Anda di halaman 1dari 2

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Telinga adalah salah satu alat indra yang memiliki fungsi untuk mendengar

suara yang ada di sekitar kita sehingga kita dapat mengetahui / mengidentifikasi

apa yang terjadi di sekitar kita tanpa harus melihatnya dengan mata kepala kita

sendiri (Boies, Adams, 1997).

Telinga dibagi menjadi 3 bagian, telinga luar, telinga tengah, dan telinga

dalam. Pembagian ini dapat mempermudah memahami anatomi telinga secara

langsung. Telinga juga terdiri dari beberapa otot yang melapisinya, tulang-tulang

pendengaran, perdarahan, dan persarafan, yang akan dijelaskan lebih lanjut dalam

referat ini (Boies, Adams, 1997).

Berdasarkan data statistik, diperkirakan 1 dari 10 orang mengalami

gangguan pendengaran dan 1 dari 3 orang berusia tua (diatas 60 tahun) juga

mengalami gangguan pendengaran. Dan para ahli mengatakan angka kejadian

gangguan pendengaran semakin meningkat.

Kualitas hidup adalah hal penting yang sangat dikompromikan bagi orang

yang mengalami gangguan pendengaran dan keluarganya. Gangguan pendengaran

dapat dikatakan memiliki kategori berat, dimana suara yang cukup keras tidak dapat

terdengar atau yang biasanya terjadi orang tersebut sangat sulit mengerti kata-kata

yang diucapkan. Dalam kasus-kasus tersebut beberapa jenis suara atau percakapan

sulit untuk didengar, terutama di lingkungan suara yang bising.

1
2

Saat ini sudah tersedia teknik penanganan gangguan pendengaran yang baru

dan lebih baik. Penanganan gangguan pendengaran yang efektif telah terbukti

menghasilkan efek positif terhadap kualitas hidup.

Setelah diketahui seorang anak menderita ketulian upaya habilitasi

pendengaran harus dilaksanakan sedini mungkin. American Joint Commitee on

Infant Hearing (2000) merekomendasikan upaya habilitasi sudah harus dimulai

sebelum usia 6 bulan. Penelitian-penelitian telah membuktikan bahwa bila

habilitasi yang optimal sudah dimulai sebelum usia 6 bulan maka pada usia 3 tahun

perkembangan wicara anak yang mengalami ketulian dapat mendekati kemampuan

wicara anak normal.

Pemasangan alat bantu dengar (ABD) merupakan upaya pertama dalam

habilitasi pendengaran yang akan dikombinasikan dengan terapi wicara atau terapi

audio verbal. Sebelum proses belajar harus dilakukan penilaian tingkat kecerdasan

oleh Psikolog untuk melihat kemampuan belajar anak. Anak usia 2 tahun dapat

memulai pendidikan khusus di Taman Latihan dan Observasi (TLO), dan

melanjutkan pendidikannya di SLB-B atau SLB-C bila disertai dengan retardasi

mental. Proses habilitasi pasien tunarungu membutuhkan kerjasama dari beberapa

disiplin, antara lain dokter spesialis THT, audiologist, ahli madya audiologi, ahli

terapi wicara, psikolog anak, guru khusus untuk tuna rungu dan keluarga penderita.

Saat ini dikenal beberapa strategi habilitasi pendengaran seperti; (1) Alat

Bantu Dengar (ABD), (2) Assistive Listening Device (ALD) dan (3) Implantasi

Koklea.

Anda mungkin juga menyukai