Anda di halaman 1dari 11

A.

MASALAH UTAMA
Isolasi sosial : Menarik diri
B. PROSES TERJADINYA MASALAH
a. Pengertian
Isolasi sosial adalah keadaan di mana seseorang individu mengalami
penurunan atau bahkan sama sekali tidak mampu berinteraksi dengan orang lain di
sekitarnya (Damaiyanti, 2008)
Faktor perkembangan dan sosial budaya merupakan faktor predispoisi perilaku
menarik diri. Kegagalan perkembangan dapat mengakibatkan individu tidak
percaya diri, tidak percaya orang lain, ragu, takut salah, pesimis, putus asa
terhadap hubungan dengan orang lain, menghindar dari orang lain, tidak mampu
merumuskan keinginan, dan merasa tertekan. Keadaan menimbulkan perilaku
tidak ingin berkomunikasi dengan orang lain, menghindar dari orang lain, lebih
menyukai berdiam diri sendiri, kegiatan sehari-hari hampir terabaikan.
Harga diri rendah merupakan perilaku negatif terhadap diri dan kemampuan,
yang diekspresikan secara langsung maupun tidak langsung.
Halusinasinasi adalah persepsi yang kuat terhadap peristiwa atau objek yang
sebenarnya tidak ada, halusinasi dapat terjadi pada setiap pasca indera (
penglihatan , pendegaran , perasaan , penciuman / perabaan ).

b. Penyebab dari Menarik Diri


Salah satu penyebab dari menarik diri adalah harga diri rendah. Harga
diri adalah penilaian individu tentang pencapaian diri dengan menganalisa
seberapa jauh perilaku sesuai dengan ideal diri. Dimana gangguan harga diri
dapat digambarkan sebagai perasaan negatif terhadap diri sendiri, hilang
kepercayaan diri, merasa gagal mencapai keinginan.

c. Akibat dari Menarik Diri


Klien dengan perilaku menarik diri dapat berakibat adanya terjadinya resiko
perubahan sensori persepsi (halusinasi). Halusinasi ini merupakan salah satu
orientasi realitas yang maladaptive, dimana halusinasi adalah persepsi klien
terhadap lingkungan tanpa stimulus yang nyata, artinya klien menginterprestasikan
sesuatu yang nyata tanpa stimulus/rangsangan eksternal.
d. Tanda dan Gejala
Menurut Budi Anna Kelia (2009), tanda dan gejala ditemui seperti:
a) Aspek fisik:
 Makan dan minum kurang
 Tidur kurang atau terganggu
 Penampilan diri kurang
 Keberanian kurang
b) Aspek emosi:
 Bicara tidak jelas, merengek, menangis seperti anak kecil
 Merasa malu, bersalah
 Mudah panik dan tiba-tiba marah
c) Aspek sosial:
 Duduk menyendiri
 Selalu tunduk
 Menghindar dari orang lain
 Tergantung dari orang lain
d) Aspek intelektual:
 Putus asa
 Merasa sendiri, tidak ada sokongan
 Kurang percaya diri

