Anda di halaman 1dari 4

Draft per Awal Desember 2012

PENDAHULUAN
PROFIL DAN STRATEGI PENGEMBANGAN USAHA GARAM RAKYAT
DI PROVINSI JAWA BARAT

Pada saat ini Indonesia masih menghadapi banyak kendala dalam

mengoptimalkan pemanfaatan sumberdaya kelautannya, termasuk pemanfaatan air

laut sebagai bahan baku garam (salah satu jenis sumberdaya non hayati kelautan).

Di Indonesia, pusat pembuatan garam terkonsentrasi di Pulau Madura dan Pulau

Jawa. Sentra produksi garam di Pulau Madura terletak di Kabupaten: Sumenep

(seluas 5.005 Ha), Pamekasan (seluas 1.786 Ha), dan Sampang (seluas 5.405 Ha).

Adapun di Pulau Jawa terletak di Provinsi: Jawa Barat (seluas 3.860 Ha), Jawa

Tengah (seluas 5.658 Ha), total Jawa Timur (seluas 12.197 Ha). Lokasi sentra

produksi garam lainnya adalah di: NTB (seluas 1.861 Ha), Sulawesi Selatan (1.247

Ha), serta Sumatera dan lain-lain.1 Gambar 1.1 di bawah menyajikan peta sentra-

sentra produksi garam di Indonesia.

Luas areal penggaraman di Indonesia seluruhnya sebesar 30.658 Ha,

dimana 25.542 Ha dikelola secara tradisional oleh rakyat dan 5.116 Ha dikelola oleh

PT Garam. Luas areal tambak garam yang dikelola oleh PT Garam seluruhnya

berada di Pulau Madura, yakni di: Sumenep (seluas 3.168 Ha), Pamekasan (seluas

907 Ha), dan Sampang (seluas 1.046 Ha).

1
Sumber: Kemenko Perekonomian (2011)

1
Draft per Awal Desember 2012

Gambar 1. Sentra-sentra Produksi Garam di Indonesia (PT Garam, 2012)

Kebutuhan garam nasional pada tahun 2010 yang sebesar 2.872.326

ton/tahun sebagian masih dipenuhi dengan impor garam, yakni sebanyak 2.187.631

ton/tahun. Sampai saat ini 100% garam industri masih diimpor, bahkan--dalam

beberapa tahun terakhir--sebagian garam konsumsi pun ikut pula diimpor. Sungguh

suatu kondisi yang ironis, jika Indonesia--sebagai negara maritim dengan hampir 80

% wilayahnya berupa laut dan memiliki pantai terpanjang kedua di dunia--justru

menjadi negara importir garam terbesar.

Tabel 1. Perkembangan Kebutuhan, Produksi, dan Impor Garam Nasional (dalam


ton/tahun)

2
Draft per Awal Desember 2012

Di dalam Road Map Pengembangan Garam Rakyat untuk Mewujudkan

Swasembada Garam Konsumsi dan Industri (Kementerian Koordinator Bidang

Perekonomian Republik Indonesia) tahun 2011 dinyatakan bahwa--dari berbagai

persoalan yang ada dapat diidentifikasi--beberapa isu strategis terkait sektor

pegaraman Indonesia antara lain adalah: 1) infrastruktur dan fasilitas tidak memadai

yang menyebabkan produktivitas dan kualitas rendah; 2) lemahnya kelembagaan; 3)

sulitnya akses permodalan; 4) rumitnya tata niaga yang menekan margin

keuntungan petambak garam pada titik terendah; serta 5) pelaksanaan kebijakan

importasi yang merugikan petambak garam.

Gambar 2. Pengelompokkan Permasalahan Garam Nasional (PT Garam, 2012)

Tahun 2011 pemerintah melalui Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP)

berupaya meningkatkan produksi garam nasional dengan mendorong petambak

untuk melaksanakan usaha garam melalui program Pemberdayaan Usaha Garam

Rakyat (PUGAR). Upaya-upaya yang dilakukan dalam mengatasi isu strategik

tersebut dilakukan melalui 4 (empat) kegiatan PUGAR, yaitu (1) Pemetaan Wilayah

Tambak; (2) Peningkatan Kapasitas Petambak Garam; (3) Fasilitasi Kemitraan dalam

3
Draft per Awal Desember 2012

Usaha Garam Rakyat; (4) Penyaluran Bantuan Langsung Masyarakat. KKP

menetapkan 9 (sembilan) kabupaten seluas 15.033 ha sebagai sentra PUGAR yang 2

(dua) diantaranya berada di Provinsi Jawa Barat,2 yakni Kabupaten Indramayu dan

Kabupaten Cirebon, dimana keduanya digolongkan ke dalam klaster II.

Tabel 2. Luas Lahan Eksisting dan Prospektif di Provinsi Jawa Barat (dalam Ha)
LUAS LAHAN (ha)
KABUPATEN LAHAN
EKSISTING
PROSPEKTIF
Cirebon 2.447 673
Indramayu 1.413 812
Total Jawa Barat 3.860 1.484
Sumber: Kemenko Perekonomian RI (2011)

2
Kesembilan kabupaten yang menjadi sentra PUGAR tersebut adalah: Indramayu, Cirebon,
Pati, Rembang, Sampang, Sumenep, Pamekasan, Tuban dan Nagekeo.

Anda mungkin juga menyukai