Anda di halaman 1dari 98

KONSEP DASAR KEPERAWATAN GERONTIK

A. Pengertian Keperawatan Gerontik


Keperawatan Gerontik adalah Praktek perawatan yang berkaitan dengan penyakit pada proses
menua (KOZIER, 1987). Menurut Lueckerotte (2000) keperawatan gerontik adalah ilmu yang
mempelajari tentang perawatan pada lansia yang berfokus pada pengkajian kesehatan dan status
fungsional, perencanaan, implementasi serta evaluasi.

B. Fungsi Perawat Gerontik


Menurut Eliopoulous tahun 2005, fungsi perawat gerontologi adalah:
1. Guide Persons of all ages toward a healthy aging process (Membimbing orang pada segala usia
untuk mencapai masa tua yang sehat).
2. Eliminate ageism (Menghilangkan perasaan takut tua).
3. Respect the tight of older adults and ensure other do the same ( Menghormati hak orang dewasa
yang lebih tua dan memastikan yang lain melakukan hal yang sama).
4. Overse and promote the quality of service delivery (Memantau dan mendorong kualitas
pelayanan).
5. Notice and reduce risks to health and well being ( Memerhatikan serta mengurangi risiko terhadap
kesehatan dan kesejahteraan).
6. Teach and support caregives (Mendidik dan mendorong pemberi pelayanan kesehatan).
7. Open channels for continued growth ( Membuka kesempatan untuk pertumbuhan selanjutnya).
8. Listern and support (Mendengarkan dan memberi dukungan).
9. Offer optimism, encourgement and hope (Memberikan semangat, dukungan dan harapan).
10. Generate, support, use and participate in research (Menghasilkan, mendukung, menggunakan, dan
berpatisipasi dalam penelitian).
11. Implement restorative and rehabilititative measures (Melakukan perawatan restoratif dan
rehabilitatif).
12. Coordinate and managed care (Mengoordinasi dan mengatur perawatan).
13. Asses, plan, implement and evaluate care in an individualized, holistic maner ( Mengkaji,
merencanakan, melaksanakan dan mengevaluasi perawatan individu dan perawatan secara
menyeluruh).
14. Link services with needs (Memberikan pelayanan sesuai dengan kebutuhan).
15. Nurtuere futue gerontological nurses for advancement of the speciality (Membangun masa depan
perawat gerontik untuk menjadi ahli dibidangnya).
16. Understand the unique physical, emotical, social, spritual aspect of each other (Saling memahami
keunikan pada aspek fisik, emosi, sosial dan spritual).
17. Recognize and encourge the appropriate management of ethical concern (Mengenal dan
mendukung manajemen etika yang sesuai dengan tempatnya bekerja).
18. Support and comfort through the dying process (Memberikan dukungan dan kenyamanan dalam
menghapi proses kematian).
19. Educate to promote self care and optimal independence (Mengajarkan untuk meningkatkan
perawatan mandiri dan kebebasan yang optimal).

C. Lingkup Keperawatan Gerontik


Lingkup asuhan keperawatan gerontik adalah pencegahan ketidakmampuan sebagai akibat proses
penuaan, perawatan untuk pemenuhan kebutuhan lansia dan pemulihan untuk mengatas
keterbatasan lansia. Sifat nya adalah independen (mandiri), interdependen (kolaborasi),
humanistik dan holistik.

D. Pengertian Lansia
Lansia adalah tahap akhir siklus hidup manusia, merupakan bagian dari p r o s e s
k e h i d u p a n ya n g t a k d a p a t d i h i n d a r k a n d a n a k a n d i a l a m i o l e h s e t i a p individu
Usia lanjut adalah fase menurunnya kemampuan akal dan fisik, yang dimulai dengan adanya
perubahan dalam hidup (Isawi, 2002)

E. Batasan Lanjut Usia


DEPKES RI membagi Lansia sebagai berikut:
1. Kelompok menjelang usia lanjut (45 - 54 th) sebagai masa VIRILITAS
2. Kelompok usia lanjut (55 - 64 th) sebagai masa PRESENIUM
3. Kelompok usia lanjut (65 th > ) sebagai masa SENIUM
Sedangkan WHO membagi lansia menjadi 3 kategori, yaitu:
1. Usia lanjut : 60 - 74 tahun
2. Usia Tua : 75 - 89 tahun
3. Usia sangat lanjut : > 90 tahun
Prof. DR. Ny. Sumiati Ahmad Muhammad:
1. Masa setengah umur : 45-60 th

2. Masa lansia / senium : 65 th ke atas


Dra. Ny. Josmasdani dengan 4 fase:
1. Fase iuventus : 25-40 th
2. Fase verilitas : 40-50 th
3. Fase frasenium : 55-65 th
4. Fase senium : 65-tutup usia
UU no.13 tahun 1998:
Lansia pada seseorang berusia 60 tahun ke atas
Usia digolongkan atas 3:

1. Usia biologis
Usia yang menunjuk pada jangka waktu seseorang sejak lahirnya berada dalam keadaan hidup

2. Usia psikologis
menunjuk pada kemampuan seseorang untuk mengadakan penyesuaian-penyesuaian pada situasi
yang dihadapinya

3. Usia sosial
usia yang menunjuk pada peran-peran yang diharapkan / diberikan masyarakat kepada seseorang
sehubungan dengan usianya.
F. Tipologi Lansia
Tipe lansia yang paling menonjol :
1. Tipe arif dan bijaksana: lansia yang kaya akan hikmah pengalaman
2. Tipe mandiri: lansia akan mengganti kegiatan yang hilang dengan kegiatan yang baru
3. Tipe tidak puas: lansia menentang terjadinya proses penuaan
4. Tipe pasrah: selalu menerima dan menunggu nasib baik
5. Tipe bingung: lansia akan mengalami kehilangan kepribadian dan akan mengasingkan diri

G. Mitos Lansia
1. Mitos kedamaian dan ketenangan
Kenyataan :
a. Sering ditemui stress karena kemiskinan dan berbagai keluhan serta penderitaan karena penyakit
b. Depresi
c. Kekhawatiran
d. Paranoid
e. Masalah psikotik
2. Mitos konservatisme dan kemunduran
a. Konservatif
b. Tidak kreatif
c. Menolak inovasi
d. Berorientasi ke masa silam
e. Merindukan masa lalu
f. Kembali ke masa kanak-kanak
g. Susah berubah
h. Keras kepala
i. Cerewet
3. Mitos berpenyakitan
Lansia dipandang sebagai masa degenerasi biologis yang disertai oleh berbagai penderitaan akibat
bermacam penyakit yang menyertai proses manua.
4. Mitos semilitas
Lansia dipandang sebagai masa pikun yang disebabkan oleh kerusakan bagian otak
5. Mitos tidak jatuh cinta
Lansia tidak lagi jatuh cinta dan gairah terhadap lawan jenis tidak ada atau sudah berkurang
6. Mitos aseksualitas
Ada pandangan bahwa pada lansia, hubungan seksual itu menurun, minat, dorongan, gairah,
kebutuhan dan daya seks berkurang
7. Mitos ketidak produktifan
Lansia dipandang sebagai usia tidak produktif

H. Teori Proses Menua


1. Biologi
a. Teori “Genetic Clock”;
Teori ini menyatakan bahwa proses menua terjadi akibat adanya program jam genetik didalam
nuklei. Jam ini akan berputar dalam jangka waktu tertentu dan jika jam ini sudah habis putarannya
maka, akan menyebabkan berhentinya proses mitosis. Hal ini ditunjukkan oleh hasil penelitian
Haiflick, (1980) dikutif Darmojo dan Martono (1999) dari teori itu dinyatakan adanya hubungan
antara kemampuan membelah sel dalam kultur dengan umur spesies Mutasisomatik (teori error
catastrophe) hal penting lainnya yang perlu diperhatikan dalam menganalisis faktor-aktor
penyebab terjadinya proses menua adalah faktor lingkungan yang menyebabkan terjadinya mutasi
somatik. Sekarang sudah umum diketahui bahwa radiasi dan zat kimia dapat memperpendek umur.
Menurut teori ini terjadinya mutasi yang progresif pada DNA sel somatik, akan menyebabkan
terjadinya penurunan kemampuan fungsional sel tersebut.
b. Teori “Error”
Salah satu hipotesis yang yang berhubungan dengan mutasi sel somatik adalah hipotesis “Error
Castastrophe” (Darmojo dan Martono, 1999). Menurut teori tersebut menua diakibatkan oleh
menumpuknya berbagai macam kesalahan sepanjang kehidupan manusia. Akibat kesalahan
tersebut akan berakibat kesalahan metabolisme yang dapat mengakibatkan kerusakan sel dan
fungsi sel secara perlahan.
c. Teori “Autoimun”
Proses menua dapat terjadi akibat perubahan protein pasca tranlasi yang dapat mengakibatkan
berkurangnya kemampuan sistem imun tubuh mengenali dirinya sendiri (Self recognition). Jika
mutasi somatik menyebabkan terjadinya kelainan pada permukaan sel, maka hal ini akan
mengakibatkan sistem imun tubuh menganggap sel yang mengalami perubahan tersebut sebagai
sel asing dan menghancurkannya Goldstein(1989) dikutip dari Azis (1994). Hal ini dibuktikan
dengan makin bertambahnya prevalensi auto antibodi pada lansia (Brocklehurst,1987 dikutif dari
Darmojo dan Martono, 1999). Dipihak lain sistem imun tubuh sendiri daya pertahanannya
mengalami penurunan pada proses menua, daya serangnya terhadap antigen menjadi menurun,
sehingga sel-sel patologis meningkat sesuai dengan menigkatnya umur (Suhana,1994 dikutif dari
Nuryati, 1994)
d. Teori “Free Radical”
Penuaan dapat terjadi akibat interaksi dari komponen radikal bebas dalam tubuh manusia. Radikal
bebas dapat berupa : superoksida (O2), Radikal Hidroksil (OH) dan Peroksida Hidrogen (H2O2).
Radikal bebas sangat merusak karena sangat reaktif , sehingga dapat bereaksi dengan DNA,
protein, dan asam lemak tak jenuh. Menurut Oen (1993) yang dikutif dari Darmojo dan Martono
(1999) menyatakan bahwa makin tua umur makin banyak terbentuk radikal bebas, sehingga poses
pengrusakan terus terjadi , kerusakan organel sel makin banyak akhirnya sel mati.
e. Wear &Tear Teori
Kelebihan usaha dan stress menyebaban sel tubuh rusak.
f. Teori kolagen
Peningkatan jumlah kolagen dalam jaringan menyebabkan kecepatan kerusakan jaringan dan
melambatnya perbaikan sel jaringan.
2. Teori Sosiologi
a. Activity theory, ketuaan akan menyebabkan penurunan jumlah kegiatan secara langsung.
b. Teori kontinuitas, adanya suatu kepribadian berlanjut yang menyebabkan adanya suatu pola
prilaku yang meningkatkan stress.
c. Disengagement Theory, putusnya hubungan dengan dunia luar seperti hubungan dengan
masyarakat, hubungan dengan individu lain.
d. Teori Stratifikasi usia, karena orang yang digolongkan dalam usia tua akan mempercepat proses
penuaan.
3. Teori Psikologis
a. Teori kebutuhan manusia dari Maslow, orang yang bisa mencapai aktualisasi menurut penelitian
5% dan tidak semua orang bisa mencapai kebutuhan yang sempurna.
b. Teori Jung, terdapat tingkatan-tingkatan hidup yang mempunyai tugas dalam perkembangan
kehidupan.
c. Course of Human Life Theory, Seseorang dalam hubungan dengan lingkungan ada tingkat
maksimumnya.
d. Development Task Theory, Tiap tingkat kehidupan mempunyai tugas perkembangan sesuai
dengan usianya.
4. Penuaan Primer : perubahan pada tingkat sel (dimana sel yang mempunyai inti DNA/RNA pada
proses penuaan DNA tidak mampu membuat protein dan RNA tidak lagi mampu mengambil
oksigen, sehingga membran sel menjadi kisut dan akibat kurang mampunya membuat protein
maka akan terjadi penurunan imunologi dan mudah terjadi infeksi.
5. Penuaan Skunder : proses penuaan akibat dari faktor lingkungan, fisik, psikis dan sosial .
Stress fisik, psikis, gaya hidup dan diit dapat mempercepat proses menjadi tua.
Contoh diet ; suka memakan oksidator, yaitu makanan yang hampir expired.
Gairah hidup yang dapat mempercepat proses menjadi tua dikaitkan dengan kepribadian
seseorang, misal: pada kepribadian tipe A yang tidak pernah puas dengan apa yang diperolehnya.

I. Faktor yang mempengaruhi proses menua


Faktor faktor yang mempengaruhi penuaan
1. Hereditas atau ketuaan genetic
2. Nutrisi atau makanan
3. Status kesehatan
4. Pengalaman hidup
5. Lingkungan
6. Stres

J. Perubahan yang terjadi pada lansia


Secara umum perubahan proses fisiologis proses menua adalah:
1. Perubahan Mikro
a. Berkurangnya cairan dalam sel
b. Berkurangnya besarnya sel
c. Berkurangnya jumlah sel
2. Perubahan Makro
a. Mengecilnya mandibula
b. Menipisnya discus intervertebralis
c. Erosi permukaan sendi-sendi
d. Osteoporosis
e. Atropi otot (otot semakin mengecil, bila besar berarti ditutupi oleh lemak tetapi kemampuannya
menurun)
f. Emphysema Pulmonum
g. Presbyopi
h. Arterosklerosis
i. Manopause pada wanita
j. Demintia senilis
k. Kulit tidak elastic
l. Rambut memutih

Perubahan fisiologis pada lansia:


1. Perubahan Fisik
Meliputi perubahan dari tingkat sel sampai kesemua sistem organ tubuh, diantaranya sistem
pernafasan, pendengaran, penglihatan, kardiovaskuler, sistem pengaturan tubuh, muskuloskeletal,
gastrointestinal, genito urinaria, endokrin dan integumen.
a. Sistem pernafasan pada lansia.
1) Otot pernafasan kaku dan kehilangan kekuatan, sehingga volume udara inspirasi berkurang,
sehingga pernafasan cepat dan dangkal.
2) Penurunan aktivitas silia menyebabkan penurunan reaksi batuk sehingga potensial terjadi
penumpukan sekret.
3) Penurunan aktivitas paru ( mengembang & mengempisnya ) sehingga jumlah udara pernafasan
yang masuk keparu mengalami penurunan, kalau pada pernafasan yang tenang kira kira 500 ml.
4) Alveoli semakin melebar dan jumlahnya berkurang ( luas permukaan normal 50m²), Ù
menyebabkan terganggunya prose difusi.
5) Penurunan oksigen (O2) Arteri menjadi 75 mmHg menggangu prose oksigenasi dari hemoglobin,
sehingga O2 tidak terangkut semua kejaringan.
6) CO2 pada arteri tidak berganti sehingga komposisi O2 dalam arteri juga menurun yang lama
kelamaan menjadi racun pada tubuh sendiri.
7) Kemampuan batuk berkurang, sehingga pengeluaran sekret & corpus alium dari saluran nafas
berkurang sehingga potensial terjadinya obstruksi.
b. Sistem persyarafan.
1) Cepatnya menurunkan hubungan persyarafan.
2) Lambat dalam merespon dan waktu untuk berfikir.
3) Mengecilnya syaraf panca indera.
4) Berkurangnya penglihatan, hilangnya pendengaran, mengecilnya syaraf pencium & perasa lebih
sensitif terhadap perubahan suhu dengan rendahnya ketahanan terhadap dingin.
c. Perubahan panca indera yang terjadi pada lansia.
1) Penglihatan
a) Kornea lebih berbentuk skeris.
b) Sfingter pupil timbul sklerosis dan hilangnya respon terhadap sinar.
c) Lensa lebih suram (kekeruhan pada lensa).
d) Meningkatnya ambang pengamatan sinar : daya adaptasi terhadap kegelapan lebih lambat, susah
melihat dalam cahaya gelap.
e) Hilangnya daya akomodasi.
f) Menurunnya lapang pandang & berkurangnya luas pandang.
g) Menurunnya daya membedakan warna biru atau warna hijau pada skala.
2) Pendengaran.
a) Presbiakusis (gangguan pada pendengaran) : Hilangnya kemampuan (daya) pendengaran pada
telinga dalam, terutama terhadap bunyi suara, antara lain nada nada yang tinggi, suara yang tidak
jelas, sulit mengerti kata kata, 50 % terjadi pada usia diatas umur 65 tahun.
b) Membran timpani menjadi atropi menyebabkan otosklerosis.
c) Terjadinya pengumpulan serumen, dapat mengeras karena meningkatnya kreatin.
3) Pengecap dan penghidu.
a) Menurunnya kemampuan pengecap.
b) Menurunnya kemampuan penghidu sehingga mengakibatkan selera makan berkurang.
4) Peraba.
a) Kemunduran dalam merasakan sakit.
b) Kemunduran dalam merasakan tekanan, panas dan dingin.
d. Perubahan cardiovaskuler pada usia lanjut.
1) Katub jantung menebal dan menjadi kaku.
2) Kemampuan jantung memompa darah menurun 1 % pertahun sesudah berumur 20 tahun. Hal ini
menyebabkan menurunnya kontraksi dan volumenya.
3) Kehilangan elastisitas pembuluh darah
4) Kurangnya efektifitasnya pembuluh darah perifer untuk oksigenasi, perubahan posisi dari tidur
keduduk ( duduk ke berdiri ) bisa menyebabkan tekanan darah menurun menjadi 65 mmHg (
mengakibatkan pusing mendadak ).
5) Tekanan darah meningkat akibat meningkatnya resistensi pembuluh darah perifer (normal ±
170/95 mmHg ).
e. Sistem genito urinaria.
1) Ginjal, Mengecil dan nephron menjadi atropi, aliran darah ke ginjal menurun sampai 50 %,
penyaringan diglomerulo menurun sampai 50 %, fungsi tubulus berkurang akibatnya kurangnya
kemampuan mengkonsentrasi urin, berat jenis urin menurun proteinuria ( biasanya + 1 ) ; BUN
meningkat sampai 21 mg % ; nilai ambang ginjal terhadap glukosa meningkat.
2) Vesika urinaria / kandung kemih, Otot otot menjadi lemah, kapasitasnya menurun sampai 200 ml
atau menyebabkan frekwensi BAK meningkat, vesika urinaria susah dikosongkan pada pria lanjut
usia sehingga meningkatnya retensi urin.
3) Pembesaran prostat ± 75 % dimulai oleh pria usia diatas 65 tahun.
4) Atropi vulva.
5) Vagina, Selaput menjadi kering, elastisotas jaringan menurun juga permukaan menjadi halus,
sekresi menjadi berkurang, reaksi sifatnya lebih alkali terhadap perubahan warna.
6) Daya sexual, Frekwensi sexsual intercouse cendrung menurun tapi kapasitas untuk melakukan
dan menikmati berjalan terus.
f. Sistem endokrin / metabolik pada lansia.
1) Produksi hampir semua hormon menurun.
2) Fungsi paratiroid dan sekesinya tak berubah.
3) Pituitary, Pertumbuhan hormon ada tetapi lebih rendah dan hanya ada di pembuluh darah dan
berkurangnya produksi dari ACTH, TSH, FSH dan LH.
4) Menurunnya aktivitas tiriod Ù BMR turun dan menurunnya daya pertukaran zat.
5) Menurunnya produksi aldosteron.
6) Menurunnya sekresi hormon bonads : progesteron, estrogen, testosteron.
7) Defisiensi hormonall dapat menyebabkan hipotirodism, depresi dari sumsum tulang serta kurang
mampu dalam mengatasi tekanan jiwa (stess).
g. Perubahan sistem pencernaan pada usia lanjut.
1) Kehilangan gigi, Penyebab utama adanya periodontal disease yang biasa terjadi setelah umur 30
tahun, penyebab lain meliputi kesehatan gigi yang buruk dan gizi yang buruk.
2) Indera pengecap menurun, Adanya iritasi yang kronis dari selaput lendir, atropi indera pengecap
(± 80 %), hilangnya sensitivitas dari syaraf pengecap dilidah terutama rasa manis, asin, asam &
pahit.
3) Esofagus melebar.
4) Lambung, rasa lapar menurun (sensitivitas lapar menurun ), asam lambung menurun, waktu
mengosongkan menurun.
5) Peristaltik lemah & biasanya timbul konstipasi.
6) Fungsi absorbsi melemah ( daya absorbsi terganggu ).
7) Liver ( hati ), Makin mengecil & menurunnya tempat penyimpanan, berkurangnya aliran darah.
h. Sistem muskuloskeletal.
1) Tulang kehilangan densikusnya Ù rapuh.
2) Resiko terjadi fraktur.
3) Kyphosis.
4) Persendian besar & menjadi kaku.
5) Pada wanita lansia > resiko fraktur.
6) Pinggang, lutut & jari pergelangan tangan terbatas.
7) Pada diskus intervertebralis menipis dan menjadi pendek ( tinggi badan berkurang ). Gerakan
volunter Ù gerakan berlawanan. Gerakan reflektonik Ù Gerakan diluar kemauan sebagai reaksi
terhadap rangsangan pada lobus. Gerakan involunter Ù Gerakan diluar kemauan, tidak sebagai
reaksi terhadap suatu perangsangan terhadap lobus. Gerakan sekutu Ù Gerakan otot lurik yang ikut
bangkit untuk menjamin efektifitas dan ketangkasan otot volunter.
g. Perubahan sistem kulit & karingan ikat.
1) Kulit keriput akibat kehilangan jaringan lemak
2) Kulit kering & kurang elastis karena menurunnya cairan dan hilangnya jaringan adipose
3) Kelenjar kelenjar keringat mulai tak bekerja dengan baik, sehingga tidak begitu tahan terhadap
panas dengan temperatur yang tinggi.
4) Kulit pucat dan terdapat bintik bintik hitam akibat menurunnya aliran darah dan menurunnya sel
sel yang meproduksi pigmen.
5) Menurunnya aliran darah dalam kulit juga menyebabkan penyembuhan luka luka kurang baik.
6) Kuku pada jari tangan dan kaki menjadi tebal dan rapuh.
7) Pertumbuhan rambut berhenti, rambut menipis dan botak serta warna rambut kelabu.
8) Pada wanita > 60 tahun rambut wajah meningkat kadang kadang menurun.
9) Temperatur tubuh menurun akibat kecepatan metabolisme yang menurun.
10) Keterbatasan reflek menggigil dan tidak dapat memproduksi panas yang banyak rendahnya
akitfitas otot.
h. Perubahan sistem reproduksi dan kegiatan sexual.
1) Perubahan sistem reprduksi.
a) Selaput lendir vagina menurun/kering.
b) Menciutnya ovarium dan uterus.
c) Atropi payudara.
d) Testis masih dapat memproduksi sperma meskipun adanya penurunan secara berangsur berangsur.
e) Dorongan sex menetap sampai usia diatas 70 tahun, asal kondisi kesehatan baik.
2) Kegiatan sexual.
Sexualitas adalah kebutuhan dasar manusia dalam manifestasi kehidupan yang berhubungan
dengan alat reproduksi. Setiap orang mempunyai kebutuhan sexual, disini kita bisa membedakan
dalam tiga sisi : 1) fisik, Secara jasmani sikap sexual akan berfungsi secara biologis melalui organ
kelamin yang berhubungan dengan proses reproduksi, 2) rohani, Secara rohani Ù tertuju pada
orang lain sebagai manusia, dengan tujuan utama bukan untuk kebutuhan kepuasan sexualitas
melalui pola pola yang baku seperti binatang dan 3) sosial, Secara sosial Ù kedekatan dengan suatu
keadaan intim dengan orang lain yang merupakan suatu alat yang apling diharapkan
dalammenjalani sexualitas.
Sexualitas pada lansia sebenarnya tergantung dari caranya, yaitu dengan cara yang lain dari
sebelumnya, membuat pihak lain mengetahui bahwa ia sangat berarti untuk anda. Juga sebagai
pihak yang lebih tua tampa harus berhubungan badan, msih banyak cara lain unutk dapat
bermesraan dengan pasangan anda. Pernyataan pernyataan lain yang menyatakan rasa tertarik dan
cinta lebih banyak mengambil alih fungsi hubungan sexualitas dalam pengalaman sex.
2. Perubahan-perubahan mental/ psikologis
Faktor-faktor yang mempengaruhi perubahan mental adalah :
a. Pertama-tama perubahan fisik, khususnya organ perasa.
b. Kesehatan umum
c. Tingkat pendidikan
d. Keturunan (herediter)
e. Lingkungan
f. Gangguan saraf panca indra, timbul kebutaan dan ketulian
g. Gangguan konsep diri akibat kehilangan jabatan
h. Rangkaian dari kehilangan yaitu kehilangan hubungan dengan teman dan family
i. Hilangnya kekuatan dan ketegapan fisik, perubahan terhadap gambaran diri dan perubahan konsep
diri
j. Perubahan kepribadian yang drastis keadaan ini jarang terjadi lebih sering berupa ungkapan yang
tulus dari perasaan seseorang, kekakuan mungkin oleh karena faktor lain seperti penyakit-
penyakit.
k. Kenangan (memory) ada dua; 1) kenangan jangka panjang, berjam-jam sampai berhari-hari yang
lalu, mencakup beberapa perubahan, 2) Kenangan jangka pendek atau seketika (0-10 menit),
kenangan buruk.
l. Intelegentia Quation; 1) tidakberubah dengan informasi matematika dan perkataan verbal, 2)
berkurangnya penampilan,persepsi dan keterampilan psikomotorterjadi perubahan pada daya
membayangkan, karena tekanan-tekanan dari faktro waktu.
3. Perubahan Spiritual
Agama atau kepercayaan makin terintegarsi dalam kehidupannya (Maslow,1970). Lansia makin
matur dalam kehidupan keagamaannya, hal ini terlihat dalam berpikir dan bertindak dalam sehari-
hari. (Murray dan Zentner,1970)
Seorang lansia sering kali sulit dipahami, terutama dari perubahan-perubahan emosi yang
ditunjukkan. Sering kali mereka bertindak seperti anak kecil kembali. Mereka terkadang menuntut
perhatian berlebih dan meminta sesuatu yang membingungkan.
Tentunya hal-hal itu tak lepas dari perubahan fisik yang mereka alami serta kesadaran akan banyak
hal yang hilang dan tak bisa melakukan banyak kegiatan seperti ketika mereka muda dulu. Gejala
depresi cukup kerap terjadi pada mereka yang berusia lanjut.
Sering kali orang-orang sekitar bahkan dokter memahami ini sebagai suatu kewajaran. Para
manula seolah ditekankan bahwa mereka memang memiliki sebuah penyakit yang tak bisa
disembuhkan, yakni gejala depresi itu sendiri. Untuk tingkat ekstrem, keinginan untuk bunuh diri
bahkan bisa tebersit di benak mereka.
Yang Berubah di Usia Senja
a. Penurunan daya ingat
Mereka yang lanjut usia biasanya mengalami gangguan ingatan. Dari penelitian yang dilakukan
oleh Timothy Salthouse PhD dari University of Virginia, setiap manusia pasti akan mengalami
perubahan ingatan. Penurunan ini mulai dialami pada usia 20 tahun, namun belum signifikan.
"Perubahan signhfikan terjadi ketika menginjak usia 40 tahun," ungkapnya.
Menurut penelitian dari Black Dog Institute, penurunan daya ingat merupakan gejala umum
demensia. Dan pikun itu sendiri juga menjadi indikasi dari demensia. Demensia merupakan istilah
yang digunakan untuk menjelaskan penurunan fungsional yang disebabkan oleh kelainan yang
terjadi pada otak. Oleh sebab itu mereka lambat laun kehilangan kemampuan untuk menyelesaikan
permasalahan dan perlahan menjadi emosional, sering hal tersebut menjadi tidak terkendali.
b. Agorafobia
Para orang tua kerap merasakan kecemasan, panik, dan gelisah di sebuah lingkungan, itulah
agorafobia. Manula biasanya merasa ketakutan jika ditinggal sendirian di dalam rumah.
c. Takut terhadap kematian
Ketakutan yang tidak normal terhadap kematian atau disebut juga necrophobia sering dialami
lansia. Gejalanya termasuk sesak napas, napas cepat, denyut jantung tidak teratur, berkeringat,
mulut kering dan gemetar, merasa sakit dan gelisah, ketidakstabilan psikologis. Si penderita
mungkin merasa fobia ini sepanjang waktu, atau hanya ketika sesuatu memicu rasa takut, seperti
melihat nisan, pertemuan dekat dengan hewan mati atau pemakaman teman atau orang yang
dicintai.
d. Keinginan mudah berubah
Mereka yang lanjut usia terkadang memiliki banyak kemauan. Mereka terkadang ingin berpergian,
namun juga seketika itu tak ingin ke mana-mana. Jika keinginan tak terpenuhi, mereka bisa merasa
sedih atau marah.
e. Sensitif dan kekanak-kanakan
Penurunan kemampuan indera yang dimiliki, mulai dari pelihatan, pendengaran, dan lainnya serta
perubahan inteligensia dan kognitif juga berpengaruh pada tingkat sensitivitas pada emosi.
Bagaimanapun, perubahan yang dialami tubuh dapat berdampak terhadap mental. Karena
penurunan-penurunan inilah, terkadang mereka kerap bertingkah seperti anak kecil yang ingin
dimanja.
Menurut penelitian yang dilakukan oleh Robert Levenson seperti dilansir dari news center
Berkeley, para manula memiliki tingkat sensitif yang lebih tinggi. Penelitian ini melibatkan 144
orang dewasa sehat pada rentang umur 20, 40, dan 60. Mereka menonton Film 21 Grams dan The
Champ, kemudian dimonitori denyut jantung, tekanan darah, keringat, dan pola nafas. Mereka
yang usia lanjut, lebih mudah peka pada adegan-adegan dalam film yang menyedihkan ketimbang
mereka yang lebih muda. Temuan ini dapat dilihat dalam jurnal yang bdrjudul Social Cognitive
and Aff ective Neuroscience.
a. Penyakit fisik
Manusia lanjut usia tentunya memiliki kondisi tubuh yang tidak sesehat sewaktu ia muda dulu,
bisa jadi mereka tengah mengidap penyakit-penyakit tertentu yang bisa membuat mereka merasa
tertekan. Ditambah otak yang mereka miliki sudah tak bekerja maksimal lagi seperti sebelumnya.
Bagi mereka yang mengidap penyakit serius, rentan mengalami depresi.
b. Isolasi sosial dan rasa kesepian
Kebanyakan mereka yang usia lanjut hidup sendiri. Anak-anak mereka tumbuh besar dan sudah
memiliki keluarga dan tinggal di tempat lain bersama keluarganya. Belum lagi hubungan dengan
teman sesama. Kurang optimalnya fungsi fisik membuat mereka juga menjauh dari lingkungan
sosial karena tak lagi bisa berpartisipasi aktif di kalangan masyarakat setempat. Rasa kesepian juga
semakin mendera ketika teman-teman terdekat atau pasangan hidup sudah lebih dulu meninggal.
berbagai sumber/arm/R-4

