Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH DAN JURNAL

METODE PENUGASAN RUANG RAWAT RUMAH SAKIT DI


INDONESIA
Makalah Ini Di Susun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Management
Keperawatan

Dosen Pembimbing : Raharjo Apriyatmoko., S.KM., M.Kes.

Disusun Oleh:

1. Della
2. Friska Meilda Arianti (010116A039)
3. Nofi Melisa
4. Marcelia
5. Nafa Hastuti (010116A055)
6. Puji Wahyu Lestari (010116A063)

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN

UNIVERSITAS NGUDI WALUYO

2018

i
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami haturkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas
berkat dan rahmadnya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini yang
berjudul “Metode Penugasan Ruang Rawat Rumah Sakit Di Indonesia”.
Makalah ini dibuat agar kami maupun pembaca dapat memahami tentang asuhan
keperawatan dan melakukannya dengan baik pada klien.

Kami menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini masih banyak


kekurangan, oleh sebab itu kami sangat mengharapkan kritik dan saran yang
bersifat membangun demi suatu kesempurnaan dalam memenuhi kebutuhan
dalam bidang keperawatan. Dan semoga dengan terselesainya makalah ini dapat
bermanfaat bagi kami maupun pembaca.

ii
BAB II

PEMBAHASAN

A. Konsep Metode Penugasan


Metode penugasan adalah suatu pendekatan yang digunakan oleh tim
keperawatan dalam mendesain dan mengorganisasikan pekerjaan sehingga
tujuan pelayanan keperawatan yaitu asuhan keperawatan ynag komprehenisf,
holistik, dan berkesinambungan dapat tercapai.
Tujuan dari penggunaan metode penugasan diantaranya, yaitu:
a. Mendorong perilaku yang kreatif
b. Membiasakan berpikir komprehensif
c. Memupuk kemandirian dalam proses pembelajaran

Manfaat pemberian metode penugasan yang digunakan secara tepat


diantaranya:

a. Menumbuhkan kebiasaan belajar secara mandiri dalam lingkungan


bersama maupun sendiri
b. Melatihcara mencari informasi secara langsung dari sumber belajar
yang terdapat dilingkungan sekolah, masyarakat
B. Prinsip Metode Penugasan
Prinsip metode penugasan dalam keperawatan dapat dilakukan dengan
beberapa cara, diantaraya yaitu:
1. Perkiraan kebutuhan tenaga
Penetapan jumlah tenaga keperawatan harus disesuaikan dengan kategori
yang akan dibutuhkan untuk asuhan keperawatan klien di setiap unit.
Beberapa pendekatan yang digunakan untuk memperkirakan jumlah
anggota yang dibutuhkan berdasarkan kategori klien yang dirawat, rasio
perawat, dan klien untuk memenuhi standar praktek keperawatan.
Kategori perawatan klien, yaitu:
a. Perawatan mandiri (selfcare), yaitu klien melakukan aktivitas
perawatan secara mandiri, klien memerlukan bantuan minimal.

iii
b. Perawatan sebagian ( partial care), yaitu klien memrlukna bantuan
sebagian dalam tindakan keperawatan, misalnya pemberian obat
intravena, mengatur posisi.
c. Perawatan total (total care), yaitu klien memerlukan bantuan
secarapenuh
d. Perawatan intensif( intensive care), yaitu klien memerlukan observasi
dan tindakan keperawatan yang terus menerus.

