Anda di halaman 1dari 2

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Glaukoma berasal dari bahasa Yunani glaukos yang berarti hijau kebiruan,

yang memberikan kesan warna tersebut pada pupil penderita glaukoma. Kelainan

mata glaukoma ditandai dengan meningkatnya tekanan bola mata, atrofi papil

saraf optik, dan berkurangnya lapangan pandang. Berdasarkan survei kesehatan

mata yang dilakukan oleh Departemen Kesehatan Republik Indonesia pada tahun

1993–1996 menunjukkan bahwa glaukoma (0,2%) adalah penyebab kebutaan

kedua terbanyak setelah katarak (0,7%) dari 1,5% populasi Indonesia yang telah

mengalami kebutaan. Glaukoma penyebab kebutaan permanen dan merupakan

penyebab kebutaan nomor 2 di dunia. Jumlah penyakit glaukoma di dunia oleh

World Health Organization (WHO) diperkirakan ± 60,7 juta orang di tahun 2010,

akan menjadi 79,4 juta di tahun 2020. Oleh karena itu, untuk mengatasinya

dicanangkan vision 2020 (Widya, 2011).

Berdasarkan golongan usia, sebesar 88,8% dari populasi kebutaan global

berusia di atas 60 tahun dan terutama berasal dari negara-negara yang sedang

berkembang. Angka yang tinggi tersebut terjadi terutama berada di Afrika dan

Asia, yaitu sekitar 75% dari kebutaan total dunia. Perkiraan prevalensi glaukoma

yang mengalami kebutaan dalam populasi cukup bervariasi dari satu negara ke

negera lain. Karakteristik glaukoma yang menjadi penyebab terbanyak kebutaan

juga bervariasi tiap negara (Widya, 2011).

1
2

Di Indonesia penyakit glaukoma kurang dikenal oleh masyarakat, padahal

cukup banyak orang yang menjadi buta karenanya. Pada glaukoma kronik dengan

sudut bilik mata depan terbuka misalnya, kerusakan pada saraf optik terjadi

perlahan-lahan hampir tidak ada keluhan subjektif. Hal ini menyebabkan

penderita datang terlambat ke dokter. Biasanya kalau sudah memberikan keluhan,

keadaan glaukomanya sudah lanjut. Dalam masyarakat yang kesadaran atau

pendidikannya masih kurang, dokter perlu secara aktif dapat menemukan kasus

glaukoma (Shock,2000). Mengingat fatalnya akibat penyakit glaukoma terhadap

penglihatan, deteksi dini glaukoma untuk mencegah kerusakan saraf mata lebih

lanjut menjadi sangat penting.

Berdasarkan etiologi, glaukoma dibagi menjadi 4 bagian; glaukoma

primer, glaukoma kongenital, glaukoma sekunder dan glaukoma absolute,

sedangkan berdasarkan mekanisme peningkatan tekanan intraokular glaukoma

dibagi menjadi dua, yaitu glaukoma sudut terbuka dan glaukoma sudut tertutup

(Shock,2000). Dari semua jenis glaukoma di atas, glaukoma absolut merupakan

hasil atau stadium akhir semua glaukoma yang tidak terkontrol, yaitu dengan

kebutaan total dan bola mata nyeri.

Berikut ini dilaporkan sebuah kasus Glaukoma Absolut pada seorang

wanita berusia 62 tahun yang datang ke Poli Mata RSUD Meuraxa Banda Aceh.

Anda mungkin juga menyukai