PENDAHULUAN
Latar Belakang
Pembangunan pertanian tanaman pangan terus ditingkatkan untuk menuju
tercapainya swasembada pangan daerah, dalam rangka meningkatkan pendapatan
petani dan keluarganya, memperluas kesempatan kerja serta untuk memenuhi
kebutuhan daerah melalui pertaniantanaman pangan. Pemerintah telah menempuh
berbagai kebijakan pokok yaitu intensifikasi, ekstensifikasi, diversifikasi dan
rehabilitasi secara serasi dan merata untuk mencapai pertanian yang tangguh.
Sektor pertanian memiliki peran strategis dalam mewujudkan ketahanan
pangan baik pada tingkat nasional, regional, sampai dengan tingkat rumah tangga.
Dari sekian banyak jenis bahan pangan, beras masih menjadi primadona bahan
pangan pokok bagi sebagian besar masyarakat Indonesia. Produksi padi di Daerah
Istimewa Yogyakarta tahun 2011 mencapai 843 ribu ton atau mengalami
pertumbunan sebesar 4,5 persen selama periode 2007 s.d. 2011 dengan
produktivitas mencapai 60,51 ku/ha untuk padi sawah dan 44,24 ku/ha untuk padi
ladang (Badan Pusat Statistik DIY, 2012).
Sistem minapadi juga telah dikenal sebagai teknologi yang mampu memberi
kontribusi positif terhadap petani padi. Minapadi merupakan salah satu bentuk
tumpang sari pemeliharaan padi di sawah bersama-sama dengan pemeliharaan ikan.
Pada dasarnya sistem ini cukup baik dan tidak membutuhkan banyak biaya
(Tim Lentera, 2002; Ampri, dan Khairuman, 2008).
Konsepsistem pertanian terpadu adalah mengkombinasikan berbagai macam
spesies tanaman dan hewan dan penerapan beraneka ragam teknik untuk
menciptakan kondisi yang cocok untuk melindungi lingkungan juga membantu
petani menjagaproduktivitas lahan mereka dan meningkatkan pendapatan mereka
dengan adanya diversifikasi usaha tani. Oleh karena itu, salah satu solusi yang bisa
digunakan untuk menjawab pembangunan ekonomi di Indonesia adalah pengem-
bangan usahatani terpadu.
Usahatani terpadu atau pertanian terpadu sangat penting artinya dalam
pembangunan pertanian karena usahatani terpadu ini memiliki banyak manfaat dan
keunggulan serta keuntungan. Menurut Sulaeman (2007), pertanian terpadu
memiliki banyak manfaat dan keunggulan, yakni: a) penyedia pangan yang paling
2
efektif dan efisien; b) merupakan bentuk pertanian yang paling baik karena hampir
tidak ada komponen yang terbuang; c) mampu meningkatkan efektifitas dan
efisiensi produksi; d) petani bisa memiliki beberapa sumber penghasilan; e) ada
asuransi atau jaminan jika salah satu komoditi gagal panen; f) terdapat hasil
sampingan ternak, kotoran, pupuk; g) mengurangi ketergantungan kepada input
eksternal; h) limbah pertanian dapatdimanfaatkan dengan mengolahnya menjadi
biomassa; i) Hemat energi dan hemat biaya; j) terdapat keseimbangan biologis,
serangan hama tidak begitu banyak; k) Ikan budidaya dalam kolam tanpa harus
membeli pakan buatan; l) Memperlakukan limbah manusia, tanaman dan hewan
dalam sistem yang sama; m)mengurangi kebutuhan pelayanan pengumpulan
sampah; n) mengembangkanalternatif pemecahan energi yang mencakup energi
biogas; o) pertanian terpadu ikan, ternak dan tanaman mampu memperbaiki
pasokan pupuk dan pakan, plus nilai pasar yang lebih tinggi dari ikan; dan p)
mampu memperbaiki kehidupan banyak petani kecil secara nyata.
Tujuan Penulisan
Adapun tujuan penulisan paper ini adalah untuk mengetahui Pengaruh
Produksi Tanaman Padi (Oryza sativa L.) Dengan Sistem Pertanian Padi Ikan
Bebek (Parlebek).
