Anda di halaman 1dari 66

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Penyakit asam urat (Gout) merupakan akibat dari konsumsi zat purin secara
berlebihan. Purin diolah tubuh menjadi asam urat, tapi jika kadar asam urat
berlebih, ginjal tidak mampu mengeluarkan sehingga kristal asam urat
menumpuk di persendian. Akibatnya sendi terasa nyeri, bengkak dan meradang.
Insiden penyakit gout sebesar 1-2%, terutama terjadi pada usia 30-40 tahun dan
20 kali lebih sering pada pria daripada wanita. Penyakit ini terutama menyerang
sendi tangan dan bagian metatarsofangeal kaki. Penyakit ini bersifat
multisistemik yang disebabkan oleh hiperurisemia dan penimbunan kristal
asam urat di dalam jaringan. Asam urat merupakan hasil akhir metabolisme
purin.

B. Tujuan Penulisan

1. Tujuan Umum
Pendidikan kesehatan ini berguna untuk menambah pengetahuan dan
menambah wawasan bagi klien dan keluarga.
2. Tujuan Khusus
a. Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan Asam Urat.
b. Mengetahui dan memahami konsep asuhan keperawatan pada pasien
dengan Asam Urat.

C. Referensi
Smeltzer, S.C, 2011, Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner &
Suddarth, Vol 2, EGC, Jakarta

1
BAB II
LANDASAN TEORI

A. Konsep Dasar

1. Konsep Keluarga

a. Definisi keluarga

Keluarga adalah unit terkecil dari masyarakat yang terdiri atas kepala
keluarga dan beberapa orang yang terkumpul dan tinggal di suatu tempat di
bawah satu atap dalam keadaan saling ketergantungan (Effendi, 2004).

Keluarga merupakan sekumpulan orang yang dihubungkan oleh ikatan


perkawinan, adopsi, kelahiran yang bertujuan untuk meningkatkan dan
mempertahankan budaya yang umum, meningkatkan perkembangan fisik,
mental, emosional dan sosial dari tiap anggota (Sudhiarto, 2007).

Keluarga adalah kumpulan dua orang atau lebih individu yang bergabung
karena hubungan darah, perkawinan, atau adopsi, hidup dalam satu rumah
tangga, saling berinteraksi satu sama lainnya dalam perannya dan
menciptakan dan mempertahankan suatu budaya (Bailon dan Maglaya, 1989
dalam Mubarak 2002).

b. Struktur keluarga

Menurut Murwani (2007), struktur keluarga terdiri atas:

1) Pola dan proses komunikasi

Pola interaksi keluarga yang berfungsi :

a) Bersifat terbuka dan jujur,

b) Selalu menyelesaikan konflik keluarga,

c) Berpikiran positif, dan

d) Tidak mengulang - ulang isu dan pendapat sendiri.

2
Karakteristik komunikasi keluarga berfungsi untuk :

a) Karakteristik pengirim : yakin dalam mengemukakan sesuatu


atau pendapat, apa yang disampaikan jelas dan berkualitas, selalu
meminta dan menerima umpan balik.

b) Karakteristik penerima : siap mendengarkan, memberi umpan


balik, melakukan validasi.

2) Struktur peran

Peran adalah serangkaian perilaku yang diharapkan sesuai


dengan posisi sosial yang diberikan. Yang dimaksud dengan posisi
atau status adalah posisi individu dalam masyarakat misalnya sebagai
suami, istri, anak dan sebagainya. Tetapi kadang peran ini tidak dapat
dijalankan oleh masing-masing individu dengan baik. Ada beberapa
anak yang terpaksa mencari nafkah untuk memenuhi kebutuhan
anggota keluarga yang lain sedangkan orang tua mereka entah
kemana atau malah berdiam diri dirumah.

3) Struktur kekuatan

Kekuatan merupakan kemampuan (potensial dan aktual) dari


individu untuk mengendalikan atau mempengaruhi untuk merubah
perilaku orang lain kearah positif.

4) Nilai- nilai Keluarga

Nilai merupakan suatu sistem, sikap dan kepercayaan yang


secara sadar atau tidak, mempersatukan anggota keluarga dalam satu
budaya. Nilai keluarga juga merupakan suatu pedoman bagi
perkembangan norma dan peraturan.Norma adalah pola perilaku
yang baik, menurut masyarakat berdasarkan sistem nilai dalam
keluarga. Budaya adalah kupulan dari polaperilaku yang dapat
dipelajari, dibagi, dan ditularkan dengan tujuan untukmenyelesaikan
masalah (Murwani, 2007).

3
c. Tipe atau Bentuk Keluarga

Beberapa tipe atau bentuk keluarga menurut Sudiharto (2007),adalah


sebagai berikut:

1) Keluarga inti (Nuclear Family)

Keluarga yang dibentuk karena ikatan perkawinan yang


direncanakan yang terdiri dari suam, istri, dan anak-anak, baik karena
kelahiran (natural) maupun adopsi.

2) Keluarga besar (Extended Family)

Keluarga inti ditambah keluarga yang lain (karena hubungan


darah), misalnya kakek, nenek, bibi, paman, sepupu termasuk
keluarga modern, seperti orang tua tunggal, keluarga tanpa anak,
serta keluarga pasangan sejanis (guy/lesbian families).

3) Keluarga Campuran (Blended Family)

Keluarga yang terdiri dari suami, istri, anak-anak kandung dan


anak-anak tiri.

4) Keluarga menurut hukum umum (Common Law Family) Anak-anak


yang tinggal bersama.

5) Keluarga orang tua tunggal

Keluarga yang terdiri dari pria atau wanita, mungkin karena telah
bercerai, berpisah, ditinggal mati atau mungkin tidak pernah
menikah, serta anak-anak mereka yang tinggal bersama.

6) Keluarga Hidup Bersama (Commune Family)

Keluarga yang terdiri dari pria, wanita dan anak-anak yang


tinggal bersamaberbagi hak dan tanggung jawab, serta memiliki
kepercayaan bersama.

4
7) Keluarga Serial (Serial Family)

Keluarga yang terdiri dari pria dan wanita yang telah menikah
dan mungkin telah punya anak, tetapi kemudian bercerai dan
masing-masing menikah lagi serta memiliki anak-anak dengan
pasangannya masing-masing, tetapi semuanya mengganggap sebagai
satu keluarga.

8) Keluarga Gabungan (Composite Family)

Keluarga yang terdiri dari suam dengan beberapa istri dan


anak-anaknya (poligami) atau istri dengan beberapa suami dan
anak-anaknya (poliandri).

9) Hidup bersama dan tinggal bersama (Cohabitation Family)

Keluarga yang terdiri dari pria dan wanita yang hidup bersama
tanpa ada ikatan perkawinan yang sah.

d. Fungsi Keluarga

Fungsi keluarga menurut Friedman (1998) dalam Sudiharto, (2007),


adalah sebagai berikut:

1) Fungsi Afektif (The affective function) : Fungsi keluarga yang utama


untuk mengajarkan segala sesuatu untuk mempersiapkan anggota
keluarga berhubungan dengan orang lain, fungsi ini dibutuhkan untuk
perkembangan individu dan psikososial keluarga.

2) Fungsi Sosialisasi dan penempatan sosial (sosialisation and social


placement fungtion) : Fungsi pengembangan dan tempat melatih anak
untuk berkehidupan sosial sebelum meninggalkan rumah untuk
berhubungan dengan orang lain di luar rumah.

3) Fungsi Reproduksi (reproductive function): Fungsi untuk


mempertahankan generasi menjadi kelangsungan keluarga.

4) Fungsi Ekonomi (the economic function) : Keluarga berfungsi untuk


memenuhi kebutuhan keluarga secara ekonomi dan tempat untuk

5
mengembangkan kemampuan individu meningkatkan penghasilan
untuk memenuhi kebutuhan keluarga.

5) Fungsi Perawatan atau pemeliharaan kesehatan (the healty care


function): Fungsi untuk mempertahankan keadaan kesehatan anggota
keluarga agar tetap memiliki produktivitas tinggi. Fungsi ini
dikembangkan menjadi tugas keluarga di bidang kesehatan.

e. Tugas Perkembangan Keluarga

Siklus kehidupan setiap keluarga mempunyai tahapan-tahapan.


Seperti individu-individu yang mengalami tahap pertumbuhan dan
perkembangan yang berturut-turut, keluarga juga mengalami tahap
perkembangan yang berturut-turut. Adapun tahap-tahap perkembangan
keluarga berdasarkan konsep Duvall dan Miller (Friedman, 1998) adalah :

1) Tahap I: keluarga pemula erkawinan dari sepasang insan menandai


bermulanya sebuah keluarga baru dan perpindahan dari keluarga asal
atau status lajang ke hubungan baru yang intim.

2) Tahap II : keluarga sedang mengasuh anak dimulai dengan kelahiran


anak pertama hingga bayi berusia 30 bulan.

Tugas perkembangan:

a) Perubahan peran menjadi orang tua, Perubahan hidup yang sulit,


masa transisi, tugas kritis
Masalah : suami merasa diabaikan, peningkatan perselisihan
dan argumentasi suami dan istri, interupsi dalam jadwal yang
continue, kehidupan seksual dan sosial terganggu.
b) Adaptasi dengan perubahan anggota keluarga : peran, interaksi,
kebutuhan-kebutuhan, keselamatan, keterbatasan, toilet training,
komunikasi bayi
c) Mempertahankan hubungan yang memuaskan dengan
pasanganya : pembentukan kembali pola komunikasi,
pembentukan perasaan, perkawinan, hubungan seksual menurun,

6
konseling KB, hubungan perkawinan yang kokoh dan bergairah
sangat penting bagi stabilitas dan moral keluarga.
Masalah kesehatan : pendidikan maternitas, perawatan bayi
yang baik, pengenalan dan penanganan masalah kesehatan fisik
secara dini, imunisasi, tumbuh kembang.
3) Tahap III : keluarga dengan anak usia pra sekolah dimulai ketika anak
pertama berusia dua setengah tahun, dan berakhir ketika anak berusia
5 tahun.
4) Tahap IV : keluarga dengan anak usia sekolah, dimulai ketika anak
pertama berusia 6 tahun dan mulai masuk sekolah dasar dan berakhir
pada usia 13 tahun, awal dari masa remaja.
5) Tahap V : keluarga dengan anak remaja yang dimulai ketika anak
pertama melewati umur 13 tahun, berlangsung selama 6 sampai 7
tahun. Tahap ini dapat lebih singkat jika anak meninggalkan
keluarganya lebih awal atau lebih lama jika anak masih tinggal
dirumah hingga berumur 19 atau 20 tahun.
6) Tahap VI : keluarga yang melepas anak usia dewasa muda yang
ditandai oleh anak pertama meninggalkan rumah orang tua dan
berakhir dengan “rumah kosong”, ketika anak terakhir meninggalkan
rumah. Tahap ini dapat singkat atau agak panjang, tergantung pada
berapa banyak anak yang belum menikah yang masih tinggal
dirumah. Fase ini ditandai oleh tahun-tahun puncak persiapan dari
dan oleh anak-anak untuk kehidupan dewasa yang mandiri.
7) Tahap VII : orang tua usia pertengahan, dimulai ketika anak terakhir
meninggalkan rumah dan berakhir pada saat pensiun atau kematian
salah satu pasangan.
8) Tahap VIII : keluarga dalam masa pensiun dan lansia diawali dengan
salah satu pasangan meninggal dan berakhir dengan pasangan lainnya
meninggal.

B. Asuhan Keperawatan Keluarga

7
Menurut Nursalam (2008) dalam bukunya Proses dan Dokumentasi
Keperawatan Konsep dan Praktik, proseskeperawatan adalah metode dimana suatu
konsep diterapkan dalam praktik keperawatan. Proses keperawatan terdiri dari
lima tahap yang berhubungan dan berurutan yaitu penkajian, diagnosis
keperawatan, perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi.