K. Trend dan issue keperawatan gerontik


1. Fenomena Demografi
Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi memberikan dampak positif terhadap
kesejahteraan yang terlihat dari angka harapan hidup (AHH) yaitu :
AHH di Indonesia tahun 1971 : 46,6 tahun
AHH di Indonesia tahun 2000 : 67,5 tahun
Sebagaimana dilaporkan oleh Expert Committae on Health of the Erderly:
Di Indonesia akan diperkirakan beranjak dari peringkat ke sepuluh pada tahun 1980 ke peringkat
enam pada tahun 2020, di atas Brazil yang menduduki peringkat ke sebelas tahun 1980.
Pada tahun 1990 jumlah penduduk yang berusia 60 tahun kurang lebih 10 juta jiwa/ 5.5% dari total
populasi penduduk.
Pada tahun 2020 diperkirakan meningkat 3x,menjadi kurang lebih 29 juta jiwa/11,4% dari total
populasi penduduk (lembaga Demografi FE-UI-1993).
Dari hasil tersebut diatas terdapat hasil yang mengejutkan yaitu:
a. 62,3% lansia di Indonesia masih berpenghasilan dari pekerjaannya sendiri.
b. 59,4% dari lansia masih berperan sebagai kepela keluarga.
c. 53% lansia masih menanggung bebean kehidupan keluarga.
d. Hanya 27,5% lansia mendapat penghasilan dari anak atau menantu.
2. Fenomena Permasalahan Pada Lansia
a. Permasalahan Umum
1) Makin besar jumlah lansia yang berada di bawah garis kemiskinan.
2) Makin melemahnya nilai kekerabatan sehingga anggota keluarga yang berusia lanjut kurang
diperhatikan,dihargai dan dihormati.
3) Lahirnya kelompok masyarakat industry.
4) Masih rendahnya kuantitas dan kualitas tenaga profesional pelayanan lanjut usia.
5) Belum membudaya dan melembaganya kegiatan pembinaan kesejahteraan lansia.
b. Permasalahan Khusus
1) Berlangsungnya proses menua yang berakibat timbulnya masalah baik fisik,mental maupun sosial.
2) Berkurangnya integrasi sosial usila.
3) Rendahnya produktifitas kerja lansia.
4) Banyaknya lansia yang miskin,terlantar dan cacat.
5) Bertbahnya nilai sosial masyarakat yang mengarah pada tatanan masyarakat individualistic.
6) Adanya dampak negatif dari proses pembangunan yang dapat mengganggu kesehatan fisik lansia.
c. Fenomena Bio-psico-sosio-spiritual dan Penyakit Lansia
1) Penurunan fisik
2) Perubahan mental
3) Perubahan-perubahan Psikososial
d. Karakteristik Penyakit pada Lansia:
1) Penyakit sering multiple,yaitu saling berhubungan satu sama lain.
2) Penyakit bersifat degeneratif yang sering menimbulkan kecacatan.
3) Gejala sering tidak jelas dan berkembang secara perlahan.
4) Sering bersama-sama problem psikologis dan sosial.
5) Lansia sangat peka terhadap penyakit infeksi akut.
6) Sering terjadi penyakit iatrogenic
Hasil Penelitian Profil Penyakit Lansia di 4 Kota (Padang,Bandung,Denpasar dan
Makassar) sbb:
a. Fungsi tubuh yang dirasakan menurun : penglihatan (76,24%),daya ingat (69,39%),seksual
(58,04%),kelenturan(53,23%),gigi dan mulut (51,12%).
b. Masalah kesehatan yang sering muncul : sakit tulang atau sendi (69,39%),sakit kepala
(51,15%),daya ingat menurun (38,51%),selera makan menurun (30,08%),mual/perut perih
(26,66%),sulit tidur (24,88%),dan sesak nafas (21,28%).
c. Penyakit kronis : rematik (33,14%),darah tinggi (20,66%),gastritis (11,34%),dan jantung (6,45%).
L. Masalah kesehatan yang sering terjadi pada lansia
Penampilan penyakit pada lanjut usia (lansia) sering berbeda dengan pada dewasa muda,
karena penyakit pada lansia merupakan gabungan dari kelainan-kelainan yang timbul akibat
penyakit dan proses menua, yaitu proses menghilangnya secara perlahan-lahan kemampuan
jaringan untuk memperbaiki diri atau mengganti diri serta mempertahankan struktur dan fungsi
normalnya, sehingga tidak dapat berthan terhadap jejas (termasuk infeksi) dan memperbaiki
kerusakan yang diderita.
Penampilan penyakit pada lanjut usia (lansia) sering berbeda dengan pada dewasa muda,
karena penyakit pada lansia merupakan gabungan dari kelainan-kelainan yang timbul akibat
penyakit dan proses menua, yaitu proses menghilangnya secara perlahan-lahan kemampuan
jaringan untuk memperbaiki diri atau mengganti diri serta mempertahankan struktur dan fungsi
normalnya, sehingga tidak dapat berthan terhadap jejas (termasuk infeksi) dan memperbaiki
kerusakan yang diderita.
Demikian juga, masalah kesehatan yang sering terjadi pada lansia berbeda dari orang dewasa, yang
menurut Kane dan Ouslander sering disebut dengan istilah 14 I, yaitu immobility (kurang
bergerak), instability (berdiri dan berjalan tidak stabil atau mudah jatuh), incontinence (beser
buang air kecil dan atau buang air besar), intellectual impairment (gangguan intelektual/dementia),
infection (infeksi), impairment of vision and hearing, taste, smell, communication, convalescence,
skin integrity (gangguan pancaindera, komunikasi, penyembuhan, dan kulit), impaction (sulit
buang air besar), isolation (depresi), inanition (kurang gizi), impecunity (tidak punya uang),
iatrogenesis (menderita penyakit akibat obat-obatan), insomnia (gangguan tidur), immune
deficiency (daya tahan tubuh yang menurun), impotence (impotensi).
Masalah kesehatan utama tersebut di atas yang sering terjadi pada lansia perlu dikenal dan
dimengerti oleh siapa saja yang banyak berhubungan dengan perawatan lansia agar dapat
memberikan perawatan untuk mencapai derajat kesehatan yang seoptimal mungkin.
Kesehatan
1. Kurang bergerak: gangguan fisik, jiwa, dan faktor lingkungan dapat menyebabkan lansia kurang
bergerak. Penyebab yang paling sering adalah gangguan tulang, sendi dan otot, gangguan saraf,
dan penyakit jantung dan pembuluh darah.
2. Instabilitas: penyebab terjatuh pada lansia dapat berupa faktor intrinsik (hal-hal yang berkaitan
dengan keadaan tubuh penderita) baik karena proses menua, penyakit maupun faktor ekstrinsik
(hal-hal yang berasal dari luar tubuh) seperti obat-obat tertentu dan faktor lingkungan. Akibat
yang paling sering dari terjatuh pada lansia adalah kerusakan bahagian tertentu dari tubuh yang
mengakibatkan rasa sakit, patah tulang, cedera pada kepala, luka bakar karena air panas akibat
terjatuh ke dalam tempat mandi.
Selain daripada itu, terjatuh menyebabkan lansia tersebut sangat membatasi pergerakannya.
3. Beser: beser buang air kecil (bak) merupakan salah satu masalah yang sering didapati pada lansia,
yaitu keluarnya air seni tanpa disadari, dalam jumlah dan kekerapan yang cukup mengakibatkan
masalah kesehatan atau sosial. Beser bak merupakan masalah yang seringkali dianggap wajar dan
normal pada lansia, walaupun sebenarnya hal ini tidak dikehendaki terjadi baik oleh lansia tersebut
maupun keluarganya. Akibatnya timbul berbagai masalah, baik masalah kesehatan maupun sosial,
yang kesemuanya akan memperburuk kualitas hidup dari lansia tersebut. Lansia dengan beser bak
sering mengurangi minum dengan harapan untuk mengurangi keluhan tersebut, sehingga dapat
menyebabkan lansia kekurangan cairan dan juga berkurangnya kemampuan kandung kemih. Beser
bak sering pula disertai dengan beser buang air besar (bab), yang justru akan memperberat keluhan
beser bak tadi.
4. Gangguan intelektual: merupakan kumpulan gejala klinik yang meliputi gangguan fungsi
intelektual dan ingatan yang cukup berat sehingga menyebabkan terganggunya aktivitas kehidupan
shari-hari. Kejadian ini meningkat dengan cepat mulai usia 60 sampai 85 tahun atau lebih, yaitu
kurang dari 5 % lansia yang berusia 60-74 tahun mengalami dementia (kepikunan berat) sedangkan
pada usia setelah 85 tahun kejadian ini meningkat mendekati 50 %. Salah satu hal yang dapat
menyebabkan gangguan interlektual adalah depresi sehingga perlu dibedakan dengan gangguan
intelektual lainnya.
5. Infeksi: merupakan salah satu masalah kesehatan yang penting pada lansia, karena selain sering
didapati, juga gejala tidak khas bahkan asimtomatik yang menyebabkan keterlambatan di dalam
diaggnosis dan pengobatan serta risiko menjadi fatal meningkat pula. Beberapa faktor risiko yang
menyebabkan lansia mudah mendapat penyakit infeksi karena kekurangan gizi, kekebalan
tubuh:yang menurun, berkurangnya fungsi berbagai organ tubuh, terdapatnya beberapa penyakit
sekaligus (komorbiditas) yang menyebabkan daya tahan tubuh yang sangat berkurang. Selain
daripada itu, faktor lingkungan, jumlah dan keganasan kuman akan mempermudah tubuh
mengalami infeksi.
6. Gangguan pancaindera, komunikasi, penyembuhan, dan kulit: akibat prosesd menua semua
pancaindera berkurang fungsinya, demikian juga gangguan pada otak, saraf dan otot-otot yang
digunakan untuk berbicara dapat menyebabkn terganggunya komunikasi, sedangkan kulit menjadi
lebih kering, rapuh dan mudah rusak dengan trauma yang minimal.
7. Sulit buang air besar (konstipasi): beberapa faktor yang mempermudah terjadinya konstipasi,
seperti kurangnya gerakan fisik, makanan yang kurang sekali mengandung serat, kurang minum,
akibat pemberian obat-obat tertentu dan lain-lain. Akibatnya, pengosongan isi usus menjadi sulit
terjadi atau isi usus menjadi tertahan. Pada konstipasi, kotoran di dalam usus menjadi keras dan
kering, dan pada keadaan yang berat dapat terjadi akibat yang lebih berat berupa penyumbatan
pada usus disertai rasa sakit pada daerah perut.
8. Depresi: perubahan status sosial, bertambahnya penyakit dan berkurangnya kemandirian sosial
serta perubahan-perubahan akibat proses menua menjadi salah satu pemicu munculnya depresi
pada lansia. Namun demikian, sering sekali gejala depresi menyertai penderita dengan penyakit-
penyakit gangguan fisik, yang tidak dapat diketahui ataupun terpikirkan sebelumnya, karena
gejala-gejala depresi yang muncul seringkali dianggap sebagai suatu bagian dari proses menua
yang normal ataupun tidak khas. Fejala-gejala depresi dapat berupa perasaan sedih, tidak bahagia,
sering menangis, merasa kesepian, tidur terganggu, pikiran dan gerakan tubuh lamban, cepat lelah
dan menurunnya aktivitas, tidak ada selera makan, berat badan berkurang, daya ingat berkurang,
sulit untuk memusatkan pikiran dan perhatian, kurangnya minat, hilangnya kesenangan yang
biasanya dinikmati, menyusahkan orang lain, merasa rendah diri, harga diri dan kepercayaan diri
berkurang, merasa bersalah dan tidak berguna, tidak ingin hidup lagi bahkan mau bunuh diri, dan
gejala-gejala fisik lainnya. Akan tetapi pada lansia sering timbul depresi terselubung, yaitu yang
menonjol hanya gangguan fisik saja seperti sakit kepala, jantung berdebar-debar, nyeri pinggang,
gangguan pencernaan dan lain-lain, sedangkan gangguan jiwa tidak jelas.
9. Kurang gizi: kekurangan gizi pada lansia dapat disebabkan perubahan lingkungan maupun
kondisi kesehatan. Faktor lingkungan dapat berupa ketidaktahuan untuk memilih makanan yang
bergizi, isolasi sosial (terasing dari masyarakat) terutama karena gangguan pancaindera,
kemiskinan, hidup seorang diri yang terutama terjadi pada pria yang sangat tua dan baru
kehilangan pasangan hidup, sedangkan faktor kondisi kesehatan berupa penyakit fisik, mental,
gangguan tidur, alkoholisme, obat-obatan dan lain-lain.
10. Tidak punya uang: dengan semakin bertambahnya usia maka kemampuan fisik dan
mental akan berkurang secara perlahan-lahan, yang menyebabkan ketidakmampuan tubuh dalam
mengerjakan atau menyelesaikan pekerjaannya sehingga tidak dapat memberikan penghasilan.
Untuk dapat menikmati masa tua yang bahagia kelak diperlukan paling sedikit tiga syarat, yaitu
:memiliki uang yang diperlukan yang paling sedikit dapat memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari,
memiliki tempat tinggal yang layak, mempunyai peranan di dalam menjalani masa tuanya.
11. Penyakit akibat obat-obatan: salah satu yang sering didapati pada lansia adalah
menderita penyakit lebih dari satu jenis sehingga membutuhkan obat yang lebih banyak, apalagi
sebahagian lansia sering menggunakan obat dalam jangka waktu yang lama tanpa pengawasan
dokter dapat menyebabkan timbulnya penyakit akibat pemakaian obat-obat yaqng digunakan.
12. Gangguan tidur: dua proses normal yang paling penting di dalam kehidupan manusia
adalah makan dan tidur. Walaupun keduanya sangat penting akan tetapi karena sangat rutin maka
kita sering melupakan akan proses itu dan baru setelah adanya gangguan pada kedua proses
tersebut maka kita ingat akan pentingnya kedua keadaan ini. Jadi dalam keadaan normal (sehat)
maka pada umumnya manusia dapat menikmati makan enak dan tidur nyenyak. Berbagai keluhan
gangguan tidur yang sering dilaporkan oleh para lansia, yakni sulit untuk masuk dalam proses
tidur. tidurnya tidak dalam dan mudah terbangun, tidurnya banyak mimpi, jika terbangun sukar
tidur kembali, terbangun dinihari, lesu setelah bangun dipagi hari.
13. Daya tahan tubuh yang menurun: daya tahan tubuh yang menurun pada lansia
merupakan salah satu fungsi tubuh yang terganggu dengan bertambahnya umur
seseorang walaupun tidak selamanya hal ini disebabkan oleh proses menua, tetapi dapat
pula karena berbagai keadaan seperti penyakit yang sudah lama diderita (menahun) maupun
penyakit yang baru saja diderita (akut) dapat menyebabkan penurunan daya tahan tubuh seseorang.
Demikian juga penggunaan berbagai obat, keadaan gizi yang kurang, penurunan fungsi organ-
organ tubuh dan lain-lain.
14. Impotensi: merupakan ketidakmampuan untuk mencapai dan atau mempertahankan
ereksi yang cukup untuk melakukan sanggama yang memuaskan yang terjadi paling sedikit 3
bulan. Menurut Massachusetts Male Aging Study (MMAS) bahwa penelitian yang dilakukan
pada pria usia 40-70 tahun yang diwawancarai ternyata 52 % menderita disfungsi ereksi, yang
terdiri dari disfungsi ereksi total 10 %, disfungsi ereksi sedang 25 % dan minimal 17 %. Penyebab
disfungsi ereksi pada lansia adalah hambatan aliran darah ke dalam alat kelamin sebagai adanya
kekakuan pada dinding pembuluh darah (arteriosklerosis) baik karena proses menua maupun
penyakit, dan juga berkurangnya sel-sel otot polos yang terdapat pada alat kelamin serta
berkurangnya kepekaan dari alat kelamin pria terhadap rangsangan. (Siburian, 2009).

