Anda di halaman 1dari 4

LP PENYAKIT OSTEOPOROSIS

Patofisiologi
Tulang merupakan jaringan ikat yang mengalami mineralisasi dan berfungsi sebagai
penopang tubuh. Pertumbuhan tulang dipengaruhi oleh dua sel utama yaitu sel
osteoblas dan osteoklas. Osteoblas merupakan sel yang bertanggung jawab terhadap
proses formasi tulang dan berfungsi dalam sintesis matriks tulang yang disebut
osteoid. Sedangkan osteoklas merupakan sel tulang yang bertanggung jawab terhadap
proses resorpsi (penyerapan) tulang. Dalam keadaan normal, proses resorpsi dan
pembentukan tulang (remodelling) terjadi terus menerus dengan seimbang. Gangguan
keseimbangan antara proses tersebut disebabkan karena jumlah dan aktivitas sel
osteoklas melebih dari jumlah dan aktivitas sel osteoblas. Hal ini akan mengakibatkan
penurunan massa tulang yang disertai dengan pengeroposan tulang, penipisan dan
mudah mengalami patah terutama pada bagian metakarpal, kolum femoris dan korpus
verterbra (Risnanto & Insani, 2014). Secara umum, osteoporosis berawal dari adanya
massa puncak tulang yang rendah disertai adanya penurunan massa tulang. Massa
puncak tulang yang rendah berkaitan dengan faktor genetik sedangkan penurunan
massa tulang disebabkan oleh proses penuaan, menopause, obat-obatan dan aktifitas
fisik yang kurang. Hal ini akan menyebabkan densitas (kepadatan) tulang menurun
dan meningkatkan faktor resiko terjadinya fraktur (Limbong & Syahrul, 2015). Massa
tulang akan terus meningkat dan mencapai puncaknya pada usia 30-35 tahun. Setelah
usia tersebut, secara perlahan proses pembentukan tulang akan digantikan oleh proses
resorpsi tulang dan menjadi lebih cepat ketika masa menopause. Proses ini akan terus
berlangsung dan pada akhirnya terjadi osteoporosis. Percepatan osteoporosis
tergantung dari hasil pembentukan tulang sampai tercapainya massa tulang puncak.
Massa puncak tulang pada setiap individu bervariasi, namun puncak massa tulang
pada laki-laki lebih tinggi daripada perempuan (Ramadani, 2010) Apabila massa
puncak tulang rendah maka akan mudah terjadi fraktur, tetapi apabila tinggi maka
akan terlindung dari ancaman fraktur. Faktor-faktor yang menentukan tidak
tercapainya massa tulang puncak sampai saai ini belum diketahui, tetapi diduga
terdapat beberapa faktor yang berperan, yaitu genetik, asupan kalsium, aktifitas fisik,
dan hormon seks (Sandhu & Hampson, 2011)
Faktor-faktor seperti penggunaan
obat, gaya hidup, usia dan hormon

Kortikosteroid jangka Gaya hidup (Alkohol, kopi Perubahan usia (Usia


panjang, asupan vitamin D ↓ dan kurang olahraga) Lanjut) Hormon (terutama wanita)

Defisiensi vitamin D Aktivitas osteoblas dan Aktifitas fisik ↓ Menopause


penyerapan kalsium
Absorpsi kalsium Ketidakseimbangan Hormon estrogen ↓
terhambat
terganggu kecepatan regenerasi dan
Aktifitas osteoblas ↓ dan pembentukan tulang Timbunan kalsium
aktifitas osteoklas ↑ tulang ↑

Penyerapan tulang >>


pembentukan baru
Resoprsi tulang ↑

Massa tulang ↓

Kurang
Osteoporosis Pengetahuan

Densitas tulang ↓

Gangguan fungsi ekstremitas,


pergerakan fragmen, spasme
otot, perubahan postural

Tulang menjadi rapuh Spasme otot Fraktur Perubahan postural

Reseptor nyeri Hambatan Resiko Deformitas skeletal


Fraktur terangsang Mobilitas fisik Cedera
Harga diri rendah
Nyeri Akut
Khawatir mengenai
perubahan postur
Ansietas
Daftar Pustaka
Limbong, E.A., & Syahrul, F. (2015). Rasio Risiko Osteoporosis Menurut Indeks
Massa Tubuh, Paritas dan Konsumsi Kafein. Jurnal Berkala Epidemiologi, 3(2): 194-
204
Ramadani, M. (2010). Faktor-Faktor Resiko Osteporosis dan Upaya Pencegahannya.
Jurnal Kesehatan Masyarakat, 4(2): 111-15.
Sandhu, S.K., & Hampson, G.N. (2011). The Pathogenesis, Diagnosis, Investigation
and Management of Osteoporosis. Journal of clinical pathology, 64(12): 1042-50
Risnanto & Insani, U. (2014). Buku Ajar Asuhan Keperawatan Medikal Bedah:
Sistem Muskuloskeletal Edisi 1. Yogyakarta: Deepublish

Anda mungkin juga menyukai