Menurut Nursalam (2008) dalam bukunya Proses dan Dokumentasi


Keperawatan Konsep dan Praktik, pengumpulan data dalam proses
keperawatandilakukan dengan cara :

1. Observasi

Metode pengumpulan data dimana data dikumpulkan melalui observasi


visualmelalui indera yang berlangsung terus -menerus, dimana data yang
dikumpulkan harus obyektif dan harus dicatat apa adanya (bukan penafsiran
sendiri), diantaranya yang berkaitan dengan lingkungan fisik, misalnya
ventilasi, penerangan, kebersihan dan sebagainya.

2. Wawancara

Suatu pembicaraan terarah, percakapan dengan maksud pengumpulan


data, dan dapat dilakukan secara formal dan informal, dimana perlu tekhnik
khusus, dan otoritas yang kita gunakan sesedikit mungkin, misalnya
pemeriksaan fisik, mental, sosial budaya, ekonomi, kebiasaan, lingkungan dan
sebagainya.

3. Studi dokumentasi

Mengumpulkan data-data yang berhubungan dengan materi


pembahasan seperti data dari puskesmas, data perkembangan kesehatan
anak (KMS), kartu keluarga dan catatan-catatan kesehatan lainnya.

4. Pemeriksaan fisik

Cara pengumpulan data melalui inspeksi, palpasi, perkusi dan


auskultasi serta pemeriksaan tanda-tanda vital.

8
Proses keperawatan keluarga terdiri pengkajian, diagnosis keperawatan,
perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi yang selalu terdokumentasi. Secara
terperinci, proses keperawatan yaitu :

1. Pengkajian

Menurut Nursalam (2008) dalam bukunya Proses dan Dokumentasi


Keperawatan Konsep dan Praktik dinyatakan, pengkajian adalah tahap
awal dari proses keperawatan dan merupakan suatu proses yang sistematis
dalam pengumpulan data dari berbagai sumber data untuk mengevaluasi
dan mengidentifikasi status kesehatan klien. Tahap pengkajian
merupakan dasar utama dalam memberikan asuhan keperawatan sesuai
dengan kebutuhan individu. Oleh karena itu pengkajian yang benar,
akurat, lengkap dan sesuai dengan kenyataan sangat penting dalam
merumuskan suatu diagnosis keperawatan dan dalam memberikan asuhan
keperawatan sesuai dari American Nursing Assosiation (ANA).

Menurut Suprajitno (2004) dalam bukunya


AsuhanKeperawatanKeluarga,menyatakanbeberapahalyangperludilakuka
n padapengkajian, yaitu :

a. Membina hubungan yang baik anatara perawat dan klien (keluarga)


merupakan modal utama untuk melaksanakan asuhan keperawatan.
Hubungan tersebut dapat dibentuk dengan menerapkan strategi perawat
untuk memberikan bantuan kepada klien untuk memenuhi kebutuhan
kesehatannya.

1) Diawali dengan perawat memperkenalkan diri dengan sopan dan


ramah.

2) Menjelaskan tujuan kunjungan.

3) Meyakinkan keluarga bahwa kehadiran perawat adalah untuk


membantu keluarga menyelsaikan masalah kesehatan yang ada.

4) Menjelaskan luas kesanggupan bantuan perawat yang dapat


dilakukan, dan menjelaskan kepada keluarga tentang tim kesehatan
lainnya yang menjadi jaringan perawat.

9
b. Pengkajian ini berfokus sesuai data yang diperoleh dari unit layanan
kesehatan.

c. Pengkajian lanjutan, yaitu : tahap pengkajian untuk memperoleh data


yang lebih lengkap sesuai masalah kesehatan keluarga yang berorientasi
pada pengkajian awal. Disini perawat mengungkapkan keadaan keluarga
hingga penyebab dari masalah kesehatan yang paling mendasar.

Menurut suprajitno (2004) dalam bukunya Asuhan Keperawatan


Keluarga, data yang dikajian dalam asuhan keperawatan keluarga yaitu :

a. Berkaitan dengan keluarga

1) Data demografi dan sosiokultural

2) Data lingkungan

3) Struktur dan fungsi keluarga

4) Stres dan koping keluarga yang digunakan keluarga

5) Perkembangan keluarga

b. Berkaitan dengan individu sebagai anggota keluarga

1) Fisik

2) Mental

3) Emosi

4) Sosial

5) Spritual

Menurut Nursalam (2008) dalam bukunya Proses dan Dokumentasi


Keperawatan Konsep dan Praktik, ada tiga metode yang digunakan dalam
pengumpulan data pada tahap pengkajian, yaitu :

10
1) Komunikasi

Interaksi perawat dengan klien harus berdasarkan komunikasi. Istilah


komunikasi terapeutik adalah suatu tehnik dimana usaha mengajak klien
dan keluarga untuk menukar pikiran dan perasaan.

2) Observasi

Tahap kedua pengumpulan data adalah dengan observasi.


Observasiadalah mengamati perilaku, keadaan klien dan lingkungan.

3) Pemeriksaan fisik

Empat tehnik dalam pemeriksaan fisik, yaitu :

a) Inspeksiadalah suatu proses observasi yang dilaksanakan secara


sistematik.Observasi dilaksanakan dengan menggunakan indra
penglihatan,dan penciuman sebagai suatu alat untuk mengumpulkan
data.

b) Palpasi adalah suatu tehnik menggunakan indra peraba.Tangan dan


jari adalah suatu instrument yang sensitif yang digunakan untuk
mengumpulkan data tentang : temperatur, tugor, bentuk, kelembaban,
vibrasi, dan ukuran.

c) Perkusi adalah suatu pemeriksaandengan jalan mengetuk untuk


membandingkan kiri kanan pada setiap permukaan tubuh dengan
tujuan menghasilkan suara.

d) Auskultasi adalah pemeriksaan dengan jalan mendengarkan suara


yang dihasilkan oleh tubuh dengan menggunakan stetoskop.

Menurut Sri Setyowati dan Arita Murwani (2008) dalam bukunya Asuhan
Keperawatn Keluarga, hal-hal yang perlu digali dalam pengkajian antara lain :

a. Pengumpulan data

1) Data umum

11
a) Nama KK, alamat dan telepon

b) Komposisi keluaraga (dilengkapi genogram tiga generasi)

c) Tipe keluarga

Menjelaskan mengenai jenis tipe keluarga beserta kendala atau


masalah yang terjadi dengan tipe keluarga tersebut.

d) Suku bangsa

Mengkaji asal suku bangsa keluarga tersebut serta


mengidentifikasi budaya suku bangsa tersebut terkait dengan
kesehatan.

e) Agama

Menkaji agama yang dianut oleh kepercayaan yang dapat


mempengaruhi kesehatan.

f) Status sosial ekonomi keluarga

Status sosial ekonomi ditentukan oleh pendapatan baik kepala


keluarga maupun anggota keluarga lainnya. Selain itu status
ekonomi keluarga ditentukan oleh kebutuhan-kebutuhan yang
dikeluarkan serta barang-barang yang dimiliki oleh keluarga.

g) Aktivitas rekreasi keluarga

Rekreasi keluarga tidak hanya dilihat kapan saja keluarga pergi


bersama-sama untuk mengunjungi tempat rekreasi tertentu
namun dengan menonton TV dan mendengar radio juga
aktivitas rekreasi.

2) Riwayat dan tahap perkembangan keluarga

a) Tahap perkembangan keluarga saat ini

Tahap perkembangan keluarga tertinggi saat ini dicapai oleh


keluarga, misalnya anggota keluarga terdiri dari lansia, remaja,
balita, maka tahap perkembangan keluarga saat ini adalah lansia

12
(bila lansia ikut dengan keluarga) tetapi bila tidak maka
tahapannya adalah keluarga dengan remaja.

b) Tahapan perkembangan keluarga yang belum terpenuhi

Menjelaskan mengenai tugas perkembangan yang belum


terpenuhi oleh keluarga serta kendala.

c) Riwayat keluarga inti

Menjelaskan mengenai riwayat kesehatan pada keluarga inti,


yang meliputi riwayat penyakit keturunan, riwayat kesehata
masing-masing anggota keluarga, pencegahan penyakit,
pelayanan kesehatan.

d) Riwayat keluarga sebelumnya

Meliputi data-data tentang riwayat orang tuadari pihak suami


maupun istri.

e) Karakteristik rumah

Karakteristik rumah diidentifikasi dengan melihat luas rumah,


tipe rumah, jumlah ruangan, jumlah jendela, pemanfaatan
ruangan, peletakkan perabotan rumah tangga, jenis septic tank,
jarak septic tank dengan sumber air, sumber air minum yang
digunakan serta denah rumah.

f) Karakteristik tetangga dan komunitas

Menjelaskan mengenai karakteristik dari tetangga dan


komunitas setempat.

g) Mobilitas geografis keluarga

Monilitas geografis keluarga ditentukan dengan kebiasaan


keluarga berpindah tempat.

h) Perkumpulan keluarga dan interaksi dengan masyarakat

13
Menjelaskan mengenai waktu yang digunakan keluarga untuk
berkumpul serta perkumpulan keluarga yang ada dan sejauh
mana keluarga berinteraksi dengan masyarakat.

i) Sistem pendukung keluarga

Yang termasuk pada sistem pendukung keluarga adalah jumlah


anggota keluarga yang sehat, fasilitas-fasilitas yang dimiliki
keluarga untuk menunjang kesehatan. Fasilitas mencakup
fasilitas fisik, fasilitas psikologis atau dukungan dari masyarakat
setempat.

3) Struktur keluarga

a) Pola komunikasi

Menjelaskan mengenai cara berkomunikasi antar anggota


kelurga.

b) Struktur kekuatan keluarga

Kemampuan anggota keluarga mengendalikan dan


mempengaruhi orang lain untuk merubah perilaku.

c) Struktur peran

Menjelaskan peran dari masing-masing anggota keluarga baik


secara formal maupun informal.

d) Nilai dan norma kelurga

Meliputi data tentang nila-nilai norma yang dianut keluarga,


misalnya keluaraga menerapkan aturan agar setiap anggota
keluarga sudah berada dirumah sebelum magrib.

4) Fungsi keluarga

a) Fungsi afektif

14
Gambaran anggota kelurga, perasaan memiliki dan dimiliki
dalam keluarga, dukungan keluarga terhadap anggota keluarga
lainya.

b) Fungsi sosialis

Hal yang perlu dikaji bagaimana interaksi atau hubungan dalam


keluarga, sejauh mana anggota keluarga belajar disiplin, norma,
budaya, dan perilaku.

c) Fungsi keperawatan kesehatan

Menjelaskan sejauh mana keluarga menyediakan makanan,


pakaian, perlindungan serta merawat anggota keluarga yang
sakit. Sejauh pengetahuan keluarga mengenai konsep sehat sakit.
Kesanggupan kelurga didalam melaksanakan perawatan
kesehatan dapat dilihat dari kemampuan keluarga melaksanakan
lima tugas kesehatan keluarga, yaitu keluarga mampu mengenal
masalah kesehatan, mengambil keputusan untuk melakukan
tindakan, melakukukan perawatan terhadap anggota keluarga
yang sakit, menciptakan lingkungan yang dapat meningkatkan
kesehatan dan keluarga mampu memanfaatkan fasilitas
kesehatan yang terdapat dilingkungan setempat.

d) Fungsi reproduksi

Fungsi reproduksi keluarga berapa jumlah anak, bagaimana


keluarga merencanakan jumlah anggota keluarga, metode apa
yang digunakan keluarga dalam upaya mengendalikan jumlah
anggota keluarga.

e) Fungsi ekonomi

Sejauh mana keluarga memenuhi kebutuhan sandang, pangan


dan papan, sejauh mana keluarga memanfaatkan sumber yang
ada di masyarakat dalam upaya peningkatan status kesehatan
keluarga.

15
5) Stres dan koping keluarga

a) Stresor jangka pendek dan jangka panjang

 Stresor jangka pendek yaitu stresor yang memerlukan


penyelesaian dalam waktu ± 6 bulan.