M. Penyakit yang sering terjadi pada lansia


Nina Kemala Sari dari Divisi Geriatri, Departemen Ilmu Penyakit Dalam RS Cipto
Mangunkusumo, Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia dalam suatu pelatihan di kalangan
kelompok peduli lansia, menyampaikan beberapa masalah yang kerap muncul pada usia lanjut ,
yang disebutnya sebagai a series of I’s. Mulai dari immobility (imobilisasi), instability (instabilitas
dan jatuh), incontinence (inkontinensia), intellectual impairment (gangguan intelektual), infection
(infeksi), impairment of vision and hearing (gangguan penglihatan dan pendengaran), isolation
(depresi), Inanition (malnutrisi), insomnia (ganguan tidur), hingga immune deficiency
(menurunnya kekebalan tubuh).
Selain gangguan-gangguan tersebut, Nina juga menyebut tujuh penyakit kronik degeratif yang
kerap dialami para lanjut usia, yaitu:
a. Osteo Artritis (OA)
OA adalah peradangan sendi yang terjadi akibat peristiwa mekanik dan biologik yang
mengakibatkan penipisan rawan sendi, tidak stabilnya sendi, dan perkapuran. OA merupakan
penyebab utama ketidakmandirian pada usia lanjut, yang dipertinggi risikonya karena trauma,
penggunaan sendi berulang dan obesitas.
b. Osteoporosis
Osteoporosis merupakan salah satu bentuk gangguan tulang dimana masa atau kepadatan tulang
berkurang. Terdapat dua jenis osteoporosis, tipe I merujuk pada percepatan kehilangan tulang
selama dua dekade pertama setelah menopause, sedangkan tipe II adalah hilangnya masa tulang
pada usia lanjut karena terganggunya produksi vitamin D.
c. Hipertensi
d. Hipertensi merupakan kondisi dimana tekanan darah sistolik sama atau lebih tinggi dari 140
mmHg dan tekanan diastolik lebih tinggi dari 90mmHg, yang terjadi karena menurunnya elastisitas
arteri pada proses menua. Bila tidak ditangani, hipertensi dapat memicu terjadinya stroke,
kerusakan pembuluh darah (arteriosclerosis), serangan/gagal jantung, dan gagal ginjal
e. Diabetes Mellitus
Sekitar 50% dari lansia memiliki gangguan intoleransi glukosa dimana gula darah masih tetap
normal meskipun dalam kondisi puasa. Kondisi ini dapat berkembang menjadi diabetes melitus,
dimana kadar gula darah sewaktu diatas atau sama dengan 200 mg/dl dan kadar glukosa darah saat
puasa di atas 126 mg/dl. Obesitas, pola makan yang buruk, kurang olah raga dan usia lanjut
mempertinggi risiko DM. Sebagai ilustrasi, sekitar 20% dari lansia berusia 75 tahun menderita
DM. Beberapa gejalanya adalah sering haus dan lapar, banyak berkemih, mudah lelah, berat badan
terus berkurang, gatal-gatal, mati rasa, dan luka yang lambat sembuh.
f. Dimensia
Merupakan kumpulan gejala yang berkaitan dengan kehilangan fungsi intelektual dan daya ingat
secara perlahan-lahan, sehingga mempengaruhi aktivitas kehidupan sehari-hari. Alzheimer
merupakan jenis demensia yang paling sering terjadi pada usia lanjut. Adanya riwayat keluarga,
usia lanjut, penyakit vaskular/pembuluh darah (hipertensi, diabetes, kolesterol tinggi), trauma
kepala merupakan faktor risiko terjadinya demensia. Demensia juga kerap terjadi pada wanita dan
individu dengan pendidikan rendah.
g. Penyakit jantung koroner
Penyempitan pembuluh darah jantung sehingga aliran darah menuju jantung terganggu. Gejala
umum yang terjadi adalah nyeri dada, sesak napas, pingsan, hingga kebingungan.
h. Kanker
Kanker merupakan sebuah keadaan dimana struktur dan fungsi sebuah sel mengalami perubahan
bahkan sampai merusak sel-sel lainnya yang masih sehat. Sel yang berubah ini mengalami mutasi
karena suatu sebab sehingga ia tidak bisa lagi menjalankan fungsi normalnya. Biasanya perubahan
sel ini mengalami beberapa tahapan, mulai dari yang ringan sampai berubah sama sekali dari
keadaan awal (kanker). Kanker merupakan penyebab kematian nomor dua setelah penyakit
jantung. Faktor resiko yang paling utama adalah usia. Dua pertiga kasus kanker terjadi di atas usia
65 tahun. Mulai usia 40 tahun resiko untuk timbul kanker meningkat.
keperawatan gerontik
KONSEP DASAR KEPERAWATAN GERONTIK

A. Pengertian Keperawatan Gerontik


Keperawatan Gerontik adalah Praktek perawatan yang berkaitan dengan penyakit pada
proses menua (KOZIER, 1987). Menurut Lueckerotte (2000) keperawatan gerontik adalah
ilmu yang mempelajari tentang perawatan pada lansia yang berfokus pada pengkajian
kesehatan dan status fungsional, perencanaan, implementasi serta evaluasi.

B. Fungsi Perawat Gerontik


Menurut Eliopoulous tahun 2005, fungsi perawat gerontologi adalah:
1. Guide Persons of all ages toward a healthy aging process (Membimbing orang pada segala
usia untuk mencapai masa tua yang sehat).
2. Eliminate ageism (Menghilangkan perasaan takut tua).
3. Respect the tight of older adults and ensure other do the same ( Menghormati hak orang
dewasa yang lebih tua dan memastikan yang lain melakukan hal yang sama).
4. Overse and promote the quality of service delivery (Memantau dan mendorong kualitas
pelayanan).
5. Notice and reduce risks to health and well being ( Memerhatikan serta mengurangi risiko
terhadap kesehatan dan kesejahteraan).
6. Teach and support caregives (Mendidik dan mendorong pemberi pelayanan kesehatan).
7. Open channels for continued growth ( Membuka kesempatan untuk pertumbuhan
selanjutnya).
8. Listern and support (Mendengarkan dan memberi dukungan).
9. Offer optimism, encourgement and hope (Memberikan semangat, dukungan dan harapan).
10. Generate, support, use and participate in research (Menghasilkan, mendukung,
menggunakan, dan berpatisipasi dalam penelitian).
11. Implement restorative and rehabilititative measures (Melakukan perawatan restoratif dan
rehabilitatif).
12. Coordinate and managed care (Mengoordinasi dan mengatur perawatan).
13. Asses, plan, implement and evaluate care in an individualized, holistic maner ( Mengkaji,
merencanakan, melaksanakan dan mengevaluasi perawatan individu dan perawatan secara
menyeluruh).
14. Link services with needs (Memberikan pelayanan sesuai dengan kebutuhan).
15. Nurtuere futue gerontological nurses for advancement of the speciality (Membangun masa
depan perawat gerontik untuk menjadi ahli dibidangnya).
16. Understand the unique physical, emotical, social, spritual aspect of each other (Saling
memahami keunikan pada aspek fisik, emosi, sosial dan spritual).
17. Recognize and encourge the appropriate management of ethical concern (Mengenal dan
mendukung manajemen etika yang sesuai dengan tempatnya bekerja).
18. Support and comfort through the dying process (Memberikan dukungan dan kenyamanan
dalam menghapi proses kematian).
19. Educate to promote self care and optimal independence (Mengajarkan untuk
meningkatkan perawatan mandiri dan kebebasan yang optimal).

C. Lingkup Keperawatan Gerontik


Lingkup asuhan keperawatan gerontik adalah pencegahan ketidakmampuan sebagai akibat
proses penuaan, perawatan untuk pemenuhan kebutuhan lansia dan pemulihan untuk
mengatas keterbatasan lansia. Sifat nya adalah independen (mandiri), interdependen
(kolaborasi), humanistik dan holistik.

D. Pengertian Lansia
Lansia adalah tahap akhir siklus hidup manusia, merupakan bagian dari p r o s e s
k e h i d u p a n ya n g t a k d a p a t d i h i n d a r k a n d a n a k a n d i a l a m i o l e h
s e t i a p individu
Usia lanjut adalah fase menurunnya kemampuan akal dan fisik, yang dimulai dengan
adanya perubahan dalam hidup (Isawi, 2002)

E. Batasan Lanjut Usia


DEPKES RI membagi Lansia sebagai berikut:
1. Kelompok menjelang usia lanjut (45 - 54 th) sebagai masa VIRILITAS
2. Kelompok usia lanjut (55 - 64 th) sebagai masa PRESENIUM
3. Kelompok usia lanjut (65 th > ) sebagai masa SENIUM
Sedangkan WHO membagi lansia menjadi 3 kategori, yaitu:

1. Usia lanjut : 60 - 74 tahun


2. Usia Tua : 75 - 89 tahun
3. Usia sangat lanjut : > 90 tahun
Prof. DR. Ny. Sumiati Ahmad Muhammad:

1. Masa setengah umur : 45-60 th


2. Masa lansia / senium : 65 th ke atas
Dra. Ny. Josmasdani dengan 4 fase:

1. Fase iuventus : 25-40 th


2. Fase verilitas : 40-50 th
3. Fase frasenium : 55-65 th
4. Fase senium : 65-tutup usia
UU no.13 tahun 1998:

Lansia pada seseorang berusia 60 tahun ke atas

Usia digolongkan atas 3:

1. Usia biologis

Usia yang menunjuk pada jangka waktu seseorang sejak lahirnya berada dalam keadaan
hidup

2. Usia psikologis

menunjuk pada kemampuan seseorang untuk mengadakan penyesuaian-penyesuaian pada


situasi yang dihadapinya

3. Usia sosial

usia yang menunjuk pada peran-peran yang diharapkan / diberikan masyarakat kepada
seseorang sehubungan dengan usianya.

F. Tipologi Lansia
Tipe lansia yang paling menonjol :
1. Tipe arif dan bijaksana: lansia yang kaya akan hikmah pengalaman
2. Tipe mandiri: lansia akan mengganti kegiatan yang hilang dengan kegiatan yang baru
3. Tipe tidak puas: lansia menentang terjadinya proses penuaan
4. Tipe pasrah: selalu menerima dan menunggu nasib baik
5. Tipe bingung: lansia akan mengalami kehilangan kepribadian dan akan mengasingkan diri
G. Mitos Lansia
1. Mitos kedamaian dan ketenangan
Kenyataan :
a. Sering ditemui stress karena kemiskinan dan berbagai keluhan serta penderitaan karena
penyakit
b. Depresi
c. Kekhawatiran
d. Paranoid
e. Masalah psikotik
2. Mitos konservatisme dan kemunduran
a. Konservatif
b. Tidak kreatif
c. Menolak inovasi
d. Berorientasi ke masa silam
e. Merindukan masa lalu
f. Kembali ke masa kanak-kanak
g. Susah berubah
h. Keras kepala
i. Cerewet
3. Mitos berpenyakitan
Lansia dipandang sebagai masa degenerasi biologis yang disertai oleh berbagai penderitaan
akibat bermacam penyakit yang menyertai proses manua.
4. Mitos semilitas
Lansia dipandang sebagai masa pikun yang disebabkan oleh kerusakan bagian otak
5. Mitos tidak jatuh cinta
Lansia tidak lagi jatuh cinta dan gairah terhadap lawan jenis tidak ada atau sudah berkurang
6. Mitos aseksualitas
Ada pandangan bahwa pada lansia, hubungan seksual itu menurun, minat, dorongan,
gairah, kebutuhan dan daya seks berkurang
7. Mitos ketidak produktifan
Lansia dipandang sebagai usia tidak produktif

H. Teori Proses Menua


1. Biologi
a. Teori “Genetic Clock”;
Teori ini menyatakan bahwa proses menua terjadi akibat adanya program jam genetik
didalam nuklei. Jam ini akan berputar dalam jangka waktu tertentu dan jika jam ini sudah
habis putarannya maka, akan menyebabkan berhentinya proses mitosis. Hal ini ditunjukkan
oleh hasil penelitian Haiflick, (1980) dikutif Darmojo dan Martono (1999) dari teori itu
dinyatakan adanya hubungan antara kemampuan membelah sel dalam kultur dengan umur
spesies Mutasisomatik (teori error catastrophe) hal penting lainnya yang perlu diperhatikan
dalam menganalisis faktor-aktor penyebab terjadinya proses menua adalah faktor
lingkungan yang menyebabkan terjadinya mutasi somatik. Sekarang sudah umum
diketahui bahwa radiasi dan zat kimia dapat memperpendek umur. Menurut teori ini
terjadinya mutasi yang progresif pada DNA sel somatik, akan menyebabkan terjadinya
penurunan kemampuan fungsional sel tersebut.
b. Teori “Error”
Salah satu hipotesis yang yang berhubungan dengan mutasi sel somatik adalah hipotesis
“Error Castastrophe” (Darmojo dan Martono, 1999). Menurut teori tersebut menua
diakibatkan oleh menumpuknya berbagai macam kesalahan sepanjang kehidupan manusia.
Akibat kesalahan tersebut akan berakibat kesalahan metabolisme yang dapat
mengakibatkan kerusakan sel dan fungsi sel secara perlahan.
c. Teori “Autoimun”
Proses menua dapat terjadi akibat perubahan protein pasca tranlasi yang dapat
mengakibatkan berkurangnya kemampuan sistem imun tubuh mengenali dirinya sendiri
(Self recognition). Jika mutasi somatik menyebabkan terjadinya kelainan pada permukaan
sel, maka hal ini akan mengakibatkan sistem imun tubuh menganggap sel yang mengalami
perubahan tersebut sebagai sel asing dan menghancurkannya Goldstein(1989) dikutip dari
Azis (1994). Hal ini dibuktikan dengan makin bertambahnya prevalensi auto antibodi pada
lansia (Brocklehurst,1987 dikutif dari Darmojo dan Martono, 1999). Dipihak lain sistem
imun tubuh sendiri daya pertahanannya mengalami penurunan pada proses menua, daya
serangnya terhadap antigen menjadi menurun, sehingga sel-sel patologis meningkat sesuai
dengan menigkatnya umur (Suhana,1994 dikutif dari Nuryati, 1994)
d. Teori “Free Radical”
Penuaan dapat terjadi akibat interaksi dari komponen radikal bebas dalam tubuh manusia.
Radikal bebas dapat berupa : superoksida (O2), Radikal Hidroksil (OH) dan Peroksida
Hidrogen (H2O2). Radikal bebas sangat merusak karena sangat reaktif , sehingga dapat
bereaksi dengan DNA, protein, dan asam lemak tak jenuh. Menurut Oen (1993) yang
dikutif dari Darmojo dan Martono (1999) menyatakan bahwa makin tua umur makin
banyak terbentuk radikal bebas, sehingga poses pengrusakan terus terjadi , kerusakan
organel sel makin banyak akhirnya sel mati.
e. Wear &Tear Teori
Kelebihan usaha dan stress menyebaban sel tubuh rusak.
f. Teori kolagen
Peningkatan jumlah kolagen dalam jaringan menyebabkan kecepatan kerusakan jaringan
dan melambatnya perbaikan sel jaringan.
2. Teori Sosiologi
a. Activity theory, ketuaan akan menyebabkan penurunan jumlah kegiatan secara langsung.
b. Teori kontinuitas, adanya suatu kepribadian berlanjut yang menyebabkan adanya suatu
pola prilaku yang meningkatkan stress.
c. Disengagement Theory, putusnya hubungan dengan dunia luar seperti hubungan dengan
masyarakat, hubungan dengan individu lain.
d. Teori Stratifikasi usia, karena orang yang digolongkan dalam usia tua akan mempercepat
proses penuaan.
3. Teori Psikologis
a. Teori kebutuhan manusia dari Maslow, orang yang bisa mencapai aktualisasi menurut
penelitian 5% dan tidak semua orang bisa mencapai kebutuhan yang sempurna.
b. Teori Jung, terdapat tingkatan-tingkatan hidup yang mempunyai tugas dalam
perkembangan kehidupan.
c. Course of Human Life Theory, Seseorang dalam hubungan dengan lingkungan ada tingkat
maksimumnya.
d. Development Task Theory, Tiap tingkat kehidupan mempunyai tugas perkembangan
sesuai dengan usianya.
4. Penuaan Primer : perubahan pada tingkat sel (dimana sel yang mempunyai inti DNA/RNA
pada proses penuaan DNA tidak mampu membuat protein dan RNA tidak lagi mampu
mengambil oksigen, sehingga membran sel menjadi kisut dan akibat kurang mampunya
membuat protein maka akan terjadi penurunan imunologi dan mudah terjadi infeksi.
5. Penuaan Skunder : proses penuaan akibat dari faktor lingkungan, fisik, psikis dan sosial .
Stress fisik, psikis, gaya hidup dan diit dapat mempercepat proses menjadi tua.
Contoh diet ; suka memakan oksidator, yaitu makanan yang hampir expired.
Gairah hidup yang dapat mempercepat proses menjadi tua dikaitkan dengan kepribadian
seseorang, misal: pada kepribadian tipe A yang tidak pernah puas dengan apa yang
diperolehnya.

I. Faktor yang mempengaruhi proses menua


Faktor faktor yang mempengaruhi penuaan
1. Hereditas atau ketuaan genetic
2. Nutrisi atau makanan
3. Status kesehatan
4. Pengalaman hidup
5. Lingkungan
6. Stres

J. Perubahan yang terjadi pada lansia


Secara umum perubahan proses fisiologis proses menua adalah:
1. Perubahan Mikro
a. Berkurangnya cairan dalam sel
b. Berkurangnya besarnya sel
c. Berkurangnya jumlah sel
2. Perubahan Makro
a. Mengecilnya mandibula
b. Menipisnya discus intervertebralis
c. Erosi permukaan sendi-sendi
d. Osteoporosis
e. Atropi otot (otot semakin mengecil, bila besar berarti ditutupi oleh lemak tetapi
kemampuannya menurun)
f. Emphysema Pulmonum
g. Presbyopi
h. Arterosklerosis
i. Manopause pada wanita
j. Demintia senilis
k. Kulit tidak elastic
l. Rambut memutih

Perubahan fisiologis pada lansia:

1. Perubahan Fisik
Meliputi perubahan dari tingkat sel sampai kesemua sistem organ tubuh, diantaranya
sistem pernafasan, pendengaran, penglihatan, kardiovaskuler, sistem pengaturan tubuh,
muskuloskeletal, gastrointestinal, genito urinaria, endokrin dan integumen.
a. Sistem pernafasan pada lansia.
1) Otot pernafasan kaku dan kehilangan kekuatan, sehingga volume udara inspirasi
berkurang, sehingga pernafasan cepat dan dangkal.
2) Penurunan aktivitas silia menyebabkan penurunan reaksi batuk sehingga potensial terjadi
penumpukan sekret.
3) Penurunan aktivitas paru ( mengembang & mengempisnya ) sehingga jumlah udara
pernafasan yang masuk keparu mengalami penurunan, kalau pada pernafasan yang tenang
kira kira 500 ml.
4) Alveoli semakin melebar dan jumlahnya berkurang ( luas permukaan normal 50m²), Ù
menyebabkan terganggunya prose difusi.
5) Penurunan oksigen (O2) Arteri menjadi 75 mmHg menggangu prose oksigenasi dari
hemoglobin, sehingga O2 tidak terangkut semua kejaringan.
6) CO2 pada arteri tidak berganti sehingga komposisi O2 dalam arteri juga menurun yang
lama kelamaan menjadi racun pada tubuh sendiri.
7) Kemampuan batuk berkurang, sehingga pengeluaran sekret & corpus alium dari saluran
nafas berkurang sehingga potensial terjadinya obstruksi.
b. Sistem persyarafan.
1) Cepatnya menurunkan hubungan persyarafan.
2) Lambat dalam merespon dan waktu untuk berfikir.
3) Mengecilnya syaraf panca indera.
4) Berkurangnya penglihatan, hilangnya pendengaran, mengecilnya syaraf pencium & perasa
lebih sensitif terhadap perubahan suhu dengan rendahnya ketahanan terhadap dingin.
c. Perubahan panca indera yang terjadi pada lansia.
1) Penglihatan
a) Kornea lebih berbentuk skeris.
b) Sfingter pupil timbul sklerosis dan hilangnya respon terhadap sinar.
c) Lensa lebih suram (kekeruhan pada lensa).
d) Meningkatnya ambang pengamatan sinar : daya adaptasi terhadap kegelapan lebih lambat,
susah melihat dalam cahaya gelap.
e) Hilangnya daya akomodasi.
f) Menurunnya lapang pandang & berkurangnya luas pandang.
g) Menurunnya daya membedakan warna biru atau warna hijau pada skala.
2) Pendengaran.
a) Presbiakusis (gangguan pada pendengaran) : Hilangnya kemampuan (daya) pendengaran
pada telinga dalam, terutama terhadap bunyi suara, antara lain nada nada yang tinggi, suara
yang tidak jelas, sulit mengerti kata kata, 50 % terjadi pada usia diatas umur 65 tahun.
b) Membran timpani menjadi atropi menyebabkan otosklerosis.
c) Terjadinya pengumpulan serumen, dapat mengeras karena meningkatnya kreatin.
3) Pengecap dan penghidu.
a) Menurunnya kemampuan pengecap.
b) Menurunnya kemampuan penghidu sehingga mengakibatkan selera makan berkurang.
4) Peraba.
a) Kemunduran dalam merasakan sakit.

b) Kemunduran dalam merasakan tekanan, panas dan dingin.