C. Metode Penugasan Ruang Rawat


Beberapa metode penugasan dengan mempertimbangkan keuntungan dan
kerugian tersebut antara lain:
1. Metode Fungsional
Metode fungsional merupakan pengorganisasian tugas pelayanan
keperawatan yang di dasarkan pada pembagian tugas menurut jenis
pekerjaan yang di lakukan. Contoh : Perawat A tugasnya menyuntik,
perawat B tugasnya mengukur suhu badan pasien. Seorang perawat dapat
melakukan dua jenis tugas atau lebiih untuk semua klien yang berada di
unit tersebut.
Kepala ruangan bertanggung jawab dalam pembagian tugas
tersebut dan menerima laporan tentang semua klien serta menjawab
semua pertanyaan tentang klien. Pendekatan ini efisien, dalam arti :
a. Semua jenis pekerjaan terkelola dan terkontrol
b. Waktu pengerjaan lebih singkat
c. Seseorang dengan jenis tugas tertentu untuk jangka waktu lama akan
lebih sangat trampil terhadap tugas tersebut
d. Dibutuhkan : uraian kerja, protap jelas, kontrol terstruktur.
Model ini cocok untuk keadaan darurat, tetapi kurang untuk
meningkatkan mutu asuhan keperawatan. Kebanyakan institusi
menganggap keperawatan fungsional memiliki nilai ekonomis dalam
pemberian pelayanan kesehatan.
Keuntungan :

iv
a. Perawat terampil untuk tugas/ pekerjaan tertentu
b. Mudah memperoleh kepuasan kerja bagi perawat setelah selesai
tugas
c. Kekurangan tenaga yang ahli dapat di ganti dengan tenaga yang
kurang berpengalaman untuk tugas yang sederhana
d. Memudahkan kepala ruangan untuk mengawasi staf atau peserta
didik yang praktik untuk ketrampilan tertentu

Kerugian :

a. Pelayanan keperawatan terpilah pilah atau total sehingga proses


keperawatan sulit di lakukan
b. Apabila pekerjaan selesai cenderung meninggalkan klien dan
melakukan tugas non keperawatan
c. Kepuasan kerja keseluruhan sulit di capai dan sulit di identifikasi
konstribusinya terhadap pelayanan
d. Perawat hanya melihat asuhan keperawatan sebagai ketrampilan
saja
Hal- hal yang harus di pertimbangkan :
a. Pendekatan fungsional lebih menekankan teknik prosedural,
tidak memperhatikan keberadaan klien secara utuh dan unik
b. Pelayanan terfragmentasi, kesinambungan asuhan tidak
terjamin
c. Ada kemungkinan, jenis tugas tertentu tidak teridentifikasi
sehingga luput dari perhatian staff
d. Semua anggota tim harus paham terhadap permasalahan klien,
intervensi dan dampaknya, karena di butuhkan case conference
secara periodik dan berkesinambungan
2. Metode Tim Keperawatan
Metode tim keperawatan yaitu pengorganisasian pelayanan
keperawatan oleh sekelompok klien. Kelompok ini dipimpin oleh perawat

v
profesional yang berpengalaman serta memiliki pengetahuan dalam
bidangnya.
Pembagian tugas di dalam kelompok di lakukan oleh pimpinan
kelompok atau ketua tim. Selain itu ketua tim bertanggung jawab dalam
mengarahkan anggota grup/ tim. Sebelum tugas dan menerima laporan
kemajuan pelayanan keperawatan klien mevbantu anggota tim dalam
menyelesaikan tugas apabila menjalani kesulitan. Selanjutnya ketua tim
yang melaporkan pada kepala ruangan tentang kemajuan pelayanan/
asuhan keperawatan terhadap klien. Tim keperawatan di kembangkan
pada tahun 1950- an dalam upaya mengurangi masalah yang berhubungan
dengan fungsi pengorganisasian pelayanan pasien.
Dalam keperawatan tim, tenaga pendukung berkolaborasi dalam
eberikan pelayanan terhadap sekelompok pasien di bawah arahan seorang
perawat profesional. Seorang ketua tim bertanggung jawab mengetahui
kondisi dan kebutuhan seluruh pasien yang di rawat oleh tim. Kewajiban
ketua tim bergantung kepada kebutuhan pasien dan beban kerja, termasuk
membantu anggota tim, memberikan pelayanan langsung, melakukan
koordinasi terhadap aktivitas pasien. Melalui komunikasi tim yang terus
menerus, pelayanan komperehensif akan dapat di berikan kepada pasien
meskipun relative banyak staf pendukung. Keperawatan tim biasanya
berkaitan dengan pola kepemimpinan demokratis.
Beberapa keuntungan metode keperawatan tim antara lain:
a. Memfasilitasi pelayanan keperawatan yang komperehensif
b. Memungkinkan pencapaian proses keperawatan
c. Konflik atau perbedaan pendapat antar staff dapat di tekan melalui
rapat tim
d. Meberi kepuasan anggota tim dalam hubungan interpersonal
e. Memungkinkan menyatukan kemampuan anggota tim yang berbeda-
beda dengan aman dan efektif.