 Stresor jangan panjang yaitu stresor yang memerlukan


penyelesaian dalam waktu lebih dari 6 bulan.

b) Kemampuan keluarga berespon terhadap masalah

Hal yang perlu dikaji adalah sejauh mana keluarga berespon


terhadap situasi/stresor.

c) Strategi koping

Strategi apa yang digunakan keluarga bila menghadapi


permasalahan.

d) Strategi adaptasi fungsional

Dijelaskan mengenai strategi adaptasi disfungsional yang


digunakan keluarga apabila mengahadapi permasalahan.

6) Pemeriksaan fisik

Pemeriksaan fisik dilakukan pada semua anggota keluarga. Metode


yang digunakan pada pemeriksaan fisik tidak berbeda dengan
pemeriksaan fisik diklinik.

7) Harapan keluarga

Pada akhir pengkajian perawat menanyakan harapan keluarga


terhadap petugas kesehatan yang ada.

16
b. Analisa data

Bailon dan Maglay (1989) dalam bukunya perawatan kesehatan keluarga


menyatakan tiga norma perkembangan kesehatan, yaitu :

1) Keadaan kesehatan yang normal dari setiap anggota kelurga

2) Keadaan rumah dan sanitasi lingkungan

3) Karakteristik keluarga

2. Diagnosis Keperawatan

Menurut sprajitno (2004) dalam bukunya asuhan keperawatan


keluarga, perumusan diagnosis keperawatan menggunakan aturan yang
telah disepakati, terdiri dari :

a. Masalah (P) adalah menjelaskan status kesehatan atau masalah


kesehatan klien secara jelas dan sesingkat mungkin.

b. Penyebab (E) atau etiologi adalah faktor klinik dan personal yang
dapat merubah status kesehatan atau mempengaruhi perkembangan
masalah.

c. Tanda atau gejala (S) adalah data-data subjektif dan objektif yang
ditemukan sebagai komponen pendukung terhadap diagnosi
keperawatan actual dan resiko.

Diagnosis keperawatan menurut Nursalam (2001) adalah suatu


pernyataan yang menjelaskan respon manusia dari individu atau
kelompok dimana perawat secara akontabilitas dapat mengidentifikasi
dan memberikan intervensi secara pasti untuk menjaga status kesehatan,
membatasi, mecegah dan merubah.

17
a. Penilaian (skoring) diagnosis keperawatan menurut Bailon dan
Maglaya (1978) sebagai berikut :

Tabel 1. Penilaian (Skoring)

NO Kriteria Skor Bobot

1 Sifat masalah 1
Tidak/kurang sehata 3
Ancaman kesehatan 2
Krisis atau keadaan sejahtera 1

2 Kemungkinan masalah dapat diubah 2


Dengan mudah 2
Hanya sebagian 1
Tidak dapat 0

3 Potensial masalah untuk dicegah 1


Tinggi 3
Cukup 2
Rendah 1

4 Menonjolkan masalah 1
Masalah berat, harus segera ditangani 2
Ada masalah, tetapi tidak segera ditangani 1
Masalah tidak dirasakan 0

Proses skoring dilakukan untuk setiap diagnosis keperawatan :

1) Tentukan skornya sesuai dengan kriteria yang dibuat perawat

2) Skor dibagi dengan skor tertinggi dan dikalikan dengan bobot.

skor yang diperoleh


X Bobot
Skor tertinggi

18
3) Jumlahkan skor untuk semua kriteria skor tertinggi adalah 5.

b. Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi penetuan prioritas

1) Sifat masalah

Sifat masalah kesehatan dapat dikelompokkan ke dalam


tidak atau kurang sehat diberikan bobot yang lebih tinggi karena
masalah tersebut memerlukan tindakan yang segera dan
biasanya masalahnya dirasakan atau disadari oleh keluarga.

2) Kemungkinan masalah dapat diubah

Faktor-faktor yang perlu diperhatikan dalam menentukan


skor kemungkinan masalah dapat diperbaiki adalah :

a) Pengetahuan dan teknologi serta tindakan yang dapat


dilakukan untuk menangani masalah

b) Sumber-sumber yang ada pada keluarga, baik dalam bentuk


fisik, keuangan atau tenaga

c) Sumber-sumber dari perawatan, misal dalam bentuk


pengetahuan, keterampilan dan waktu

d) Sumber-sumber di masyarakat dan dukungan sosial


masyarakat

3) Potensi masalah

Faktor-faktor yang perlu diperhatikan dalam menentukan


skor kriteria potensi masalah bisa dicegah adalah sebagai
berikut :

a) Kepelikan dari masalah, berkaitan dengan beratnya penyakit


atau masalah, prognosis penyakit atau kemungkinan
mengubah masalah.

b) Lamanya masalah, hal ini berkaitan dengan jangka waktu


terjadinya masalah tersebut.

19
c) Kelompok risiko, adanya kelompok resiko tinggi atau
kelompok resiko yang peka atau rawan, hal ini menambah
masalah bisa dicegah

4) Menonjolnya masalah masalah merupakan cara keluarga melihat


dan menilai masalah mengenai beratnya masalah serta
mendesaknya masalah untuk diatasi. Hal ini yang perlu
diperhatikan dalam memberikan skor pada cerita ini, perawat
perlu menilai persepsi atau bagaimana keluarga tersebut menilai
masalah dan perlu untuk menangani segera, maka harus siberi
skor tinggi.

Diagnosis keperawatan menurut nursalam (2008) dalam bukunya


proses dan dokumentasi keperawatan konsep dan praktik dapat
dibedakan menjadi 5 kategori, yaitu :

a. Aktual yaitu menjelaskan masalah nyata saat ini sesuai dengan


data klinik ditemukan

b. Risiko yaitu menjelaskan masalah kesehatan yang nyata akan


terjadi jika tidak dilakukan intervensi

c. Potenssial yaitu menjelaskan bahwa perlu adanya data tambahan


untuk memastikan masalah keperawatan kemungkinan. Pada
keadaan ini masalah dan faktor pendukung belum ada tapi sudah
ada faktor yang dapat menimbulkan masalah.

d. Diagnosis keperawatan (wellness) adalah keputusan klinis


tentang keadaan individu, keluarga dan masyarakat dalam
transisi dari tingkat sejahtera yang lebih tinggi.

e. Diagosis keperawatan (syndrome) adalah diagnosis yang terdiri


dari kelompok diagnosis keperawatan aktual dan risiko tinggi
yang diperkirakan akan muncul atau timbul karena suatu
kejadian atau situasi tertentu.

20
3. Perencanaan

Menurut nursalam (2008) dalam bukunya proses dan dokumentasi


keperawatan konsep dan praktik, perencanaan meliputi pengembangan
strategi desain untuk mencegah, mengurangi atau mengoreksi
masalah-masalah yang diidentifikasikan pada diagnosis keperawatan.
Tahap ini dimulai setelah menentukan diagnosis keperawatan dan
menyimpulkan rencana dokumentasi. Kualitas rencana keperawatan
dapat menjamin sukses dan keberhasilan rencana keperawatan, yaitu :

a. Penentuan masalah kesehatan dan keperawatan yang jelas dan


didasarkan kepada analisa yang menyeluruh tentang masalah.

b. Rencana yang realistis, artinya dapat dilaksanakan dan dapat


menghasilkan apa yan diharapkan.

c. Sesuai dengan tujuan dan falsafah keperawatan.

d. Rencana keperawatan dibuat bersama keluarga dalam :

1) Menentukan masalah dan kebutuhan perawatan keluarga

2) Menentukan prioritas masalah

3) Memilih tindakan yang tepat

4) Pelaksanaan tindakan

5) Penilaian hasil tindakan

e. Dibuat secara tertulis.

4. Pelaksanaan

Menurut Sri Setyowati dan Arita Murwani (2008) dalam bukunya


asuhan keperawatan keluarga, Menyebutkan tindakan keperawatan
keluarga mencakup hal-hal berikut, yaitu :

a. Menstimulasi kesadaran atau penerimaan keluarga mengenai masalah


dan kebutuhan kesehatan dengan cara memberikan informasi,

21
mengidentifikasi kebutuhan dan harapan tentang kesehatan, serta
mendorong sikap emosi yang sehat terhadap msalah.

b. Menstimulasi keluarga untuk memutuskan cara perawatan yang tepat


dengan cara mengidentifikasi konsekuensi untuk tidak melakukan
tindakan, mengidentifikasi sumber-sumber yang dimiliki keluarga
dan mendiskusikan konsekuensi setiap tindakan.

c. Memberikan kepercayaan diri dalam merawat anggota keluarga yang


sakit dengan cara mendemonstrasikan cara perawatan, menggunakan
alat atau fasilitas yang ada dirumah dan mengawasi keluarga
melakukan perawatan.

d. Membantu keluarga untuk menemukan cara membuat lingkungan


yang menjadi sehat denan menemukan sumber-sumber yang dapat
digunakan keluarga dan melakukan perubahan lingkungan keluarga
seoptimal mungkin.

e. Memotivasi keluarga untuk memanfaatkan fasilitas kesehatan dengan


cara mengendalian fasilitas kesehatan yang ada dilingkungan
keluarga dan membantu keluarga menggunakan fasilitas tersebut.

5. Evaluasi

Evaluasi adalah tindakan intelektual untuk melengkapi proses


keperawatan yang menandakan seberapa jauh diagnosis keperawatan,
rencana tindakan dan pelaksanaan sudah berhasil dicapai. Melalui
evaluasi memungkinkan perawata untuk memonitor yang terjadi selama
tahap pengkajian, analisa, perencanaan dan pelaksanaan tindakan.
(Nursalam, 2008)

Dalam Nursalam (2008) dalam bukunya proses dan dokumentasi


keperawatan konsep dan praktik, dinyatakan evaluasi sebagai sesuatu
yang direncanakan dan perbandingan yang sistemik pada status
kesehatan klien dengan mengukur perkembangan klien dalam mencapai
suatu tujuan, maka perawat bisa menentukan efektifitas tindakan

22
keperawatan. Evaluasi kualitas asuhan keperawatan dapat dilakukan
dengan :

a. Evaluasi proses, fokus pada evaluasi proses adalah aktivitas dari


proses keperawatan dan hasil kualitas pelayanan asuhan keperawatan.
Evaluasi proses harus segera dilaksanakan setelah perencanaan
keperawatan diimplementasikan untuk membantu menilai efektifitas
intervensi tersebut.

b. Evaluasi hasil, fokus evaluasi hasil adalah perubahan prilaku atau


status kesehatan klien pada akhir asuhan keperawatan, bersifat
objektif, fleksibel, dan efesiensi.

6. Dokumentasi

Menurut Nursalam (2008) dalam bukunya proses dan dokumentasi


keperawatan konsep dan praktik, perawat mendokumentasikan hasil
yang telah atau belum dicapai pada “medical record”. penggunaan istilah
yang tepat perlu ditekankan pada penulisannya, untuk menghindari salah
persepsi dan kejelasan dalam menyusun tindakan keperawatan lebih
lanjut. Dokuementasi keperawatan merupakan bukti pencatatan dan
pelaporan yang dimiliki perawat dalam melakukan catatan perawatan
yang berguna untuk kepentingan klien, perawat, dan tim kesehatan
dalam memberikan pelayanan kesehatan dengan dasar komunikasi yang
akurat dan lengkap secara tertulis dengan tanggung jawab perawat.
Kegunaan dokumentasi adalah :

a. Sebagai alat komunikasi antar anggota keperawatan dan antar


anggota tim kesehatan lainnya.

b. Sebagai dokumentasi resmi dalam system pelayanan kesehatan

c. Dapat digunakan sebagai alat bahan penelitian dalam bidang


keperawatan.

d. Sebagai alat yang dapat digunakan dalam bidang pendidikan


keperawatan

23
e. Sebagai alat pertanggungjawaban dan pertanggunggugatan asuhan
keperawatan yang diberikan terhadap klien.

Keterampilan standar dokumentasi merupakan keterampilan untuk


dapat memenuhi dan melaksanakan standar dokumentasi yang telah
ditetapkan dengan tepat. Keterampilan tersebut antara lain keterampilan
dalam memenuhi standar dokumentasi penkajian, diagnosis, rencana,
pelaksanaan dan evaluasi keperawatan.

