Anda di halaman 1dari 7

Kelompok 6

Tugas : Ekonomi Internasional


Anggota : 1. Yulianti Agriana Reska Salombe (2017-66-004)
2. Ratna. H. Mayor (2015-66-088)
3. Rima Anisa A Rahayaan (2015-66-048)
4. Yuniar Iriani (2017-66-032)
5. Christine Rumengan Sawaki (2017-66-030)
6. Merlin Medelin Kambu (2017-66-020)
7. Aji

BAB VIII
PERPINDAHAN FAKTOR PRODUKSI ANTAR NEGARA

8.1. Pendahuluan
Teori perdagangan klasik menganggap bahwa faktor produksi tidak secara bebas
pindah dari satu negara ke negara lain. Meskipun anggapan ini ditiadakan maka
prinsip teori perdagangan klasik itu masih tetap berlaku. Namun apabila analisa
perdagangan itu dilakukan dengan memperhatikan waktu (dinamis) maka akan
terpengaruh adanya perpindahan faktor produksi. Faktor produksi akan pindah dari
tempat yang harganya murah ke tempat yang harganya lebih mahal, dan akhirnya
harga faktor produksi akan cenderung sama di berbagai tempat. Perpindahan faktor
produksi ini dapat dianggap sebagai pengganti perdagangan barang. Misalnya, satu
negara yang tidak memiliki faktor produksi tenaga kerja yang banyak dapat
mendatangkan (mengimpor) tenaga kerja atau mengimpor barang yang padat
tenaga kerja dari negara yang banyak memiliki tenaga kerja. Tentu saja kedua
pilihan ini akan membawa implikasi ekonomi yang berbeda bagi negara penerima
dan pemberi.
Dalam bab ini akan implikasi ekonomi perpindahan faktor produksi antar negara,
meliputi faktor tenaga kerja dan modal.
8.2. Tenaga kerja
Implikasi ekonomi perpindahan tenaga kerja dari suatu negara ke negara lain dapat
dijelaskan dengan gambar berikut:
Gambar 8.1.
Efek perpindahan tenaga kerja
A MVPII B
E
Tenaga Kerja Negara I

