Anda di halaman 1dari 11

Filosofi Tri Hita Karana dan Tat Twam Asi serta Permenkes Nomor 148 Tahun 2010

sebagai Landasan Praktik Mandiri Perawat

Sekilas, saya akan menyampaikan beberapa filosofi yang mendasari kami dalam
melakukan praktik keperawatan yang tidak jauh beda dengan filosofi yang ada sesuai
dengan kebudayaan kami di Bali. Pertama konsep yang mendasari kami adalah TRI
HITA KARANA. Filsafat Tri Hita Karana, yang berarti tiga penyebab keharmonisan,
kebahagiaan dan kesejahteraan hidup yang terdiri dari (1) Parahyangan berarti
hubungan baik antara Sang Maha Pencipta (Tuhan) dan mahluk ciptaannya, (2)
Pawongan berarti hubungan baik antara manusia dengan manusia, (3) Palemahan
berarti hubungan baik antara manusia dengan lingkungan. Konsep Tri Hita Karana
bersifat sangat fleksibel dan dapat diterapkan dalam berbagai keberagaman. Selain itu
Konsep Tri Hita Karana juga bersifat universal dan mendorong manusia untuk selalu
mendapatkan keseimbangan hidup lewat membina hubungan yang baik di ketiga
aspek kehidupan (Tuhan, mahluk ciptaan, dan alam semesta). Kemudian konsep
kedua filsafat TAT TWAM ASI, yang memiliki arti aku adalah kamu/kita (manusia)
seyogyanya sama, baik yang menciptakan maupun yang menjiwai kita (roh). Konsep
filsafat Tat Twam Asi ini bahwa kita tidak akan pernah berpikir untuk membedakan-
bedakan individu manapun (suku, agama, ras, warna kulit). Perbedaan itu bukanlah
alasan untuk terpecah, sama halnya dengan profesi kesehatan yang ada saat ini.
Konsep Tat Twam Asi juga mengajarkan kita bahwa semua mahluk memiliki hak
yang sama untuk bisa hidup berdampingan satu sama lain.

Kedua konsep tersebut sangat mempengaruhi kami dalam bekerja menjalankan


praktik keperawatan. Hal tersebut juga menciptakan motto kami dalam memberikan
pelayanan keperawatan dengan cinta kasih dan spiritualitas. Konsep tersebut
melandasi semangat kami untuk dapat melakukan perawatan yang terbaik bagi pasien
kami rawat khususnya dalam perawatan luka, stoma dan inkontinensia. Pada intinya
konsep ini mengajarkan keharmonisan dan cinta kasih, “kau adalah aku”, jika kau
menyakiti aku maka sama dengan kau menyakiti diri sendiri. Kurang lebih seperti
itulah filosofi kami dalam melakukan perawatan di praktik perawat yang kami jalani
saat ini. Merawat pasien adalah sama seperti kita merawat diri kita sendiri ataupun
merawat keluarga kita sendiri. Kita semua sama dimata TUHAN, kita semua manusia
yang dibekali dengan ahklak, pikiran dan lainnya. Untuk itu, jangan sampai
perbedaan di antar profesi kesehatan menjadi celah untuk saling menghujat dan
menjatuhkan. Perbedaan inilah yang indah dimana kita bisa bekerjasama saling
membantu untuk meningkatkan derajat kesehatan masyarakat. Bukan dengan rasa
EGO yang mendominasi menjadi yang terbaik untuk diri sendiri.