d. Perubahan cardiovaskuler pada usia lanjut.
1) Katub jantung menebal dan menjadi kaku.
2) Kemampuan jantung memompa darah menurun 1 % pertahun sesudah berumur 20 tahun.
Hal ini menyebabkan menurunnya kontraksi dan volumenya.
3) Kehilangan elastisitas pembuluh darah
4) Kurangnya efektifitasnya pembuluh darah perifer untuk oksigenasi, perubahan posisi dari
tidur keduduk ( duduk ke berdiri ) bisa menyebabkan tekanan darah menurun menjadi 65
mmHg ( mengakibatkan pusing mendadak ).
5) Tekanan darah meningkat akibat meningkatnya resistensi pembuluh darah perifer (normal
± 170/95 mmHg ).
e. Sistem genito urinaria.
1) Ginjal, Mengecil dan nephron menjadi atropi, aliran darah ke ginjal menurun sampai 50
%, penyaringan diglomerulo menurun sampai 50 %, fungsi tubulus berkurang akibatnya
kurangnya kemampuan mengkonsentrasi urin, berat jenis urin menurun proteinuria (
biasanya + 1 ) ; BUN meningkat sampai 21 mg % ; nilai ambang ginjal terhadap glukosa
meningkat.
2) Vesika urinaria / kandung kemih, Otot otot menjadi lemah, kapasitasnya menurun sampai
200 ml atau menyebabkan frekwensi BAK meningkat, vesika urinaria susah dikosongkan
pada pria lanjut usia sehingga meningkatnya retensi urin.
3) Pembesaran prostat ± 75 % dimulai oleh pria usia diatas 65 tahun.
4) Atropi vulva.
5) Vagina, Selaput menjadi kering, elastisotas jaringan menurun juga permukaan menjadi
halus, sekresi menjadi berkurang, reaksi sifatnya lebih alkali terhadap perubahan warna.
6) Daya sexual, Frekwensi sexsual intercouse cendrung menurun tapi kapasitas untuk
melakukan dan menikmati berjalan terus.
f. Sistem endokrin / metabolik pada lansia.
1) Produksi hampir semua hormon menurun.
2) Fungsi paratiroid dan sekesinya tak berubah.
3) Pituitary, Pertumbuhan hormon ada tetapi lebih rendah dan hanya ada di pembuluh darah
dan berkurangnya produksi dari ACTH, TSH, FSH dan LH.
4) Menurunnya aktivitas tiriod Ù BMR turun dan menurunnya daya pertukaran zat.
5) Menurunnya produksi aldosteron.
6) Menurunnya sekresi hormon bonads : progesteron, estrogen, testosteron.
7) Defisiensi hormonall dapat menyebabkan hipotirodism, depresi dari sumsum tulang serta
kurang mampu dalam mengatasi tekanan jiwa (stess).
g. Perubahan sistem pencernaan pada usia lanjut.
1) Kehilangan gigi, Penyebab utama adanya periodontal disease yang biasa terjadi setelah
umur 30 tahun, penyebab lain meliputi kesehatan gigi yang buruk dan gizi yang buruk.
2) Indera pengecap menurun, Adanya iritasi yang kronis dari selaput lendir, atropi indera
pengecap (± 80 %), hilangnya sensitivitas dari syaraf pengecap dilidah terutama rasa
manis, asin, asam & pahit.
3) Esofagus melebar.
4) Lambung, rasa lapar menurun (sensitivitas lapar menurun ), asam lambung menurun,
waktu mengosongkan menurun.
5) Peristaltik lemah & biasanya timbul konstipasi.
6) Fungsi absorbsi melemah ( daya absorbsi terganggu ).
7) Liver ( hati ), Makin mengecil & menurunnya tempat penyimpanan, berkurangnya aliran
darah.
h. Sistem muskuloskeletal.
1) Tulang kehilangan densikusnya Ù rapuh.
2) Resiko terjadi fraktur.
3) Kyphosis.
4) Persendian besar & menjadi kaku.
5) Pada wanita lansia > resiko fraktur.
6) Pinggang, lutut & jari pergelangan tangan terbatas.
7) Pada diskus intervertebralis menipis dan menjadi pendek ( tinggi badan berkurang ).
Gerakan volunter Ù gerakan berlawanan. Gerakan reflektonik Ù Gerakan diluar kemauan
sebagai reaksi terhadap rangsangan pada lobus. Gerakan involunter Ù Gerakan diluar
kemauan, tidak sebagai reaksi terhadap suatu perangsangan terhadap lobus. Gerakan
sekutu Ù Gerakan otot lurik yang ikut bangkit untuk menjamin efektifitas dan ketangkasan
otot volunter.
g. Perubahan sistem kulit & karingan ikat.
1) Kulit keriput akibat kehilangan jaringan lemak
2) Kulit kering & kurang elastis karena menurunnya cairan dan hilangnya jaringan adipose
3) Kelenjar kelenjar keringat mulai tak bekerja dengan baik, sehingga tidak begitu tahan
terhadap panas dengan temperatur yang tinggi.
4) Kulit pucat dan terdapat bintik bintik hitam akibat menurunnya aliran darah dan
menurunnya sel sel yang meproduksi pigmen.
5) Menurunnya aliran darah dalam kulit juga menyebabkan penyembuhan luka luka kurang
baik.
6) Kuku pada jari tangan dan kaki menjadi tebal dan rapuh.
7) Pertumbuhan rambut berhenti, rambut menipis dan botak serta warna rambut kelabu.
8) Pada wanita > 60 tahun rambut wajah meningkat kadang kadang menurun.
9) Temperatur tubuh menurun akibat kecepatan metabolisme yang menurun.
10) Keterbatasan reflek menggigil dan tidak dapat memproduksi panas yang banyak rendahnya
akitfitas otot.
h. Perubahan sistem reproduksi dan kegiatan sexual.
1) Perubahan sistem reprduksi.
a) Selaput lendir vagina menurun/kering.
b) Menciutnya ovarium dan uterus.
c) Atropi payudara.
d) Testis masih dapat memproduksi sperma meskipun adanya penurunan secara berangsur
berangsur.
e) Dorongan sex menetap sampai usia diatas 70 tahun, asal kondisi kesehatan baik.
2) Kegiatan sexual.
Sexualitas adalah kebutuhan dasar manusia dalam manifestasi kehidupan yang
berhubungan dengan alat reproduksi. Setiap orang mempunyai kebutuhan sexual, disini
kita bisa membedakan dalam tiga sisi : 1) fisik, Secara jasmani sikap sexual akan berfungsi
secara biologis melalui organ kelamin yang berhubungan dengan proses reproduksi, 2)
rohani, Secara rohani Ù tertuju pada orang lain sebagai manusia, dengan tujuan utama
bukan untuk kebutuhan kepuasan sexualitas melalui pola pola yang baku seperti binatang
dan 3) sosial, Secara sosial Ù kedekatan dengan suatu keadaan intim dengan orang lain
yang merupakan suatu alat yang apling diharapkan dalammenjalani sexualitas.
Sexualitas pada lansia sebenarnya tergantung dari caranya, yaitu dengan cara yang lain dari
sebelumnya, membuat pihak lain mengetahui bahwa ia sangat berarti untuk anda. Juga
sebagai pihak yang lebih tua tampa harus berhubungan badan, msih banyak cara lain unutk
dapat bermesraan dengan pasangan anda. Pernyataan pernyataan lain yang menyatakan
rasa tertarik dan cinta lebih banyak mengambil alih fungsi hubungan sexualitas dalam
pengalaman sex.
2. Perubahan-perubahan mental/ psikologis
Faktor-faktor yang mempengaruhi perubahan mental adalah :
a. Pertama-tama perubahan fisik, khususnya organ perasa.
b. Kesehatan umum
c. Tingkat pendidikan
d. Keturunan (herediter)
e. Lingkungan
f. Gangguan saraf panca indra, timbul kebutaan dan ketulian
g. Gangguan konsep diri akibat kehilangan jabatan
h. Rangkaian dari kehilangan yaitu kehilangan hubungan dengan teman dan family
i. Hilangnya kekuatan dan ketegapan fisik, perubahan terhadap gambaran diri dan perubahan
konsep diri
j. Perubahan kepribadian yang drastis keadaan ini jarang terjadi lebih sering berupa
ungkapan yang tulus dari perasaan seseorang, kekakuan mungkin oleh karena faktor lain
seperti penyakit-penyakit.
k. Kenangan (memory) ada dua; 1) kenangan jangka panjang, berjam-jam sampai berhari-
hari yang lalu, mencakup beberapa perubahan, 2) Kenangan jangka pendek atau seketika
(0-10 menit), kenangan buruk.
l. Intelegentia Quation; 1) tidakberubah dengan informasi matematika dan perkataan verbal,
2) berkurangnya penampilan,persepsi dan keterampilan psikomotorterjadi perubahan pada
daya membayangkan, karena tekanan-tekanan dari faktro waktu.
3. Perubahan Spiritual
Agama atau kepercayaan makin terintegarsi dalam kehidupannya (Maslow,1970). Lansia
makin matur dalam kehidupan keagamaannya, hal ini terlihat dalam berpikir dan bertindak
dalam sehari-hari. (Murray dan Zentner,1970)
Seorang lansia sering kali sulit dipahami, terutama dari perubahan-perubahan emosi yang
ditunjukkan. Sering kali mereka bertindak seperti anak kecil kembali. Mereka terkadang
menuntut perhatian berlebih dan meminta sesuatu yang membingungkan.
Tentunya hal-hal itu tak lepas dari perubahan fisik yang mereka alami serta kesadaran akan
banyak hal yang hilang dan tak bisa melakukan banyak kegiatan seperti ketika mereka
muda dulu. Gejala depresi cukup kerap terjadi pada mereka yang berusia lanjut.
Sering kali orang-orang sekitar bahkan dokter memahami ini sebagai suatu kewajaran. Para
manula seolah ditekankan bahwa mereka memang memiliki sebuah penyakit yang tak bisa
disembuhkan, yakni gejala depresi itu sendiri. Untuk tingkat ekstrem, keinginan untuk
bunuh diri bahkan bisa tebersit di benak mereka.
Yang Berubah di Usia Senja
a. Penurunan daya ingat
Mereka yang lanjut usia biasanya mengalami gangguan ingatan. Dari penelitian yang
dilakukan oleh Timothy Salthouse PhD dari University of Virginia, setiap manusia pasti
akan mengalami perubahan ingatan. Penurunan ini mulai dialami pada usia 20 tahun,
namun belum signifikan. "Perubahan signhfikan terjadi ketika menginjak usia 40 tahun,"
ungkapnya.
Menurut penelitian dari Black Dog Institute, penurunan daya ingat merupakan gejala
umum demensia. Dan pikun itu sendiri juga menjadi indikasi dari demensia. Demensia
merupakan istilah yang digunakan untuk menjelaskan penurunan fungsional yang
disebabkan oleh kelainan yang terjadi pada otak. Oleh sebab itu mereka lambat laun
kehilangan kemampuan untuk menyelesaikan permasalahan dan perlahan menjadi
emosional, sering hal tersebut menjadi tidak terkendali.
b. Agorafobia
Para orang tua kerap merasakan kecemasan, panik, dan gelisah di sebuah lingkungan, itulah
agorafobia. Manula biasanya merasa ketakutan jika ditinggal sendirian di dalam rumah.
c. Takut terhadap kematian
Ketakutan yang tidak normal terhadap kematian atau disebut juga necrophobia sering
dialami lansia. Gejalanya termasuk sesak napas, napas cepat, denyut jantung tidak teratur,
berkeringat, mulut kering dan gemetar, merasa sakit dan gelisah, ketidakstabilan
psikologis. Si penderita mungkin merasa fobia ini sepanjang waktu, atau hanya ketika
sesuatu memicu rasa takut, seperti melihat nisan, pertemuan dekat dengan hewan mati atau
pemakaman teman atau orang yang dicintai.
d. Keinginan mudah berubah
Mereka yang lanjut usia terkadang memiliki banyak kemauan. Mereka terkadang ingin
berpergian, namun juga seketika itu tak ingin ke mana-mana. Jika keinginan tak terpenuhi,
mereka bisa merasa sedih atau marah.
e. Sensitif dan kekanak-kanakan
Penurunan kemampuan indera yang dimiliki, mulai dari pelihatan, pendengaran, dan
lainnya serta perubahan inteligensia dan kognitif juga berpengaruh pada tingkat sensitivitas
pada emosi. Bagaimanapun, perubahan yang dialami tubuh dapat berdampak terhadap
mental. Karena penurunan-penurunan inilah, terkadang mereka kerap bertingkah seperti
anak kecil yang ingin dimanja.
Menurut penelitian yang dilakukan oleh Robert Levenson seperti dilansir dari news
center Berkeley, para manula memiliki tingkat sensitif yang lebih tinggi. Penelitian ini
melibatkan 144 orang dewasa sehat pada rentang umur 20, 40, dan 60. Mereka menonton
Film 21 Grams dan The Champ, kemudian dimonitori denyut jantung, tekanan darah,
keringat, dan pola nafas. Mereka yang usia lanjut, lebih mudah peka pada adegan-adegan
dalam film yang menyedihkan ketimbang mereka yang lebih muda. Temuan ini dapat
dilihat dalam jurnal yang bdrjudul Social Cognitive and Aff ective Neuroscience.

a. Penyakit fisik
Manusia lanjut usia tentunya memiliki kondisi tubuh yang tidak sesehat sewaktu ia muda
dulu, bisa jadi mereka tengah mengidap penyakit-penyakit tertentu yang bisa membuat
mereka merasa tertekan. Ditambah otak yang mereka miliki sudah tak bekerja maksimal
lagi seperti sebelumnya. Bagi mereka yang mengidap penyakit serius, rentan mengalami
depresi.
b. Isolasi sosial dan rasa kesepian
Kebanyakan mereka yang usia lanjut hidup sendiri. Anak-anak mereka tumbuh besar dan
sudah memiliki keluarga dan tinggal di tempat lain bersama keluarganya. Belum lagi
hubungan dengan teman sesama. Kurang optimalnya fungsi fisik membuat mereka juga
menjauh dari lingkungan sosial karena tak lagi bisa berpartisipasi aktif di kalangan
masyarakat setempat. Rasa kesepian juga semakin mendera ketika teman-teman terdekat
atau pasangan hidup sudah lebih dulu meninggal. berbagai sumber/arm/R-4

K. Trend dan issue keperawatan gerontik


1. Fenomena Demografi
Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi memberikan dampak positif terhadap
kesejahteraan yang terlihat dari angka harapan hidup (AHH) yaitu :
AHH di Indonesia tahun 1971 : 46,6 tahun
AHH di Indonesia tahun 2000 : 67,5 tahun
Sebagaimana dilaporkan oleh Expert Committae on Health of the Erderly:
Di Indonesia akan diperkirakan beranjak dari peringkat ke sepuluh pada tahun 1980 ke
peringkat enam pada tahun 2020, di atas Brazil yang menduduki peringkat ke sebelas tahun
1980.
Pada tahun 1990 jumlah penduduk yang berusia 60 tahun kurang lebih 10 juta jiwa/ 5.5%
dari total populasi penduduk.
Pada tahun 2020 diperkirakan meningkat 3x,menjadi kurang lebih 29 juta jiwa/11,4% dari
total populasi penduduk (lembaga Demografi FE-UI-1993).
Dari hasil tersebut diatas terdapat hasil yang mengejutkan yaitu:
a. 62,3% lansia di Indonesia masih berpenghasilan dari pekerjaannya sendiri.
b. 59,4% dari lansia masih berperan sebagai kepela keluarga.

c. 53% lansia masih menanggung bebean kehidupan keluarga.

d. Hanya 27,5% lansia mendapat penghasilan dari anak atau menantu.


2. Fenomena Permasalahan Pada Lansia
a. Permasalahan Umum
1) Makin besar jumlah lansia yang berada di bawah garis kemiskinan.
2) Makin melemahnya nilai kekerabatan sehingga anggota keluarga yang berusia lanjut
kurang diperhatikan,dihargai dan dihormati.
3) Lahirnya kelompok masyarakat industry.
4) Masih rendahnya kuantitas dan kualitas tenaga profesional pelayanan lanjut usia.
5) Belum membudaya dan melembaganya kegiatan pembinaan kesejahteraan lansia.
b. Permasalahan Khusus
1) Berlangsungnya proses menua yang berakibat timbulnya masalah baik fisik,mental
maupun sosial.
2) Berkurangnya integrasi sosial usila.
3) Rendahnya produktifitas kerja lansia.
4) Banyaknya lansia yang miskin,terlantar dan cacat.
5) Bertbahnya nilai sosial masyarakat yang mengarah pada tatanan masyarakat
individualistic.
6) Adanya dampak negatif dari proses pembangunan yang dapat mengganggu kesehatan fisik
lansia.
c. Fenomena Bio-psico-sosio-spiritual dan Penyakit Lansia
1) Penurunan fisik
2) Perubahan mental
3) Perubahan-perubahan Psikososial
d. Karakteristik Penyakit pada Lansia:
1) Penyakit sering multiple,yaitu saling berhubungan satu sama lain.
2) Penyakit bersifat degeneratif yang sering menimbulkan kecacatan.
3) Gejala sering tidak jelas dan berkembang secara perlahan.
4) Sering bersama-sama problem psikologis dan sosial.
5) Lansia sangat peka terhadap penyakit infeksi akut.
6) Sering terjadi penyakit iatrogenic
Hasil Penelitian Profil Penyakit Lansia di 4 Kota (Padang,Bandung,Denpasar dan
Makassar) sbb:
a. Fungsi tubuh yang dirasakan menurun : penglihatan (76,24%),daya ingat
(69,39%),seksual (58,04%),kelenturan(53,23%),gigi dan mulut (51,12%).
b. Masalah kesehatan yang sering muncul : sakit tulang atau sendi (69,39%),sakit kepala
(51,15%),daya ingat menurun (38,51%),selera makan menurun (30,08%),mual/perut perih
(26,66%),sulit tidur (24,88%),dan sesak nafas (21,28%).
c. Penyakit kronis : rematik (33,14%),darah tinggi (20,66%),gastritis (11,34%),dan jantung
(6,45%).

L. Masalah kesehatan yang sering terjadi pada lansia


Penampilan penyakit pada lanjut usia (lansia) sering berbeda dengan pada dewasa muda,
karena penyakit pada lansia merupakan gabungan dari kelainan-kelainan yang timbul
akibat penyakit dan proses menua, yaitu proses menghilangnya secara perlahan-lahan
kemampuan jaringan untuk memperbaiki diri atau mengganti diri serta mempertahankan
struktur dan fungsi normalnya, sehingga tidak dapat berthan terhadap jejas (termasuk
infeksi) dan memperbaiki kerusakan yang diderita.
Penampilan penyakit pada lanjut usia (lansia) sering berbeda dengan pada dewasa muda,
karena penyakit pada lansia merupakan gabungan dari kelainan-kelainan yang timbul
akibat penyakit dan proses menua, yaitu proses menghilangnya secara perlahan-lahan
kemampuan jaringan untuk memperbaiki diri atau mengganti diri serta mempertahankan
struktur dan fungsi normalnya, sehingga tidak dapat berthan terhadap jejas (termasuk
infeksi) dan memperbaiki kerusakan yang diderita.
Demikian juga, masalah kesehatan yang sering terjadi pada lansia berbeda dari orang
dewasa, yang menurut Kane dan Ouslander sering disebut dengan istilah 14 I, yaitu
immobility (kurang bergerak), instability (berdiri dan berjalan tidak stabil atau mudah
jatuh), incontinence (beser buang air kecil dan atau buang air besar), intellectual
impairment (gangguan intelektual/dementia), infection (infeksi), impairment of vision and
hearing, taste, smell, communication, convalescence, skin integrity (gangguan
pancaindera, komunikasi, penyembuhan, dan kulit), impaction (sulit buang air besar),
isolation (depresi), inanition (kurang gizi), impecunity (tidak punya uang), iatrogenesis
(menderita penyakit akibat obat-obatan), insomnia (gangguan tidur), immune deficiency
(daya tahan tubuh yang menurun), impotence (impotensi).
Masalah kesehatan utama tersebut di atas yang sering terjadi pada lansia perlu dikenal dan
dimengerti oleh siapa saja yang banyak berhubungan dengan perawatan lansia agar dapat
memberikan perawatan untuk mencapai derajat kesehatan yang seoptimal mungkin.
Kesehatan
1. Kurang bergerak: gangguan fisik, jiwa, dan faktor lingkungan dapat menyebabkan lansia
kurang bergerak. Penyebab yang paling sering adalah gangguan tulang, sendi dan otot,
gangguan saraf, dan penyakit jantung dan pembuluh darah.
2. Instabilitas: penyebab terjatuh pada lansia dapat berupa faktor intrinsik (hal-hal yang
berkaitan dengan keadaan tubuh penderita) baik karena proses menua, penyakit maupun
faktor ekstrinsik (hal-hal yang berasal dari luar tubuh) seperti obat-obat tertentu dan faktor
lingkungan. Akibat yang paling sering dari terjatuh pada lansia adalah kerusakan bahagian
tertentu dari tubuh yang mengakibatkan rasa sakit, patah tulang, cedera pada kepala, luka
bakar karena air panas akibat terjatuh ke dalam tempat mandi.
Selain daripada itu, terjatuh menyebabkan lansia tersebut sangat membatasi
pergerakannya.
3. Beser: beser buang air kecil (bak) merupakan salah satu masalah yang sering didapati pada
lansia, yaitu keluarnya air seni tanpa disadari, dalam jumlah dan kekerapan yang cukup
mengakibatkan masalah kesehatan atau sosial. Beser bak merupakan masalah yang
seringkali dianggap wajar dan normal pada lansia, walaupun sebenarnya hal ini tidak
dikehendaki terjadi baik oleh lansia tersebut maupun keluarganya. Akibatnya timbul
berbagai masalah, baik masalah kesehatan maupun sosial, yang kesemuanya akan
memperburuk kualitas hidup dari lansia tersebut. Lansia dengan beser bak sering
mengurangi minum dengan harapan untuk mengurangi keluhan tersebut, sehingga dapat
menyebabkan lansia kekurangan cairan dan juga berkurangnya kemampuan kandung
kemih. Beser bak sering pula disertai dengan beser buang air besar (bab), yang justru akan
memperberat keluhan beser bak tadi.
4. Gangguan intelektual: merupakan kumpulan gejala klinik yang meliputi gangguan fungsi
intelektual dan ingatan yang cukup berat sehingga menyebabkan terganggunya aktivitas
kehidupan shari-hari. Kejadian ini meningkat dengan cepat mulai usia 60 sampai 85 tahun
atau lebih, yaitu kurang dari 5 % lansia yang berusia 60-74 tahun mengalami dementia
(kepikunan berat) sedangkan pada usia setelah 85 tahun kejadian ini meningkat mendekati
50 %. Salah satu hal yang dapat menyebabkan gangguan interlektual adalah depresi
sehingga perlu dibedakan dengan gangguan intelektual lainnya.
5. Infeksi: merupakan salah satu masalah kesehatan yang penting pada lansia, karena selain
sering didapati, juga gejala tidak khas bahkan asimtomatik yang menyebabkan
keterlambatan di dalam diaggnosis dan pengobatan serta risiko menjadi fatal meningkat
pula. Beberapa faktor risiko yang menyebabkan lansia mudah mendapat penyakit infeksi
karena kekurangan gizi, kekebalan tubuh:yang menurun, berkurangnya fungsi berbagai
organ tubuh, terdapatnya beberapa penyakit sekaligus (komorbiditas) yang menyebabkan
daya tahan tubuh yang sangat berkurang. Selain daripada itu, faktor lingkungan, jumlah
dan keganasan kuman akan mempermudah tubuh mengalami infeksi.
6. Gangguan pancaindera, komunikasi, penyembuhan, dan kulit: akibat prosesd menua
semua pancaindera berkurang fungsinya, demikian juga gangguan pada otak, saraf dan
otot-otot yang digunakan untuk berbicara dapat menyebabkn terganggunya komunikasi,
sedangkan kulit menjadi lebih kering, rapuh dan mudah rusak dengan trauma yang
minimal.
7. Sulit buang air besar (konstipasi): beberapa faktor yang mempermudah terjadinya
konstipasi, seperti kurangnya gerakan fisik, makanan yang kurang sekali mengandung
serat, kurang minum, akibat pemberian obat-obat tertentu dan lain-lain. Akibatnya,
pengosongan isi usus menjadi sulit terjadi atau isi usus menjadi tertahan. Pada konstipasi,
kotoran di dalam usus menjadi keras dan kering, dan pada keadaan yang berat dapat terjadi
akibat yang lebih berat berupa penyumbatan pada usus disertai rasa sakit pada daerah perut.
8. Depresi: perubahan status sosial, bertambahnya penyakit dan berkurangnya kemandirian
sosial serta perubahan-perubahan akibat proses menua menjadi salah satu pemicu
munculnya depresi pada lansia. Namun demikian, sering sekali gejala depresi menyertai
penderita dengan penyakit-penyakit gangguan fisik, yang tidak dapat diketahui ataupun
terpikirkan sebelumnya, karena gejala-gejala depresi yang muncul seringkali dianggap
sebagai suatu bagian dari proses menua yang normal ataupun tidak khas. Fejala-gejala
depresi dapat berupa perasaan sedih, tidak bahagia, sering menangis, merasa kesepian,
tidur terganggu, pikiran dan gerakan tubuh lamban, cepat lelah dan menurunnya aktivitas,
tidak ada selera makan, berat badan berkurang, daya ingat berkurang, sulit untuk
memusatkan pikiran dan perhatian, kurangnya minat, hilangnya kesenangan yang biasanya
dinikmati, menyusahkan orang lain, merasa rendah diri, harga diri dan kepercayaan diri
berkurang, merasa bersalah dan tidak berguna, tidak ingin hidup lagi bahkan mau bunuh
diri, dan gejala-gejala fisik lainnya. Akan tetapi pada lansia sering timbul depresi
terselubung, yaitu yang menonjol hanya gangguan fisik saja seperti sakit kepala, jantung
berdebar-debar, nyeri pinggang, gangguan pencernaan dan lain-lain, sedangkan gangguan
jiwa tidak jelas.
9. Kurang gizi: kekurangan gizi pada lansia dapat disebabkan perubahan lingkungan
maupun kondisi kesehatan. Faktor lingkungan dapat berupa ketidaktahuan untuk memilih
makanan yang bergizi, isolasi sosial (terasing dari masyarakat) terutama karena gangguan
pancaindera, kemiskinan, hidup seorang diri yang terutama terjadi pada pria yang sangat
tua dan baru kehilangan pasangan hidup, sedangkan faktor kondisi kesehatan berupa
penyakit fisik, mental, gangguan tidur, alkoholisme, obat-obatan dan lain-lain.
10. Tidak punya uang: dengan semakin bertambahnya usia maka kemampuan fisik
dan mental akan berkurang secara perlahan-lahan, yang menyebabkan ketidakmampuan
tubuh dalam mengerjakan atau menyelesaikan pekerjaannya sehingga tidak dapat
memberikan penghasilan. Untuk dapat menikmati masa tua yang bahagia kelak diperlukan
paling sedikit tiga syarat, yaitu :memiliki uang yang diperlukan yang paling sedikit dapat
memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari, memiliki tempat tinggal yang layak,
mempunyai peranan di dalam menjalani masa tuanya.
11. Penyakit akibat obat-obatan: salah satu yang sering didapati pada lansia adalah
menderita penyakit lebih dari satu jenis sehingga membutuhkan obat yang lebih banyak,
apalagi sebahagian lansia sering menggunakan obat dalam jangka waktu yang lama tanpa
pengawasan dokter dapat menyebabkan timbulnya penyakit akibat pemakaian obat-obat
yaqng digunakan.
12. Gangguan tidur: dua proses normal yang paling penting di dalam kehidupan
manusia adalah makan dan tidur. Walaupun keduanya sangat penting akan tetapi karena
sangat rutin maka kita sering melupakan akan proses itu dan baru setelah adanya gangguan
pada kedua proses tersebut maka kita ingat akan pentingnya kedua keadaan ini. Jadi dalam
keadaan normal (sehat) maka pada umumnya manusia dapat menikmati makan enak dan
tidur nyenyak. Berbagai keluhan gangguan tidur yang sering dilaporkan oleh para lansia,
yakni sulit untuk masuk dalam proses tidur. tidurnya tidak dalam dan mudah terbangun,
tidurnya banyak mimpi, jika terbangun sukar tidur kembali, terbangun dinihari, lesu
setelah bangun dipagi hari.
13. Daya tahan tubuh yang menurun: daya tahan tubuh yang menurun pada lansia
merupakan salah satu fungsi tubuh yang terganggu dengan bertambahnya umur
seseorang walaupun tidak selamanya hal ini disebabkan oleh proses menua, tetapi dapat
pula karena berbagai keadaan seperti penyakit yang sudah lama diderita (menahun)
maupun penyakit yang baru saja diderita (akut) dapat menyebabkan penurunan daya tahan
tubuh seseorang. Demikian juga penggunaan berbagai obat, keadaan gizi yang kurang,
penurunan fungsi organ-organ tubuh dan lain-lain.
14. Impotensi: merupakan ketidakmampuan untuk mencapai dan atau
mempertahankan ereksi yang cukup untuk melakukan sanggama yang memuaskan yang
terjadi paling sedikit 3 bulan. Menurut Massachusetts Male Aging Study (MMAS) bahwa
penelitian yang dilakukan pada pria usia 40-70 tahun yang diwawancarai ternyata 52 %
menderita disfungsi ereksi, yang terdiri dari disfungsi ereksi total 10 %, disfungsi ereksi
sedang 25 % dan minimal 17 %. Penyebab disfungsi ereksi pada lansia adalah hambatan
aliran darah ke dalam alat kelamin sebagai adanya kekakuan pada dinding pembuluh darah
(arteriosklerosis) baik karena proses menua maupun penyakit, dan juga berkurangnya sel-
sel otot polos yang terdapat pada alat kelamin serta berkurangnya kepekaan dari alat
kelamin pria terhadap rangsangan. (Siburian, 2009).