Tenaga Kerja Negara II


W2
C F
W1 W1

MVPII
D
W3

MVPI

0 N1 N2 0

Jumlah Tenaga Kerja

Misalkan, ada dua negara I dan II, kurva MVP1 dan MVPշ masing-masing nilai
produk marjinal (marginal value product) negara I dan II. Jumlah tenaga kerja
negara I sebanyak O’Nշ dan negara II sebanyak O’Nշ. Ouput total ( yang diukur
dengan luas bidang di bawah kurva MVP) di negara I adalah OADNշ dan negara II
sebesar O’BENշ . Tingkat upah di negara I dalam keadaan persaingan faktor
produksi adalah OWꝫ sedang di negara II sebesar O’Wշ.
Apabila tenaga kerja dapat bebas pindah dan dengan biaya yang relatif rendah
maka akan terjadi perpindahan dari negara 1 ke negara II sampai tingkat upah sama,
yakni OW I dengan jumlah tenaga kerja yang pindah sebesar N I Nշ. Ouput total di
negara I turun dari OADNշ menjadi OACN 1 dan di negara II naik dari O’BENշ
menjadi O’ BCN 1. Kenaikan produksi di negara II naik ( Nշ ECN I) lebih besar
dari pada turunya produksi di negara I (N I CDNշ) yakni sebesar CED. Tingkat
upah untuk tenaga kerja yang tetap tinggal di negara II turun dari O’Wշ menjadi
O’W 1.
Disamping itu perpindahan tenaga kerja mempunyai efek pula terhadap distribusi
pendapatan dari pemilik modal dan tanah ke tenaga kerja di negara 1 dan
resdistribusi sebaliknya di negara II . di negara 1 dari ouput sebesar OADNշ ,
sejumlah OWꝫ DNշ untuk tenaga kerja dan sisanya Wꝫ AD untuk faktor produksi
lainnya ( modal dan tanah ). Setelah terjadi perpindahan tenaga kerja dari negara 1,
bagian yang diterima oleh tenaga kerja dan faktor produksi lainnya berubah masing-
masing menjadi O’W 1 CN 1 dan W’ 1 BC. Sebagai hasil migrasi, di negara 1
tenaga kerja semakin berkurang dan di negara II semakin besar , sehingga bagian
yang diterima oleh faktor produksi yang semakin berkurang ( di negara 1 )
meningkat.
Migrasi antarnegara tidak hanya di pengaruhi oleh faktor ekonomi saja, tetapi juga
oleh faktor nonekonomi seperti misalnya agama, ras, dan politik. Untuk faktor
ekonomi biasanya migrasi didasarkan pada perhitungan pendapatan dan biaya.
Harapan untuk memperoleh pendapatan yang lebih tinggi atau standar hidup yang
lebih baik merupakan tujuan pindah ke tempat / negara lain. Mereka meninggalkan
tempat yang produktivitasnya relatif rendah pindah ke tempat yang
produktivitasnya lebih tinggi mungkin dikarenakan tenaga kerjanya
dikombinasikan dengan faktor produksi lainnya yang lebih banyak dan baik
kualitasnya.
Tetapi migrasi tidak berarti tanpa biaya. Untuk pindah, baik orangnya, keluarganya
maupun barang miliknya tentu perlu biaya dan waktu. Disamping itu ada pula biaya
yang tidak langsung baik berupa ketidakenakan maupun proses penyesuaian
dengan lingkungan sosial, budaya bahasa dan sebagainya. Namun apabila menurut
perhitungannya manfaat yang diperoleh lebih besar dari biayanya migrasi akan
terjadi.
Secara demografis, efek yang nampak dari migrasi adalah adanya apa yang disebut
“brain drain”. Human capital tidak dapat dipisahkan dari orangnya yang pindah.
Tentu saja negara yang ditinggalkan akan rugi, sebaliknya yang kedatangan akan
untung.
Kebijaksanaan immigrasi berbeda antara satu negara dengan negara lain. Satu
negara yang sudah terlalu banyak penduduknya tidak akan banyak mendorong
immigrasi. Sebaliknya negara yang kurang penduduknya mendorong immigrasi
secara selektif, terutama untuk tenaga kerja yang berkualitas.
Tentu saja dalam kenyataan masih banyak faktor yang mempengaruhi perpindahan
faktor produksi antarnegara, seperti misalnya perbedaan dalam teknik produksi,
perbedaan dalam pola permintaan, dan kenyataannya tenaga kerja tidak sepenuhnya
mudah pindah.
8.3. Modal
Seperti halnya tenaga kerja, modal merupakan sumber pertumbuhan ekonomi
suatu negara, baik modal yang berasal dari dalam maupun luar negeri. Namun
bedanya, modal relatif lebih mudah pindah dari satu negara ke negara lain dengan
tujuan memperoleh pendapatan. Tentu saja perpindahan ini harus didukung
adanya kebijaksanaan pemerintah yang tidak melarang arus modal masuk dan
keluar.
Untuk negara penerima pinjaman luar negeri atau investasi dari luar negeri dapat
mendorong pertumbuhan. Modal asing sangat .perlu manakala negara belum bisa
membuat barang modal itu sendiri atau kalau dibuat sendiri biayanya mahal.
Meskipun barang modal itu harus diimpor tidak berarti hanya bisa dibiayai
dengan pinjaman luar negeri saja, tetapi juga dapat dibiayai dari sumber dalam
negeri yang diarahkan untuk produksi ekspor yang dengan devisa yang diperoleh
dapat dipakai untuk membiayai impor barang modal.
Untuk menjelaskan efek modal luar negeri terhadap produksi dan pendapatan,
secara sederhana dapat kita anggap bahwa modal luar negeri (uang) tersebut
digunakan untuk membeli barang modal dari luar negeri; dan barang modal
tersebut sama baiknya antara dalam maupun luar negeri. Masalahnya adalah
penentuan besarnya pinjaman luar negeri yang harus diambil. Untuk pinjaman
luar negeri negara peminjam harus membayar biaya bunga. Apabila pinjaman luar
negeri ini dapat mendorong pertumbuhan, kontribusinya melebihi biaya, maka
secara ekonomis tidak menimbulkan masalah.
Misalkan tenaga kerja, teknologi dan faktor produksi lain tidak berubah maka
berdasar hukum hasil pertambahan produksi yang menurun (deminishing return)
tambahan modal akan mengakibatkan tambahan hasil yang semakin menurun.
Sampai satu titik tertentu sama dengan biaya pinjaman. Dalam keadaan demikian
dikatakan bahwa daya absorpsi yang berkaitan dengan modal luar negeri terbatas
Gambar berikut ini menjelaskan daya absorpsi modal.