Akan tetapi tidak semua orang berpikir seperti ini, selama beberapa jam membaca
blog tersebut ternyata banyak orang memiliki persepsi yang sempit mengenai dunia
keperawatan. Mudah-mudahan suatu saat nanti ketika orang tersebut sakit dan
menjalani perawatan di rumah sakit baru akan menyadari semua profesi kesehatan
penting tidak ada yang lebih mendominasi yang paling bagus atau apapun itu dan bisa
melihat bagaimana kunci peran penting seorang PERAWAT. Semua tujuannya
adalah bagaimana cara untuk merawat dan memberikan kesembuhan pada orang yang
menderita penyakit. Sampai saat ini, kami di praktik mandiri ini tetap bekerjasama
dengan dokter umum, dokter spesialis, fisioterapi, ahli gizi dan lainnya. Selama
kerjasama kami tidak mengalami kendala apapun bahkan kami saling mendukung dan
membantu untuk mencapai kesembuhan pasien karena pada intinya kita saling
menghormati, saling menghargai dan selalu tetap komunikasi untuk kesembuhan
pasien yang kami rawat bersama.
Melihat fenomena yang ada dan beberapa kritik-kritik yang ada tentang praktik
mandiri keperawatan, saya berusaha sedikit mengulas kembali tentang peraturan yang
dikeluarkan pemerintah tentang izin dan penyelenggaraan praktek keperawatan yang
saat ini menjadi dasar kami untuk berdiri. Saat ini praktek mandiri keperawatan juga
sudah berkembang dengan pesat dan hampir diseluruh Indonesia sudah berdiri praktik
keperawatan yang telah memenuhi syarat dan ketentuan dari Permenkes No. 148
tahun 2010 yang mendapatkan SIPP (Surat Ijin Praktek Perawat). Khususnya di Bali
sudah banyak berdiri praktek mandiri perawat yang tersebar diseluruh kabupaten.
Uraian singkat ini mudah-mudahan dapat mengingatkan kita kembali tentang
penyelenggaraan praktek dan memberikan semangat bagi rekan sejawat yang akan
merintis praktek mandiri keperawatan.

Peraturan Menteri Kesehatan republic Indonesia Nomor.


HK.02.02/MENKES/148/I/2010 tentang izin dan penyelenggaraan praktik perawat.
Permenkes ini dikeluarkan menimbang dari pasal 23 ayat (50 Undang-Undang No. 36
Tahun 2009 tentang kesehatan. Dalam peraturan menteri yang dimaksud perawat dan
bagaimana ketentuan umum praktik perawat terdapat pada

BAB I

Ketentuan Umum Pasal 1 sebagai berikut (beberapa poin penting saja saya kutip):

“1. Perawat adalah seseorang yang telah lulus pendidikan perawat baik di dalam
maupun luar negeri sesuai dengan peraturan perundang-undangan”

“3. Surat Izin Praktik Perawat yang selanjutnya disingkat SIPP adalah bukti tertulis
yang diberikan kepada perawat untuk melakukan praktik keperawatan secara
perorangan dan atau berkelompok”
“4. Standar adalah pedoman yang harus dipergunakan sebagai petunjuk dalam
menjalankan profesi yang meliputi standar pelayanan, standar profesi dan satndar
prosedur operasional”

“6. Obat bebas adalah obat yang berlogo bulatan berwarna hijau yang dapat diperoleh
tanpa resep dokter”

“7. Obat bebas terbatas adalah obat yang berlogo bulatan berwarna biru yang dapat
diperoleh tanpa resep dokter”

Sesuai ketentuan peraturan tersebut. Kita perawat dapat mendirikan praktik mandiri
perawat dan memberikan pelayanan sesuai standard dan ketentuan yang berlaku.
Dalam pasal ini juga mengatur bahwa perawat dapat memberikan obat bebas (bulatan
hijau) dan bebas terbatas (bulatan biru). Tapi di praktik keperawatan kami, pemberian
terapi berupa obat yang dikonsumsi per oral (melalui mulut) tidak kami berikan, kami
hanya memberikan balutan-balutan luka atau topikal terapi yang sudah sesuai dengan
kompetensi yang kita miliki sebagai perawat spesialis luka sesuai standar di
Indonesia dan World Council Enterostomal Therapy Nursing (WCETN). Jika kami
memerlukan terapi atau obat-obatan per oral maka kami bekerjasama dengan dokter
umum maupun dokter spesialis sesuai dengan kewenangan dan kebutuhan pasien.
Bagaiamana menurut Anda, pasti indah jika kita bisa bekerjasama untuk kesembuhan
pasien yang kita rawat.
BAB II

Perizinan pasal 2 menyatakan bahwa;

“Perawat dapat menjalankan praktik keperawatan pada fasilitas pelayanan kesehatan


meliputi fasilitas pelayanan kesehatan di luar praktik mandiri dan atau praktik
mandiri.

Perawat yang menjalankan praktik mandiri minimal berpendidikan Diploma III (D


III) Keperawatan”.