Kegunaan Penulisan
Adapun kegunaan penulisan paper ini sebagai syarat untuk dapat memenuhi
komponen penilaian di Mata Kuliah Budidaya Tanaman Pangan A: Padi, Jagung
Kedelai dan Ubi Kayu Program Studi Agroteknologi Fakultas Pertanian Universitas
Sumatera Utara, Medan. Serta sebagai sumber informasi bagi pihak yang
memerlukannya.
3
TINJAUAN PUSTAKA
Botani Tanaman Padi (Oryza sativa L.)
Tanaman padi (Oryza sativa L.) dalam sistematika tumbuhan diklasifikasikan
ke dalam divisi Angiospermae, kelas Monocotyledonae, ordo Poales, famili
Graminae dan genus Oryza (Griest 1986). Genus Oryza termasuk kecil, hanya
sekitar 25 spesies, di mana 23 adalah spesies liar dan dua yang banyak
dibudidayakan yaitu Oryza sativa L. (Vaughan 2003).
Padi merupakan tanaman semusim dengan sistem perakaran serabut.
Terdapat dua macam perakaran padi yaitu akar seminal yang tumbuh dari akar
primer radikula pada saat berkecambah dan akar adventif sekunder yang bercabang
dan tumbuh dari buku batang muda bagian bawah. Akar adventif tersebut
menggantikan akar seminal. Perakaran yang dalam dan tebal, sehat, mencengkeram
tanah lebih luas serta kuat menahan kerebahan memungkinkan penyerapan air dan
hara lebih efisien terutama pada saat pengisian gabah (Suardi 2002).
Batang padi berbentuk bulat, berongga dan beruas-ruas. Antar ruas
dipisahkan oleh buku. Ruas-ruas sangat pendek pada awal pertumbuhan dan
memanjang serta berongga pada fase reproduktif. Pembentukan anakan dipengaruhi
oleh unsur hara, cahaya, jarak tanam dan teknik budidaya. Batang berfungsi sebagai
penopang tanaman, mendistribusikan hara dan air dalam tanaman dan sebagai
cadangan makanan. Kerebahan tanaman dapat menurunkan hasil tanaman secara
drastis. Kerebahan umumnya terjadi akibat melengkung atau patahnya ruas batang
terbawah, yang panjangnya lebih dari 4 cm (Makarim dan Suhartatik 2009).
Daun padi tumbuh pada batang dan tersusun berselang-seling pada tiap buku.
Tiap daun terdiri atas helaian daun, pelepah daun yang membungkus ruas, telinga
daun (auricle) dan lidah daun (ligule). Daun teratas disebut daun bendera yang
posisi dan ukurannya tampak berbeda dari daun yang lain. Satu daun pada awal fase
tumbuh memerlukan waktu 4-5 hari untuk tumbuh secara penuh, sedangkan pada
fase tumbuh selanjutnya diperlukan waktu yang lebih lama, yaitu 8-9 hari. Jumlah
daun pada tiap tanaman bergantung pada varietas. Varietas-varietas baru di daerah
tropis memiliki 14-18 daun pada batang utama (Makarim dan Suhartatik 2009).
Bunga padi secara keseluruhan disebut malai. Tiap unit bunga pada malai
dinamakan spikelet yaitu bunga yang terdiri atas tangkai, bakal buah, lemma, palea,
putik, dan benang sari serta beberapa organ lainnya yang bersifat inferior. Tiap unit
4
bunga pada malai terletak pada cabang-cabang bulir yang terdiri atas cabang primer
dan sekunder. Tiap unit bunga padi pada hakekatnya adalah floret yang hanya
terdiri atas satu bunga, yang terdiri atas satu organ betina (pistil) dan enam organ
jantan (stamen). Stamen memiliki dua sel kepala sari yang ditopang oleh tangkai
sari berbentuk panjang, sedangkan pistil terdiri atas satu ovul yang menopang dua
stigma. Malai terdiri atas 8-10 buku yang menghasilkan cabang-cabang primer yang
selanjutnya menghasilkan cabang sekunder. Tangkai buah (pedicel) tumbuh dari
buku-buku cabang primer maupun cabang sekunder (Yoshida 1981).