24
LAPORAN ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA

PENERAPAN ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA

DISUSUN OLEH :

Nama : YOHANES TEDI SARITO

NIM : PO.62.20.1.16.167

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA

POLITEKNIK KESEHATAN PALANGKARAYA

PRODI DIV KEPERAWATAN REGULER III

2019
BAB III

PENERAPAN ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA

1. DATA UMUM KELUARGA


a. Kepala Keluarga

Nama Kepala Keluarga : Ny. W

Jenis Kelamin : Perempuan

Umur : 38 Tahun

Alamat : Jl. Lele

Pekerjaan : Swasta

Pendidikan : SD

Agama : Islam

Suku/Bangsa : jawa

b. Daftar Anggota Keluarga


Tabel 2. Daftar Anggota Keluarga

TTL
/Um
No Jenis Hub. dg ur
Nama Pendidikan Pekerjaan
. kelamin KK
(Tah
un)

1. Tn. M Laki-laki Suami 48 SD Swasta

2. An. L perempuan Anak 17 SMK Pelajar

3. An. C Laki-laki Anak 11 SD Pelajar

26
c. Genogram 3 (tiga) Generasi

Keterangan :
: Laki-laki
: Perempuan
: Kepala Keluarga
: Meninggal

:Serumah
-

d. Tipe Keluarga
Tipe keluarga adalah single adult di karenakan Ny. W memilih
tinggal sendiri.

e. Latar Belakang Keluarga


1. Latar Belakang Budaya Keluarga Dan Anggota Keluarga
Ny. W mengatakan budaya yang dianut oleh seluruh Anggota
keluarga adalah budaya Jawa.
2. Bahasa Yang Digunakan
Ny. W mengatakan bahasa yang di gunakan sehari-hari adalah Bahasa
Jawa dan bahasa Indonesia.
3. Pengaruh Budaya Terhadap Kesehatan Keluarga
Menurut Ny. W mengatakan apa bila klien sakit klien minum
jamu untuk pengobatannya. Dan pergi ke pelayanan kesehatan

27
f. Identifikasi Agama
Ny. W mengatakan dia beragama islam, dan melaksanakan ibadah
sesuai ajarannya.

g. Status Kelas Sosial


Ny. W merupakan keluarga sejahtera II. Sumber penghasilan
keluargayaitu Ny W sebagai asisten rumah tangga. Pemanfaatan
penghasilan digunakan untuk kepentingan keluarga. Pendapatan Ny W
yaitu 50rb/hari jadi jika dihitung sekitar 1,5 juta perbulan.Pengeluaran
perbulan jika dihitung yaitu sekitar 800 ribu/ bulan. Penghasilan cukup
untuk biaya pemenuhan kebutuhan hidup sehari – hari.Ny W bekerja dari
pagi hari hingga siang hari yaitu sekitar 6 jam per hari dari pukul 18.00
pagi hingga pukul 12.00 WIB.

h. Pola Pemenuhan Kebutuhan Nutrisi Keluarga


Ny. W mengatakan kebiasaan makan dan minumnya adalah 3x
sehari, yang terdiri dari Lauk,Sayur, Nasi, Air putih dan kadang Teh.

i. Rekreasi Keluarga dan Pemanfaatan Waktu Luang


Ny. W mengatakan untuk mengisi waktu luang dengan menonton
TV.

2. TAHAP PERKEMBANGAN DAN SEJARAH KELUARGA


a. Tahap Perkembangan dan Tugas Perkembangan Keluarga Saat Ini
Tahap perkembangan keluarga Ny. W saat ini adalah tahap
perkembangan dengan anak sekolah yaitu anak pertama berusia 16 tahun,
dengan tugas perkembangan keluarga sebagai berikut:
a) Menyosialisasikan anak-anak, termasuk meningkatkan
prestasi anak sekolah dan membantu hubungan anak-anak
yang sehat dengan sebaya.
b) Mempertahankan hubungan pernikahan yang memuaskan
c) Memenuhi kebutuhan kesehatan fisik anggota keluarga

28
b. Tugas Perkembangan yang Belum Terpenuhi
Tugas perkembangan Tn.A yang belum terpenuhi yaitu
mempertahankan hubungan pernikahan yang memuaskan

c. Riwayat Kesehatan Keluarga Inti


Ny. W mengatakan tidak pernah menderita penyakit yang serius.
Hanya penyakit karena flu ataupun demam. Biasanya Ny. W minum
jamu-jamuan sebagai obat. Dan terkadang juga merasa pegal-pegal dan
nyeri pada pergelangan tangannya dan kaki terkadang juga kebas. Ny W
juga mengatakan pernah di diagnosa terkena asam urat 1 tahun yang lalu
pada saat pemeriksaan kesehatan gratis , tetapi Ny. W menganggap hanya
kelelahan akibat bekerja.

d. Riwayat Kesehatan Keluarga Sebelumnya


Ny. W mengatakan keluarga tidak memiliki riwayat penyakit
sebelumnya seperti hipertensi , gula darah ataupun asma.

3. DATA LINGKUNGAN
Klien tinggal di kos-kosan, di sekitar rumah terdapat parit dan tidak
berbau, di rumah klien terkena cukup cahaya dan memiliki vetilasi rumah,
sekitar rumah klien cukup bersih di rumah klien terdiri dari dapur,kamar
mandi, dan ruang tidur yang di jadikan skalian tempat tamu.
Karakteristik Rumah ( Disertai Denah Rumah dan Lingkungan
Sekitar Rumah )

29
Denah Rumah dan Lingkungan Sekitar Rumah

U 5m

B T
1
KETERANGAN
1 = ruang tamu
2 2 = kamar tidur

7m 3 = dapur
4 = wc
5 = tempat jemuaran baju

3 4

\
1. Karakteristik Tetangga Dan Komunitas
Tetangga klien yang disekitar rumah ramah-ramah. Klien tinggal
diwilayah perkotaan, jarak rumah satu dengan yang lainnya cukup dekat warga
memiliki kebiasaan berkumpul saat sore hari atau saat ada waktu luang untuk
bermain berbincang-bincang

2. Mobilitas Geografis Keluarga


Ny. W mengatakan sudah 2 bulan tinggal di rumahnya tersebut,
sebelumnya klien pernah tinggal di rumah temannya dan tinggal di kos-kosan di
jalan Tingang Ny.W berasal dari pulau jawa.

30
 Perkumpulan Keluarga Dan Interaksi Dengan Masyarakat
Ny. W mengatakan tidak pernah berkumpul dengan keluarganya di
karenakan pisah dengan keluarganya walaupun demikian klien sering
mengirim uang untuk kebutuhan anak-anaknya. Klien tidak aktif dan
jarang mengikuti kegiatan kemasyarakatan seperti kerja bakti, sosialisasi.

 Sistem Pendukung Keluarga


Rumah keluarga Ny. W tidak jauh dari puskesmas dapat ditempuh
kurang ±10 menit dari rumah dengan sepeda motor. Ny. W tidak memilik
BPJS ataupun ASKES.

3. STRUKTUR KELUARGA
a. Pola Komunikasi Keluarga
Keluarga Ny. W berkomunikasi menggunakan hp dalam bahasa
jawa atau bahasa Indonesia . Dan mendapat informasi kesehatan dari TV.

b. Struktur Kekuatan Keluarga


Ny. W mengambil peran penuh keluarga karena Ny. W tinggal
sendiri. klien juga bertugas mencari nafkah bagi dirinya dan
anak-anaknya.
c. Struktur Peran
Ny. W adalah kepala keluarga yang bertugas mencari nafkah bagi
dirinya sendiri dan anak-anaknya. Klien mencari nafkah sebagai asisten
rumah tangga. Dan sering memenuhi kebutuhan anak-anaknya
.

d. Nilai-Nilai Keluarga
Keluarga percaya bahwa hidup ini sudah ada yang mengatur yaitu
Allah demikian juga dengan sehat maupun sakit. Keluarga juga percaya
bahwa setiap penyakit pasti ada obatnya.

4. FUNGSI KELUARGA

31
a. Fungsi Afektif
Ny. W mengatakan hidup rukun dengan tetangganya dan sering
berkomunikasi dengan anak-anaknya yang berada di jawa. Klien juga
saling membantu dan gotong royong untuk mendapatkan solusi.
b. Fungsi Sosialisasi
Ny. W mengatakan bila ada waktu luang Ny. W berkumpul dengan
tentangga untuk berbincang. Ny. W juga menaati aturan dan norma yang
berlaku di masyarakat.
c. Fungsi Perawatan Kesehatan
 Mengenal masalah kesehatan : Ny. W mengatakan tidak dapat
mengidentifikasi penyakit secara awam. Apabila sakit pusing atau
badan terasa pegal-pegal dianggap karena terlalu capek bekerja.
Ketika sakit yang agak parah Ny W baru memeriksakan
kesehatannya ke bidan atau puskesmas untuk mendapatkan obat.
 Mengambil keputusan mengenai tindakan kesehatan : Jika Ny. W
sakit ringan , biasanya menggunakan jamu- jamuan dan
membeli obat warung
 Kemampuan merawat anggota keluarga yang sakit : Ny w dengan
keluarga akan merawat anggota keluarga yang sakit dengan
kemampuan yang dimilikinya.
 Kemampuan keluarga dalam memodifikasi lingkungan cukup
baik karena lingkungan rumah Ny. W tidak ada sampah dan
bersih.
 Penggunaan pelayanan kesehatan Ny. W adalah puskesmas ,
sehingga masalah kesehatan dapat teratasi.

d. Fungsi Reproduksi
Jumlah anak Ny. W 2 orang , anak pertama perempuan dan anak
kedua laki-laki. Ny. W tidak pernah menggunakan KB.

32
5. PEMERIKSAAN FISIK
a. Tn. A
Tabel 3. Pemeriksaan Fisik Tn.A
Penampilan Umum :
Penampilan cukup bersih dan rapi, rambut panjang, rapi, dan berwarna hitam.

Pemeriksaan Tanda-Tanda Vital :


TD: 100/70 mmHg
N: 90 x/mnt
S: 36, 5 ℃
RR: 22 x/mnt

Keluhan Yang Dirasakan Saat Ini :


Ny. W mengatakan saat ini badannya

Pemeriksaan Fisik:
1. Kepala : simetris, rambut berwarna putih, tidak ada ketombe.
2. Leher : tidak teraba adanya pembesaran kelenjar tiroid
3. Mata : konjungtiva tidak terlihat anemis, tidak ada katarak, penglihatan jelas.
4. Telinga : simetris, keadaan bersih dan fungsi pendengaran bai
5. Hidung : simetris, tidak ada kelainan yang ditemukan
6. Mulut : mukosa mulut lembab, keadaan bersih, tidak ada kelainan
7. Dada : Pergerakan dada simetris, tidak ada nyeri dada
8. Abdomen : tidak ditemukan adanya pembesaran hepar, tidak kembung, tidak ada
bekas luka.
9. Ekstremitas : anggota gerak lengkap, tidak ada bekas luka, tidak ada edema,
kekuatan otot berkurang.
10. Integumen : warna kulit coklat, sedikit kering.

b. Ny. Y
Tabel 4. Pemeriksaan Fisik Ny.Y
Penampilan Umum :
Penampilan cukup bersih dan rapi, rambut panjang dan rapi..

33
Pemeriksaan Tanda-Tanda Vital :
TD : 120/80 mmHg
N : 92 x/mnt
S : 36,1 ℃
RR : 20 x/mnt

Keluhan Yang Dirasakan Saat Ini :


Ny. W mengatakan Kondisinya sekarang baik-baik saja.