M. Penyakit yang sering terjadi pada lansia


Nina Kemala Sari dari Divisi Geriatri, Departemen Ilmu Penyakit Dalam RS Cipto
Mangunkusumo, Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia dalam suatu pelatihan di
kalangan kelompok peduli lansia, menyampaikan beberapa masalah yang kerap muncul
pada usia lanjut , yang disebutnya sebagai a series of I’s. Mulai dari immobility
(imobilisasi), instability (instabilitas dan jatuh), incontinence (inkontinensia), intellectual
impairment (gangguan intelektual), infection (infeksi), impairment of vision and hearing
(gangguan penglihatan dan pendengaran), isolation (depresi), Inanition (malnutrisi),
insomnia (ganguan tidur), hingga immune deficiency (menurunnya kekebalan tubuh).
Selain gangguan-gangguan tersebut, Nina juga menyebut tujuh penyakit kronik degeratif
yang kerap dialami para lanjut usia, yaitu:
a. Osteo Artritis (OA)

OA adalah peradangan sendi yang terjadi akibat peristiwa mekanik dan biologik yang
mengakibatkan penipisan rawan sendi, tidak stabilnya sendi, dan perkapuran. OA
merupakan penyebab utama ketidakmandirian pada usia lanjut, yang dipertinggi risikonya
karena trauma, penggunaan sendi berulang dan obesitas.

b. Osteoporosis

Osteoporosis merupakan salah satu bentuk gangguan tulang dimana masa atau kepadatan
tulang berkurang. Terdapat dua jenis osteoporosis, tipe I merujuk pada percepatan
kehilangan tulang selama dua dekade pertama setelah menopause, sedangkan tipe II adalah
hilangnya masa tulang pada usia lanjut karena terganggunya produksi vitamin D.

c. Hipertensi

d. Hipertensi merupakan kondisi dimana tekanan darah sistolik sama atau lebih tinggi dari
140 mmHg dan tekanan diastolik lebih tinggi dari 90mmHg, yang terjadi karena
menurunnya elastisitas arteri pada proses menua. Bila tidak ditangani, hipertensi dapat
memicu terjadinya stroke, kerusakan pembuluh darah (arteriosclerosis), serangan/gagal
jantung, dan gagal ginjal

e. Diabetes Mellitus

Sekitar 50% dari lansia memiliki gangguan intoleransi glukosa dimana gula darah masih
tetap normal meskipun dalam kondisi puasa. Kondisi ini dapat berkembang menjadi
diabetes melitus, dimana kadar gula darah sewaktu diatas atau sama dengan 200 mg/dl dan
kadar glukosa darah saat puasa di atas 126 mg/dl. Obesitas, pola makan yang buruk, kurang
olah raga dan usia lanjut mempertinggi risiko DM. Sebagai ilustrasi, sekitar 20% dari lansia
berusia 75 tahun menderita DM. Beberapa gejalanya adalah sering haus dan lapar, banyak
berkemih, mudah lelah, berat badan terus berkurang, gatal-gatal, mati rasa, dan luka yang
lambat sembuh.

f. Dimensia

Merupakan kumpulan gejala yang berkaitan dengan kehilangan fungsi intelektual dan daya
ingat secara perlahan-lahan, sehingga mempengaruhi aktivitas kehidupan sehari-hari.
Alzheimer merupakan jenis demensia yang paling sering terjadi pada usia lanjut. Adanya
riwayat keluarga, usia lanjut, penyakit vaskular/pembuluh darah (hipertensi, diabetes,
kolesterol tinggi), trauma kepala merupakan faktor risiko terjadinya demensia. Demensia
juga kerap terjadi pada wanita dan individu dengan pendidikan rendah.

g. Penyakit jantung koroner

Penyempitan pembuluh darah jantung sehingga aliran darah menuju jantung terganggu.
Gejala umum yang terjadi adalah nyeri dada, sesak napas, pingsan, hingga kebingungan.

h. Kanker

Kanker merupakan sebuah keadaan dimana struktur dan fungsi sebuah sel mengalami
perubahan bahkan sampai merusak sel-sel lainnya yang masih sehat. Sel yang berubah ini
mengalami mutasi karena suatu sebab sehingga ia tidak bisa lagi menjalankan fungsi
normalnya. Biasanya perubahan sel ini mengalami beberapa tahapan, mulai dari yang
ringan sampai berubah sama sekali dari keadaan awal (kanker). Kanker merupakan
penyebab kematian nomor dua setelah penyakit jantung. Faktor resiko yang paling utama
adalah usia. Dua pertiga kasus kanker terjadi di atas usia 65 tahun. Mulai usia 40 tahun
resiko untuk timbul kanker meningkat.

Diposting 25th May 2013 oleh Reni


0

Tambahkan komentar

2.

May

25

keperawatan gawat darurat

Konsep Dasar Keperawatan Gawat Darurat

Pengertian KGD

Rangkaian kegiatan praktik keperawatan kegawatdaruratan yang diberikan oleh perawat


yang kompeten untuk memberikan asuhan keperawatan di ruang gawat darurat.

Proses KGD

Proses dalam KGD meliputi :

1. Pengkajian
2. Perencanaan
3. Pelaksanaan
4. Evaluasi
5. Dokumentasi

PPGD (Penanggulangan Penderita Gawat Darurat)

Suatu pertolongan yang cepat dan tepat untuk mencegah kematian maupun kecatatan.
Berasal dari istilah critical ill patient (pasien kritis/gawat) dan emergency patient (pasien
darurat).

Tujuan PPGD

1. Mencegah kematian dan kecacatan (to save life and limb) pada penderita gawat
darurat, hingga dapat hidup dan berfungsi kembali dalam masyarakat sebagaimana
mestinya.
2. Merujuk penderita . gawat darurat melalui sistem rujukan untuk memperoleh
penanganan yang Iebih memadai.
3. Menanggulangi korban bencana.

Penderita Gawat Darurat

Kematian dapat terjadi bila seseorang mengalami kerusakan atau kegagalan dan salah
satu sistem/organ di bawah ini yaitu :

1.Susunan saraf pusat


2.Pernapasan
3.Kardiovaskuler
4.Hati
5.Ginjal
6.Pancreas

Penyebab Kegagalan Organ

1. Trauma/cedera3
2. lnfeksi
3. Keracunan (poisoning)
4. Degenerasi (failure)
5. Asfiksi
6. Kehilangan cairan dan elektrolit dalam jumlah besar (excessive loss of wafer and
electrolit)
7. Dan lain-lain.
Kegagalan sistim susunan saraf pusat, kardiovskuler, pernapasan dan hipoglikemia dapat
menyebabkan kematian dalam waktu singkat (4-6 menit), sedangkan kegagalan
sistim/organ yang lain dapat menyebabkan kematian dalam waktu yang lebih lama.

Mati

Mati Klinis :
Otak kekurangan Oksigen dlm 6-8 mnt
Terjadi gangguan fungsi
Sifat Reversible

Mati Biologis :
Otak kekurangan Oksigen dlm 8-10 mnt
Terjadi kerusakan sel
Sifat Ireversible

Kategori Kasus Penyebab Kematian

Immediately Life Threatening Case :


1. Obstruksi Total jalan Napas
2. Asphixia
3. Keracunan CO
4. Tension Pneumothorax
5. Henti jantung
6. Tamponade Jantung

Potentially Life Threatening Case


1. Ruptura Tracheobronkial
2. Kontusio Jantung / Paru
3. Perdarahan Masif
4. Koma

Kelompok kasus yang perlu penanganan segera karena adanya ancaman kecatatan
1. Fraktur tulang disertai cedera pada persyarafan
2. Crush Injury
3. Sindroma Kompartemen

Faktor Penentu Keberhasilan PPGD

1. Kecepatan menemukan penderita gawat darurat


2. Kecepatan meminta pertolongan
3. Kecepatan dan kualitas pertolongan yang diberikan di tempat kejadian, dalam
perjalanan ke rumah sakit dan pertolongan selanjutnya di puskesmas atau rumah sakit

Filosofi Dasar PPGD


1. Universal
2. Penanganan oleh siapa saja
3. Penyelesaian berdasarkan masalah

Prinsip

1. Penanganan cepat dan tepat


2. Pertolongan segera diberikan oleh siapa saja yang menemukan pasien tersebut
( awam, perawat, dokter)

Meliputi tindakan :
A. Non medis : Cara meminta pertolongan, transportasi, menyiapkan alat-alat.
B. Medis : Kemampuan medis berupa pengetahuan maupun ketrampilan : BLS, ALS

Triage

Tindakan memilah-milah korban sesuai dengan tingkat kegawatannya untuk memperoleh


prioritas tindakan.

1. Gawat darurat – merah

Kelompok pasien yang tiba-tiba berada dalam keadaan gawat atau akan menjadi gawat
dan terancam nyawanya atau anggota badannya (akan menjadi cacat) bila tidak mendapat
pertolongan secepatnya.

2. Gawat tidak darurat – putih

Kelompok pasien berada dalam keadaan gawat tetapi tidak memerlukan tindakan darurat,
misalnya kanker stadium lanjut.

3. Tidak gawat, darurat – kuning

Kelompok pasien akibat musibah yang datag tiba-tiba, tetapi tidak mêngancam nyawa
dan anggota badannya, misanya luka sayat dangkal.

4. Tidak gawat, tidak darurat – hijau,


5. Meninggal - hitam

Lingkup PPGD

1. Melakukan Primary Survey, tanpa dukungan alat bantu diagnostik kemudian


dilanjutkan dengan Secondary Survey
2. Menggunakan tahapan ABCDE
A : Airway management
B : Breathing management
C : Circulation management
D : Drug
Defibrilator
Disability
DD/
E : EKG
Exposure

3. Resusitasi pada kasus dengan henti napas dan henti jantung

Pada kasus-kasus tanpa henti napas dan henti jantung, maka upaya penanganan harus
dilakukan untuk mencegah keadaan tsb, misal pasien koma dan pasien dengan trauma
inhalasi atau luka bakar grade II-III pada daerah muka dan leher.

Peran & Fungsi Perawat Gadar

1. Fungsi Independen

Fungsi mandiri berkaitan dengan pemberian asuhan (Care)

2. Fungsi Dependen

Fungsi yang didelegasikan sepenuhnya atau sebagian dari profesi lain

3. Fungsi Kolaboratif

Kerjasama saling membantu dlm program kes. (Perawat sebagai anggota Tim Kes.)

Kemampuan Minimal Perawat UGD (Depkes, 1990)

1. Mengenal klasifikasi pasien


2. Mampu mengatasi pasien : syok, gawat nafas, gagal jantung paru otak, kejang, koma,
perdarahan, kolik, status asthmatikus, nyeri hebat daerah pinggul & kasus ortopedi.
3. Mampu melaksanakan dokumentasi asuhan keperawatan gawat darurat
4. Mampu melaksanakan komunikasi eksternal dan internal

Aspek Hukum Dalam KGD

Pemahaman terhadap aspek hukum dalam KGD bertujuan meningkatkan kualitas


penanganan pasien dan menjamin keamanan serta keselamatan pasien. Aspek hukum
menjadi penting karena konsensus universal menyatakan bahwa pertimbangan aspek
legal dan etika tidak dapat dipisahkan dari pelayanan medik yang baik.
Tuntutan hukum dalam praktek KGD biasanya berasal dari :

1. Kegagalan komunikasi
2. Ketidakmampuan mengatasi dillema dalam profesi

Permasalahan etik dan hukum KGD merupakan isu yang juga terjadi pada etika dan
hukum dalam kegawatdaruratan medik yaitu :

1. Diagnosis keadaan gawat darurat


2. Standar Operating Procedure
3. Kualifikasi tenaga medis
4. Hak otonomi pasien : informed consent (dewasa, anak)
5. Kewajiban untuk mencegah cedera atau bahaya pada pasien
6. Kewajiban untuk memberikan kebaikan pada pasien (rasa sakit, menyelamatkan)
7. Kewajiban untuk merahasiakan (etika >< hukum)
8. Prinsip keadilan dan fairness
9. Kelalaian
10. Malpraktek akibat salah diagnosis, tulisan yang buruk dan kesalahan terapi : salah
obat, salah dosis
11. Diagnosis kematian
12. Surat Keterangan Kematian
13. Penyidikan medikolegal untuk forensik klinik : kejahatan susila, child abuse, aborsi
dan kerahasiaan informasi pasien

Permasalahan dalam KGD dapat dicegah dengan :

1. Mematuhi standar operating procedure (SOP)


2. Melakukan pencatatan dengan bebar meliputi mencatat segala tindakan, mencatat
segala instruksi dan mencatat serah terima

Diposting 25th May 2013 oleh Reni

Tambahkan komentar

3.

May

25
keperawatan manajemen
MANAJEMEN KEPERAWATAN

Manajemen adalah proses untuk melaksanakan pekerjaan melalui upaya orang lain.
Menurut P. Siagian, manajemen berfungsi untuk melakukan semua kegiatan yang perlu
dilakukan dalam rangka pencapaian tujuan dalam batas – batas yang telah ditentukan
pada tingkat administrasi. Sedangkan Liang Lie mengatakan bahwa manajemen adalah
suatu ilmu dan seni perencanaan, pengarahan, pengorganisasian dan pengontrol dari
benda dan manusia untuk mencapai tujuan yang ditentukan sebelumnya.

Sedangkan manajemen keperawatan adalah proses pelaksanaan pelayanan keperawatan


melalui upaya staf keperawatan untuk memberikan asuhan keperawatan, pengobatan dan
rasa aman kepada pasien, keluarga dan masyarakat. (Gillies, 1989).

Kita ketahui disini bahwa manajemen keperawatan adalah suatu tugas khusus yang harus
dilaksanakan oleh pengelola keperawatan untuk merencanakan, mengorganisasikan,
mengarahkan serta mengawasi sumber – sumber yang ada, baik sumber daya maupun
dana sehingga dapat memberikan pelayanan keperawatan yang efektif baik kepada
pasien, keluarga dan masyrakat.

Fungsi – Fungsi Manajemen

Secara ringkas fungsi manajemen adalah sebagai berikut :

a. Perenacanaan (planning), perncanaan merupakan :

1) Gambaran apa yang akan dicapai

2) Persiapan pencapaian tujuan

3) Rumusan suatu persoalan untuk dicapai

4) Persiapan tindakan – tindakan


5) Rumusan tujuan tidak harus tertulis dapat hanya dalam benak saja

6) Tiap – tiap organisasi perlu perencanaan

b. Pengorganisasian (organizing), merupakan pengaturan setelah rencana, mengatur dan


menentukan apa tugas pekerjaannya, macam, jenis, unit kerja, alat – alat, keuangan dan
fasilitas.

c. Penggerak (actuating), menggerakkan orang – orang agar mau / suka bekerja. Ciptakan
suasana bekerja bukan hanya karena perintah, tetapi harus dengan kesadaran sendiri,
termotivasi secara interval

d. Pengendalian / pengawasan (controling), merupakan fungsi pengawasan agar tujuan


dapat tercapai sesuai dengan rencana, apakah orang – orangnya, cara dan waktunya tepat.
Pengendalian juga berfungsi agar kesalahan dapat segera diperbaiki.

e. Penilaian (evaluasi), merupakan proses pengukuran dan perbandingan hasil – hasil


pekerjaan yang seharusnya dicapai. Hakekat penilaian merupakan fase tertentu setelah
selesai kegiatan, sebelum, sebagai korektif dan pengobatan ditujukan pada fungsi organik
administrasi dan manajemen.

Adapun unsur yang dikelola sebagai sumber manajemen adalah man, money, material,
methode, machine, minute dan market.

Prinsip – Prinsip Manajemen

Prinsip – prinsip manajemen menurut Fayol adalah

a. Division of work (pembagian pekerjaan)

b. Authority dan responsibility (kewenangan dan tanggung jawab)

c. Dicipline (disiplin)

d. Unity of command (kesatuan komando)

e. Unity of direction (kesatuan arah)

f. Sub ordination of individual to generate interest (kepentingan individu tunduk pada


kepentingan umum)

g. Renumeration of personal (penghasilan pegawai)

h. Centralization (sentralisasi)

i. Scalar of hierarchy (jenjang hirarki)


j. Order (ketertiban)

k. Stability of tenure of personal (stabilitas jabatan pegawai)

l. Equity (keadilan)

m. Inisiative (prakarsa)

n. Esprit de Corps (kesetiakawanan korps)

Proses Manajemen Keperawatan

Proses manajemen keperawatan sesuai dengan pendekatan sistem terbuka dimana masing
– masing komponen saling berhubungan dan berinteraksi dan dipengaruhi oleh
lingkungan. Karena merupakan suatu sistem maka akan terdiri dari lima elemen yaitu
input, proses, output, kontrol dan mekanisme umpan balik.

Input dari proses manajemen keperawatan antara lain informasi, personel, peralatan dan
fasilitas. Proses dalam manajemen keperawatan adalah kelompok manajer dari tingkat
pengelola keperawatan tertinggi sampai ke perawat pelaksana yang mempunyai tugas dan
wewenang untuk melakukan perencanaan, pengorganisasian, pengarahan dan
pengawasan dalam pelaksanaan pelayanan keperawatan. Output adalah asuhan
keperawatan, pengembangan staf dan riset.

Kontrol yang digunakan dalam proses manajemen keperawatan termasuk budget dari
bagian keperawatan, evaluasi penampilan kerja perawat, prosedur yang standar dan
akreditasi. Mekanisme timbal balik berupa laporan finansial, audit keperawatan, survey
kendali mutu dan penampilan kerja perawat.

Prinsip-Prinsip yang Mendasari Manajemen Keperawatan

Prinsip – prinsip yang mendasari manajemen keperawatan adalah :

a. Manajemen keperawatan seyogyanya berlandaskan perencanaan karena melalui fungsi


perencanaan, pimpinan dapat menurunkan resiko pengambilan keputusan, pemecahan
masalah yang efektif dan terencana.

b. Manajemen keperawatan dilaksanakan melalui penggunaan waktu yang efektif.


Manajer keperawatan yang menghargai waktu akan menyusun perencanaan yang
terprogram dengan baik dan melaksanakan kegiatan sesuai dengan waktu yang telah
ditentukan sebelumnya.

c. Manajemen keperawatan akan melibatkan pengambilan keputusan. Berbagai situasi


maupun permasalahan yang terjadi dalam pengelolaan kegiatan keperawatan memerlukan
pengambilan keputusan di berbergai tingkat manajerial.
d. Memenuhi kebutuhan asuhan keperawatan pasien merupakan fokus perhatian manajer
perawat dengan mempertimbangkan apa yang pasien lihat, fikir, yakini dan ingini.
Kepuasan pasien merupakan poin utama dari seluruh tujuan keperawatan.

e. Manajemen keperawatan harus terorganisir. Pengorganisasian dilakukan sesuai dengan


kebutuhan organisasi untuk mencapai tujuan.

f. Pengarahan merupakan elemen kegiatan manajemen keperawatan yang meliputi proses


pendelegasian, supervisi, koordinasi dan pengendalian pelaksanaan rencana yang telah
diorganisasikan.

g. Divisi keperawatan yang baik memotivasi karyawan untuk memperlihatkan


penampilan kerja yang baik.

h. Manajemen keperawatan menggunakan komunikasin yang efektif. Komunikasi yang


efektif akan mengurangi kesalahpahaman dan memberikan persamaan pandangan, arah
dan pengertian diantara pegawai.

i. Pengembangan staf penting untuk dilaksanakan sebagai upaya persiapan perawat –


perawat pelaksana menduduki posisi yang lebih tinggi atau upaya manajer untuk
meningkatkan pengetahuan karyawan.

j. Pengendalian merupakan elemen manajemen keperawatan yang meliputi penilaian


tentang pelaksanaan rencana yang telah dibuat, pemberian instruksi dan menetapkan
prinsip – prinsip melalui penetapan standar, membandingkan penampilan dengan standar
dan memperbaiki kekurangan.