vi
Beberapa kerugian metode keperawatan tim antara lain:
a. Rapat tim memerlukan waktu sehingga pada situasi sibuk rapat tim di
tiadakan atau terburu- buru sehingga dapat mengakibatkan
komunikasi dan koordinasi antar anggota tim terganggu sehingga
kelancaran tugas terhambat
b. Perawat yang belum terampil dan belum berpengalaman selalu
tergantung atau berlindung kepada anggota tim yang mampu atau
ketua tim

Pelaksanaan metode tim harus di dasarkan pada konsep berikut:

a. Ketua tim di berikan pada perawat profesional dan mampu


menggunakan teknik berbagai kepemimpinan, managemen dan
komunikasi efektif
b. Ketua tim harus dapat membuat keputusan tentang prioritas
perencanaan, supervisi, dan evaluasi asuhan keperawatan
c. Kounikasi yang efektif penting untuk menjamin kontinuitas rencana
perawatan
d. Melalui berbagai cara terutama melalui rencana perawatan tertulis
yang merupakan pedoman pelaksanaan asuhan, supervisi dan evaluasi
e. Anggota tim harus menerima dan menghargai kepemimpinan ketua
tim

Prinsip Keperawatan Tim :

a. Suatu model asuhan yang di laksanakan oleh suatu tim terhadap satu/
sekelompok klien
b. Tim di pimpin oleh seorang perawat yang secara klinis kompeten,
mempunyai kemampuan yang baik dalam komunikasi,
mengorganisasi, dan memimpin
c. Dalam model ini, tim dapat terdiri dari pelaksana asuhan dengan level
kemampuan yang berbeda tetapi semua aktivitas tim harus
terkoordinasi secara baik

vii
d. Dalam proses asuhan, di butuhkan kesinambungan antar tim untuk
setiap shift dinas (pagi – sore – malam)
e. Semua anggota tim harus paha terhadap permasalahan klien,
intervensi dan dampaknya

3. Metode Kasus
Metode ini adalah suatu penugasan yang di berikan kepada perawat
untuk memberikan asuhan secara total terhadap seorang atau sekelompok
klien.
Prinsipnya yaitu :
a. Berpusat pada klien. Perawat bertanggung jawab untuk melakukan
suhan keperawatan secara komperehensif terhadap satu/ sekelompok
pasien pada shift dinas tertentu
b. Ssecara konsisten pasien di layani oleh perawat yang sama dalam
periode atau shift dinas
c. Dibutuhkan level kompetensi yang tinggi dari pelaksana asuhan

4. Metode Keperawatan Primer/ Utama (Primary Nursing)


Metode keperawatan primer merupakan suatu metode pemberian
asuhan keperawatan dimana seorang perawat bertanggung jawab untuk
memberikan asuhan keperawatan kepada pasien dalam 24 jam.
Keperawatan primer di desain dengan seorang tenaga keperawatan
profesional terhadap 4 – 5 klien sebagai perawat primer yang bertanggung
jawab terhadap kondisi klien, semua kebutuhan dan koordinasi dengan
tim kesehatan lainnya.
Perawat primer bertanggung jawab mulai klien masuk sampai
pulang. Perawat primer bertanggung jawab untuk mengadakan
komunikasi dan koordinasi dalam merencanakan asuhan keperawatan dan
juga akan membuat rencana pulang jika di perlukan. Tanggung jawab
penting perawat primer adalah mengatur komunikasi yang jelas di antara
pasien, dokter, dan tim kesehatan lainnya. Kombinasi komunikasi yang