Pemeriksaan Fisik :
1. Kepala : simetris, rambut berwarna hitam, tidak ada ketombe.
2. Leher : tidak teraba adanya pembesaran kelenjar tiroid
3. Mata : konjungtiva tidak terlihat anemis, tidak ada katarak, penglihatan jelas.
4. Telinga : simetris, keadaan bersih dan fungsi pendengaran baik
5. Hidung : simetris, tidak ada kelainan yang ditemukan
6. Mulut : mukosa mulut lembab, keadaan bersih, tidak ada kelainan
7. Dada : Pergerakan dada simetris, tidak ada nyeri dada
8. Abdomen : tidak ditemukan adanya pembesaran hepar, tidak kembung, tidak ada
bekas luka, dan nampak perut membesar.
9. Ekstremitas : anggota gerak lengkap, tidak ada bekas luka, tidak ada edema,
kekuatan otot penuh.
10. Integumen : warna kulit coklat, dan lembab.

6. HARAPAN KELUARGA
Tn.A sangat berharap agar tidak menggunakan kateter lagi.

Palangkaraya,.......Maret 2019

Mahasiswa

(YOHANES TEDI SARITO)


NIM. PO.62.20.1.16.167

34
7. ANALISA DATA
Tabel 5. Analisa Data

No. DATA SUBJEKTIF DAN OBJEKTIF MASALAH KEPERAWATAN

1 DS : 1. Defisit pengetahuan
- Ny. W mengatakan pegal-pegal dan nyeri
pada bagian pergelangan tangan dan
kaki, dan sering merasa tangannya kebas.
- Ny. W mengatakan belum mengetahui
penyebab penyakit asam urat.
- Ny. W tidak mengetahui pantangan
makanan bagi penderita asam urat

DO :
TD : 120/80 mmHg
N : 92 x/mnt
S : 36,1 ℃

RR : 20 x/mnt

35
9. PRIORITAS MASALAH
a. Diagnosa Keperawatan Keluarga
Defeisit Pengetahuan berhubungan dengan kurang terpapar informasi

Tabel 6. Pernilaian Diagnosa Keperawatan


No. Kriteria perhitungan Nilai Pembenaran

1. Sifat masalah : 2/3x1 2/3 Ny. W kurang mengetahui


Ancaman penyakit asam urat
kesehatan

2. Kemungkinan 1/2x2 1 Ny. W kurang paham tentang


Masalah penyebab asam urat.
diubah :
Hanya sebagian
3. Potensial Masalah 2/3x1 2/3 Ny. W ingin mengetahui
untuk dicegah : pencegahan dan penanganan asam
Cukup urat

4. Menonjolnya 1/2x1 1/2 Ny. W sudah memiliki asam urat


masalah untuk tapi ia menganggap hanya
dicegah : kelelahan saja
Ada masalah ,
tapi tidak perlu
segera di tangani
Total Skor 11,5/3

10. DAFTAR DIAGNOSA KEPERAWATAN KELUARGA SESUAI


PRIORITAS
Tabel 7. Daftar Diagnosa Keperawatan Keluarga Sesuai Prioritas

Prioritas Diagnosis Keperawatan Skor

1 Defisit pengetahuan urine berhubungan


dengan kurang terpapar informassi
10/3

36
11. RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA

Data Dx Hasil yang di Intervensi Implementasi evaluasi


Keperawatan harapkan
1 Defisit Umum : 1. Kaji tingkat 1. Mengkaji 1. Keluarga
pengetahuan pengetahuan tingkat mampu
berhubungan Setelah klien pengetahuan mengikuti
dengan memberikan 2. Berikan klien 2. Keluarga
kurang penyuluhan penyuluhan 2. Memberikan mampu
terpapar kesehatan tentang tentang penyuluhan menyebut
informasi asam urat pengertian, tentang kan
diharapkan penyebab, pengertian, pengertian
keluarga mampu tanda gejala penyebab, ,
mengenal dan ,cara tanda gejala penyebab,
memahami mengatasi ,cara tanda
penyakit asam dan diet mengatasi gejala
urat asam urat dan diet ,cara
3. Gunakan asam urat mengatasi
Khusus :
berbagai 3. Menggunaka dan diet
1. Menyebutkan pendekatan n berbagai asam urat
pengertian penyuluhan pendekatan 3. Keluarga
penyakit asam ,redemonsras penyuluhan kooperatif
urat i , dan redemonsrasi dan dapat
2. Mampu berikan , dan berikan bekerjasa
menyebutkan uman balik uman balik ma
penyebab secara verbal secara verbal dengan
asam urat dan tertulis. dan tertulis. baik
3. Mampu
menyebutkan
tanda dan
gejala asam
urat
4. Mampu
menyebutkan
cara mengatasi
penyakit asam
urat
5. Menyebutkan
diit untuk
penderita asam
urat

Tabel 8. Rencana Asuhan Keperawatan Keluarga

37
12. IMPLEMENTASI DAN EVALUASI KEPERAWATAN
Tabel 9. Implementasi dan Evaluasi Keperawatan

No Hari/Tanggal/Jam Implementasi Evaluasi

1 10 ebuari 1. Mengkaji tingkat 1. Keluarga mampu


pengetahuan klien mengikuti
2019
2. Memberikan penyuluhan 2. Keluarga mampu
tentang menyebutkan
pengertian,penyebab, pengertian,
tanda gejala ,cara mengatasi penyebab,tanda
dan diet asam urat. gejala,cara
3. Menggunakan berbagai mengatasi dan diet
pendekatan penyuluhan asam urat
redemonsrasi , dan berikan 3. Keluarga kooperatif
uman balik secara verbal dan dan dapat
tertulis bekerjasama
dengan baik

38
Lampiran SAP

SATUAN ACARA PENYULUHAN

Pokok bahasan : Asam Urat (Gout)

Sub pokok bahasan : Asam Urat dan Penanganannya

Sasaran : Pasien Asam Urat dan Keluarga

Hari/tanggal : 10 Februari 2019

Waktu : 30 menit (16.00-16.30WIB)

Tempat : Rumah Pasien

Penyuluh : Yohanes Tedi Sarito

I. Tujuan Instruksional
a. Tujuan Instruksional Umum (TIU)
Setelah mendapatkan penyuluhan selama 1 x 10 menit tentang tentang
perawatan asam urat (Gout) diharapkan masyarakat dapat memahami dan
menerapkan secara benar di rumah.
b. Tujuan Instruksional Khusus (TIK)
Setelah mendapatkan penyuluhan, keluarga mampu :
1. Menjelaskan pengertian asam urat (Gout)
2. Menyebutkan penyebab asam urat (Gout)
3. Menyebutkan tanda dan gejala asam urat (Gout)
4. Menyebutkan nilai normal asam urat (Gout)
5. Menyebutkan makanan yang harus dikurangi/dihindari bagi
penderita asam urat (Gout)
6. Bagaimana cara penanganan asam urat (Gout)

39
II. Peserta
Pasien Asam Urat dan Keluarga
III. Tahap Kegiatan
Kegiatan
No. Tahap Waktu
Penyuluh Keluarga

1 Pembukaan 2 menit a. Memberikan salam dan a. Peserta menjawab


memperkenalkan diri salam
b. Menyampaikan tujuan b. Peserta menyimak,
penyuluhan mendengarkan
c. Apersepsi dengan c. Peserta menjawab
menanyakan gejala dan dengan benar
pengetahuan masyarakat
mengenai asam urat (Gout).
2 Pelaksanaan 10 Menit Menjelaskan isi materi tentang a. Peserta
perawatan dan diet asam urat mendengarkan
(Gout) dengan seksama
10 menit Menjawab pertanyaan Peserta diberikan
kesempatan untuk
bertanya hal-hal yang
belum dipahami.

5 menit Mengeveluasi secara verbal Peserta menjawab


pada masyarakat beberapa pertanyaan
yang dilontarkan
penyuluh

3 Penutup 3 Menit a. Menyimpulkan hasil a. Peserta


kegiatan memperhatikan
b. Mengakhiri kegiatan dengan b. Peserta menjawab
mengucapkan salam salam

40
IV. Metode
 Ceramah
 Diskusi dan Tanya jawab
V. Media
Leaflet, Poster dan Power Point
VI. Materi (penjelasan terlampir)
1. Pengertian asam urat (Gout)
2. Penyebab asam urat (Gout)
3. Tanda dan gejala asam urat (Gout)
4. Nilai normal asam urat (Gout)
5. Makanan yang harus dihindari atau dikurangi pada penderita asam urat
(Gout)
6. Cara penanganan asam urat (Gout)
VII. Setting Tempat
Peserta duduk berhadapan dengan penyuluh
VIII. Evaluasi
1. Evaluasi Struktur
a. SAP sudah siap satu hari sebelum dilaksanakan kegiatan
b. Alat dan tempat siap
c. Penyuluh dan peserta siap
2. Evaluasi Proses
a. Alat dan tempat dapat digunakan sesuai rencana.
b. Peserta bersedia untuk mengikuti kegiatan yang telah direncanakan.
3. Evaluasi Hasil
1. Apa yang dimaksud dengan asam urat (Gout)?
2. Sebutkan penyebab asam urat (Gout)?
3. Sebutkan tanda dan gejala asam urat (Gout)?
4. Sebutkan nilai normal dari asam urat (Gout)?
5. Sebutkan makanan yang harus dihindari atau dikurangi pada
penderita asam urat (Gout)?
6. Sebutkan cara penanganan pada penderita asam urat (Gout)?

41
MATERI PENYULUHAN

1. Pengertian
Penyakit asam urat (Gout) merupakan akibat dari konsumsi zat purin secara
berlebihan. Purin diolah tubuh menjadi asam urat, tapi jika kadar asam urat berlebih,
ginjal tidak mampu mengeluarkan sehingga kristal asam urat menumpuk di
persendian. Akibatnya sendi terasa nyeri, bengkak dan meradang

2. Penyebab asam urat (Gout)


Ada 2 yang menjadi penyebab asam urat, yaitu faktor:

 Genetik (keturunan)
 Faktor makanan
 Usia
 Kegemukan/obesitas

3. Tanda dan Gejala asam urat (Gout)


 Kesemutan dan ngilu
 Nyeri pada daerah yang terkena terutama pada malam hari dan pagi hari
waktu baru bangun tidur.
 Sendi yang terkena asam urat kelihatan bengkak, kemerahan, dan panas.
 Bila nyerinya berlebihan si penderita bisa tidak bisa berjalan.

4. Kadar Asam Urat Normal


Kadar asam urat normal pada pria dan perempuan berbeda. Kadar asam urat
normal pada pria berkisar 3,5 – 7 mg/dl dan pada perempuan 2,6 – 6 mg/dl

5. Pantangan dan Diet


Pantangan Pada Penderita Asam Urat (Gout)

 Jeroan: ginjal, limpa, babat, usus, hati, paru dan otak

42
 Seafood: udang, cumi-cumi, sotong, kerang, remis, tiram, kepiting, ikan teri,
ikan sarden
 Ekstrak daging seperti abon dan dendeng
 Makanan yang sudah dikalengkan (contoh: kornet sapi, sarden)
 Daging kambing, daging sapi, daging kuda
 Bebek, angsa dan kalkun
 Kacang-kacangan: kacang kedelai (termasuk hasil olahan seperti tempe, tauco,
oncom, susu kedelai), kacang tanah, kacang hijau, tauge, melinjo, emping
 Sayuran: kembang kol, bayam, asparagus, buncis, jamur kuping, daun
singkong, daun pepaya, kangkung
 Keju, telur, krim, es krim, kaldu atau kuah daging yang kental
 Buah-buahan tertentu seperti durian, nanas dan air kelapa
 Makanan yang digoreng atau bersantan atau dimasak dengan menggunakan
margarin/mentega
 Makanan kaya protein dan lemak
Diet Pada Asam Urat (Gout):

 Konsumsi makanan yang mengandung potasium tinggi seperti kentang,


yogurt, dan pisang.
 Konsumsi buah yang banyak mengandung vitamin C, seperti jeruk, pepaya
dan stroberi.
 Contoh buah dan sayuran untuk mengobati penyakit asam urat: buah naga,
belimbing wuluh, jahe, labu kuning, sawi hijau, sawi putih, serai dan tomat.
 Perbanyak konsumsi karbohidrat kompleks seperti nasi, singkong, roti dan ubi.
 Kurangi konsumsi karbohidrat sederhana jenis fruktosa seperti gula, permen,
arum manis, gulali dan sirup.
 Jangan minum aspirin.
 Jangan bekerja terlalu keras/kelelahan.
 Pada orang yang kegemukan (obesitas), biasanya kadar asam urat cepat naik
tapi pengeluaran sedikit, maka sebaiknya turunkan berat badan dengan
olahraga yang cukup.
 Sesuaikan asupan energi dengan kebutuhan tubuh, berdasarkan tinggi dan
berat badan.