C. POHON MASALAH

Resiko perubahan persepsi sensori : halusinasi


Isolasi sosial: Menarik diri Core Problem

Gangguan konsep diri: Harga diri rendah

D. DIAGNOSA
1. Resiko perubahan persepsi sensori: halusinasi
2. Isolasi sosial: menarik diri
3. Gangguan konsep diri: harga diri rendah
Diagnosa 1:
a. Resiko perubahan persepsi sensori : halusinasi
Halusinasinasi adalah perespsi yang kuat terhadap peristiwa atau objek yang
sebenarnya tidak ada, halusinasi dapat terjadi pada setiap pasca indera (
penglihatan , pendegaran , perasaan , penciuman / perabaan)
Data Subjektif :
1. Klien mengatakan mendengar bunyi yang tidak berhubungan dengan
stimulus nyata.
2. Klien mengatakan melihat gambaran tanpa ada stimulus yang nyata.
3. Klien mengatakan mencium bau tanpa stimulus.
4. Klien merasa makan sesuatu.
5. Klien merasa ada sesuatu pada kulitnya.
6. Klien takut pada suara/bunyi/gambar yang dilihat dan didengar.
7. Klien ingin memukul/melempar barang-barang.
b. Data Objektif:
1. Klien berbicara dan tertawa sendiri.
2. Klien bersikap seperti mendengar/melihat sesuatu.
3. Klien berhebti bicara ditengah kalimat untuk mendengarkan sesuatu.
4. Disorientasi
Diagnosa 2 :
a) Isolasi Sosial : menarik diri
Menarik diri merupakan suatu gangguan hubungan interpersonal yang terjadi
akibat adanya kepribadian yang tidak fleksibel yang menimbulkan perilaku
maladaptive dan mengganggu fungsi seseorang dalam hubungan sosial
b) Data Subyektif:
a. Klien mengatakan saya tidak mampu, tidak bisa, tidak tahu apa-apa,
bodoh, mengkritik diri sendiri, mengungkapkan perasaan malu terhadap
diri sendiri.
c) Data Obyektif:
a. Klien terlihat lebih suka sendiri, bingung bila disuruh memilih alternatif
tindakan, ingin mencederai diri/ingin mengakhiri hidup.
Diagnosa 3:
a. Gangguan konsep diri : harga diri rendah
Harga diri rendah adalah perilaku negatif terhadap diri dan kemampuan, yang
diekspresikan secara langsung maupun tak langsung
b. Data subyektif:
a. Klien mengatakan: saya tidak mampu, tidak bisa, tidak tahu apa-apa,
bodoh, mengkritik diri sendiri, mengungkapkan perasaan malu terhadap
diri sendiri.
c. Data obyektif:
b. Klien tampak lebih suka sendiri, bingung bila disuruh memilih alternatif
tindakan, ingin mencederai diri atau ingin mengakhiri hidup.

E. Intervensi
Diagnosa 1: Isolasi sosial: menarik diri
Tujuan Umum :
Klien dapat berinteraksi dengan orang lain sehingga tidak terjadi halusinasi
Tujuan Khusus :
a. Klien dapat membina hubungan saling percaya
Tindakan :
Bina hubungan saling percaya dengan menggunakan prinsip komunikasi
terapeutik dengan cara :
1) Sapa klien dengan ramah baik verbal maupun non verbal
2) Perkenalkan diri dengan sopan
3) Tanyakan nama lengkap klien dan nama panggilan yang disukai
4) Jelaskan tujuan pertemuan
5) Jujur dan menepati janji
6) Tunjukkan sikap empati dan menerima klien apa adanya
7) Berikan perhatian kepada klien dan perhatian kebutuhan dasar klien
b. Klien dapat menyebutkan penyebab menarik diri
Tindakan:
1) Kaji pengetahuan klien tentang perilaku menarik diri dan tanda-tandanya.
2) Beri kesempatan kepada klien untuk mengungkapkan perasaan penyebab
menarik diri atau mau bergaul
3) Diskusikan bersama klien tentang perilaku menarik diri, tanda-tanda serta
penyebab yang muncul
4) Berikan pujian terhadap kemampuan klien mengungkapkan perasaannya

c. Klien dapat menyebutkan keuntungan berhubungan dengan orang lain dan


kerugian tidak berhubungan dengan orang lain.
Tindakan :
1) Identifikasi bersama klien cara tindakan yang dilakukan jika terjadi
halusinasi ( tidur, marah, menyibukkan diri dll)
2) Kaji pengetahuan klien tentang manfaat dan keuntungan berhubungan
dengan orang lain
3) Beri kesempatan kepada klien untuk mengungkapkan perasaan tentang
keuntungan berhubungan dengan prang lain
4) Diskusikan bersama klien tentang manfaat berhubungan dengan orang lain
5) Beri reinforcement positif terhadap kemampuan mengungkapkan perasaan
tentang keuntungan berhubungan dengan orang lain
6) Kaji pengetahuan klien tentang kerugian bila tidak berhubungan dengan
orang lain
7) Beri kesempatan kepada klien untuk mengungkapkan perasaan dengan
orang lain
8) Diskusikan bersama klien tentang kerugian tidak berhubungan dengan
orang lain
9) Beri reinforcement positif terhadap kemampuan mengungkapkan perasaan
tentang kerugian tidak berhubungan dengan orang lain

d. Klien dapat melaksanakan hubungan social


Tindakan:
1) Kaji kemampuan klien membina hubungan dengan orang lain
2) Dorong dan bantu kien untuk berhubungan dengan orang lain melalui
tahap :
a) Klien – Perawat
b) Klien – Perawat – Perawat lain
c) Klien – Perawat – Perawat lain – Klien lain
d) Klien – Keluarga atau kelompok masyarakat
3) Beri reinforcement positif terhadap keberhasilan yang telah dicapai.
4) Bantu klien untuk mengevaluasi manfaat berhubungan
5) Diskusikan jadwal harian yang dilakukan bersama klien dalam mengisi
waktu
6) Motivasi klien untuk mengikuti kegiatan ruangan
7) Beri reinforcement positif atas kegiatan klien dalam kegiatan ruangan