viii
baik dan keberadaan interdisiplin dalam satu grup dalam memberikan
pelayanan langsung meningkatkan kualitas pelayanan pasien secara
holistik.
Meskipun kepuasan kerja tinggi dalam keperawatan primer,
metode ini sulit di implementasikan karena di butuhkan tanggung jawab
dan otonomi yang tinggi dari perawat primer. Sehingga bila perawat
mengembangkan kemampuannya dalam pemberian pelayanan
keperawatan primer , mereka akan merasa tertantang dan harus
mendapatkan harga yang setimpal. Berikut beberapa keuntungan dan
kerugian metode keperawatan primer :
Keuntungan :
a. Model praktik keperawatan profesional dapat di lakukan atau di
terapkan
b. Memungkinkan asuhan keperawatan yang komperehensif
c. Memungkinkan penerapan proses keperawatan
d. Memberikan kepuasan kerja bagi perawat
e. Memberikan kepuasan bagi klien dan keluarga menerima asuhan
keperawatan

Kerugian :

a. Hanya dapat di lakukan oleh perawat profesional


b. Biaya relatif lebih tinggi di bandingkan metode lain
5. Keperawatan Moduler
Metode keperawatan modul merupakan metode modifikasi
keperawatan tim- primer, yang di laksanakan untuk meningkatkann
efektifitas konsep keperawatan tim melalui penugasan modular. Perawat
profesional dan vokasional bekerjasama dalam merawat sekelompok klien
dari mulai masuk ruang rawat hingga pulang (tanggung jawab total).
Metode ini memerlukan perawat yang berpengetahuan luas dan
terampil, kemampuan kepemimpinan baik dimana pengorganisasian
pelayanan/ asuhan keperawatan yang dilakukan oleh perawat profesional

ix
dan non profesional untuk sekelompok klien mulai dari masuk rumah
sakit savpai pulang di sebut tanggung jawab total atau keseluruhan.
Idealnya 2 – 3 perawat untuk 8 – 12 klien.
Keuntungan dan Kerugian :
a. Sama dengan gabungan antara metode tim dan metode keperawatan
primer
b. Semua metode diatas dapat di gunakan sesuai dengan situasi dan
kondisi ruangan. Jumlah staf yang ada harus berimbang, selain itu
katagori pendidikan tenaga yang ada perlu di perhatikan sesuai dengan
kondisi ketenagaan yang ada saat ini di Indonesia.

6. Managemen Kasus
Manajemen kasus merupakan sistem pemberian asuhan
multidisiplin yang bertujuan meningkatkan pemanfaatan fungsi berbagai
anggota tim kesehatan serta sumber- sumber yang ada. Manajemen kasus
sering di gunakan dalav sarana/ perangkat komunitas dan psikiatridan
diadopsi dalam pasien rawat inap. Manajemen kasus merupakan
rancangan terakhir yang di ajukan untuk memenuhi kebutuhan pasien.
Intervensi layanan kesehatan untuk klien secara individu atau kelompok
dengan tim multidisiplin yang bertanggung jawab secara kolaboratif
dalam kajian kebutuhan klien dan menetapkan rencana tindakan,
implementasi, evaluasi dari saat pasien di terima, di rujuk dan atau di
pulangkan.
Dalam manajemen kasus di perlukan :
a. Case manager
Case manager memegang setiap kasus individu untuk menjalankan
fungsi koordinasi dan kolaborasi, mengidentifikasi pemberian
pelayanan, pengobatan yang memiliki nilai cost efektif, dan
pengaturan pelayanan terhadap individu yang di tangani.
b. Critical / clinical pathway

x
Critical / clinical pathway yang merupakan panduan alur penanganan
pasien secara terintegrasi.
Elemen penting dalam management kasus :
a. Kerjasama semua anggota pelayanan
b. Identifikasi hasil yang di harapkan pasien
c. Menggunakan prinsip perbaikan kualitas terus menerus dan
menganalisa varian
d. Promosi praktik keperawatan profesional

Keuntungan :

Asuhan yang di berikan komperehensif, berkesinambungan dan


holistik

Kerugian :

Kurang efisien karena memerlukan perawat profesional dengan


keterampilan tinggi dan imbalan yang tinggi, sedangkan masih ada
pekerjaan yang harus di kerjakan oleh asisten perawat.