43
6. Cara Penanganan pada Penderita Asam Urat (Gout)
a. Kompres Hangat pada daerah yang terasa nyeri
b. Melakukan pengobatan dan pengontrolan hingga kadar asam urat kembali
normal.
c. Kontrol makanan yang dikonsumsi.
d. Banyak minum air putih.
e. Olahraga yang teratur

44
DAFTAR PUSTAKA

Dangoes Marilyn E. 2017. RencanaAsuhanKeperawatan. Edisi 3. EGC, Jakarta.

Lynda Juall. 2010.DiagnosaKeperawatan, EGC, Jakarta.

Mansjoer, Arif 2018, KapitaSelektaKedokteran, Edisi 3, Media Aesculapis, Jakarta.

RahmadJuwono. 2016.IlmuPenyakitDalam.Edisi 3, FKUI, Jakarta.

SjaifoellahNoer. 2018. StandarPerawatanPasien, Monica Ester, Jakarta.

InstalasiGiziPerjan RS Dr. CiptoMangunkusumodanAsosiasiDietisien Indonesia.


³Penuntun Diet´; EdisiBaru, Jakarta, 2144, PT
GramediaPustakaUtama

Mansjoer A, Triyanti K, Savitri R, Wardhani W. I, Setiowulan W, ³Kapita


SelektaKedokteran´ Edisi ke-3 jilid 1, Media Aesculapius
FakultasKedokteran UI, Jakrta, 2016.

45
BAB IV

PEMBAHASAN

A. PENGERTIAN
Gout Arthritis merupakan Suatu sindrom yang mempunyai gambaran
khusus, yaitu artritis akut yang banyak pada pria daripada wanita (Helmi,
2011).
Gout merupakan terjadinya penumpukan asam urat dalam tubuh dan
terjadi kelainan metabolisme purin. Gout merupakan kelompok keadaan
heterogenous yang berhubungan dengan defek genetik pada metabolisme
purin (hiperurisemia) (Brunner dan Suddarth, 2012).
Gout merupakan kelompok keadaan heterogenous yang berdasarkan
defek genetik pada metabolisme purin (hiperuresemia). Pada keadaan ini biasa
terjadiover sekresi asam urat atau defekrenal yang mengakibatkan sekresi
asam urat/kombinasi keduanya.
Insiden penyakit gout sebesar 1-2%, terutama terjadi pada usia 30-40
tahun dan 20 kali lebih sering pada pria daripada wanita. Penyakit ini terutama
menyerang sendi tangan dan bagian metatarsofangeal kaki. Penyakit ini
bersifat multisistemik yang disebabkan oleh hiperurisemia dan penimbunan
kristal asam urat di dalam jaringan. Asam urat merupakan hasil akhir
metabolisme purin.
Masalah akan timbul jika terbentuk kristal-kristal monosodium urat
monohidrat pada sendi-sendi dan jaringan sekitarnya. Kristal-kristal berbentuk
seperti jarum ini mengakibatkan reaksi peradangan yang jika berlanjut akan
menimbulkan nyeri hebat yang sering menyertai serangan gout. Jika tidak
diobati, endapan kristal akan menyebabkan kerusakan yang hebat pada sendi
dan jaringan lunak.

Klasifikasi Gout dibagi menjadi dua, yaitu :


1. Gout primer. Gout primer dipengaruhi oleh faktor genetik atau
herediter, terdapat produksi atau sekresi asam urat yang
berlebihan atau akibat penurunan ekskresi asam urat dan tidak
diketahui penyebabnya. Terutama mengenai pria usia lanjut,
sepertiga penderita menunjukkan peningkatan produksi asam

46
urat yang disebabkan karena pemecahan purin bertambah.
Sepertiga lagi menunjukkan ekskresi asam urat oleh ginjal
berkurang, sedangkan sisanya menunjukkan gejala campuran,
yaitu disamping produksi asam urat meningkat, ekskresi asam
urat juga berkurang. Beberapa faktor yang menunjang
terjadinya gout primer antara lain adalah peminum alkohol
yang berat, obesitas, dan obat-obatan misalnya tiazida.
2. Goutsekunder.Gout sekunder dapat disebabkan oleh dua hal,
yaitu :
a. Produksi asam urat yang berlebihan, misalnya pada :
1) Kelainan mieloproliferatif (polisitemia,
leukemia, mieloma retikularis)
2) Sindrom Lesch-Nyhan yaitu suatu kelainan
akibat defisiensi
hipoxantinguaninfosforibosiltransferase yang
terjadi pada anak-anak dan pada sebagian orang
dewasa
3) Gangguan penyimpanan glikogen
4) Penatalaksanaan anemia pernisiosa karena
maturasi sel megablastik menstimulasi
pengeluaran asam urat
b. Sekresi asam urat yang berkurang, misalnya pada gagal
ginjal kronis, pemakaian obat-obat salsilat, tiazid,
beberapa macam diuretik dan sulfonamid, atau keadaan
alkoholik, asidosis laktat, hiperparatiroidisme, dan pada
miksedema.

B. ETIOLOGI
Gejala arthritis akut disebabkan karena inflamasi jaringan terhadap
pembentukan kristal monosodium urat monohidrat. Dilihat dari penyebabnya
penyakit ini termasuk dalam golongan kelainan metabolik.Kelainan ini
berhubungan dengan gangguan kinetic asam urat yaitu
Hiperurisemia.Hiperurisemia pada penyakit ini terjadi karena:

47
1. Pembentukan asam urat yang berlebihan.
a. Gout primer metabolic disebabkan sintesis langsung yang bertambah.
b. Gout sekunder metabolic disebabkan pembentukan asam urat
berlebihan karena penyakit lain seperti leukemia terutama bila diobati
dengan sitostatika ; psoriasis ; polisitemiavera, mielofibrosis.
2. Kurangnya pengeluaran asam urat melalui ginjal
a. Gout primer renal terjadi karena gangguan ekskresi asam urat ditubuli
disital ginjal yang sehat, penyebabnya tidak diketahui.
b. Gout sekunder renal disebabkan oleh kerusakan ginjal misalnya pada
glomerulonefritis kronik/gagal ginjal kronik.
3. Perombakan dalam usus yang berkurang.
Faktor-faktor predisposisi yang berperan dalam perkembangan gout
bergantung pada faktor penyebab terjadinya hiperurisemia, diantaranya :
1. Diet tinggi purin dapat memicu terjadinya serangan gout pada orang
yang mempunyai kelainan bawaan dalam metabolisme purin
sehingga terjadi peningkatan produksi asam urat.
2. Minum alkohol dapat menimbulkan serangan gout karena alkohol
meningkatkan produksi urat. Kadar laktat darah meningkat sebagai
akibat produk sampingan dari metabolisme normal alkohol. Asam
laktat menghambat ekskresi asam urut oleh ginjal sehingga terjadi
peningkatan kadarnya dalam serum.
3. Sejumlah obat-obatan dapat menghambat ekskresi asam urat oleh
ginjal sehingga dapat menyebabkan serangan gout. Yang termasuk
diantaranya adalah aspirin dosis rendah (kurang dari 1 sampai
2g/hari), sebagian besar diuretik, levodopa, diazoksid, asam
nikotinat, asetazolamid, dan etambutol.
4. Usia, umumnya pada usia pertengahan, tetapi gejala dapat terjadi
lebih awal bila terdapat faktor herediter.
5. Jenis kelamin, lebih sering terjadi pada pria dibandingkan dengan
wanita, dengan perbandingan 20 : 1.
6. Iklim, lebih banyak ditemukan pada daerah dengan suhu yang lebih
tinggi.
7. Herediter, faktor herediter dominan autosom sangat berperan dan
sebanyak 25% disertai adanya hiperurisemia.

48
C. PATOFISIOLOGI
Peningkatan kadar asam urat serum dapat disebabkan oleh
pembentukan berlebihan atau penurunan eksresi asam urat, ataupun keduanya.
Asam urat adalah produk akhir metabolisme purin. Secara normal,
metabolisme purin menjadi asam urat dapat diterangkan sebagai berikut:

Sintesis purin melibatkan dua jalur, yaitu jalur de novo dan jalur
penghematan (salvage pathway).

1. Jalur de novo melibatkan sintesis purin dan kemudian asam urat melalui
precursor nonpurin. Substrat awalnya adalah ribosa-5-fosfat, yang diubah
melalui serangkaian zat antara menjadi nukleotida purin (asam inosinat,
asam guanilat, asam adenilat). Jalur ini dikendalikan oleh serangkaian
mekanisme yang kompleks, dan terdapat beberapa enzim yang
mempercepat reaksi yaitu: 5-fosforibosil pirofosfat (PRPP) sintetase dan
amido fosforibosil transferase (amido-PRT). Terdapat suatu mekanisme
umpan balik oleh nukleotida purin yang terbentuk, yang fungsinya untuk
mencegah pembentukan yang berlebihan.
2. Jalur penghematan adalah jalur pembentukan nukleotida purin melalui
basa purin bebas, pemecahan asam nukleat, atau asupan makanan. Jalur ini

49
tidak melalu izat-zat perantara seperti pada jalur de novo. Basa purin bebas
(adenin, guanin, hipoxantin) berkondensasi dengan PRPP untuk
membentuk precursor nukleotida purin dari asam urat. Reaksi ini
dikatalisis oleh duaenzim: hipoxantinguanin fosforibosil transferase
(HGPRT) dan adenine fosforibosil transferase (APRT).

Asam urat yang terbentuk dari hasil metabolisme purin akan


difiltrasi secara bebas oleh glomerulus dan diresorbsi di tubulus proksimal
ginjal. Sebagian kecil asam urat yang diresorpsi kemudian diekskresikan di
nefron distal dan dikeluarkan melalui urine.Pada penyakit gout-arthritis,
terdapat gangguan keseimbangan metabolisme (pembentukan dan
ekskresi) dari asam urat tersebut, meliputi:

1. Penurunan ekskresi asam urat secara idiopatik


2. Penurunan eksreksi asam urat sekunder, misalnya karena gagal
ginjal
3. Peningkatan produksi asam urat, misalnya disebabkan oleh tumor
(yang meningkatkan cellular turnover) atau peningkatan sintesis
purin (karena defek enzim-enzim atau mekanisme umpan balik
inhibisi yang berperan)
4. Peningkatanasupanmakanan yang mengandungpurin

Peningkatan produksi atau hambatan ekskresi akan


meningkatkan kadar asam urat dalam tubuh. Asam urat ini merupakan
suatu zat yang kelarutannya sangat rendah sehingga cenderung
membentuk kristal. Penimbunan asam urat paling banyak terdapat di
sendi dalam bentuk Kristal mono natrium urat. Mekanismenya hingga
saat ini masih belum diketahui.

50
Adanya Kristal mononatrium urat ini akan menyebabkan inflamasi
melalui beberapa cara:

1. Kristal bersifat mengaktifkan system komplementer utama C3a dan C5a.


Komplemen ini bersifat kemotaktik dan akan merekrut neutrofil kejaringan
(sendi dan membrane sinovium). Fagositosis terhadap Kristal memicu
pengeluaran radikal bebas toksik dan leukotrien, terutama leukotrien B.
Kematian neutronfil menyebabkan keluarnya enzim lisosom yang
destruktif.
2. Makrofag yang juga terekrut pada pengendapan Kristal urat dalam sendi
akan melakukan aktivitas fagositosis, dan juga mengeluarkan berbagai
mediator proinflamasi seperti IL-1, IL-6, IL-8, dan TNF.
Mediator-mediator ini akan memperkuat respons peradangan, di
sampingitumengaktifkanselsinoviumdanseltulangrawanuntukmenghasilkan
protease. Protease iniakanmenyebabkancederajaringan.