Gabah terdiri atas biji yang terbungkus oleh sekam. Bobot gabah beragam
dari 12-44 mg pada kadar air 0%, sedangkan bobot sekam rata-rata adalah 20%
bobot gabah. Perkecambahan terjadi apabila dormansi benih telah dilalui. Benih
tersebut berkecambah apabila radikula telah tampak keluar menembus koleorhiza
diikuti oleh munculnya koleoptil yang membungkus daun (Yoshida 1981).
Pertumbuhan tanaman padi dibagi dalam tiga fase, yaitu fase vegetatif (awal
pertumbuhan sampai pembentukan bakal malai/primordial), fase generative/
reproduktif (primordial sampai pembungaan), dan fase pematangan (pembungaan
sampai gabah matang). Fase vegetatif merupakan fase pertumbuhan organ-organ
vegetatif, seperti pertambahan jumlah anakan, tinggi tanaman, bobot, dan luas daun.
Lama fase reproduktif untuk kebanyakan varietas padi di daerah tropis umumnya
35 hari dan fase pematangan sekitar 30 hari. Perbedaan masa pertumbuhan
ditentukan oleh lamanya fase vegetatif. Varietas IR64 matang dalam 110 hari
mempunyai fase vegetatif 45 hari, sedangkan IR8 yang matang dalam 130 hari fase
vegetatifnya 65 hari (Makarim dan Suhartatik 2009).
Syarat Tumbuh
Banyak faktor yang menyebabkan keberhasilan diantaranya pengaturan jarak
tanam. Salah satu pola tanam yang banyak digunakan diantaranya jejer legowo.
Jejer legowo yaitu pola bertanam dengan jarak dan barisan yang berselang seling
secara teratur. Hal ini bertujuan agar mudah dalam melakukan pemupukan,
penyiangan, pengendalian hama dan penyakit, serta perawatan lainnya
(Muliasari, 2009).
Menurut DEPTAN (2008) keuntungan jejer legowo diantaranya semua
barisan tanaman berada dipinggir yang biasanya memberi hasil yang lebih tinggi.
Secara otomatis semua tanaman mendapatkan cahaya matahari secara penuh dan
5
memberikan ruang kosong untuk pengaturan air, pengendalian hama dan penyakit
serta memudahkan dalam melakukan perawatan. Jarak tanam legowo biasanya
menggunakan ukuran 30 x 15 x 10 cm atau yang lebih lebar yaitu 40 x 20 x 20 cm.
Muliasari (2009) mengatakan untuk jarak tanam konvensional yang menunjukkan
hasil yang optimum yaitu jarak tanam 30x30 cm menghasilkan jumlah anakan
produktif 23,07 anakan, dihitung mulai dari umur 4-8 minggu setelah tanam (MST)
mampu menghasilkan 27,42 g dalam 1000 butir gabah.
Iklim
Padi dapat tumbuh di daerah yang mempunyai temperatur sedang sampai
tinggi dengan intensitas cahaya matahari yang panjang. Suhu rata-rata yang
sesuaiuntuk tanaman padi berkisar antara 68oC - 100oC. Suhu merupakan syarat
utama yang harus diperhatikan dalam budidaya tanaman padi karena suhu rendah
pada pertumbuhan tanaman padi akan memperlambat perkecambahan benih dan
menunda proses transplanting atau pemindahan ke lapangan (Rosmawati, 2008).
Tanaman padi membutuhkan curah hujan yang baik, yaitu rata-rata 200
mm/bulan. Curah hujan yang baik akan memberikan dampak yang baik bagi
pengairan, sehingga genangan air yang diperlukan tanaman padi sawah dapat
tercukupi dan tanaman dapat tumbuh baik pada fase vegetatif dan generatif.
Suhuyang baik untuk pertumbuhan tanaman padi yaitu 33oC ke atas, sedangkan di
Indonesia pengaruh suhu tidak terlalu terasa karena suhunya hampir konstan/stabil
sepanjang tahun. Adapun salah satu pengaruh suhu terhadap tanaman padi yaitu
kehampaan pada biji (Hasanah, 2007).