D. Jurnal Metode Penugasan Ruang Rawat Rumah Sakit Di Indonesia


1. Hubungan Penerapan Metode Tim Dengan Kinerja Perawat
Pelaksana Di Irina C Rsup Prof. Dr. R. D. Kandou Manado
Tenaga keperawatan di Irina C terdiri dari Ns 13 orang (21,6 %), S1
Keperawatan 2 orang (3,3 %), DIII Keperawatan 41 orang (68,3%).
Jumlah perawat pelaksana di ruangan Irina C1 sebanyak 16 orang , C2
sebanyak 16 orang, C3 sebanyak 16 dan C4 sebanyak 12 orang.
Ruangan C1, C2, C3 dan C4 terdiri dari 2 tim, dimana 1 tim terdiri atas
6-7 orang perawat pelaksana dan setiap tim bertanggung jawab hingga
15 orang pasien. Sebagian besar perawat pelaksana memiliki
penerapan metode tim yang optimal yaitu sebanyak 23 perawat
(60,5%) dan penerapan metode tim yang kurang optimal sebanyak 15

xi
perawat (39,5%). Populasi penelitian ini adalah seluruh tenaga perawat
pelaksana di Irina C1, C2, C3 dan C4 yang ada di RSUP Prof. Dr. R.
D. Kandou Manado sebanyak 60 orang. Hasil yang didapatkan
menunjukan bahwa perawat pelaksana yang memiliki kinerja yang
baik yaitu 22 perawat (57,9%) dan sebanyak 16 perawat (42,1%)
dengan kategori kinerja yang buruk. Dari gambaran persentase kinerja
tersebut dapat disimpulkan bahwa sebagian besar perawat rawat inap
mempunyai kinerja yang baik. Akan tetapi dari sekian banyak yang
memiliki kinerja yang baik, masih ada perawat dengan kinerja yang
buruk. Kondisi demikian perlu ditelusuri faktor-faktor yang
berhubungan dengan kinerja sehingga yang diharapkan dari hasil
penilaian kinerja perawat adalah adanya perbaikan atau peningkatan
motivasi kerja dari seluruh tenaga perawat, khususnya perawat
pelaksana di Irina C1-C4 RSUP Prof. Dr. R. D. Kandou Manado. hasil
penelitian yang dilakukan peneliti di Irina C1 sampai C4 RSUP Prof.
Dr. R. D. Kandou Manado maka hasil penelitian ini dapat disimpulkan
bahwa, Penerapan metode tim ada pada kategori penerapan metode tim
yang optimal, Kinerja perawat pelaksana ada pada kategori kinerja
perawat pelaksana baik. Terdapat hubungan antara penerapan metode
tim dengan kinerja perawat pelaksana di Irina C1 sampai C4 RSUP
Prof. Dr. R. D. Kandou Manado.

2. Hubungan Penerapan Metode Tim Dengan Rencana Asuhan


Keperawatan Pasien Diruang Rawat Inap
Peneliti di RSUD Arifin Achmad di ruang Dahlia kepada 10 perawat
dan wawancara kepada kepala ruangan rawat inap. Jumlah sampel
pada penelitian ini 31 ketua tim menggunakan teknik total sampling
dan 3 rekam medik pasien pada masing-masing tim menggunakan
teknik simple random sampling (Hidayat, 2007). Metode pengumpul