e. Klien dapat mengungkapkan perasaannya setelah berhubungan dengan orang lain


Tindakan:
1) Dorong klien untuk mengungkapkan perasaannya bila berhubungan
dengan orang lain
2) Diskusikan dengan klien tentang perasaan masnfaat berhubungan dengan
orang lain.
3) Beri reinforcement positif atas kemampuan klien mengungkapkan
perasaan manfaat berhubungan dengan oranglain

f. Klien dapat memberdayakan sistem pendukung atau keluarga


Tindakan:
1) Bina hubungan saling percaya dengan keluarga :
2) Salam, perkenalan diri
3) Jelaskan tujuan
4) Buat kontrak
5) Eksplorasi perasaan klien
6) Diskusikan dengan anggota keluarga tentang :
i. Perilaku menarik diri
ii. Penyebab perilaku menarik diri
iii. Akibat yang terjadi jika perilaku menarik diri tidak ditanggapi
iv. Cara keluarga menghadapi klien menarik diri
7) Dorong anggota keluarga untukmemberikan dukungan kepada klien untuk
berkomunikasi dengan orang lain.
8) Anjurkan anggota keluarga secara rutin dan bergantian menjenguk klien
minimal satu kali seminggu
9) Beri reinforcement positif positif atas hal-hal yang telah dicapai oleh
keluarga

Diagnosa 2 : harga diri rendah


Tujuan Umum :
Klien dapat berhubungan dengan orang lain secara optimal
Tujuan khusus :
a. Klien dapat membina hubungan saling percaya
Tindakan :
Bina hubungan saling percaya dengan menggunakan prinsip komunikasi
terapeutik dengan cara :
a) Sapa klien dengan ramah baik verbal maupun non verbal
b) Perkenalkan diri dengan sopan
c) Tanyakan nama lengkap klien dan nama panggilan yang disukai
d) Jelaskan tujuan pertemuan
e) Jujur dan menepati janji
f) Tunjukkan sikap empati dan menerima klien apa adanya
g) Berikan perhatian kepada klien dan perhatian kebutuhan dasar klien
b. Klien dapat mengidentifikasi kemampuan dan aspek positif yang dimiliki
Tindakan:
1) Diskusikan kemampuan dan aspek positif yang dimiliki klien
2) Setiap bertemu klien hindarkan dari memberi penilaian negative
3) Utamakan memberikan pujian yang realistik
c. Klien dapat menilai kemampuan yang digunakan
Tindakan:
1) Diskusikan dengan klien kemampuan yang masih dapat digunakan selama
sakit.
2) Diskusikan kemampuan yang dapat dilanjutkan penggunaannya.
d. Klien dapat (menetapkan) merencanakan kegiatan sesuai dengan kemampuan
yang dimiliki
Tindakan:
1) Rencanakan bersama klien aktivitas yang dapat dilakukan setiap hari
sesuai kemampuan
a) Kegiatan mandiri
b) Kegiatan dengan bantuan sebagian
c) Kegiatan yang membutuhkan bantuan total
2) Tingkatkan kegiatan sesuai dengan toleransi kondisi klien.
3) Beri contoh cara pelaksanaan kegiatan yang boleh klien lakukan

e. Klien dapat melakukan kegiatan sesuai kondisi sakit dan kemampuannya


Tindakan:
1) Beri kesempatan pada klien untuk mencoba kegiatan yang telah
direncanakan
2) Beri pujian atas keberhasilan klien.
3) Diskusikan kemungkinan pelaksanaan di rumah

f. Klien dapat memanfaatkan sistem pendukung yang ada


Tindakan:
1) Beri pendidikan kesehatan pada keluarga tentang cara merawat klien
dengan harga diri rendah.
2) Bantu keluarga memberikan dukungan selama klien dirawat.
3) Bantu keluarga menyiapkan lingkungan di rumah
Strategi Pelaksanaan
SP 1 (Isolasi Sosial)

A. Kondisi klien :
1. Apatis, ekspresi sedih, afek tumpul.
2. Menghindar dari orang lain (menyendiri).
3. Bicara tidak jelas, merengek, menangis seperti anak kecil
4. Merasa malu, bersalah
5. Mudah panik dan tiba-tiba marah
B. Diagnosa Keperawatan
Isolasi Sosial : Menarik Diri
C. Strategi Pelaksanaan
Terhadap pasien
1. Identifikasi penyebab isolasi social: siapa yang serumah, siapa yang dekat,
yang tidak dekat, dan apa sebabnya
2. Keuntungan punya teman dan bercaka-cakap
3. Kerugian tidak punya teman dan tidak bercakap-cakap
4. Latih cara berkenalan dengan anggota keluarga
5. Masukkan pada jadwal kegiatan untuk latihan berkenalan