51
Penimbunan Kristal urat dan serangan yang berulang akan
menyebabkan terbentuknya endapan seperti kapur putih yang disebut tofi/tofus
(tophus) di tulang rawan dan kapsul sendi. Di tempat tersebut endapan akan
memicu reaksi peradangan granulomatosa, yang ditandai dengan
massauratamorf (kristal) dikelilingi oleh makrofag, limfosit, fibroblas, dan sel
raksasa benda asing. Peradangan kronis yang persisten dapat menyebabkan
fibrosis sinovium, erosi tulang rawan, dan dapat diikuti oleh fusi sendi
(ankilosis).Tofus dapat terbentuk di tempat lain (misalnya tendon, bursa,
jaringan lunak). Pengendapan Kristal asam urat dalam tubulus ginjal dapat
mengakibatkan penyumbatan dan nefropati gout.

D. MANIFESTASI KLINIS
Pada keadaan normal kadar urat serum pada laki-laki mulai meningkat
setelah pubertas. Pada perempuan kadar urat tidak meningkat sampai setelah
menopause karena estrogen meningkatkan ekskresi asam urat melalui ginjal.
Setelah menopause, kadar urat serum meningkat seperti pada pria.

52
Gout jarang ditemukan pada perempuan. Sekitar 95% kasus adalah pada
laki-laki. Gout dapat ditemukan di seluruh dunia, pada semua ras manusia.
Ada prevalensi familial dalam penyakit gout yang mengesankan suatu dasar
genetik dari penyakit ini. Namun, ada sejumlah faktor yang memengaruhi
timbulnya penyakit ini, termasuk diet, berat badan dan gaya hidup.
Artritis gout muncul sebagai serangan peradangan sendi yang timbul
berulang-ulang.Gejala khas dari serangan artritis gout adalah serangan akut
biasanya bersifat mono artikular (menyerang satu sendi saja) dengan gejala :
 Pembengkakan
 Kemerahan
 Nyeri hebat
 Panas dan gangguan gerak dari sendi yang terserang yang terjadi
mendadak (akut) yang mencapai puncaknya kurang dari 24 jam
 Hiperurisemia :Keadaan hiperurisemia tidak selalu identik dengan artritis
gout akut artinya tidak selalu artritis gout akut disertai dengan
peninggalan kadar asam urat darah. Banyak orang dengan peninggian
asam urat, namun tidak pernah menderita serangan artritis gout
ataupun terdap attofi.
 Tofi :Tofi adalah penimbunan Kristal urat pada jaringan. Mempunyai
sifat yang karakteristik sebagai benjolan dibawah kulit yang bening
dan tofi paling sering timbul pada seseorang yang menderita artritis
gout lebih dari 10 tahun.
Lokasi yang paling sering pada serangan pertama adalah sendi
pangkal ibu jari kaki.Hampir pada semua kasus, lokasi arthritis
terutama pada sendi perifer dan jarang pada sendi sentral.

Terdapat 4 tahap perjalanan klinis dari penyakit gout, yaitu :


1. Tahap pertama (hiperurisemiaasimtomatik)
Dimana nilai normal asam urat serum pada laki-laki adalah 5,1
± 1,0 mg/dl dan pada perempuan adalah 4,0 ± 1,0 mg/dl. Nilai-nilai
ini meningkat sampai 9-10 mg/dl pada seseorang dengan gout.
Dalam tahap ini pasien tidak menunjukkan gejala-gejala selain dari
peningkatan asam urat serum, tetapi pada tengah malam penderita

53
mendadak terbangun karena rasa sakit yang amat sangat. Kalau
serangan ini datang, penderita akan merasakan sangat kesakitan
walau tubuhnya hanya terkena selimut atau bahkan hembusan
angin.Hanya 20% dari pasien hiperurisemiaasimtomatik yang
berlanjut menjadi serangan gout akut.
2. Tahap kedua (artritisgout akut)
Pada tahap ini terjadi awitan mendadak pembengkakan dan
nyeri yang luar biasa, biasanya pada sendi metatarsofangeal.
Artritis bersifat monoartikular dan menunjukkan tanda-tanda
peradangan lokal. Mungkin terdapat demam dan peningkatan
jumlah leukosit. Serangan dapat dipicu oleh pembedahan, trauma,
obat-obatan, alkohol, atau stress emosional. Tahap ini biasanya
mendorong pasien untuk mencari pengobatan segera. Sendi-sendi
lain dapat terserang, termasuk sendi jari-jari tangan, dan siku.
Serangan gout akut biasanya pulih tanpa pengobatan, tetapi dapat
memakan waktu 10 sampai 14 hari.
Perkembangan dari serangan akut gout umumnya mengikuti
serangkaian peristiwa berikut. Mula-mula terjadi hipersaturasi dari
urat plasma dan cairan tubuh. Selanjutnya diikuti oleh penimbunan
didalam dan sekeliling sendi-sendi. Mekanisme terjadinya
kristalisasi urat setelah keluar dari serum masih belum jelas
dimengerti. Serangan goutseringkali terjadi sesudah trauma lokal
atau rupturatofi(timbunan natrium urat), yang mengakibatkan
peningkatan cepat konsentrasi asam urat lokal. Tubuh mungkin
tidak dapat mengatasi peningkatan ini dengan baik, sehingga
terjadi pengendapan asam urat di dalam serum. Kristalisasi dan
penimbunan asam urat akan memicu serangan gout. Kristal-kristal
asam urat memicu responfagositik oleh leukosit, sehingga leukosit
memakan kristal-kristal urat dan memicu mekanisme respon
peradangan lainnya. Respon peradangan ini dapat dipengaruhi oleh
lokasi dan banyaknya timbunan kristal asam urat. Reaksi
peradangan dapat meluas dan bertambah sendiri, akibat dari
penambahan timbunan kristal serum.

54
3. Tahap ketiga (goutinterkritikal)
Pada tahap ini tidak terdapat gejala-gejala, yang dapat
berlangsung dari beberapa bulan sampai tahun, ada yang hanya
satu tahun, ada pula yang sampai 10 tahun, tetapi rata-rata berkisar
1 – 2 tahun. Kebanyakan orang mengalami serangan gout berulang
dalam waktu kurang dari 1 tahun jika tidak diobati.
4. Tahap keempat (gouttofuskronik)
Dengan timbunan asam urat yang terus bertambah dalam
beberapa tahun jika pengobatan tidak dimulai. Peradangan kronik
akibat kristal-kristal asam urat mengakibatkan nyeri, sakit, dan
kaku, juga pembesaran dan penonjolan sendi yang bengkak.
Serangan akut artritisgout dapat terjadi dalam tahap ini. Tofi
terbentuk pada masa gout kronik akibat insolubilitas relatif asam
urat. Awitan dan ukuran tofi secara proporsional mungkin
berkaitan dengan kadar asam urat serum. Bursa olekranon, tendon
Achilles, permukaan ekstensor lengan bawah, bursa infrapatelar
dan heliks telinga adalah tempat-tempat yang sering dihinggapi
tofi. Secara klinis tofi ini mungkin sulit dibedakan dengan
nodulreumatik. Pada masa kini tofi jarang terlihat dan akan
menghilang dengan terapi yang tepat.
Gout dapat merusak ginjal, sehingga ekskresi asam urat akan
bertambah buruk. Kristal-kristal asam urat dapat terbentuk dalam
interstitium medula, papila dan piramid, sehingga timbul
proteinuria dan hipertensi ringan. Batu ginjal asam urat juga dapat
terbentuk sebagai akibat sekunder dari gout. Batu biasanya
berukuran kecil, bulat dan tidak terlihat pada pemeriksaan
radiografi.
5. GoutAtipik, gambaran klinis poli-artikular adalah sebagai berikut :
a. Bila tangan terkena, akan terjadi artritis kronis, yang gambaran
klinis dan radiologisnya menyerupai artritisreumatoid, tetapi
disertai adanya sejumlah nodul akibat pembentukan tofus.
b. Efusi lutut. Biasanya ada riwayat bengkak pada ibu jari kaki,
namun kadang klien tidak menyadarinya. Cairan sendi akan
terlihat keruh dan mengandung kristal urat.

55
c. Gout pada jaringan lunak.Awitan dapat disertai tendinitis
Achilles atau bursitisolekranon dan dapat pula pada
tenniselbow. Kadang-kadang tofus dapat terjadi pada kornea,
jantung, lidah, bronkus dan pleura.
Gambaran radiologis : pada stadium dini, tidak terlihat perubahan
yang berarti dan mungkin terlihat osteoporosis yang ringan. Pada
kasus lebih lanjut, terlihat erosi tulang seperti lubang-lubang kecil
(punchout). Komplikasi pada ginjal berupa pielonefritis, batu
asam urat, dan gagal ginjal kronis dan komplikasi pada
kardiovaskuler berupa hipertensi dan sklerosis.
6. Penimbunan kalsium pirofosfatdihidrat (KPFD). Istilah penimbunan
kalsium pirofosfatdihidrat meliputi tiga hal yang saling tumpang
tindih, yaitu ;
a. Kondrokalsinosis yaitu klasifikasi pada tulang rawan
b. Pseudogout yaitu sinovitis yang disebabkan oleh penimbunan
kristal
c. Artropatipirofosfat kronis merupakan suatu penyakit degeneratif
sendi
Ketiga keadaan diatas dapat muncul secara tunggal atau
bersama-sama. Insiden terutama ditemukan pada wanita yang
berusia di atas 60 tahun. Gangguan metabolik (hiperparatiroidisme
dan hemokromatosis) menyebabkan perubahan keseimbangan ion
kalsium dan pirofosfat di dalam tulang rawan.

Pembentukan pirofosfat secara abnormal dalam tulang


rawan disebabkan oleh aktivitas enzim pada permukaan kondrosit,
yang terdiri atas ion kalsium pada bagian matriks tempat inti
kristal terjadi pada tulang rawan. Kristal kemudian membentuk
tofus yang tampak sebagai kristal kartilago (seperti pada meniskus
lutut, ligamen triangularpergelangan tangan, simfisispubis, dan
diskus intervertebralis), tetapi dapat pula ditemukan pada tulang
rawan artikularhialin, tendo, dan jaringan lunak peri-artikular.
Selanjutnya, kristal KPFD menyebar ke dalam sendi dan
menyebabkan reaksi inflamasi yang mirip penyakit gout.