Berdasarkan prinsip – prinsip diatas maka para manajer dan administrator seyogyanya
bekerja bersama – sama dalamperenacanaan danpengorganisasian serta fungsi – fungsi
manajemen lainnya untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya.

Lingkup Manajemen Keperawatan

Mempertahankan kesehatan telah menjadi sebuah industri besar yang melibatkan


berbagai aspek upaya kesehatan. Pelayanan kesehatan kemudian menjadi hak yang paling
mendasar bagi semua orang dan memberikan pelayanan kesehatan yang memadai akan
membutuhkan upaya perbaikan menyeluruh sistem yang ada. Pelayanan kesehatan yang
memadai ditentukan sebagian besar oleh gambaran pelayanan keperawatan yang terdapat
didalamnya.

Keperawatan merupakan disiplin praktek klinis. Manajer keperawatan yang efektif


seyogyanya memahami hal ini dan memfasilitasi pekerjaan perawat pelaksana. Kegiatan
perawat pelaksana meliputi:

a. Menetapkan penggunakan proses keperawatan


b. Melaksanakan intervensi keperawatan berdasarkan diagnosa

c. Menerima akuntabilitas kegiatan keperawatan yang dilaksanakan oleh perawat

d. Menerima akuntabilitas untuk hasil – hasil keperawatan

e. Mengendalikan lingkungan praktek keperawatan

Seluruh pelaksanaan kegiatan ini senantiasa di inisiasi oleh para manajer keperawatan
melalui partisipasi dalam proses manajemen keperawatan dengan melibatkan para
perawat pelaksana. Berdasarkan gambaran diatas maka lingkup manajemen keperawatan
terdiri dari:

a. Manajemen operasional

Pelayanan keperawatan di rumah sakit dikelola oleh bidang keperawatan yang terdiri dari
tiga tingkatan manajerial, yaitu:

1) Manajemen puncak

2) Manajemen menengah

3) Manajemen bawah

Tidak setiap orang memiliki kedudukan dalam manajemen berhasil dalam kegiatannya.
Ada beberapa faktor yang perlu dimiliki oleh orang – orang tersebut agar
penatalaksanaannya berhasil. Faktor – faktor tersebut adalah

1) Kemampuan menerapkan pengetahuan

2) Ketrampilan kepemimpinan

3) Kemampuan menjalankan peran sebagai pemimpin

4) Kemampuan melaksanakan fungsi manajemen

b. Manajemen asuhan keperawatan

Manajemen asuhan keperawatan merupakan suatu proses keperawatan yang


menggunakan konsep – konsep manajemen didalamnya seperti perencanaan,
pengorganisasian, pengarahan dan pengendalian atau evaluasi.

Persyaratan Ruangan Menjalankan MPKP

Syarat-syarat Ruangan menjalankan MPKP adalah sebagai berikut:


a. Memiliki fasilitas perawatan yang memadai.

b. Memiliki jumlah perawat minimal sejumlah tempat tidur yang ada.

c. Memiliki perawat pendidikan yang telah terspesialisasi

d. Seluruh perawat telah memiliki kompetensi dalam perawatan primer.

Diposting 25th May 2013 oleh Reni

Tambahkan komentar

4.

May

19

keperawatan keluarga

A. Definisi

Salvicion G. Bailon dan Aracelis Maglaya (1978) mengatakan Perawatan kesehatan


keluarga adalah tingkat perawatan kesehatan masyarakat yang ditujukan atau dipusatkan
pada keluarga pada unit atau kesatuan yag dirawat, denngan sehat sebagai tujuan melalui
pegobatan sebagai saran atau penyalur.

B. fungsi Keluarga dalam keperawatan

1.Keluarga sebagai unit pelayanan yang dirawat


Keluarga dijadikan sebagai unit pelayanan karena masalah kesehatan keluarga
saling berkaitan dan saling mempengaruhi antara _esame anggota keluarga dan akan
mempengaruhi pula keluarga-keluarga disekitarnya atau masyarakat secara keseluruhan.

Alasan keluarga sebagai Unit Pelayanan (Ruth B Freeman, 1981)

 Keluarga sebagai unit utama masyarakat dan merupakan lembaga yang menyangkut
kehidupan masyarakat

 Keluarga sebagai suatu kelompok dapat menimbulkan, mencegah, megabaikan, atau


memperbaiki masalah-masalah kesehatan dalam kelompoknya

 Masalah-masalah kesehatan dalam keluarga saling berkaitan, dan apabila salah satu
anggota keluarga mempunyai masalah kesehatan akan berpengaruh terhadap anggota
keluarga lainnya

 Dalam memelihara kesehatan anggota keluarga sebagai individu (pasien), keluarga tetap
berperan sebagi pengambil keputusan dalam memelihara kesehatan keluarganya

 Keluarga merupakan perantara yang efektif dan mudah untuk berbagai upaya kesehatan
masyarakat

2. Keluarga sebagai pasien

Dalam melihat keluarga sebagi pasien ada beberapa karakteristik yang perlu
diperhatikan oleh perawat, diantaranya :

1. Setiap keluarga memiliki cara yang unik dalam menghadapi masalah kesehatan para
anggotanya

2. Memperhatikan perbedaan dari tiap-tiap keluarga, dari berbagi segi :

a. Pola komunikasi

b. Pengambilan keputusan
c. Sikap dan nilai-nilai dalam keluarga

d. Kebudayaan

e. Gaya hidup

3. Keluarga daerah perkotaan akan berbeda dengan keluarga di daerah pedesaan

4. Kemandirian dari tiap-tiap keluarga

C. Siklus Penyakit dan Kemiskinan dalam Keluarga

Dalam memberikan asuhan perawatan terhadap keluarga, lebih ditekankan pada


keluarga-keluarga dengan keadaan sosial perekonomian yang rendah. Keadaan social
ekonomi yang rendah pada umunya berkaitan erat dengan berbagai masalah kesehatan
yang mereka hadapi disebabkan karena ketidak mampuan dan ketidak tahuan dalam
mengatasi berbagai masalah yang meraka hadapi.

Masalah kemiskinan akan sangat mengurangi kemampuan keluarga utuk


memenuhi kebutuhan-kebutuhan keluarga terhadap kebutuhan gizi, perumahan dan
lingkungan sehat, pendidikan dan kebutuhan lainnya. Jelas kesemuannya itu dengan mudah
meyababkan suatu peyakit.

D. Pengambilan Keputusan dalam Perawatan Kesehatan Keluarga

Dalam mengatasi masalah kesehatan yang terjadi pada keluarga, yang megambil
keputusan dalam pemecahannya adalah tetap kepala keluarga atau anggota keluarga yang
di tuakan, merekalah yang menentukan masalah dan kebutuhan keluarga.

Dasar pegambilan keputusan tersebut adalah :

a. Hak dan Tanggung jawabnya sebagai kepala keluarga

b. Kewenangan dan otoritas yang telah diakui oleh masing-masing anggota keluarga
c. Hak dalam menentukan masalah dan kebutuhan pelayanan terhadap keluarga atau
anggota keluarga yang bermasalah

Diposting 19th May 2013 oleh Reni

Tambahkan komentar

5.
May

19

keperawatan komunitas

KONSEP KEPERAWATAN KESEHATAN


KOMUNITAS

Pengertian
Keperawatan kesehatan komunitas terdiri dari tiga kata yaitu keperawatan, kesehatan dan
komunitas, dimana setiap kata memiliki arti yang cukup luas. Azrul Azwar (2000)
mendefinisikan ketiga kata tersebut sebagai berikut :
1. Keperawatan adalah ilmu yang mempelajari penyimpangan atau tidak terpenuhinya
kebutuhan dasar manusia yang dapat mempengaruhi perubahan, penyimpangan atau tidak
berfungsinya secara optimal setiap unit yang terdapat dalam sistem hayati tubuh manusia,
balk secara individu, keluarga, ataupun masyarakat dan ekosistem.
2. Kesehatan adalah ilmu yang mempelajari masalah kesehatan manusia mulai dari
tingkat individu sampai tingkat eko¬sistem serta perbaikan fungsi setiap unit dalam
sistem hayati tubuh manusia mulai dari tingkat sub sampai dengan tingkat sistem tubuh.
3. Komunitas adalah sekelompok manusia yang saling berhubungan lebih sering
dibandingkan dengan manusia lain yang berada diluarnya serta saling ketergantungan
untuk memenuhi keperluan barang dan jasa yang penting untuk menunjang kehidupan
sehari-hari.

Menurut WHO (1959), keperawatan komunitas adalah bidang perawatan khusus yang
merupakan gabungan ketrampilan ilmu keperawatan, ilmu kesehatan masyarakat dan
bantuan sosial, sebagai bagian dari program kesehatan masyarakat secara keseluruhan
guns meningkatkan kesehatan, penyempumaan kondisi sosial, perbaikan lingkungan
fisik, rehabilitasi, pence-gahan penyakit dan bahaya yang lebih besar, ditujukan kepada
individu, keluarga, yang mempunyai masalah dimana hal itu mempengaruhi masyarakat
secara keseluruhan.
Keperawatan kesehatan komunitas adalah pelayanan kepera¬watan profesional yang
ditujukan kepada masyarakat dengan pendekatan pads kelompok resiko tinggi, dalam
upaya pencapaian derajat kesehatan yang optimal melalui pencegahan penyakit dan
peningkatan kesehatan dengan menjamin keterjangkauan pela¬yanan kesehatan yang
dibutuhkan dan melibatkan klien sebagai mitra dalam perencanaan, pelaksanaan dan
evaluasi pelayanan keperawatan (Spradley, 1985; Logan and Dawkin, 1987).
Keperawatan kesehatan komunitas menurut ANA (1973) adalah suatu sintesa dari praktik
kesehatan masyarakat yang dilaku¬kan untuk meningkatkan dan memelihara kesehatan
masyarakat. Praktik keperawatan kesehatan komunitas ini bersifat menye¬luruh dengan
tidak membatasi pelayanan yang diberikan kepada kelompok umur tertentu,
berkelanjutan dan melibatkan masya¬rakat.
Dari beberapa pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa perawatan kesehatan
komunitas adalah suatu bidang dalam ilmu keperawatan yang merupakan keterpaduan
antara keperawatan dan kesehatan masyarakat dengan dukungan peran serta masyarakat,
serta mengutamakan pelayanan promotif dan preventif secara berkesinambungan dengan
tanpa mengabaikan pelayanan kuratif dan rehabilitatif, secara menyeluruh dan terpadu
ditujukan kesatuan yang utuh melalui proses keperawatan untuk ikut meningkatkan
fungsi kehidupan manusia secara optimal.

.
TUJUAN KEPERAWATAN KESEHATAN KOMUNITAS
Keperawatan komunitas merupakan suatu bentuk pelayanan kesehatan yang dilakukan
sebagai upaya dalam pencegahan dan peningkatan derajat kesehatan masyarakat melalui
pelayanan keperawatan langsung (direction) terhadap individu, keluarga dan kelompok
didalam konteks komunitas serta perhatian lagsung terhadap kesehatan seluruh
masyarakat dan mempertimbangkan masalah atau isu kesehatan masyarakat yang dapat
mempengaruhi individu, keluarga serta masyarakat.

1. Tujuan Umum
Meningkatkan derajat kesehatan dan kemampuan masyarakat secara meyeluruh dalam
memelihara kesehatannya untuk mencapai derajat kesehatan yang optimal secara mandiri.
2. Tujuan khusus
a. Dipahaminya pengertian sehat dan sakit oleh masyarakat.
b. Meningkatnya kemampuan individu, keluarga, kelompok dan masyarakat untuk
melaksanakan upaya perawatan dasar dalam rangka mengatasi masalah keperawatan.
c. Tertanganinya kelompok keluarga rawan yang memerlu¬kan pembinaan dan asuhan
keperawatan.
d. Tertanganinya kelompok masyarakat khusus/rawan yang memerlukan pembinaan dan
asuhan keperawatan di rumah, di panti dan di masyarakat.
e. Tertanganinya kasus-kasus yang memerlukan penanganan tindaklanjut dan asuhan
keperawatan di rumah.
f. Terlayaninya kasus-kasus tertentu yang termasuk kelompok resiko tinggi yang
memerlukan penanganan dan asuhan keperawatan di rumah dan di Puskesmas.
g. Teratasi dan terkendalinya keadaan lingkungan fisik dan sosial untuk menuju keadaan
sehat optimal.

SASARAN KEPERAWATAN KESEHATAN KOMUNITAS


Sasaran keperawatan komunitas adalah seluruh masyarakat termasuk individu, keluarga,
dan kelompok yang beresiko tinggi seperti keluarga penduduk di daerah kumuh, daerah
terisolasi dan daerah yang tidak terjangkau termasuk kelompok bayi, balita dan ibu hamil.
Menurut Anderson (1988) sasaran keperawatan komunitas terdiri dari tiga tingkat yaitu :
1. Tingkat Individu.
Perawat memberikan asuhan keperawatan kepada individu yang mempunyai masalah
kesehatan tertentu (misalnya TBC, ibu hamil d1l) yang dijumpai di poliklinik, Puskesmas
dengan sasaran dan pusat perhatian pada masalah kesehatan dan pemecahan masalah
kesehatan individu.

2. Tingkat Keluarga.
Sasaran kegiatan adalah keluarga dimana anggota keluarga yang mempunyai masalah
kesehatan dirawat sebagai bagian dari keluarga dengan mengukur sejauh mana
terpenuhinya tugas kesehatan keluarga yaitu mengenal masalah kesehatan, mengambil
keputusan untuk mengatasi masalah kesehatan, memberikan perawatan kepada anggota
keluarga, menciptakan lingkungan yang sehat dan memanfaatkan sumber daya dalam
masyarakat untuk meningkatkan kesehatan keluarga.
Prioritas pelayanan Perawatan Kesehatan Masyarakat difo¬kuskan pada keluarga rawan
yaitu :
a. Keluarga yang belum terjangkau pelayanan kesehatan, yaitu keluarga dengan: ibu
hamil yang belum ANC, ibu nifas yang persalinannya ditolong oleh dukun dan
neo¬natusnya, balita tertentu, penyakit kronis menular yang tidak bisa diintervensi oleh
program, penyakit endemis, penyakit kronis tidak menular atau keluarga dengan
kecacatan tertentu (mental atau fisik).
b. Keluarga dengan resiko tinggi, yaitu keluarga dengan ibu hamil yang memiliki
masalah gizi, seperti anemia gizi be-rat (HB kurang dari 8 gr%) ataupun Kurang Energi
Kronis (KEK), keluarga dengan ibu hamil resiko tinggi seperti perdarahan, infeksi,
hipertensi, keluarga dengan balita dengan BGM, keluarga dengan neonates BBLR,
keluarga dengan usia lanjut jompo atau keluarga dengan kasus percobaan bunuh diri.
c. Keluarga dengan tindak lanjut perawatan

3. Tingkat Komunitas
Dilihat sebagai suatu kesatuan dalam komunitas sebagai klien.
a. Pembinaan kelompok khusus
b. Pembinaan desa atau masyarakat bermasalah

RUANG LINGKUP KEPERAWATAN KOMUNITAS


Keperawatan komunitas mencakup berbagai bentuk upaya pelayanan kesehatan baik
upaya promotif, preventif, kuratif, rehabilitatif, maupun resosialitatif. Upaya promotif
dilakukan untuk meningkatkan kesehatan individu, keluarga, kelompok dan masyarakat
dengan melakukan kegiatan penyuluhan kesehatan, peningkatan gizi, pemeliharaan
kesehatan perorangan, pemeliharaan kesehatan lingkungan, olahraga teratur, rekreasi dan
pendidikan seks.
Upaya preventif untuk mencegah terjadinya penyakit dan gang¬guan kesehatan terhadap
individu, keluarga kelompok dan masyarakat melalui kegiatan imunisasi, pemeriksaan
kesehatan berkala melalui posyandu, puskesmas dan kunjungan rumah, pemberian
vitamin A, iodium, ataupun pemeriksaan dan peme¬liharaan kehamilan, nifas dan
menyusui.
Upaya kuratif bertujuan untuk mengobati anggota keluarga yang sakit atau masalah
kesehatan melalui kegiatan perawatan orang sakit dirumah, perawatan orang sakit sebagai
tindaklanjut dari Pukesmas atau rumah sakit, perawatan ibu hamil dengan kondisi
patologis, perawatan buah dada, ataupun perawatan tali pusat bayi baru lahir
Upaya rehabilitatif atau pemulihan terhadap pasien yang dira¬wat dirumah atau
kelompok-kelompok yang menderita penyakit tertentu seperti TBC, kusta dan cacat fisik
lainnya melalui kegiatan latihan fisik pada penderita kusta, patch tulang dan lain
sebagai¬nya, kegiatan fisioterapi pada penderita stroke, batuk efektif pada penderita
TBC, dll.
Upaya resosialitatif adalah upaya untuk mengembalikan pen¬derita ke masyarakat yang
karena penyakitnya dikucilkan oleh masyarakat seperti, penderita AIDS, kusta dan wanita
tuna susila.
ahteraan lebih tinggi yang dilakukan dengan menggunakan kerangka teori dan
pendekatan sistemPengetahuan dan teknologi kesehatan baru yang terjadi sepanjang
waktu akan merubah kebutuhan kesehatan.atik.

ASUMSI KEPERAWATAN KESEHATAN KOMUNITAS


Asumsi mengenai keperawatan kesehatan komunitas yang dikemukakan ANA (1980)
yaitu keperawatan kesehatan komunitas merupakan system pelayanan kesehatan yang
kompleks, keperawatan kesehatan komunitas merupakan subsistem pelayanan kesehatan.
Penentuan kebijakan kesehatan seharusnya melibatkan penerima pelayanan, perawat dan
klien membentuk hubungan kerja sama yang menunjang pelayanan kesehatan,
lingkungan mempunyai pengaruh terhadap kesehatan klien, serta kesehatan menjadi
tanggung jawab setiap individu.

KARAKTERISTIK KEPERAWATAN
Keperawatan komunitas memiliki beberapa karakteristik, yaitu pelayanan keperawatan
yang diberikan berorientasi kepada pelayanan kelompok, fokus pelayanan utama adalah
peningkatan kesehatan dan pencegahan penyakit, asuhan keperawatan dibe¬rikan secara
komprehensif dan berkelanjutan dengan melibatkan partisipasi klien/masyarakat, klien
memiliki otonomi yang tinggi, fokus perhatian dalam pelayanan keperawatan lebih
kearah pelayanan pada kondisi sehat, pelayanan memerlukan kolaborasi interdisiplin,
perawat secara langsung dapat meng¬kaji dan mengintervensi klien dan lingkungannya
dan pelayanan didasarkan pada kewaspadaan epidemiologi.

PRINSIP PEMBERIAN PELAYANAN KEPERAWATAN KESEHATAN


KOMUNITAS
Pada saat memberikan pelayanan kesehatan, perawat komunitas harus
rnempertimbangkan beberapa prinsip, yaitu kemanfaatan dimana semua tindakan dalam
asuhan keperawatan harus memberikan manfaat yang besar bagi komunitas, pelayanan
keperawatan kesehatan komunitas dilakukan bekerjasama dengan klien dalam waktu
yang panjang dan bersifat berkelanjutan serta melakukan kerjasama lintas program dan
lintas sektoral, asuhan keperawatan diberikan secara langsung mengkaji dan intervensi,
klien dan, lingkungannya termasuk lingkungan sosial, ekonomi serta fisik mempunyai
tujuan utama peningkatan kesehatan, pelayanan keperawatan komunitas juga harus
memperhatikan prinsip keadilan dimana tindakan yang dilakukan disesuaikan dengan
kemampuan atau kapasitas dari komunitas itu. sendiri, prinsip yang lanilla yaitu otonomi
dimana klien atau komunitas diberi kebebasan dalam memilih atau melaksanakan
beberapa alternatif terbaik dalam menyelesaikan masalah kesehatan yang ada.
Prinsip dasar lainnya dalam keperawatan kesehatan komunitas, yaitu :
1. Keluarga adalah unit utama dalam pelayanan kesehatan masyarakat
2. Sasaran terdiri dari, individu, keluarga, kelompok dan masyarakat.
3. Perawat kesehatan bekerja dengan masyarakat bukan bekerja untuk masyarakat
4. Pelayanan keperawatan yang diberikan lebih menekankan pada upaya promotif dan
preventif dengan tidak melupakan upaya kuratif dan rehabilitatif.
5. Dasar utama dalam pelayanan perawatan kesehatan masyarakat adalah menggunakan
pendekatan pemecahan masalah yang dituangkan dalam proses keperawatan.
6. Kegiatan utama perawatan kesehatan komunitas adalah di¬masyarakat dan bukan di
rumah sakit.
7. Klien adalah masyarakat secara keseluruhan bark yang sakit maupun yang sehat.
8. Perawatan kesehatan masyarakat ditekankan kepada pem¬binaan perilaku hidup sehat
masyarakat.
9. Tujuan perawatan kesehatan komunitas adalah meningkat¬kan fungsi kehidupan
sehingga dapat meningkatkan derajat kesehatan seoptimal mungkin.
10. Perawat kesehatan komunitas tidak bekerja secara sendiri tetapi bekerja secara tim.
11. Sebagian besar waktu dari seorang perawat kesehatan ko¬munitas digunakan untuk
kegiatan meningkatkan kesehatan, pencegahan penyakit, melayani masyarakat yang sehat
atau yang sakit, penduduk sakit yang tidak berobat ke puskesmas, pasien yang baru
kembali dari rumah sakit.
12. Kunjungan rumah sangat penting.
13. Pendidikan kesehatan merupakan kegiatan utama.
14. Pelayanan perawatan kesehatan komunitas harus mengacu pada sistem pelayanan
kesehatan yang ada.
15. Pelaksanaan asuhan keperawatan dilakukan di institusi pela¬yanan kesehatan yaitu
puskesmas, institusi seperti sekolah, panti, dan lainnya dimana keluarga sebagai unit
pelayanan.

TANGGUNG JAWAB PERAWAT KESEHATAN KOMUNITAS


Claudia M.Smith & Frances A Mauren (1995) menjelaskan bahwa tanggung jawab
perawat komunitas adalah menyediakan pela¬yanan bagi orang sakit atau orang cacat di
rumah mencakup pengajaran terhadap pengasuhnya, mempertahankan lingkungan yang
sehat, mengajarkan upaya-upaya peningkatkan kesehatan, pencegahan, penyakit dan
injuri, identifikasi standar kehidupan yang tidak adekuat atau mengancam penyakit/injuri
serta me¬lakukan rujukan, mencegah dan melaporkan adanya kelalaian atau
penyalahgunaan (neglect & abuse), memberikan pembelaan untuk mendapatkan
kehidupan dan pelayanan kesehatan yang sesuai standart, kolaborasi dalam
mengembangkan pelayanan kesehatan yang dapat diterima, sesuai dan adekuat,
melaksanakan pelayanan mandiri serta berpartisipasi dalam mengembangkan pelayanan
profesional, serta menjamin pelayanan keperawatan yang berkualitas dan melaksanakan
riset keperawatan.
FUNGSI PERAWAT KOMUNITAS
1. Pendidik (Educator)
Perawat memiliki peran untuk dapat memberikan informasi yang memungkinkan klien
membuat pilihan dan mempertahankan autonominya. Perawat selalu mengkaji dan
memotivasi belajar klien.

