Anda di halaman 1dari 2

Yang Fantasi dan Yang Ber-Kontribusi

Oleh : Aula Nida Robbani

Pemenang Juara 1 Lomba Esai Perpustakaan Zakaria

Star Wars, menjadi salah satu yang akhir-akhir ini banyak diperbincangkan oleh
banyak kalangan dari yang kecil hingga dewasa. Antrian panjang di bioskop pun tak
membuat otot-otot kaki para penonton berkeluh dan menyerah. Walau ramai, jiwa mereka
sejak awal memang sudah fokus hanya pada Star Wars. Begitu menjadi pujaan, bahkan seluk
beluk segala macam hal tentang Star Wars yang sepele pun, rela ditelusuri oleh pemuja Star
Wars. Tak jarang, cosplay dilakukan dan setiap aksi diingat diluar otak. Bila menjadi cibiran,
emosi terbakar dan membela hingga bisa memerah padam wajahnya. Namun sayangnya,
idola mereka hanyalah “khayalan”. Apa yang tumbuh pada jiwa mereka, hanyalah
fatamorgana yang pada akhirnya akan hilang dan menciptakan jiwa yang “hampa”.

Pernahkah berpikir bahwa kisah heroik ternyata tidak hanya hadir dari khayalan
belaka...? Star Wars, Spider-Man, dan kisah-kisah lain yang selama ini dibanggakan
sebenarnya hanyalah omong kosong belaka dan tidak pantas dijadikan idola apalagi teladan
bagi diri. Lantas, siapa yang pantas...?

Sejarah, pelajaran yang mayoritas membuat para siswa tertunduk malas dan
cenderung mengantuk. Entah karena kharisma para pahlawan dalam sejarah sudah tersaingi
oleh pesona “Zaman Now”, atau memang karena yang fantasi lebih disimpati daripada yang
berkontribusi. Jelas sekali, gagahnya para pelaku sejarah sudah terhapus dan kini menjadi
bualan yang gunanya hanya untuk menjawab kertas-kertas bernama ujian.

Tapi sejarah, lebih hebat dari yang namanya fantasi. Bila fantasi hanya menjadikan
satu jiwa bermimpi tinggi. Maka sejarah, menjadikan banyak jiwa bergerak bersama demi
mencapai satu tujuan yang luhur. Dan sejarah, akan terus menerus terhubung hingga tiada
lagi yang dapat menjadi pelaku sejarah. Tidak seperti fantasi kisah heroik yang cepat sirna
berganti oleh trend yang lain.

Namanya selalu terucap dan tercurah sebagai shalawat dari dulu hingga sekarang.
Bukan hanya dari satu mulut, melainkan sangat banyak seperti menghitung tetesa-tetesan air
hujan yang turun dari dulu hingga sekarang saat membasahi bumi. Seseorang yang lebih
hebat dari Power Rangers yang dapat mengalahkan banyak penjahat, tidak hanya itu, beliau
dapat pula menjadikan orang yang mulanya “jahat” menjadi “baik”, yaitu: Rasulullah
Muhammad SAW.

Sejarah mencatat, 12 Robiul Awal sebagai tanggal lahirnya Muhammad bin


Abdullah, dimana Mekkah sebagai saksi bisu kelahiran beliau dimana saat itu pasukan
Abrahah siap menggempur untuk menghancurkan Mekkah seperti yang tertuang dalam QS.
Al-Fiil. Dan kini, setiap tanggal 12 Rabiul Awal diperingatilah sebagai Maulid Nabi.

Bermula sejak Salahuddin Al-Ayubi menggelar perayaan Maulid Nabi bagi para umat
muslim kala itu yang berada pada masa Perang Salib. Berlatar belakang kurang semangatnya
umat muslim dalam berjihad sehingga kalah terus dalam Perang Salib, membawa Salahuddin
mengadakan perayaan Maulid Nabi yang berisi “mengenang” kembali bagaimana sejarah
perjuangan Rasulullah saw., dari mulai lahir hingga wafat. Dan hal ini memberi dampak
positif berupa kemenangan bagi Islam di Perang Salib.

Seperti yang sudah tertulis sebelumnya. Sejarah, mampu menjadikan banyak jiwa
bergerak bersama demi mencapai satu tujuan yang luhur. Dan perjalanan hidup Rasulullah
SAW., dari mulai lahir hingga wafat, sejarah hidup beliau dapat membangkitkan semangat
juang umat dalam memperjuangkan Islam hingga kemenangan Allah SWT., berikan. Sejarah,
menciptakan sosok teladan yang dapat membentuk jiwa-jiwa yang ber-“Ideologi”.

Dengan mengenal lebih dekat sosok Muhammad bin Abdullah yang dari kecil sudah
hidup mandiri, dan lalu menjadi sosok Al-Amin dan dipandang bahkan oleh pemuka-pemuka
Quraisy, hingga diangkat menjadi Rasul dan Nabi dan wafat dengan sebelumnya memanggil-
manggil umat nya yang berada pada akhir zaman. Akan timbul rasa kagum, akan timbul rasa
cinta dan menjadikan Rasulullah SAW., sebagai panutan dan akan sampailah risalah kepada
hati umat Islam.

Meskipun, hal ini bergantung dari pemaknaan yang diperoleh dari dalam diri. Dan
unggul, baik dalam ilmu dan jasmani, menjadi salah satu faktor apakah makna tersebut
sampai atau tidak. Hal ini dilihat dari bahwa sebelum Rasulullah SAW., diutus menjadi
Rasul, beliau sudah memiliki modal keunggulan bernama Al-Amin dan memiliki pola sikap
dan tindak yang unggul sehingga memang kata layak akan hinggap saat Allah SWT., memilih
Muhammad bin Abdullah sebagai Rasul dan Nabi. Seharusnya, diri pun menampakkan
keunggulan sehingga layak untuk Allah SWT., pilih untuk menjadi “spesial”.

Sehingga, perihal perayaan maulid ini bukanlah hal yang main-main. Selain karena
atmosfer yang mendukung, juga karena dapat membangkitkan kembali sosok figur yang
seharusnya diteladani dan bagaimana seharusnya pribadi ini bergerak. Perayaan Maulid Nabi
seperti “api” yang dapat membakar kembali semangat umat Islam dalam melanjutkan apa
yang telah dipercayakan dengan berkaca kepada sirah Rasulullah SAW. Sejarah, sangat
penting sebagai acuan dalam terus bergerak hingga tergeletak sesuai moto dalam QS. At-
Taubah (9): 52, “menang atau mati syahid”.

Anda mungkin juga menyukai