Anda di halaman 1dari 2

ARTIKEL DAN CRITICAL REVIEW

Ambisi Telin Menjadi Solusi Digital Indonesia


Dorongan faktor internal dan eksternal memacu manajemen PT Telekomunikasi Indonesia
International (Telin) untuk menjalankan transformasi pada April 2017.
Transformasi dilakukan dengan membentuk tim khusus bernama Program Management
Officer (PMO). Melalui tim ini, Telin melaksanakan program transformasi untuk dapat
beradaptasi dengan perkembangan bisnis teknologi informasi (TI) saat ini dan mengantisipasi
dinamika di masa depan.
Chief Financial & Human Capital Officer Telin, Leonardus Wahyu Wasono, mengemukakan,
contoh faktor pendorong internal dan eksternal itu adalah konsumen yang cepat berubah
terhadap suatu layanan atau produk TI.
Telin menggunakan jasa konsultan agar mempercepat langkah transformasi di internal
perusahaan, yaitu membentuk budaya kerja yang menyegarkan, gesit, dan adaptif merespon
dinamika bisnis.
Framework transformasi Telin ada enam pilar, yakni bisnis, business process, organisasi,
people, serta kultur & strategi yang paling fundamental. “Transformasi kultur akan
mempercepat proses perubahan pilar-pilar lainnya itu,” tutur pria yang akrab disapa Sony ini.
Telin memetakan kekuatan dan kelemahan internal perusahaan untuk diolah lebih lanjut
sebagai data acuan dalam menerapkan strategi transformasi dengan menyediakan layanan
komputasi awan (cloud) dan konektivitas, mengubah budaya kerja, dan meningkatkan
kapabilitas SDM.
“Berdasarkan benchmark, profitabilitas bisnis cloud dan konektivitas itu tinggi. Tren industri
telekomunikasi akan bergeser ke arah ini,” ungkap Leo. Adapaun perubahan budaya kerja,
menurut Leo, perusahaan mencanangkan kultur kerja terbaru bertajuk GREAT (Global,
Reliable, Excellent, Agile, Team). Kultur baru ini ditanamkan melalui pelatihan kepada
pegawai level bawah hingga menengah dan disosialisasikan setiap bulan lewat CEO Messages.
Prinsip GREAT diandalkan Telin untuk memacu kreativitas dan inovasi pegawai yang
umumnya berasal dari kalangan generasi milenial. Sebanyak 68% pegawai Telin adalah
generasi milenial yang melek digital, rata-rata berumur 33 tahun. Melalui prinsip GREAT,
dipercaya akan meningkatkan kompetensi 500 pegawai Telin. Anak perusahaan PT
Telekomunikasi Indonesia (Persero) Tbk. ini berpusat di Jakarta dan memiliki 300 pegawai.
Sisanya tersebar di Hong Kong, Singapura, Makau, Taiwan, Timor Leste, Arab Saudi, Malaysia,
Amerika Serikat, Australia, dan Myanmar.
Soal kompetensi, manajemen Telin berusaha mengubah pola pikir karyawan agar
berwawasan dan berorientasi global. Telin mendorong pegawainya untuk mengikuti berbagai
pelatihan dan pendidikan bersertifikat internasional untuk memberikan efek positif terhadap
transformasi kompetensi. “Saat ini, sebanyak 72% dari jumlah totl karyawan Telin memiliki
sertifikat internasional,” ujarnya.
Optimalisasi aset perusahaan juga dilakukan seiring dengan proses transformasi SDM, antara
lain kepemilikan 19 kabel laut internasional dengan panjang hingga 163,5 ribu km, memiliki
57 titik kehadiran (point of presence/PoP) di 27 negara, dan mengelola empat pusat data di
luar negeri dengan merek NeutcentrIX (Neutral Cloud and Internet Exchange), yaitu di
Singapura sebanyak tiga pusat data. “Terbaru, Telin telah meresmikan NeutcentrIX Hong Kong
April lalu. NeutcentrIX Hong Kong ini memenuhi standar internasional yang berkualitas global
untuk menangkap peluang pasar content provider di regional yang berkeinginan terhubung
dengan 260 juta masyarakat Indonesia, serta jutaan lainnya melalui keberadaan PoP di 27
negara,” jelasnya.
Layanan pusat data menjadi upaya Telin dalam melakukan diversifikasi dan inovasi bisnis yang
sesuai dengan visinya, yaitu menjadi global digital hub company. Hal ini terjadi karena bisnis
operasional grosir (wholesale) untuk pasar internasional mengalami perubahan dari
konetivitas ke pusat data, managed service, dan sebagainya. “Bisnis wholesale di pasar
internasional yang diprediksikan naik adalah pusat data dan platform yang diestimasikan
berkontribusi 46% di tahun 2022. Hal ini yang memacu Telin menggarap bisnis pusat data agar
bisnisnya berkesinambungan,” urainya.
Leornadus mengemukakan, transformasi Telin diharapkan bisa menyokong target
pendapatan senilai Rp7,5 triliun di 2022. Diperkirakan potensi pasar digital dari sekitar
US$4.400 juta, baru tergarap US$12 juta hanya untuk Asia Pasifik.
Telin berusaha meningkatkan kapabilitas ini agar bisa bersaing di pasar global. “Kami ingin
Telin mengambil peran lebih besar di industri telekomunikasi, Telin berharap dapat
memfasilitasi dan menjadi solusi digital di Indonesia,” harap Leo.

Reportase: Herning Banirestu


July 24, 2018
https://swa.co.id/business-champions/companies/ambisi-telin-menjadi-solusi-digital-
indonesia

Anda mungkin juga menyukai