2. Advokat
Perawat memberi pembelaan kepada klien yang tidak dapat bicara untuk dirinya.
3. Manajemen Kasus
Perawat memberikan pelayanan kesehatan yang bertujuan menyediakan pelayanan
kesehatan yang berkualitas, mengurangi fragmentasi, serta meningkatkan kualitas hidup
klien.
4. Kolaborator
Perawat komunitas juga harus bekerjasama dengan pelayanan rumah sakit atau anggota
tim kesehatan lain untuk mencapai tahap kesehatan yang optimal.
5. Panutan (Role Model)
Perawat kesehatan komunitas seharusnya dapat menjadi panutan bagi setiap individu,
keluarga, kelompok, dan masyarakat sesuai dengan peran yang diharapkan. Perawat
dituntut berperilaku sehat jasmani dan rohani dalam kehidupan sehari-hari.
6. Peneliti
Penelitian dalam asuhan keperawatan dapat membantu mengidentifikasi serta
mengembangkan teori-teori keperawatan yang merupakan dasar dari praktik
keperawatan.
7. Pembaharu (Change Agent)
Perawat kesehatan masyarakat dapat berperan sebagai agen pembaharu terhadap individu,
keluarga, kelompok, dan masyarakat terutama dalam merubah perilaku dan pola hidup
yang erat kaitannya dengan peningkatan dan pemeliharaan kesehatan.

Diposting 19th May 2013 oleh Reni

Tambahkan komentar

6.
May

19

keperawatan jiwa

Keperawatan jiwa adalah proses interpersonal yang berusaha untuk


meningkatkan dan mempertahankan perilaku sehingga klien dapat
berfungsi utuh sebagai manusia.

Prinsip keperawatan jiwa terdiri dari empat komponen yaitu


manusia, lingkungan, kesehatan dan keperawatan.

 Manusia

Fungsi seseorang sebagai makhluk holistik yaitu bertindak,


berinteraksi dan bereaksi dengan lingkungan secara keseluruhan.
Setiap individu mempunyai kebutuhan dasar yang sama dan penting.
Setiap individu mempunyai harga diri dan martabat. Tujuan individu
adalah untuk tumbuh, sehat, mandiri dan tercapai aktualisasi diri.
Setiap individu mempunyai kemampuan untuk berubah dan
keinginan untuk mengejar tujuan personal. Setiap individu
mempunyai kapasitas koping yang bervariasi. Setiap individu
mempunyai hak untuk berpartisipasi dalam pengambilan
keputuasan. Semua perilaku individu bermakna dimana perilaku
tersebut meliputi persepsi, pikiran, perasaan dan tindakan.

 Lingkungan

Manusia sebagai makhluk holistik dipengaruhi oleh lingkungan dari


dalam dirinya dan lingkungan luar, baik keluarga, kelompok,
komunitas. Dalam berhubungan dengan lingkungan, manusia harus
mengembangkan strategi koping yang efektif agar dapat
beradaptasi. Hubungan interpersonal yang dikembangkan dapat
menghasilkan perubahan diri individu.

 Kesehatan
Kesehatan merupakan salah satu kebutuhan dasar manusia
yang menunjukkan salah satu segi kualitas hidup manusia,
oleh karena itu, setiap individu mempunyai hak untuk
memperoleh kesehatan yang sama melalui perawatan yang
adekuat.

 Keperawatan

Dalam keperawatan jiwa, perawat memandang manusia


secara holistik dan menggunakan diri sendiri secara
terapeutik.

Metodologi dalam keperawatan jiwa adalah menggunakan


diri sendiri secara terapeutik dan interaksinya interpersonal
dengan menyadari diri sendiri, lingkungan, dan interaksinya
dengan lingkungan. Kesadaran ini merupakan dasar untuk
perubahan. Klien bertambah sadar akan diri dan situasinya,
sehingga lebih akurat mengidentifikasi kebutuhan dan
masalah serta memilih cara yang sehat untuk mengatasinya.
Perawat memberi stimulus yang konstruktif sehingga
akhirnya klien belajar cara penanganan masalah yang
merupakan modal dasar dalam menghadapi berbagai
masalah.

Proses Keperawatan Kesehatan Jiwa Pemberian asuhan


keperawatan merupakan proses terapeutik yang melibatkan
hubungan kerja sama antara perawat dengan klien, dan
masyarakat untuk mencapai tingkat kesehatan yang optimal
( Carpenito, 1989 dikutip oleh Keliat,1991).

Perawat memerlukan metode ilmiah dalam melakukan


proses terapeutik tersebut, yaitu proses keperawatan.
Penggunaan proses keperawatan membantu perawat dalam
melakukan praktik keperawatan, menyelesaikan masalah
keperawatan klien, atau memenuhi kebutuhan klien secara
ilmiah, logis, sistematis, dan terorganisasi. Pada dasarnya,
proses keperawatan merupakan salah satu teknik
penyelesaian masalah (Problem solving).
Proses keperawatan bertujuan untuk memberikan asuhan
keperawatan sesuai dengan kebutuhan dan masalah klien
sehingga mutu pelayanan keperawatan menjadi optimal.
Kebutuhan dan masalah klien dapat diidentifikasi,
diprioritaskan untuk dipenuhi, serta diselesaikan. Dengan
menggunakan proses keperawatan, perawat dapat terhindar
dari tindakan keperawatan yang bersifat rutin, intuisis, dan
tidak unik bagi individu klien. Proses keperawatan
mempunyai ciri dinamis, siklik, saling bergantung, luwes,
dan terbuka. Setiap tahap dapat diperbaharui jika keadaan
klien klien berubah.
Tahap demi tahap merupakan siklus dan saling bergantung.
Diagnosis keperawatan tidak mungkin dapat dirumuskan jika
data pengkajian belum ada. Proses keperawatan merupakan
sarana / wahana kerja sama perawat dan klien. Umumnya,
pada tahap awal peran perawat lebih besar dari peran klien,
namun pada proses sampai akhir diharapkan sebaliknya
peran klien lebih besar daripada perawat sehingga
kemandirian klien dapat tercapai. Kemandirian klien
merawat diri dapat pula digunakan sebagai kriteria
kebutuhan terpenuhi dan / atau masalah teratasi.

Manfaat Proses Keperawatan Bagi Perawat.

a. Peningkatan otonomi, percaya diri dalam memberikan


asuhan keperawatan.

b. Tersedia pola pikir/ kerja yang logis, ilmiah, sistematis,


dan terorganisasi.

c. Pendokumentasian dalam proses keperawatan


memperlihatkan bahwa perawat bertanggung jawab dan
bertanggung gugat.

d. Peningkatan kepuasan kerja.

e. Sarana/wahana desimasi IPTEK keperawatan.

f. Pengembangan karier, melalui pola pikir penelitian.


Bagi Klien

a. Asuhan yang diterima bermutu dan


dipertanggungjawabkan secara ilmiah.
b. Partisipasi meningkat dalam menuju perawatan mandiri
(independen care).
c. Terhindar dari malpraktik.

Diposting 19th May 2013 oleh Reni

Tambahkan komentar

2.

May

17

keperwatan anak
 1. KEPERAWATAN ANAK DALAM KONTEKS KELUARGA OLEH:
NURLINA,S.ST
 2. PERSPEKTIF KEPERAWATANANAK
 3. merupakan keyakinan atau cara pandangFilosofi Keperawatan Anak perawat
dalam memberikan pelayanan keperawatan pada anak : keperawatan yang
berfokus pada keluarga, pencegahan terhadap trauma dan Perawatan berfokus
pada keluarga Elemen pokok asuhanmanajemen kasus.  Hubungan anak dan
orangtua adalah unik yang berpusat pada keluarga : Orangtua dapat memberikan
asuhan yang efektif selama hospitalisasi Kerjasama dalam model asuhan adalah
fleksibel dan menggunakananaknya. Keberhasilam darikonsep dasar asuhan
keperawatan anak. pendekatan ini tergantung pada kesepakatan tim kesehatan
untuk mendukung kerjasama yang aktif dari orangtua. Kesepakatan untuk
menggunakan pendekatan family centered tidak cukup hanya dari  Atraumatic
care perawat tetapi juga seluruh petugas yang ada. perawatan yang tidak
menimbulkan adanya trauma pada anak & difokuskan pada pencegahan terhadap
trauma yangkeluarga merupakan bagiandalam keperawatan anak
 4. Prinsip utama dalam asuhan terapeutik :1. Cegah atau turunkan dampak
perpisahan antara orangtua dan anak dgn menggunakanpendekatan family
centered2. Tingkatkan kemampuan orangtua dalam mengontrol perawatan
anaknya3. Cegah atau kurangi cedera baik fisik maupun psikologi.4. Modifikasi
lingkungan fisik rumah sakit dengan lingkungan yang bernuansa anakManajemen
KasusBagian utama dalam pemberian asuhan keperawatan secara utuh :
pengelolaan kasus secarakomprehensif melalui upaya pengkajian, penentuan
diagnosa, perencanaan, pelaksanaan,dan evaluasi berbagai kasus baik yang akut
maupun kronis. Pendekatan psikologis yangdilakukan dengan mempersiapkan
scara fisik, memberi kesempatan orangtua danmenciptakan lingkungan yang
nyaman bagi anak dan orangtua dengan berprinsip padaupaya pencegahan dan
peningkatan kesehatan.
 5. Paradigma Keperawatan Anak merupakan suatu landasan berfikir dalam
penerapan ilmu keperawatan anak tetap mengacu pada konsep paradigma
terdirikeperawatan

secara umum dari empat komponen, di antaranya manusia dalam hal ini anak,
keperawatan, sehat-sakit dan lingkungan yang dapat digambarkan sebagai berikut :
Manusia (Anak) Sehat-Sakit Lingkungan Keperawatan

 6. Manusia sebagai klien dalam keperawatan anak adalahManusia (Anak)


individu yang berusia antara 0 – 18 tahun, yang berada dalam suatu rentang
perubahan perkembangan dari bayi sampai remaja. Sebagai individu yang
sedang dalam proses tumbuh kembang, anak mempunyai kebutuhan spesifik
(fisik, psikologis, sosial dan spiritual) yang berbeda dengan orang dewasa
Diyakini bahwa anak bukan miniatur orang dewasa, harta dan kekayaan orang tua
yang nilainya dihitung secara ekonomi tetapi anak adalah mahluk yang unik dan
utuh, biopsiko-sosio cultural spritual Anak merupakan anggota unit keluarga
dalam suatu kultur dan masyarakat, maka keperawatan anak tidak boleh hanya
memperhatikan anak itu sendiri,akan tetapi kultur keluarga dan masyarakat harus
diperhatikan . Sebagai bagian dari keluarga salah satu bagian yang penting adalah
keterlibatan anggota keluarga dalam memberikan pelayanan perawatan Anak
merupakan masa depan bangsa dan negara (dunia) yang berhak atas pelayanan
kesehatan untuk memenuhi kebutuhan spesifiknya pada tiap tahap usia
 7. Sehat-Sakit Rentang sehat-sakit merupakan batasan yang dapat diberikan
bantuan pelayanan keperawatan pada anak. Rentang ini adalah suatu alat ukur
dalam menilai status kesehatan yang bersifat dinamis dalam setiap waktu. Sehat-
sakit berada dlam suatu rentang mulai dari sehat opimal pada satu kutub sampai
meninggal pad kutub berikutnya seperti terlihat berikut ini : Sehat Optimal Sakit
Berat Sepanjang rentang tersebut, anak memerlukan bantuan perawatMeninggal
baik secara langsung maupun tidak langsung dengan melakukan bimbingan
antisipasi pada orangtuanya
 Lingkungan dalam8. Lingkungan paradigma keperawatan anak yang dimaksud
adalah lingkungan internal maupun eksternal yang berperan dalam perubahan
status kesehatan anak. Lingkungan internal di antaranya adalah
genetik,kematangan biologis, jenis kelamin, intelektual, emosi dan adanya
predisposisi atau Lingkungan eksternal yaitu statusresistensi terhadap penyakit.
nutrisi, orangtua, saudara sekandung (sibling), masyarakat/kelompok sekolah,
kelompok/geng, disiplin yang ditanamkan orangtua, status sosial ekonomi.
Perkembangan anak sangat dipengaruhi rangsangan terutama dari lingkungan
eksternal yaitu lingkungan yang aman, peduli dan penuh kasih sayang
 9. Keperawatan bentuk pelayanan keperawatan yang diberikan kepada anak
dalam mencapai pertumbuhan dan perkembangan secara optimal dengan
melibatkan keluarga Fokus utama dalam pelaksanaan pelayanan keperawatan
adalah peningkatan kesehatan dan pencegahan penyakit, dengan falsafah yang
utama, yaitu asuhan keperawatan yang berpusat pada keluarga dan perawatan
yang terapeutik Keperawatan kesehatan anak meliputi hubungan antara perawat
dengan anak & perawat dengan keluarga di mana perawat tidak semata-mata
merawat anak selama sakit, tetapi bertanggung jawab secara keseluruhan yang
memungkinkan pemenuhan kebutuhan anak keluarga. Perawat dipandang sebagai
orang yang dapat bekerja secara efektif dengan bayi dan anak. Perawat harus
berfikir kritis, menggunakan ilmu dan mempunyai keterampilan professional
untuk dapat memberikan asuhan keperawatan yang berkualitas Dua konsep yang
mendasari dalam kerjasama orangtua-perawat ini adalah memfasilitasi keluarga
untuk aktif terlibat dalam asuhan keperawatan anaknya dan memberdayakan
kemampuan keluarga baik dari aspek pengetahuan, keterampilan maupun sikap
dalam melaksanakan perawatan anaknya di rumah sakit melalui interaksi yang
terapeutik dengan keluarga Lingkungan di sekitar anak memegang peranan
penting, perawat perlu memahami bagaimana anak berinteraksi dengan
lingkungannya
 10. individu Anak bukan miniatur orang dewasa Prinsip Perawatan Anak yang
unik yg mempunyai kebutuhan yang khusus sesuai tumbuh kembang Pelayanan
keperawatan anak berorientasiyang berbeda dengan anak lain. pada pencegahan
penyakit dan peningkatan derajat kesehatan, bukan hanya Keperawatan anak
merupakan disiplin ilmumengobati anak yang sakit. yang berfokus pada
kesejahteraan anak sehingga perawat bertanggung jawab secara komprehensif
memberikan askep yang memungkinkan pemenuhan Praktek keperawatan anak
mencakupkebutuhan bagi anak dan keluarganya. kontrak (bisa formal/informal)
dengan aanak dan keluarga untuk mencegah, mengkaji dan mengintervensi dan
meningkatkan kesejahteraan hidup dengan menggunakan proses keperawatan
yang sesuai dengan aspek Tujuan perawatan anak dan remajamoral (etik) dan
aspek hukum (legal). adalah untuk meningkatkan maturasi/kematangan yang
sehat bagi anak dan remaja sebagai mahluk biopsikososial dan spiritual dalam
konteks keluarga dan Pada masa yang akan datang kecenderungan
padamasyarakat. ilmu kesehatan anak lebih berfokus pada ilmu tentang tumbuh
 11. Famili Advocaci ( Pembelaan )Peran Perawat Anak Bersama keluarga
perawat mengidentivikasi kebutuhan anak, tujuan dan merencanakan intervensi
keperawatan yang cocok untuk memenuhi kebutuhan anak dan dan
menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan tum-bang anak Prevention /
Fasilitator Merencanakan perawatan dalam berbagai aspek tum-bang (nutrisi,
immunisasi, keamanan , perawatan gigi, sosialisasi, disiplin sekolah) Pendekatan
yang paling baik : pendidikan dan petunjuk antisipasi Health Teaching Perawat
sebagai role model bagi orang tua dan anak bagaimana merawat anak dan
pengaruh kebiasaan hidup sehari-hari terhadap kesehatan anak Support /
Counseling cara bermacam – macam misalnya : dengan mendengarkan,
sentuhan, kehadiran fisik, hal ini dapat menolong anak untuk mengadakan
komunikasi non verbal Therapeutik Role Bertugas untuk memenuhi kebutuhan
fisik dan mental anak, termasuk makan, minum, mandi, Bak/BAB, pakaian,
keamanan sosialisasi
 12. Perbedaan Anak Dengan Orang DewasaEmpat macam perbedaan antara anak
dan orang dewasa : Struktur fisik Proses fisiologis Kemampuan berpikir
Tanggapan terhadap pengalaman masa lalu
A. KONSEP KELUARGA

1. Pengertian

Keluarga adalah dua atau lebih individu yang bergabung karena


hubungan darah, perkawinan atau pengangkatan dan mereka hidup
dalam suatu rumah tangga, berinteraksi satu sama lain, dan di dalam
peranannya masing-masing menciptakan serta mempertahankan
kebudayaan. (Bailon dan Maglaya, 1989 dikutip Nasrul Effendy,
1998, hal ; 32 - 33).

Keluarga adalah unit terkecil dari masyarakat yang terdiri atas kepala keluarga
dan beberapa orang yang berkumpul dan tinggal di suatu
tempat dibawah suatu atap dalam keadaan saling ketegantungan.
( Departemen Kesehatan RI, 1988 dikutip Nasrul Effendy,1998, hal ; 32).

Dari kedua definisi diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa keluarga adalah :

1. Unit terkecil dari masyarakat

2. Terdiri dari 2 orang atau lebih

3. Adanya ikatan perkawinan dan pertalian darah

4. Hidup dalam satu rumah tangga


5. Di bawah asuhan seorang kepala keluarga

6. Berinterkasi diantara sesama anggota keluarga

7. Setiap anggota keluarga mempunyai perannya masing-masing

8. Menciptakan, mempertahankan suatu budaya

2. Ciri – ciri Struktur Keluarga

Menurut Anderson Carter , dikutip Nasrul Effendy 1998 hal 33 dibagi menjadi 3
yaitu :

1. Terorganisasi : Saling berhubungan, saling ketergantungan antara anggota keluarga.

2. Ada Keterbatasan : Setiap anggota memiliki kebebasan tetapi mereka juga mempunyai
keterbatasan dalam menjalankan fungsi dan tugasnya masing – masing.

3. Ada perbedaan dan kekhususan : Setiap anggota keluarga mempunyai peranan dan
fungsinya masing – masing.

4. Tipe Keluarga Menurut Nasrul Effendy (1998) hal 33 – 34 tipe keluarga terdiri dari :

a. Keluarga inti (Nuclear Family)


Adalah keluarga yang terdiri dari ayah, ibu dan anak- anak.

b. Keluarga besar (Extended Family)


Adalah keluarga inti di tambah sanak saudara, misalnya ; nenek, kakek, keponakan,
saudara sepupu, paman, bibi dan sebagainya.

c. Keluarga berantai (Serial Family)


Adalah keluarga yang terdiri dari pria dan wanita yang menikah lebih dari satu kali dan
merupakan suatu keluarga inti.
d. Keluarga duda atau janda (Single Family)
Adalah keluarga yang terjadi karena perceraian atau kematian.

e. Keluarga berkomposisi (Compocite)


Adalah keluarga yang berpoligami yang hidup bersama.

f. Keluarga kabitas (Cahabitation)


Adalah keluarga yang terdiri dari dua orang menjadi satu tanpa pernikahan tetapi
membentuk satu keluarga.

3. Peran Keluarga

Berbagai peranan yang terdapat didalam keluarga menurut Nasrul Effendy 1998,
hal 34 adalah sebagai berikut :

a. Peran ayah : Ayah sebagai suami dari istri dan anak – anak, berperan sebagai pencari
nafkah,pendidik, pelindung, dan pemberi rasa aman, sebagai kepala keluarga, sebagai
anggota dari kelompok sosialnya serta sebagai anggota masyarakat dari lingkungannya.

b. Peran ibu : Sebagai istri dan ibu dari anak – anaknya. Ibu mempunyai peranan untuk
mengurus rumah tangga sebagai pengasuh dan pendidik anak – anaknya, pelindung dan
sebagai salah satu kelompok dari peranan sosialnya serta sebagai anggota masyarakat
dari lingkungannya, disamping itu juga ibu dapat berperan sebagai pencari nafkah
tambahan dalam keluarganya.

c. Peran anak : Anak – anak melaksanakan peranan psikososial sesuai dengan tingkat
perkembangannya baik fisik, mental, sosial dan spiritual.
4. Fungsi Keluarga

Fungsi keluarga menurut Friedman, 1998 hal 100, didefinisikan sebagai hasil atau
konsekwensi dari struktur keluarga. Lima fungsi keluarga yang paling berhubungan erat
saat mengkaji dan mengintervensi keluarga adalah ;

a. Fungsi Afektif (Fungsi pemeliharaan kepribadian) : untuk stabilitas kepribadian kaum


dewasa, memenuhi kebutuhan – kebutuhan para anggota keluarga.

b. Sosialisai dan Fungsi penempatan sosial : untuk sosialisasi primer anak – anak yang
bertujuan untuk membuat mereka menjadi anggota masyarakat yang produktif, dan juga
sebagai penganugrahan status anggota keluarga.

c. Fungsi Reproduksi : untuk menjaga kelangsungan keturunan/generasi dan menambah


sumber daya manusia, juga untuk kelangsungan hidup masyarakat.

d. Fungsi Ekonomis : untuk mengadakan sumber – sumber ekonomi yang memadai dan
mengalokasikan sumber – sumber tersebut secara efektif.

e. Fungsi Perawat Kesehatan : untuk mengadalan kebutuhan-kebutuhan fisik – pangan,


sandang, papan dan perawatan kesehatan.

5. Tahap perkembangan keluarga

Menurut Duvall (1977) dikutip Friedman, 1998; hal 109 –135, tahap dan tugas
perkembangan keluarga ada 8, yaitu:

a. Keluarga pemula

 membangun perkawinan yang saling memuaskan

 menghububgkan jaringan persaudaraan secara harminis

 keluarga berencana (keputusan tentang kedudukan sebagai orangtua


b. Keluarga sedang mengasuh anak

 Membentuk keluarga muda sebagai sebuah unit yang mantap.

 Rekonsiliasi tugas-tugas perkembangan yang bertentangan dan kebutuhan anggota


keluarga.

 Mempertahankan hubungan perkawinan yang memuaskan

 Memperluas persahabatan dengan keluarga besar dengan menambahkan peran-peran


orangtua dan kakek nenek

c. Keluarga dengan anak usia prasekolah

 Memenuhi kebutuhan anggota keluarga se[erti rumah, ruang bermain, privasi, keamanan

 Mensosialisasikan anak

 Mengintegrasikan anak yang baru sementara tetap memenuhi kebutuhan anak-anak yang
lain

 Mempertahankan hubungan yang sehat dalam keluarga

d. Keluarga dengan anak usia sekolah

 Mensosialisasikan anak-anak, termasuk meningkatkan prastasi sekolah dan


mengembangkan hubungan dengan teman sebaya yang sehat

 Mempertahankan hubungan perkawinan yang memuaskan

 Memenuhi kebutuhan kesehatan fisik anggota keluarga.

e. Keluarga dengan anak remaja


 Mengembangkan kebebasan dengan tanggungjawab ketika remaja menjadi dewasa dan
semakin mandiri

 Memfokuskan kembali hubungan perkawinan

 Berkomunikasi secara terbuka antara orangtua dan anak-anak

f. Keluarga melepaskan anak dewasa muda

 Memperluas siklus keluarga dengan memasukkan anggota keluarga baru didapatkan


melalui perkawinan anak-anak

 Melanjutkan untuk memperbaharui dan menyesuaikan kembali hubungan perkawinan

 Membantu orangtua lanjut usia dan sakit-sakitan dari suami maupun istri

g. Orangtua usia pertengahan

 Menyediakan lingkungan yang meningkatkan kesehatan

 Mempertahankan hubungan – hubungan yang memuaskan dan penuh arti dengan para
orangtua lansia dan anak-anak

 Memperkokoh hubungan perkawinan

h. Keluarga lansia

 Mempertahankan pengaturan hidup yang memuaskan

 Menyesuaikan terhadap pendapatan yang menurun

 Mempertahankan hubungan perkawinan

 Menyesuaikan diri terhadap kehilangan pasangan


 Mempertahankan ikatan keluarga antar generasi

 Meneruskan untuk memahami eksistensi mereka (penelaahan dan integrasi hidup)

6. Tugas Kesehatan Keluarga

Tugas kesehatan keluarga menurut Nasrul effendy, 1998, hal 42, adalah sebagai berikut :

a. Mengenal masalah kesehatan.

b. Membuat keputusan tindakan kesehatan yang tepat.

c. Memberi perawatan pada anggota keluarga yang sakit.

d. Mempertahankan atau menciptakan suasana rumah yang sehat.

e. Mempertahankan hubungan dengan (menggunakan) fasilitas kesehatan masyarakat.