Gambar 8.2
Daya absorpsi modal

A
Marginal value product Kapital

C
B

E F G
D

M
H I M’ J

Stok Kapital

Kurva AM adalah nilai produk marjinal (marginal value product). Misalnya OH


adalah jumlah modal yang dimiliki, maka output total adalah daerah OACH, di
mana BAC menunjukkan upah riil yang dibayarkan kepada faktor produksi
lainnya dan OBCH menunjukkan penerimaan modal yang diinvestasikan dengan
pendapatan (yield) sebesar OB.
Misalnya negara itu mengadakan pinjaman luar negeri sehingga modal total
menjadi OJ. Output total naik menjadi OAGJ, dengan kenaikan sebesar HCGJ dan
pendapatan faktor produksi (return) naik dan DBCG menjadi DAG. Dari jumlah
modal sebesar OJ, yang dimiliki oleh negara itu hanya OH, sehingga
penghasilannya turun dari OBCH menjadi ODEH. Sisanya yang sebesar HEGJ
dibayarkan kepada pemilik modal luar negeri. ' .
Pendapatan pemilik modal dalam negeri tururr sebesar DBCE dan pindah kepada
pemilik faktor produksi lainnya yang produktivitasnya naik. Output total naik
dengan HCGJ , di mana yang sebesar ECG untuk faktor produksi nonmodal dan
sisanya sebesar HEGJ dibayarkan kepada pemilik modal luar negeri pada
pendapatan sebesar OD. Dalam kondisi nilai produk marjinal yang menurun
pinjaman luar negeri cenderung menyebabkan terjadinya redistribusi pendapatan
dari pemilik modal kepada pemilik faktor produksi lainnya di negara yang
mengimpor modal. Tentu saja hal ini akan terjadi apabila kita anggap kurva nilai
produk marjinal stabil (tidak bergeser).
Apabila pemilik modal luar negeri menghendaki pendapatan sebesar OD, maka
absorpsi'total untuk pinjaman luar negeri negara itu sebesar HJ. Jika kurva nilai
produk marjinal turun, misalnya menjadi CM' maka absorpsi modal negara turun,
menjadi HI. Penambahan modal melebihi OH apabila tidak produktif dan dengan
demikian pendapatan nol, maka daya absorpsi modal negara itu juga akan nol.
Dalam kaitan dengan ini, apabila kita bicara daya absorpsi modal,
8.4 Perpindahan Modal Antardua Negara
Dalam subbab ini akan dijelaskan implikasi ekonomi transfer modal antardua
Negara, yakni Negara I (maju) dan II (Negara berkembang) seperti gambar berikut
:
Gambar 8.3.
Perpindahan modal antaradua negara

X MVPI
MVPII Y
Marginal value product capital di
Marginal value product capital di

