orang lain yang belum
dewasa untuk mewakilinya dalam melakukan perbuatan hukum atau yang
menurut hukum menggantikan kedudukan orang tua.
32 Induk semang: adalah orang yang berkewajiban untuk mengawasi serta ikut
bertanggung jawab terhadap pribadi orang lain seperti pimpinan asrama dari
anak perantauan atau kepala rumah tangga dari seorang pembantu rumah
tangga yang belum dewasa.
- Pembukaan Informasi
Berdasar Undang-undang Praktik Terapii Paragraf 4: Rahasia Terapii,
pasal 48 ayat (2) disebutkan: ”Rahasia terapii dapat dibuka hanya untuk
kepentingan kesehatan pasien, memenuhi permintaan aparatur penegak hukum
dalam rangka penegakan hukum, permintaan pasien sendiri, atau berdasarkan
3
ketentuan perundang-undangan”
Oleh karena segala hal yang berkaitan dengan pasien adalah termasuk
dalam pengertian ”segala hal yang harus dirahasikan oleh terapist atau yang
disebut rahasia medik”, maka ketentuan untuk membuka rahasia ini harus
memenuhi aturan yang ada.
Informasi tentang pasien yang diperoleh terapist dalam proses hubungan
terapist pasien menjadi rahasia terapii.
Pada umumnya pembukaan informasi pasien kepada pihak lain
memerlukan persetujuan pasien. Persetujuan tersebut harus diperoleh dengan cara
yang layak sebagaimana diuraikan di atas, yaitu melalui pemberian informasi
tentang baik-buruknya pemberian informasi tersebut bagi kepentingan pasien.
No 29 tahun 2004 tentang Praktik Terapii mengatur bahwa
pembukaan informasi tidak memerlukan persetujuan pasien pada keadaan-
keadaan:
a. Untuk kepentingan kesehatan pasien
b. Memenuhi permintaan aparatur penegak hukum dalam rangka penegakan
hukum, misalnya dalam bentuk visum et repertum
c. Atas permintaan pasien sendiri
- Kesehatan Reproduksi
Kesehatan reproduksi tidak hanya melibatkan individu tetapi melibatkan
pasangan dan janin yang dikandungnya terutama bagi wanita. Oleh karena itu,
persetujuan tindakan di bidang kesehatan reproduksi memiliki dimensi yang agak
berbeda dengan kondisi tindakan medis terhadap organ lainnya.
Permasalahan utama pada pemberian persetujuan dalam lingkup kesehatan
reproduksi adalah kapan dan bagaimana persetujuan cukup diberikan oleh pasien
wanita saja, orang tua, suami saja dan suami isteri.
CATATAN
• Ibu jari pasien atau keluarganya yang berhak membubuhkan cap ibu jari
tersebut tidak boleh dipegang oleh tenaga kesehatan yang mendampingi
(untuk menghindari tuduhan adanya paksaan dari pihak rumah sakit dan atau
tenaga kesehatan)
• Apabila pasien atau keluarganya yang berhak membubuhkan cap ibu tersebut
buta aksara dan tuna netra (tidak dapat melihat sama sekali) petugas yang
mendapingi boleh memegang ibu jarinya, tetapi harus disertai berita acara dan
ditandatangani oleh dua orang saksi seperti berita acara dan ditanda tangani
oleh dua orang saksi seperti pada formulir persetujuan atau penolakan
tindakan medik.
- Sanksi Hukum
Sarana kesehatan dan tenaga kesehatan yang tidak melaksanakan
ketentuan yang telah ditetapkan berdasarkan peraturan-peraturan tersebut diatas
dapat dijatuhi sanksi hukum maupun sanksi administratif apabila pasien dirugikan
oleh kelalaian tersebut.
Di dalam pedoman informed consent disebutkan juga sanksi yang akan
dapat menimpa terapist jika tidak melakukan informed consent dalam praktiknya.