Diposting 17th May 2013 oleh Reni

Tambahkan komentar

3.

May

17

tugas kkpi keperawatan maternitas


tugas kkpi keperawatan maternitas
KONSEP KEPERAWATAN MATERNITAS

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Keperawatan maternitas merupakan pelayanan keperawatan profesional yang ditujukan
kepada wanita usia subur yang berkaitan dengan masa diluar kehamilan, masa kehamilan,
masa melahirkan, masa nifas sampai enam minggu, dan bayi yang dilahirkan sampai
berusia 40 hari beserta keluarganya. Pelayanan berfokus pada pemenuhan kebutuhan
dasar dalam melakukan adaptasi fisik dan psikososial dengan menggunakan pendekatan
proses keperawatan. (CHS/KIKI, 1993)
Asuhan keperawatan yang diberikan bersifat holistik dengan selalu menghargai klien dan
keluarganya serta menyadari bahwa klien dan keluarganya berhak menentukan perawatan
yang sesuai untuk dirinya. Kegiatan yang dilakukan meliputi kegiatan advokasi dan
mendidik WUS dan melakukan tindakan keperawatan dalam mengatasi masalah
kehamilanpersalinan dan nifas, membantu dan mendeteksi penyimpangan-penyimpangan
secara dini dari keadaan normal selama kehamilan sampai persalinan dan masa diantara
dua kehamilan, memberikan konsultasi tentang perawatan kehamilan, pengaturan
kehamilan, membantu dalam proses persalinan dan menolong persalinan normal,
merawat wanita masa nifas dan bayi baru lahir sampai umur 40 hari menuju kemandirian,
merujuk kepada tim kesehatan lain untuk kondisi-kondisi yang membutuhkan
penanganan lebih lanjut.

BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Konsep Keperawatan Maternitas


A. Pengertian
Keperawatan Maternitas merupakan persiapan persalinan serta kwalitas pelayanan
kesehatan yang dilakukan dan difokuskan kepada kebutuhan bio-fisik dan psikososial
dari klien, keluarga , dan bayi baru lahir.
(May & Mahlmeister, 1990)

Keperawatan Maternitas merupakan sub system dari pelayanan kesehatan dimana


perawat berkolaborasi dengan keluarga dan lainnya untuk membantu beradaptasi pada
masa prenatal, intranatal, postnatal, dan masa interpartal.
(Auvenshine & Enriquez, 1990)

Keperawatan Maternitas merupakan pelayanan yang sangat luas, dimulai dari konsepsi
sampai dengan enam minggu setelah melahirkan.
(Shane,et.al.,1990)

Keperawatan Maternitas merupakan pelayanan professional berkwalitas yang difokuskan


pada kebutuhan adaptasi fisik dan psikososial ibu selama proses konsepsi / kehamilan,
melahirkan, nifas, keluarga, dan bayi baru lahir dengan menekankan pada pendekatan
keluarga sebagai sentra pelayanan.
(Reede, 1997)

Keperawatan Maternitas merupakan pelayanan keperawatan profesional yang ditujukan


kepada wanita usia subur (WUS) yang berkaitan dengan masa diluar kehamilan, masa
kehamilan, masa melahirkan, masa nifas sampai enam minggu, dan bayi yang dilahirkan
sampai berusia 40 hari beserta keluarganya. Pelayanan berfokus pada pemenuhan
kebutuhan dasar dalam melakukan adaptasi fisik dan psikososial dengan menggunakan
pendekatan proses keperawatan.
(CHS/KIKI, 1993)
B. Peran Perawat

Peran perawat dalam keperawatan maternitas menurut Reeder (1997):


1. Pelaksana
2. Pendidik
3. Konselor
4. Role model bagi para ibu
5. Role model bagi teman sejawat
6. Perumus masalah
7. Ahli keperawatan
Peran perawat dalam keperawatan maternitas menurut Old(1988), Bobak & Jensen
(1993):
1. Member pelayanan
2. Advocate
3. Pendidik
4. Change Agent
5. Political Activist
6. Peneliti

C. Pendekatan Pelayanan Keperawatan


Pendekatan pelayanan dalam keperawatan maternitas yaitu:
1. Holistik
2. Penghargaan terhadap pasien
3. Peningkatan kemampuan pasien Kemandirian
4. Pemanfaatan & peningkatan sumber daya yang diperlukan
5. Proses keperawatan
6. Berpusat pada keluarga= FCMC (Family Centered Maternity Care)
7. Caring: Siap dengan klien; Menghargai system nilai; Memenuhi kebutuhan dasar klien;
Penyuluhan/konseling kesehatan.

D. Model Konsep
*FCMC (Family Centered Maternity Care):
1. Melaksanakan kelas untuk pendidikan prenatal orang tua.
2. Mengikut serta keluarga dalam perawatan kehamilan, persalinan, dan nifas.
3. Mengikut sertakan keluarga dalam operasi.
4. Mengatur kamar bersalin sepeti suasana rumah.
5. Menetapkan peraturan yang flexibel.
6. Menjalankan system kunjungan tidak ketat.
7. Mengadakan kontrak dini bayi dan orang tua.
8. Menjalankan rooming-in (Ruang rawat gabung untuk ibu hamil).
9. Mengikut sertakan anak-anak dalam proses perawatan.
10.Melibatkan keluarga dalam perawatan NICU.
11. Pemulangan secepat mungkin dengan diikuti Follow-up.
*Tradisional Care:
1. Memisahkan ibu dari keluarga selama proses persalinan.
2. Memindahkan klien: dari ruang penerimaan ke ruang persalinan.
3. Melarang ibu beraktifitas selama proses persalinan.
4. Melakukan tindakan rutin: episitomi, obat-obatan.
5. Tidak ada keluarga ikut dalam proses persalinan & operasi.
6. Kontak orang tua & anak kurang.
7. Pemberian susu bayi dibatasi.
8. Waktu berkunjung dibatasi.
9. Rooming-in dibatasi.
10. Tidak ada Follow-up ke rumah.
11. Kontrol postpartum rutin pada hari minggu ke enam.

*Model Konsep “Self Care Orem” :


• Penekanan pada aktifitas mandiri kemudian mencapai kesejahteraan ibu & bayi.
• Pada Maternal: mampu mandiri dalam perawatan diri.
• Melihat dari kemampuan.
• Berdasarkan kondisi.

*Model Konsep “Adaptasi” :


• Mempunyai kemampuan adaptasi dalam rangka mencapai kebutuhan.
• Manusia selalu konstan berinteraksi dengan lingkungan (selalu berubah).
• Maternal sepanjang proses konsepsi sampai postpartum terjadi perubahan fisik,
psikologis, dan social.
*Model Konsep “I King” :
• Personal.
• Interpersonal.
• Social (Dinamik, interaksi mudah diberikan informasi & memberikan informasi).

2.2 PERSPEKTIF KEPERAWATAN MATERNITAS


A. Sejarah
Pendamping Persalinan : Perempuan, berkeluarga, mempunyai anak banyak

B. Tujuan
Tujuan keperawatan maternitas adalah:
1. Membantu wanita usia subur & keluarga dalam masalah produksi & menghadapi
kehamilan.
2. Membantu PUS untuk memahami kehamilan, persalinan, & nifas adalah normal.
3. Member dukungan agar ibu memandang kehamilan, persalinan, & nifas adalah
pengalaman positif & menyenamgkan.
4. Membantu mendeteksi penyimpangan secara dini.
5. Member informasi tentang kebutuhan calon orang tua.
6. Memahami keadaan social & ekonomi ibu.
C. Karakteristik
Karakteristik keperawatan maternitas yaitu:
1. Fokus kebutuhan dasar = Sejahtera
2. Pendekatan keluarga = FCMC
3. Tindakan khusus dengan peran perawat.
4. Terjadi interaksi = Strategi Pelayanan
5. Kerja dalam Tim = Semua yang terkait.

D. Paradigma Keperawatan
Paradigma keperawatan merupakan suatu cara pandang dari profesi keperawatan untuk
melihat suatu kondisi dan fenomena yang terkait secara langsung dengan aktifitas yang
terjadi dalam profesi tersebut.
Paradigma keperawatan pada keperawatan maternitas meliputi manusia, lingkungan,
sehat dan keperawatan.

a. Manusia
Manusia terdiri dari:
• WUS
• PUS
• Perempuan dan Janin
• Perempuan masa persalinan
• Perempuan nifas hingga 6 minggu
• Bayi sampai usia 40 hari
• Keluarga
• Masyarakat Unik, Utuh, Tumbang.

b. Lingkungan
Lingkungan terdiri dari:
• Anggota keluarga
• Masyarakat :
Sikap, nilai, & perilaku

Lingkungan Budaya & Sosial

Psikologi (Termasuk Fisik)

Sikap, nilai dan prerilaku seseorang sangat dipengaruhi oleh lingkungan budaya dan
social disamping pengaruh fisik Proses kehamilan danpersalinan serta nifas akan
melibatkan semua anggota keluarga dan masyarakat. Proses kelahiran merupakan
permulaan suatu bentuk hubungan baru dalam keluarga yang sangat penting, sehingga
pelayanan maternitas akan mendorong interaksi yang positif dari orang tua, bayi dan
angota keluarga lainnya dengan menggunakan sumber-sumber dalam keluarga.
c. Sehat
Sehat adalah suatu keadaan terpenuhinya kebutuhan dasar, bersifat dinamis, tergantung
dari perubahan-perubahan fisik & psikososial “Adaptasi”.
Setiap individu memiliki hak untuk lahir sehat sehingga WUS dan ibu memiliki hak
untuk mendapatkan pelayanan kesehatan yang berkualitas. Ibu dapat beradaptasi terhadap
perubahan yang terjadi, baik fisik maupun psikososial.
Kesejahteraan Reproduksi adalah keadaan sejahtera fisik, mental, & social secara utuh,
tidak semata-mata bebas dari penyakit / kecacatan dalam semua hal yang berkaitan
dengan sistem reproduksi serta fungsi & prosesnya.
(Konferensi sedunia IV tentang Wanita, Beijing 1995)

d. Keperawatan Ibu
Keperawatan ibu merupakan pelayanan keperawatan professional berkwalitas yang
difokuskan pada kebutuhan adaptasi fisik & psikososial ibu selama proses
konsepsi/kehamilan, melahirkan, nifas, keluarga, & bayi baru lahir dengan menekankan
pada pendekatan keluarga sebagai sentra pelayanan.
Keperawatan ibu memberikan asuhan keperawatan holistik dengan selalu menghargai
klien dan keluarganya serta menyadari bahwa klien dan keluarganya berhak menentukan
perawatan yang sesuai untuk dirinya.
(http://keperawatan-keperawatan.blogspot.com/2008/02/konsep-dasar-keperawatan-
maternitas.html)

E. Tatanan Pelayanan
Tatanan pelayanan keperawatan maternitas yaitu:
1. Rumah Sakit
2. Puskesmas
3. Rumah bersalin
4. Komunitas
5. Polinde

F. Standar Praktek
Menurut OGNN :
• Area Klinik =
1. Keperawatan Antepartum
2. Keperawatan Intrapartum
3. Keperawatan Postpartum

• Praktek Keperawatan =
1. Perawatan Obstetrik
2. Perawatan Ginekology
3. Perawatan Neonatal
Praktek keperawatan yang komprehensif disediakan untuk individu, keluarga, &
masyarakat dengan kerangka proses keperawatan.

• Pendidikan Kesehatan =
Penkes untuk individu, keluarga, & masyarakat merupakan bagian integral dari praktek
keperawatan OGN.

Menurut ANA, 1987:


1. Perawta membantu anak & orang tuanya untuk meningkatkan & mempertahankan
kesehatan yang optimal.
2. Perawat membantu keluarga untuk mencapai & mempertahankan keseimbangan antara
kebutuhan personal dari anggota keluarga & fungsi keluarga yang optimal.
3. Perawat memberikan pelayanan kepada klien yang membutuhkan, dan keluarga yang
mempunyai resiko untuk mencegah masalah aktual & potensial dalam kesehatan.
4. Perawat meningkatkan lingkungan yang tidak membahayakan tumbuh kembang &
sistem reproduksi.
5. Perawat mendeteksi perubahan status kesehatan & deviasi dari perkembangan yang
optimum.
6. Perawat memberikan intervensi yang tepat & pengobatan untuk meningkatkan
kesehatan & memulihkan penyakit.
7. Perawat membantu klien & keluarganya untuk mengerti & memakai koping yang baik
dengan trauma/benturan dalam perkembangan selama sakit, masa tumbang, & anak-anak.
8. Perawat mempunyai strategi yang aktif & positif untuk menggunakan sumber-sumber
dalam member pelayanan.
9. Perawat meningkatkan praktek keperawatan ibu & anak melalui penilaian praktek,
pendidikan, & penelitian.

G. Legal Etik dalam Keperawatan Maternitas

H. Konsep Keluarga Menurut Duvall & Mercer

BAB III
PENUTUP

Keperawatan maternitas merupakan salah satu bentuk pelayanan keperawatan profesional


yang ditujukan kepada wanita pada masa usia subur (WUS) berkaitan dengan system
reproduksi, kehamilan, melahirkan, nifas, antara dua kehamilan dan bayi baru lahir
sampai umur 40 hari, beserta keluarganya, berfokus pada pemenuhan kebutuhan dasar
dalam beradaptasi secara fisik dan psikososial untuk mencapai kesejahteraan keluarga
dengan menggunakan pendekatan proses keperawatan.

Setiap individu mempunyai hak untuk lahir sehat maka setiap individu berhak
mendapatkan pelayanan kesehatan yang berkualitas. Keperawatan ibu menyakini bahwa
peristiwa kelahiran merupakan proses fisik dan psikis yang normal serta membutuhkan
adaptasi fisik dan psikososial dari individu dan keluarga. Keluarga perlu didukung untuk
memandang kehamilan sebagai pengalaman yang positif dan menyenangkan. Upaya
mempertahankan kesehatan ibu dan bayinya sangat membutuhkan partisipasi aktif dari
keluarganya.

Pengalaman melahirkan anak merupakan tugas perkembangan keluarga, dapat


mengakibatkan krisis situasi selama anggota keluarga tidak merupakan satu keluarga
yang utuh. Proses kelahiran merupakan permulaan bentuk hubungan baru dalam keluarga
yang sangat penting. Pelayanan keperawatan ibu akan mendorong interaksi positif dari
orang tua, bayi dan angggota keluarga lainnya dengan menggunakan sumber-sumber
dalam keluarga. Sikap, nilai dan perilaku setiap individu dipengaruhi oleh budaya dan
social ekonomi dari calon ibu sehingga ibu serta individu yang dilahirkan akan
dipengaruhi oleh budaya yang diwarisi.

Dalam memberikan asuhan keperawatan diperlukan kebijakan umum kesehatan


(terintegrasi) yang mengatur praktek, SOP/standar operasi prosedur, etik dan
profesionalisme, keamanan, kerahasiaan pasien dan jaminan informasi yang diberikan.
Perawat memiliki komitmen menyeluruh tentang perlunya mempertahankan privasi dan
kerahasiaan pasien sesuai kode etik keperawatan.

Asuhan keperawatan yang diberikan bersifat holistik dengan selalu menghargai klien dan
keluarganya serta menyadari bahwa klien dan keluarganya berhak menentukan perawatan
yang sesuai untuk dirinya. Perawat mengadakan interaksi dengan klien untuk mengkaji
masalah kesehatan dan sumber-sumber yang ada pada klien, keluarga dan masyarakat;
merencanakan dan melaksanakan tindakan untuk mengatasi masalah-maslah klien,
keluarga dan masyarakat; serta memberikan dukungan pada potensi yang dimiliki klien
dengan tindakan keperawatan yang tepat. Keberhasilan penerapan asuhan keperawatan
memerlukan kerjasama tim yang terdiri dari pasien, keluarga, petugas kesehatan dan
masyarakat.
Diposting 17th May 2013 oleh Reni

Tambahkan komentar

4.

May

12

tugas4 "keperawatan medikal bedah"

A. PENGERTIAN

Keperawatan medical bedah adalah : Pelayanan profesional yang didasarkan Ilmu


dan teknik Keperawatan Medikal Bedah berbentuk pelayanan bio-psiko-sosio-spiritual yg
komprehensif ditujukan pada orang dewasa dgn atau yg cenderung mengalami gangguan
fisiologi dgn atau tanpa gangguan struktur akibat trauma.

Keperawatan medical bedah merupakan bagian dari keperawatan, dimana


keperawatan itu sendiri adalah : Bentuk pelayanan profesional yang merupakan bagian
integral dari pelayanan kesehatan, berbentuk pelayanan bio-psiko-sosio-spiritual yang
komprihensif ditujukan pada individu, keluarga dan masyarakat baik sakit maupun sehat
yang mencakup seluruh proses kehidupan manusia. Pelayanan keperawatan berupa
bantuan yang diberikan dengan alasan : kelemahan fisik, mental, masalah psikososial,
keterbatasan pengetahuan, dan ketidakmampuan dalam melakukan kegiatan sehari-hari
secara mandiri akibat gangguan patofisiologis, (CHS,1992).

B. KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH

Keperawatan medical bedah di lakukan dengan :

1. Pelayanan Profesional

2. Berdasarkan Ilmu Pengetahuan

3. Menggunakan scientific Metode

4. Berlandaskan Etika Keperawatan

1. Pelayanan Profesional

Seorang perawat dalam memberikan pelayanan keperawatan kepada pasien, selalu


memandang pasien secara holistic/menyeluruh baik Bio-Psiko-sosial-kultural-Spiritual.
Dalam setiap tindakan, perawat dituntut untuk memberikan asuhan keperawatan secara
professional sesuai dengan standarisasi profesi keperawatan.

Pelayanan ini diberikan oleh seorang perawat yang berkompetensi dan telah
menyelesaikan pendidikan profesi keperawatan pada jenjang yang lebih tinggi. Dalam hal
ini perawat harus bersikap Acceptance, Sensitif, Empati, dan trust kepada klien. Selain itu
perawat harus memahami dan mengaplikasikan Prinsip–Prinsip Moral dalam Praktek
Keperawatan antara lain :

1. Autonomy
2. Beneficience
3. Justice
4. Fidelity ( setia)
5. Veracity (kejujuran)
6. Avoiding killing

2. Berdasarkan Ilmu Pengetahuan

Perawat dalam melaksanakan tugasnya sudah melalui jenjang Pendidikan Formal


yang sudah ditetapkan oleh Pemerintah. Ilmu pengetahuan terus berubah dari waktu ke
waktu (dinamis), sehingga dalam memberikan Asuhan keperawatan pada Klien
berdasarkan perkembangan ilmu pengetahuan terbaru.

Dasar pengetahuan yang harus dimiliki perawat profesional antara lain :


1. Konsep sehat – sakit
2. Konsep manusia dan kebut. Dasar manusia
3. Patofisologi penyakit
4. Konsep stres – adaptasi
5. Tugas perkembangan usia dewasa
6. Proses keperawatan dan penerapannya
7. Komunikasi terapeutik
8. Konsep kolaborasi & manajemen keperawatan

3. Menggunakan scientific Metode


Dalam melaksanakan asuhan keperawatan melaui tahap-tahap dalam proses
keperawatan berdasarkan pendekatan ilmiah. Dengan menggunakan standarisasi asuhan
keperawatan yang ada (NANDA, NIC, NOC).

4. Berlandaskan Etika Keperawatan

Perawat dalam melaksanakan tugasnya, dituntut untuk dapat menerapkan asas etika
keperawatan yang ada, meliputi asas Autonomy (menghargai hak pasien/ kebebasan
pasien), Beneficience (menguntungkan bagi pasien), Veracity (kejujuran), Justice
(keadilan

PERANDANFUNGSIPERAWATDALAMKEPERAWATANMEDIKALBEDAH:

1.PeransebagaipemberiAsuhanKeperawatan.
Peran sebagai pemberi asuhan keperawatan ini dapat dilakukan perawat dengan
memeprhatikan keadaan kebutuhan dasar manusia yang dibutuhkan melalui pemberian
pelayanan keperawatan dengan menggunakan proses keperawatan sehingga dapat
ditentukan diagnosis keperawatan agar bias direncakan dan dilaksanakan tindakan yang
tepat sesuai dengan tingkat kebutuhan dasar manusia, kemudian dapat dievaluasi tingkat
perkembangannya. Pemberian asuhan keperawatan ini dilakukan dari yang
sederhanasampaidengan koma.

Aplikasi medical bedah memulihkan:


1. Berbagai penyakit dgn penyebab:
2. Trauma
4. Gangg. Sistem imun
5. Gangg. Fungsi organ
6. Degeneratif /penuaanpleks
Diposting 12th May 2013 oleh Reni

Tambahkan komentar

5.

Apr

26

tugas kkpi 3

Indonesia berpeluang jadi pusat


pengembangan vaksin dunia
Kuta (ANTARA News) - Indonesia berpeluang besar untuk menjadi pusat pengembangan
vaksin dunia melalui PT Bio Farma sebagai satu-satunya produsen vaksin di Tanah Air
yang telah mengekspor vaksin ke 117 negara.

"Untuk negara muslim, kita nomor satu, peluangnya sangat besar," kata Direktur Utama
PT Bio Farma (Persero), Iskandar, kepada pers di Kuta, Bali, Selasa.

Menurut dia, di antara 14 negara berkembang produsen vaksin, Indonesia merupakan


negara muslim yang memiliki kemampuan untuk memproduksi vaksin yang sangat
dibutuhkan bagi dunia.

Jika dibandingkan Iran yang juga merupakan produsen vaksin di negara berkembang,
peluang Indonesia sangat besar mengingat negara itu sedang mengalami kesulitan terkait
embargo teknologi sehingga belum mampu untuk mendapatkan prakualifikasi dari Badan
Kesehatan Dunia (WHO).

Saat ini, lanjut Iskandar, Bio Farma dan Badan Pengawasan Obat dan Makanan (BPOM)
telah diakui WHO melalui parkualifikasi yang dilakukan sejak 1997.

Dengan prakualifikasi itu, produsen vaksin yang terpusat di Bandung, Jawa Barat itu
memperoleh ijin untuk mengekspor vaksin ke seluruh dunia dengan kualitas tinggi
namun dengan harga terjangkau khusunya bagi negara berkembang.

Vaksin polio merupakan salah satu vaksin unggulan dengan produksi mencapai 1,4 miliar
dosis per tahun.

Dia menambahkan bahwa selain menjadi produsen vaksin dunia, Indonesia juga
berpeluang menjadi pusat untuk penelitian, dan berperan sebagai mitra penelitian vaksin
baru bagi negara berkembang.

Jelang pelaksanaan pertemuan ke-13 Jaringan Produsen Vaksin Negara-Negara


Berkembang-DCVMN yang akan digelar di Kuta 31 Oktober hingga 2 November
mendatang, Indoensia akan mengajak negara partisipan untuk berbagi pengalaman untuk
menemukan teknologi baru dalam mengembangkan vaksin dalam memerangi penyakit
menular baru.

Anda mungkin juga menyukai