Tanah
Pemberian pupuk merupakan salah satu usaha untuk memenuhi kebutuhan
unsur hara. Oleh karena itu dosis pupuk dan jenis pupuk sangat mempengaruhi
pertumbuhan dan hasil dari tanaman padi, sehingga dari kedua faktor tersebut
menjadi permasalahan yang sering dialami oleh petani karena dalam proses
budidaya padi jarang menggunakan jarak tanam dan dosis pupuk yang baik. Hal ini
menyebabkan banyak benih yang terbuang dan penggunaan pupuk yang tidak
sesuai dengan kebutuhan yang diperlukan oleh tanaman tanaman, akibatnya biaya
yang diperlukan untuk budidaya tersebut tidak seimbang dengan hasil produksi
yang dihasilkan (DEPTAN, 2008).
6
tanaman yang diberi perlakuan sistem integrasi kompleks 8,44 ton ha-1 sedangkan
pada perlakuan konvensional hasil panen yang didapatkan tidak berbeda nyata
dengan perlakuan komplek 7,28 ton ha-1. Dengan sistem pertanian integrasi padi,
pupuk kandang bebek, ikan dan bebek dapat menggantikan sistem pertanian
konvensional dengan input anorganik berupa penggunaan bahan kimia yang
memberi cukup banyak dampak negatif terutama pada kelestarian lingkungan
dengan hasil yang tidak berbeda nyata sehingga akan berdampak ramah terhadap
lingkungan dan berkelanjutan.
11
KESIMPULAN
1. Perlakuan dengan menggunakan sistem integrasi paling kompleks padi, pupuk
kandang bebek, bebek dan ikan tidak berbeda nyata terhadap hasil dan
pertumbuhan pada sistem pertanian konvensional.
2. Hasil panen per hektar pada tanaman yang diberi perlakuan sistem integrasi
kompleks 8,44 ton ha-1 sedangkan pada perlakuan konvensional hasil panen
yang didapatkan tidak berbeda nyata dengan perlakuan komplek 7,28 ton ha-1.
3. Dengan sistem pertanian integrasi padi, pupuk kandang bebek, ikan dan bebek
dapat menggantikan sistem pertanian konvensional dengan input anorganik
berupa penggunaan bahan kimia yang memberi cukup banyak dampak negatif
terutama pada kelestarian lingkungan dengan hasil yang tidak berbeda nyata
sehingga akan berdampak ramah terhadap lingkungan dan berkelanjutan.
12
DAFTAR PUSTAKA
Ampri., K, dan Khairuman. 2008. Budidaya Ikan Nila Secara Intensif. Jakarta:
Agromedia Pustaka.
Badan Pusat Statistik DIY. 2012. Daerah Istimewa Yogyakarta dalam Angka.
Yogyakarta: Badan Pusat Statistik DIY.
Hasanah, I. 2007. Bercocok Tanaman Padi. Azka Mulia Media. Jakarta. 68 hal.
Kaimuddin. I. B dan L. Tangko. 2008. Budidaya padi sawah irigasi dengan aplikasi
azolla dan ikan nila. J. Agrivigor. 7(3):242-253.
Makarim AK, Suhartatik E. 2009. Morfologi dan fisiologi tanaman padi. Di dalam:
Suyamto, IN Widiarta, Satoto, editor. Padi: Inovasi Teknologi dan
Ketahanan Pangan. Ed ke-1. Jakarta: LIPI Press. hlm 295-330.
Muliasari, A. A. 2009. Optimasi jarak tanam dan umur bibit pada padi sawah
(Oryza sativa L.). Skripsi. Fakultas Pertanian. Institut Pertanian Bogor. 64
hal.
Tim Lentera, 2002. Kiat Mengatasi Masalah Praktis Pembesaran Ikan Mas di
Kolam Air Deras. Jakarta: Agromedia Pustaka.
Zhang, J., Zhao, B., Chen, X., dan Luo, S.2009. Insect Damage Reduction While
Maintaining Rice Yield In Duck-Rice Farming Compared With Mono Rice
Farming. J. of Sustainable Agriculture 33(8):801-809.