Jika seorang terapist tidak memperoleh informed consent yang sah, maka
dampaknya adalah bahwa terapist tersebut akan dapat mengalami masalah:
1. Hukum Pidana
Menyentuh atau melakukan tindakan terhadap pasien tanpa persetujuan dapat
dikategorikan sebagai “penyerangan” (assault). Hal tersebut dapat menjadi
alasan pasien untuk mengadukan terapist ke penyidik polisi, meskipun kasus
semacam ini sangat jarang terjadi.
2. Hukum Perdata
Untuk mengajukan tuntutan atau klaim ganti rugi terhadap terapist, maka
pasien harus dapat menunjukkan bahwa dia tidak diperingatkan sebelumnya
mengenai hasil akhir tertentu dari tindakan dimaksud - padahal apabila dia
telah diperingatkan sebelumnya maka dia tentu tidak akan mau menjalaninya,
atau menunjukkan bahwa terapist telah melakukan tindakan tanpa persetujuan
(perbuatan melanggar hukum).
3. Pendisiplinan oleh MKDKI
Bila MKDKI menerima pengaduan tentang seorang terapist atau terapist gigi
yang melakukan hal tersebut, maka MKDKI akan menyidangkannya dan
dapat memberikan sanksi disiplin terapii, yang dapat berupa teguran hingga
rekomendasi pencabutan Surat Tanda Registrasi.
- Sanksi Pidana
Seorang tenaga kesehatan yang melakukan tindakan medik terhadap
pasien tanpa persetujuan pasien atau keluarganya, dapat dianggap melakukan
penganiayaan yang sanksinya diatur dalam pasal 351 KUHP. Yang berbunyi:
1. Penganiayaan dihukum dengan hukuman penjara paling lama dua tahun
delapan bulan atau denda paling banyak empat ribu lima ratus rupiah
2. Jika penganiayaan itu berakibat luka berat, yang bersalah dipidana dengan
pidana penjara paling lama lima tahun
3. Jika perbuatan itu berakibat matinya orang, maka yang bersalah dipidana
dengan pidana penjara paling lama tujuh tahun
4. Dengan penganiayaan disamakan merusak kesehatan orang dengan sengaja
5. Percobaan melakukan kejahatan itu tidak dipidana.
- Kewajiban Mengganti Kerugian
A. Kewajiban Tenaga Kesehatan untuk mengganti kerugian.
Disebutkan pada pasal 55 Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1992
Tentang Kesehatan menyebutkan: ” (1) Setiap orang berhak atas ganti rugi akibat
kesalahan atau kelalaian yang dilakukan tenaga kesehatan. (2) Ganti rugi
sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dilaksanakan sesuai dengan peraturan
perundang-undangan.
CATATAN
Gugatan terhadap terapist secara pribadi dapat dilakukan apabila: Terapist tersebut
melakukan kelalaian di tempat praktek pribadi atau sebagai terapist tamu di
sebuah rumah sakit yang tidak menggaji dia.
Pasal 11.
Dalam hal pasien tidak sadar/pingsan serta tidak didampingi oleh keluarga
terdekat dan secara medik berada dalam keadaan gawat dan atau darurat
yang memerlukan tindakan medik segera untuk kepentingannya, tidak
diperlukan persetujuan dari siapapun.
Pasal 14.
Dalam hal tindakan medik yang harus dilaksanakan sesuai dengan program
pemerintah dimana tindakan medik tersebut untuk kepentingan masyarakat
banyak, maka persetujuan tindakan medik tidak diperlukan.
CATATAN
Meskipun pasien atau keluarganya telah menyetujui tindakan medik yang akan
dilakukan terhadap dirinya atau keluarganya, apabila terjadi kematian, luka berat
atau sakit untuk sementara akibat kelalaian tenaga kesehatan, tenaga kesehatan
tetap dapat dituntut atau digugat karena kelalaian tersebut.