Pasal ini, memberikan informasi pada kita dapat menjalankan praktik di fasilitas
pelayanan kesehatan dan minimal syarat pendidikan perawat menjalankan praktik
mandi perawat adalah D III Keperawatan. Pada pasal 3, 4 dan 5 akan dibahas
kewajiban perawat memiliki SIPP dan persyaratannya untuk menjalankan praktik
mandiri perawat. Syarat SIPP yang diwajibkan perawat yang akan menjalankan
praktik mandiri perawat, sebagai berikut;

“Pasal 5; untuk memperoleh SIPP, perawat harus mengajukan permohonan kepada


pemerintah daerah Kabupaten/Kota dengan melampirkan;

a.Fotokopi Surat Tanda registrasi (STR) yang masih berlaku dan dilegalisir

b.Surat keterangan sehat fisik dari dokter yang memiliki Surat Izin Praktik

c.Surat pernyataan memiliki tempat praktik

d.Pas foto berwarna terbaru ukuran 4×6 cm sebanyak 3 (tiga) lembar


e.Rekomendasi dari organisasi profesi (PPNI daerah)

Pengajuan ini hanya pada satu tempat praktik”

Praktik mandiri perawat saat ini juga diperbolehkan memasang papan praktek yang
sebelumnya tidak ada pada Permenkes 1239 Tahun 2001 tentang registrasi dan
praktik perawat. Pada pasal 6 menyebutkan bahwa “Dalam menjalankan praktik
mandiri, perawat wajib memasang papan nama praktik keperawatan”. Adapun
petunjuk teknik dan pelaksanaan pembuatan papan nama praktik sebagai berikut;

•Bertuliskan “Praktik Perawat”

•Ukuran 80cm x 60cm

•Dituliskan nama yang berpraktek dan gelar

•Nomor ijin praktek (SIPP)

•Memasang logo PPNI

Hal yang palig krusial dalam pengaturan penyelenggaraan praktik mandiri perawat
ada pada bab III tentang penyelenggaraan praktik. Berikut saya kutip dari aslinya
terkait dengan penyelenggaraan pratik perawat pada
Bab III

pasal 8;

“(1) Praktik keperawatan dilaksanakan pada fasilitas pelayanan kesehatan tingkat


pertama, tingkat kedua dan tingkat ketiga

(2) Praktik keperawatan sebagaimana dimaksud pada ayat (10 ditujukan kepada
individu, keluarga, kelompok dan masyarakat

(3) Praktik keperawatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilaksanakan melalui
kegiatan

a. pelaksanaan asuhan keperawatan

b. pelaksaanaan upaya promotif, preventif, pemulihan dan pemberdayaan masyarakat,


dan;

c. pelaksanaan tindakan keperawatan komplementer

(4) Asuhan keperawatan sebagaimana yang dimaksud pada ayat (3) huruf a meliputi
pengkajian, penetapan diagnose keperawatan, perencanaan, implementasi dan
evaluasi keperawatan

(5) Implementasi keperawatan sebagaimana maksud ayat (4) meliputi penerapan


perencanaan dan pelaksanaan tindakan keperawatan

(6) Tindakan keperawatan sebagaimana maksud pada ayat (5) meliputi pelaksanaan
prosedur keperawatan, observasi keperawatan, pendidikan dan konseling kesehatan

(7) Perawat dalam menjalankan asuhan keperawatan sebagaimana dimaksud pada


ayat (4) dapat memberikan obat bebas dan atau obat bebas terbatas”.
Sesuai dengan ketentuan yang berlaku pada pasal tersebut, perawatan luka yang kami
lakukan adalah salah satu prosedur keperawatan atau intervensi keperawatan mandiri
yang dapat dilakukan oleh perawat. Dalam standar spesialis perawatan luka kami
diperkenankan memberikan balutan-balutan luka dan dapat digunakan bersama
tindakan keperawatan komplemeter (penggunaan herbal ataupun terapi yang terkait
untuk membantu dalam proses kesembuhan pasien). Setiap tindakan yang dilakukan
sudah tentu harus diperdalam mengikuti pelatihan khusus yang diakui oleh
Departemen Kesehatan RI khususnya sehingga sertifikat kompetensi yang dimiliki
diakui negara.