I J
negara II
negara I

F
E H L

G M
K
MVPII MVPI

O D C O

Stok Kapital
Modal keseluruhan yang dimiliki oleh kedua Negara adalah OO’, dimana Negara I
(maju) memiliki sebanyak O’C dan Negara II (berkembang) sebanyak O’C. kurva
nilai produk marjinal masing-masing adalah MPV1 dan MPVII. Dalam keadaan
persaingan, pendapatan factor produksi (return) akan sama dengan nilai produk
marjinal.
Sebelum adanya transfer modal, Negara I akan menanamkan modal seluruhnya
(OC) di dalam negeri dengan pendapatan sebesar OK. Output total OXGC di mana
OKGC diterima oleh pemilik modal dan KXG untuk factor produksi lainnya (tanah
dan tenaga kerja). Sama halnya di Negara II semua modalnya (O’C) ditanam
didalam Negari dengan pendapatan sebesar O’J, output total O’YIC di mana O’JIC
ditrima oleh pemilik modal dan sisanya (JYI) ditrima oleh pemilik factor produksi
lainnya.
Dengan adanya transfer modal dari Negara I ke Negara II, maka Negara I akan
menanamkan sebanyak OD di dalam negeri dan DC ditransfer ke Negara II dengan
pendapatan sbesar OXVD masih harus ditambah dengan yang diperoleh dari
Negara II sebesar DFHC sehingga diperoleh pendapatan nasional sebesar OXFHC.
Dengan transfer modal ini pendapatan Negara I naik sebesar FHG (yakni OFHC –
OXGC = FHG), sehingga Negara pemberi pinjaman (Negara I) memperoleh
keuntungan. Pendapatan factor produksi nonmodal turun dari KXG menjadi EXF
dan pendapatan modal naik dari OKGC menjadi OEHC.
Untuk Negara penerima pinjaman (Negara II) masuknya modal sebesar CD
menyebabkan pendapatan turun dari O’j menjadi O’L. Output naik dari O’YFD
atau sejumlah CIFD (yakni O’YFD – O’YID = CIFD). Dari kenaikkan ini sejumlah
CGFD dibayarkan kepada pemilik modal Negara I sehingga keuntungan yang
berupa kenikkan pendapatan Negara II adalah HIF (yakni CIFD – CHFD = HIF).
Pendapatan untuk pemilik modal dalam negeri turun dari O’JIC menjadi O’LHC,
sedangkan pendapatan pemilik factor produksi nonmodal naik dari JYI menjadi
LYF.
Secara keseluruhan (Negara I dan II) produksi total mengalami kenaikkan dari
OXGC + O’YIC menjadi OXFD + O’YFD atau sejumlah FHG + HIF (daerah yang
bergaris). Makin lambat turunya nilai produk marjinal maka akan makin besar
keuntungan yang diterima melalui pinjaman luar negeri.
8.5 Penutup
Dari uraian di atas Nampak bahwa ekonomi dunia akan memperoleh keuntungan
dengan adanya transfer factor produksi (tenaga kerja dan modal) yang ini mirip
dengan keuntungan yang timbul karena perdagangan internasional (barang) seperti
yang dikemukakan oleh teory klasik. Satu Negara yang tidak memiliki factor
produksi tenaga kerja dalam jumlah banyak dapat mendatangkan tenaga kerja dari
Negara lain atau mengimpor yang padat tenaga kerja. Kedua cara ini akan dapat
mendatangkan keuntungan. Sebaliknya Negara yang banyak memiliki modal dapat
menjual/mengekspor/barang yang padat modal atau mentrasfer modal untuk
memperoleh pendapatan di luar negeri. Outup dunia akan naik dengan adanya
realokasi factor produksi dari Negara yang nilai produk marjinalnya rendah ke
Negara yang nilai produk marjinalnya lebih tinggi, apakah melalui perdagangan
barang atau transfer factor produksi. Seperti pada perdagangan berang perpindahan
factor produksi dapat mempengaruhi distribusi pendapatan antarnegara dan harga
factor produksi cenderung sama di berabagai Negara (factor price equalization).
Dalam kondisi tertentu, nilai produk marjinal (terutama modal) turun dengan tajam.
Apabila hal ini tidak diatasi maka akan timbul masalah pembayaran pinjaman.
Salah satu alternativenya adalah dengan mengundang investasi lansung dari luar
negeri, misalnya perusahaan multinasional.

Anda mungkin juga menyukai