56
Adanya kristal KPFD dalam waktu yang lama juga
memengaruhi terjadinya osteoartritis pada siku dan pergelangan
kaki. Dapat pula ditemukan suatu reaksi hipertrofi yang ditandai
dengan terbentuknya osteofit yang dapat menyebabkan destruksi
sendi :

 Kondrokalsinosis yang asimtomatik


 Sinovitis akut (pseudogout)
 Artropatipirofosfat kronis
7. Penimbunan kalsium hidrosiapatite (KHA). Kristal KHA merupakan
suatu komponen mineral tulang yang normal, tetapi ditemukan
juga pada kerusakan jaringan. Penimbunan KHA pada sendi dan
jaringan peri-artikular dapat menyebabkan reaksi akut/kronis atau
artropati destruktif.
Hiperkalsemia atau hiperfosfatemia yang lama dapat
menyebabkan kalsifikasi yang luas. Penimbunan kristal KHA pada
sendi dan sekitar sendi diakibatkan oleh kerusakan jaringan lokal
seperti robekan ligamen, tendo yang aus, kerusakan tulang rawan
atau proses degeneratif.
Kristal KHA sebesar 1 mm tertimbun di sekitar kondrosit
pada tulang rawan artikular serta pada keadaan avaskular
relatif/kerusakan tendo dari ligamen di sekitar sendi bahu/lutut.
Penimbunan terjadi karena penambahan kristal di daerah tendo
peri-artikular atau ligamen. Kadang kalsifikasi terlihat seperti
kapur tulis. Tofus yang kecil biasanya tidak menimbulkan gejala,
tetapi pada bentuk yang simtomatik tofus dikelilingi oleh reaksi
vaskular dan inflamasi akut. Kristal di dalam sendi memicu
terjadinya sinovitis yang menyebabkan destruksi dan artritiserosif.
Ada dua gambaran klinis penimbunan KHA, yaitu :
a. Peri-artritis akut/sub-akut. Pada keadaan ini, terjadi gangguan
sendi akibat penimbunan KHA dan umumnya terjadi pada
usia 30-50 tahun dengan keluhan nyeri pada salah satu sendi
besar (terutama pada bahu dan lutut). Gejala dapat terjadi
secara tiba-tiba atau setelah suatu trauma ringan berupa

57
pembengkakan jaringan di sekitar sendi. Kadang-kadang
awitan penyakit terjadi secara perlahan dan biasanya
ditemukan pada struktur peri-artikular. Kedua keadaan ini
sering mengenai sendi bahu. Gejala biasanya mereda setelah
beberapa minggu atau beberapa bulan, tetapi kadang-kadang
gejala hanya dapat berhenti bila klasifikasi yang ada diangkat
atau dilakukan dekompresi bila terdapat penimbunan kristal
pada jaringan sekitarnya.
b. Artritis kronis destruktif. Kadang-kadang kristal KHA
ditemukan pada artritis kronis erosif yang juga ikut
menyebabkan artritis atau memperberat kelainan lain yang
sebelumnya tidak jelas. Penimbunan KHA dapat pula terjadi
pada artritis destruktif bahu terutama pada lansia kelainan
pembungkus sendi bahu (rotator cufflesions).
Pada foto polos tulang dapat terlihat :
 Kalsifikasi tendo dan ligamen dari sendi yang berdekatan
terutama pada pembungkus sendi bahu.
 Tidak terlihat kalsifikasi pada tulang rawan artikular,
diskus, serta meniskusdarifibrokartilago sebagaimana
pada KPFD, tetapi sendi mungkin terlihat tidak utuh
(terdapat gambaran loosebodies).
 Artritiserosif menyebabkan hilangnya ruang sendi dengan
atau tanpa sedikit sklerosis dan pembentukan osteofit.
Pada artritis destruktif, tulang subkondral mengalami
erosi.

58
E. PATHWAY PENYAKIT GOUT

Genetik Sekresi asam urat yang Produksi asam urat yang


berkurang berlebihan

Gangguan metabolisme purin

Gout

Hiperurisemia dan serangan sinovitis


akut berulang-ulang

Penimbunan kristal urat


monohidratmonosodium

Penimbunan asam urat di korteks dan reaksi Penimbunan kristal pada membran
inflamasi pada ginjal sinovia dan tulang rawan artikular

Terjadi hialinisasi dan fibrosis pada Erosi tulang rawan, proliferasi


glomerulus sinovia, dan pembentukan panus

Pielonefritis, sklerosis arteriolar, atau Degenerasi tulang rawan sendi


nefritis kronis

Terbentuk tofus serta fibrosis dan


Terbentuknya batu asam urat, gagal ginjal
ankilosis pada tulang
kronis, hipertensi dan sklerosis

Perubahan bentuk tubuh


pada tulang dan sendi
2. Hambatan mobilitas
1. Nyeri
fisik
3. Gangguan konsep
diri, citra diri

59
F. PENATALAKSANAAN
Pengobatan gout bergantung pada tahap penyakitnya.
Hiperurisemiaasimtomatik biasanya tidak membutuhkan pengobatan.
Serangan akut artritisgout diobati dengan obat-obatan antiinflamasinonsteroid
atau kolkisin. Obat-obat ini diberikan dalam dosis tinggi atau dosis penuh
untuk mengurangi peradangan akut sendi. Kemudian dosis ini diturunkan
secara bertahap dalam beberapa hari.
Pengobatan gout kronik adalah berdasarkan usaha untuk menurunkan
produksi asam urat atau meningkatkan ekskresi asam urat oleh ginjal. Obat
alopurinol menghambat pembentukan asam urat dari prekursornya (xantin dan
hipoxantin) dengan menghambat enzim xantinoksidase. Obat ini dapat
diberikan dalam dosis yang memudahkan yaitu sekali sehari.
Obat-obatan urikosurik dapat meningkatkan ekskresi asam urat dengan
menghambat reabsorpsitubulus ginjal. Supaya agen-agen urikosurik ini dapat
bekerja dengan efektif dibutuhkan fungsi ginjal yang memadai.
Kreatininklirens perlu diperiksa untuk menentukan fungsi ginjal (normal
adalah 115-120 ml/menit). Probenesid dan sulfinpirazon adalah dua jenis agen
urikosurik yang banyak dipakai. Jika seorang pasien menggunakan agen
urikosurik maka dia memerlukan masukan cairan sekurang-kurangnya 1500
ml/hari agar dapat meningkatkan ekskresi asam urat. Semua produk aspirin
harus dihindari, karena menghambat kerja urikosurik.
Perubahan diet yang ketat biasanya tidak diperlukan dalam pengobatan
gout. Menghindari makanan tertentu yang dapat memicu serangan mungkin
dapat membantu seorang pasien, tetapi ini biasanya diketahui dengan
mencoba-coba sendiri, yang berbeda-beda bagi tiap-tiap orang. Yang pasti,
makanan yang mengandung purin yang tinggi dapat menimbulkan persoalan.
Makanan ini termasuk daging dari alat-alat dalaman seperti hepar, ginjal,
pankreas, dan otak, dan demikian beberapa macam daging olahan. Minum
alkohol berlebihan juga dapat memicu serangan.

Pengaturan diet
Selain jeroan, makanan kaya protein dan lemak merupakan sumber
purin. Padahal walau tinggi kolesterol dan purin, makanan tersebut sangat
berguna bagi tubuh, terutama bagi anak-anak pada usia pertumbuhan.

60
Kolesterol penting bagi prekusor vitamin D, bahan pembentuk otak, jaringan
saraf, hormon steroid, garam-garaman empedu dan membran sel.Orang yang
kesehatannya baik hendaknya tidak makan berlebihan. Sedangkan bagi yang
telah menderita gangguan asam urat, sebaiknya membatasi diri terhadap
hal-hal yang bisa memperburuk keadaan. Misalnya, membatasi makanan
tinggi purin dan memilih yang rendah purin.
Makanan yang sebaiknya dihindari adalah makanan yang banyak
mengandung purin tinggi. Penggolongan makanan berdasarkan kandungan
purin:
 Golongan A: Makanan yang mengandung purin tinggi (150-800 mg/100
gram makanan) adalah hati, ginjal, otak, jantung, paru, lain-lain jeroan,
udang, remis, kerang, sardin, herring, ekstrak daging (abon, dendeng),
ragi (tape), alkohol serta makanan dalam kaleng.
 Golongan B: Makanan yang mengandung purin sedang (50-150 mg/100
gram makanan) adalah ikan yang tidak termasuk golongan A, daging
sapi, kerang-kerangan, kacang-kacangan kering, kembang kol, bayam,
asparagus, buncis, jamur, daun singkong, daun pepaya, kangkung.
 Golongan C: Makanan yang mengandung purin lebih ringan (0-50
mg/100 gram makanan) adalah keju, susu, telur, sayuran lain,
buah-buahan.
Pengaturan diet sebaiknya segera dilakukan bila kadar asam urat
melebihi 7 mg/dl dengan tidak mengonsumsi bahan makanan golongan A dan
membatasi diri untuk mengonsmsi bahan makanan golongan B. Juga
membatasi diri mengonsumsi lemak serta disarankan untuk banyak minum air
putih. Apabila dengan pengaturan diet masih terdapat gejala-gejala peninggian
asam urat darah, sebaiknya berkonsultasi dengan dokter terdekat untuk
penanganan lebih lanjut.

Hal yang juga perlu diperhatikan, jangan bekerja terlalu berat, cepat
tanggap dan rutin memeriksakan diri kedokter. Karena sekali menderita,
biasanya gangguan asam urat akan terus berlanjut.

61
G. KOMPLIKASI
Komplikasi yang sering terjadi akibat goutarthritis antara lain :
1. Deformitas pada persendian yang terserang
2. Urolitiasis akibat deposit kristal urat pada saluran kemih
3. Nephrophaty akibat deposit kristal urat dalam interstisial ginjal

H. PEMERIKSAAN PENUNJANG

1. Serum asam urat


Umumnya meningkat, diatas 7,5 mg/dl. Pemeriksaan ini mengindikasikan
hiperuricemia, akibat peningkatan produksi asam urat atau gangguan
ekskresi.
2. Angka leukosit
Menunjukkan peningkatan yang signifikan mencapai 20.000/mm3 selama
serangan akut. Selama periode asimtomatik angka leukosit masih dalam
batas normal yaitu 5000 - 10.000/mm3.
3. Eusinofil Sedimen rate (ESR)
Meningkat selama serangan akut. Peningkatan kecepatan sedimen rate
mengindikasikan proses inflamasi akut, sebagai akibat deposit asam urat di
persendian.
4. Urin spesimen 24 jam.
Urin dikumpulkan dan diperiksa untuk menentukan produksi dan ekskresi
dan asam urat. Jumlah normal seorang mengekskresikan 250 - 750 mg/24
jam asam urat di dalam urin. Ketika produksi asam urat meningkat maka
level asam urat urine meningkat. Kadar kurang dari 800 mg/24 jam
mengindikasikan gangguan ekskresi pada pasien dengan peningkatan
serum asam urat. Instruksikan pasien untuk menampung semua urin
dengan peses atau tisu toilet selama waktu pengumpulan. Biasanya diet
purin normal direkomendasikan selama pengumpulan urin meskipun diet
bebas purin pada waktu itu diindikasikan.
5. Analisis cairan aspirasi dari sendi yang mengalami inflamasi akut atau
material aspirasi dari sebuah tofimenggunakan jarum kristal urat yang
tajam, memberikan diagnosis definitif gout.

62
6. Pemeriksaan radiografi
Dilakukan pada sendi yang terserang, hasil pemeriksaan akan
menunjukkan tidak terdapat perubahan pada awal penyakit, tetapi setelah
penyakit berkembang progresif maka akan terlihat jelas/area terpukul pada
tulang yang berada di bawah sinavial sendi.

63
BAB V

PENUTUP

A. KESIMPULAN

Penyakit asam urat (Gout) merupakan akibat dari konsumsi zat purin
secara berlebihan. Purin diolah tubuh menjadi asam urat, tapi jika kadar asam
urat berlebih, ginjal tidak mampu mengeluarkan sehingga kristal asam urat
menumpuk di persendian. Akibatnya sendi terasa nyeri, bengkak dan
meradang. Insiden penyakit gout sebesar 1-2%, terutama terjadi pada usia
30-40 tahun dan 20 kali lebih sering pada pria daripada wanita. Penyakit ini
terutama menyerang sendi tangan dan bagian metatarsofangeal kaki. Penyakit
ini bersifat multisistemik yang disebabkan oleh hiperurisemia dan penimbunan
kristal asam urat di dalam jaringan. Asam urat merupakan hasil akhir
metabolisme purin.
B. SARAN

Diharapkan klien dan keluarga mampu memahami Penyakit Asam Urat dan
mengerti cara pencegahannya.

64
DAFTAR PUSTAKA

Johnson, M; Maas, M; Moorhead, S. 2012. Nursing Outcomes Classification (NOC).


Mosby: Philadelphia

Mansjoer, A, et all, 2010, Kapita Selekta Kedokteran, Jilid I, Media Aesculapis,


Jakarta

McCloskey, J dan Bulechek, G. 2011. Nursing Interventions Classification


(NIC). Mosby: Philadelphia

Nanda (2000), Nursing Diagnosis: Prinsip-Prinsip dan Clasification, 2011-2012,


Philadelphia, USA.

Smeltzer, S.C, 2011, Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner & Suddarth,
Vol 2, EGC, Jakarta

65
FOTO KEGIATAN

66

Anda mungkin juga menyukai