Pada Bab III pasal 9 mengingatkan kita sebagai perawat untuk tetap melakukan
praktik sesui dengan kewenangan yang kita miliki. Seperti yang disampaikan
sebelumnya, menjalankan praktik sesuai kompetensi yang kita miliki. Dalam situasi
kegawatdaruratan maka perawat dapat melakukan tindakan diluar kewenangannya
yang diatur dalam pasal 10 dengan mempertimbangkan kompetensi, tingkat
kedaruratan dan kemungkinan untuk dirujuk. Hak dan Kewajiban perawat juga diatur
dalam Permenkes No. 148 tahun 2010, sebagai berikut;

“Pasal 11; dalam melaksanakan praktik, perawat mempunyai hak

a.Memperoleh perlindungan hukum dalam melaksanakan praktik keperawatan sesuai


standar

b.Memperoleh informasi yang lengkap dan jujur dari klien dan atau keluarganya

c.Melaksanakan tugas sesuai dengan kompetensi


d.Menerima imbalan jasa profesi dan

e.Memperoleh jaminan perlindungan terhadap risiko kerja yang berkaitan dengan


tugas

Pasal 12; dalam melaksanakan praktik, perawat wajib untuk;

a.Menghormati hak pasien

b.Melakukan rujukan

c.Menyimpan rahasia dengan peraturan perundang-undangan

d.Memberikan informasi tentang masalah kesehatan pasien/klien dan pelayanan yang


dibutuhkan

e.Meminta persetujuan tindakan keperawatan yang akan dilakukan

f.Melakukan pencatatan asuhan keperawatan secara sistematik dan mematuhi


standar”.

Berdasarkan pasal yang diuraikan diatas menjadi dasar kita dalam menjalankan
praktik mandiri perawat yang semuanya bertujuan untuk meningkatkan derajat
kesehatan masyarakat. Pada pasal 12 ayat (3) menyebutkan bahwa “Perawat dalam
menjalankan praktik wajib membantu program pemerintah dalam meningkatkan
derajat kesehatan masyarakat”. Walaupun sudah dikeluarkan Permenkes no. 148
tahun 2010 tentang izin dan penyelenggaraan praktik perawat, Undang-undang
keperawatan tetap diperlukan untuk memberikan kepastian perlindungan hukum bagi
perawat yang menjalankan praktik keperawatan. Semoga undang-undang tersebut
bisa memberikan gambaran yang lebih baik dan memberikan perlindungan hukum
bagi perawat.
Demikian uraian tentang landasan kami menjalankan praktik mandiri perawat yang
selaian berlandasakan filosofi kebudayaan dimana kami berada juga tetap
berdasarkan landasan hukum Permenkes No. 148 tahun 2010. Selain bekerjasama
dengan rekan-rekan perawat yang menjalankan praktik mandiri perawat di seluruh
Indonesia, kami juga rutin mengadakan diskusi dan berbagai bersama dengan
beberapa rekan-rekan perawat, fisioterapi dan dokter dari Australia yang telah
bekerjasama dengan kami dalam memberikan donasi bagi pasien-pasien yang
membutuhkan bantuan khususnya dalam perawatan luka, stoma dan inkontinensia.
Kembali lagi semuanya hanya untuk dapat membantu memenuhi kebutuhan
masyarakat akan kesehatan dan meningkatkan derajat kesehatan masyrakat. Tidak
ada lagi kata-kata untuk saling menjatuhkan dan saling menyalahkan dalam hal ini,
sebagai profesi kesehatan sebaiknya kita saling bahu membahu dalam membantu
meningkatan derajat kesehatan masyarakat. Semoga generasi penerus perawat
berikutnya memiliki kemampuan lebih baik dalam meningkatkan profesi keperawatan
ini. Tidak hanya berbicara atau berkata-kata tapi kami hanya lakukan yang terbaik
untuk itu dan kami perawat Indonesia siap merawat Indonesia.

Hidup dalam keharmonisan akan lebih baik dan semoga bermanfaat

Salam Perawat Indonesia

HIDUP PERAWAT INDONESIA

Januari, 2013
Untuk download Permenkes No. 148 tahun 2010 dalam klik link berikut dari PPNI:
http://downloads.ziddu.com/downloadfile/19915875/PMKTTGIzinDanPenyelenggar
aanPraktikPerawat.pdf.html

Untuk mengetahui kode etik keperawatan Indonesia, standar praktek, standar


kompetensi dan lainnya dapat klik link berikut: http://www.inna-
ppni.or.id/innappni/mntop-kode-etik.html

Anda mungkin juga menyukai