xii
data menggunakan alat pengumpulan data berupa kuisoner dan lembar
observasi.
a. Analisa Univariat
1. Karakteristik responden
Berdasarkan penilitian bahwa dari seluruh responden yang,
mayoritas responden berjenis kelamin perempuan yaitu
sebanyak 28 orang (90,3%)
2. Gambaran penerapan metode tim di Rumah Sakit Umum
Daerah Arifin Achmad
Berdasarkan jumlah tim yang menerapkan tim dengan baik
lebih banyak dibandingkan tim yang menerapkan dengan
kurang yaitu 17 tim (54,8%) : 14 tim (45,2%)
3. Gambaran rencana asuhan keperawatan di Rumah Sakit Umum
Daerah Arifin Achmad
Bahwa tim yang memiliki rencana asuhan keperawatan yang
kurang lengkap lebih banyak ditemukan oleh peneliti yaitu
sebanyak 16 (51,6%) rencana asuhan keperawatan
b. Uji Bivariat
Hasil uji statistik menggunakan uji chi square syarat terpenuhi
yaitu tidak ada sel yang memiliki nilai expected < 5. Hasil analisis
hubungan metode tim dengan rencana asuhan keperawatan pasien
di ruang rawat inap diperoleh bahwa penerapan metode tim yang
baik memiliki rencana asuhan keperawatan yang lengkap yaitu 12
rekam medik (38,4%) lebih banyak dibandingkan tim yang
menerapakan metode tim yang kurang, dimana hanya terdapat 3
(9,7%) rencana asuhan keperawatan saja. Berdasarkan uji Chi
Square test diperoleh p value = 0,018 < α dengan α= 0,05, yang
berarti Ho ditolak sehingga dapat disimpulkan ada hubungan yang
signifikan penerapan metode tim dengan rencana asuhan
keperawatan pasien di ruang rawat inap

xiii
Hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan
antara penerapan metode tim dengan rencana asuhan keperawatan
pasien diruang rawat inap. Hal ini dapat dipengaruhi oleh
bagaimana seorang ketua tim dapat menjalankan tugas dan
perannya. Penerapan metode tim yang baik memiliki rencana
asuhan keperawatan yang kurang lengkap sebanyak 5 rekam medik
(16,1%), sedangkan penerapan metode tim yang kurang memiliki
rencana asuhan keperawatan yang kurang lengkap lebih banyak
yaitu 11 rekam medik (35,5%). Berdasarkan uji Chi Square test
diperoleh p value 0,018 < α dengan α= 0,05, yang berarti Ho
ditolak sehingga dapat disimpulkan ada hubungan yang signifikan
penerapan metode tim dengan rencana asuhan keperawatan pasien
di ruang rawat inap.

xiv
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Metode penugasan adalah suatu pendekatan yang digunakan oleh tim
keperawatan dalam mendesain dan mengorganisasikan pekerjaan sehingga
tujuan pelayanan keperawatan yaitu asuhan keperawatan ynag komprehenisf,
holistik, dan berkesinambungan dapat tercapai.
Dalam pelakanaan praktek keperawatan akan selalu menggunakan salah
satu metode penugasan dibawah ini:
- Metode fungsional
- Metode penugasan tim
- Metode penugasan primer
- Metode penugasan kasus
- Metode modifikasi

B. Saran
Melalui makalah ini diharapkan dapat bermanfaat bagi pembaca dan
menyarankan pembaca agar merujuk pada refrensi yang lain untuk
mendapatkan pemahaman yang lebih komprhensif.

xv
DAFTAR PUSTAKA
Depkes RI (2009). Standart Pelayanan minimal. Depkes RI : Jakarta
Depkes RI (2005). Pengembangan Manajemen Kinerja Klinik Perawat
Dan Bidan, Direktorat Pelayanan Keperawatan Direktorat Jendral
Pelayanan Medik. Depkes RI, Jakarta.
Swanburg, R.C. & Swanburg, R.J. (2000). Pengantar Kepemimpinan dan
manajemen Keperawatan Untuk Perawat Klinis

xvi

Anda mungkin juga menyukai