D. Strategi Komunikasi

Orientasi (Perkenalan):
“Selamat pagi ”
“Saya Perawat Ahmad Ginanjar Setiawan Saya senang dipanggil Perawat Ginanjar, Saya
mahasiswa keperawatan Stikes Karya Husada Semarang, saya yang akan membantu merawat
Bapak dari sekarang sampai nanti.”
“Siapa nama Bapak? Bapak Senang dipanggil dengan nama apa?”
“Apa keluhan Bapak hari ini?” Bagaimana kalau kita bercakap-cakap tentang keluarga dan
teman-teman Bapak? Mau dimana kita bercakap-cakap? Bagaimana kalau di ruang tamu?
Mau berapa lama Pak?Bagaimana kalau 15 menit”

Kerja:
(Jika pasien baru)
”Siapa saja yang tinggal serumah? Siapa yang paling dekat dengan Bapak? Siapa yang jarang
bercakap-cakap dengan Bapak? Apa yang membuat Bapak jarang bercakap-cakap
dengannya?”
(Jika pasien sudah lama dirawat)
“Apa yang Bapak rasakan selama Bapak dirawat disini? Apakah Bapak merasa sendirian?
Siapa saja yang Bapak kenal di ruangan ini”
“Apa saja kegiatan yang biasa Bapak lakukan dengan teman yang Bapak kenal?”
“Apa yang menghambat Bapak dalam berteman atau bercakap-cakap dengan pasien yang
lain?”
“Menurut Bapak apa saja keuntungannya kalau kita mempunyai teman ? Wah benar, ada
teman bercakap-cakap. Apa lagi? (sampai pasien dapat menyebutkan beberapa) Nah kalau
kerugiannya tidak mampunyai teman apa ya Bapak?Ya, apa lagi ? (sampai pasien
dapat menyebutkan beberapa) Jadi banyak juga ruginya tidak punya teman ya. Kalau begitu
inginkah Bapak belajar bergaul dengan orang lain ?
« Bagus. Bagaimana kalau sekarang kita belajar berkenalan dengan orang lain”
“Begini lho Bapak, untuk berkenalan dengan orang lain kita sebutkan dulu nama kita dan
nama panggilan yang kita suka asal kita dan hobi.
Contoh: Nama Saya Ahmad Ginanjar Setiawan, saya senang dipanggil Ginanjar Asal saya
dari Semarang, hobi saya olahraga”
“Selanjutnya Bapak menanyakan nama orang yang diajak berkenalan. Contohnya begini:
Nama Bapak siapa? Senang dipanggil apa? Asalnya darimana? dan Hobinya apa?”
“Ayo Bapak dicoba....
Misalnya saya belum kenal dengan Bapak.... Coba bapak berkenalan dengan saya....”
“Ya bagus sekali..... Coba sekali lagi Bapak... Bagus sekali.....”
“Setelah Bapak berkenalan dengan orang tersebut Bapak bisa melanjutkan percakapan tentang
hal-hal yang menyenangkan Bapak bicarakan. Misalnya tentang cuaca, tentang hobi, tentang
keluarga, pekerjaan dan sebagainya.”
Terminasi:
”Bagaimana perasaan Bapak setelah kita latihan berkenalan?”
DAFTAR PUSTAKA

Aziz R, dkk, Pedoman Asuhan Keperawatan Jiwa Semarang : RSJD Dr. Amino
Gonohutomo, 2003
Carpenito, L.J. 2000. Buku Saku Diagnosa Keperawatan. Edisi 8. Jakarta: EGC
Keliat Budi Ana. 2009. Proses Keperawatan Kesehatan Jiwa, Edisi I, Jakarta : EGC,
Stuart GW, Sundeen. 1998.Principles and Practice of Psykiatric Nursing (5 th ed.). St.Louis
Mosby Year Book
Tim Direktorat Keswa, Standar Asuhan Keperawatan Jiwa, Edisi 1, Bandung, RSJP
Bandung, 2000
Townsend, M.C. 1998. Buku saku Diagnosa Keperawatan pada Keoerawatan Psikiatri, edisi
3. Jakarta: EGC.

Anda mungkin juga menyukai