Dengan hormat,
Bersama dengan ini, kami menyampaikan terimakasih atas peran serta aktif
segenap dokter, dalam Rapat Kerja (Rakerwil) IDI Wilayah DIY dan
Penggalangan Komitmen segenap dokter di seluruh DIY. Acara kebersamaan kita
telah terselenggara dengan baik di Hotel Atria dan Sungai Elo Magelang Jawa
Tengah, pada hari Sabtu dan Minggu, 19 dan 20 Januari 2019.
Ucapan terimakasih, notula rapat komisi, dan materi kebersamaan kita dapat
diunduh pada link berikut :
https://drive.google.com/drive/folders/1JC4CBCd9DIcb4wRVtzQbSyhtVVt6WFeq
?ogsrc=32
Ketua,
Dr. Choirul Anwar, MKes
(NPA IDI : 1404.25707)
Sekretaris,
DR. Dr. Fx. Wikan Indrarto, SpA
(NPA IDI : 1401.32378)
DAFTAR PESERTA RAKERWIL IDI WILAYAH DIY
Hotel Atria Magelang
Sabtu dan Minggu, 19 dan 20 Januari 2019
sekian
Notula Rapat Komisi A pada Rakerwil IDI Wilayah DIY 2019
KOMISI A (ORGANISASI) :
6. Ketua MKEK Wilayah dipilih oleh utusan IDI Cabang pada sidang khusus.
7. Ketua MPPK Wilayah dipilih oleh PDSP, PDPP dan PDSM pada sidang khusus.
Komisi A juga membahas tentang evaluasi pengurus IDI Wilayah DIY periode
2016-2019 :
1. sudah berjalan baik dalam melibatkan IDI Cabang dan memiliki kantor
sekretariat sendiri, yang diharapkan dapat menular ke IDI Cabang yang
belum memiliki kantor sekretariat yang menetap.
2. Meskipun demikian, sebaiknya komunikasi dengan IDI Cabang ditingkatkan
dan program kerjanya dikoordinasikan, agar fungsi koordinasi dan tidak
merasa superior dibandingkan IDI Cabang menjadi lebih nyata, termasuk
dalam hal iuran.
3. Sebaiknya ada kegiatan atau program kerja pengurus IDI di tingkat propinsi,
kabupaten atau kota.
4. Keadilan perhatian oleh pengurus IDI Wilayah terhadap semua IDI Cabang
perlu ditingkatkan.
5. Kegiatan seminar yang diselenggarakan oleh Tim P2KB IDI Wilayah
sebaiknya diadakan.
6. Tugas pembinaan dokter anggota oleh pengurus IDI Wilayah ke IDI Cabang
perlu diperbaiki, dan meneruskan program kerja.
7. Administrasi dan notulensi IDI Wilayah DIY sudah baik, termasuk untuk IDI
Cabang.
8. Kunjungan pengurus IDI Wilayah ke IDI Cabang perlu ditingkatkan, agar
permasalahan nyata di tngkat cabang dapat dicarikan solusinya.
sekian
Notula Rapat Komisi B pada Rakerwil IDI Wilayah DIY 2019
KOMISI B (P2KB)
Materi :
5. Sebagai anggota IDI yang aktif berbobot 1 SKP per tahun dengan bukti
pembayaran iuran anggota, dan masuk dalam ranah pengabdian
masyarakat. Sedangkan menjadi pengurus IDI, bobot SKP sesuai tabel.
6. Permasalah SKP yang komposisinya belum sesuai ketentuan, diharapkan
untuk disesuaikan.
10. Jika ranah profesional jumlahnya nol atau kurang, harus tetap dilengkapi
dengan pemeriksaan pasien, misalnya dalam rangka Penyuluhan
kesehatan.
sekian
Notula Rapat Komisi C pada Rakerwil IDI Wilayah DIY 2019
KOMISI C (JKN)
1. Tarif INA CBGS yang hampir tidak ada kenaikan semenjak program JKN
berjalan selama 5 tahun.
2. Penundaan pencaiaran klaim JKN yang disebabkan oleh kondisi keuangan
BPJS Kesehatan, pada hal jumlah pendapatan RS dari pencairan klaim
sebenarnya masih lebih kecil dari jumlah pengeluaran RS, menyebabkan RS
kesulitan menjaga kesinambungan pelayanan yang berkualitas, sehingga
berpotensi mengancam keselamatan pasien.
3. Sisitem rujukan berjenjang yang berdasarkan kelas Faskes dan bukan
berdasarkan kompetensi menyebabkan penumpukan pasien di RS tipe C dan
D
4. Rumah sakit berkontribusi dalam perhitungan tarif INA CBGS
5. Rumah Sakit menghitung Unit Cost sebagia dasar penyusunan Tarif
6. Penerapan Hospital Facilities Information System (HFIS) dan
Implementasi rujukan berjenjang secara online
7. Permenkes Klasifikasi RS
8. Kendali Biaya dan Kendali Mutu, sesuai dengan program JKN Perpres 82
Tahun 2018, dilaksanakan dengan :
A. Penilaian Teknologi Kesehatan, Pertimbangan Klinis, Perhitungan
Standar Tarif, Monitoring dan Evaluasi Penyelenggaran Pelayanan
Jaminan Kesehatan, Pertimbangan Klinis, Panduan Praktik Klinis (PPK)
dan Clinical Pathway (CP).
sekian
Notula Rapat Komisi D pada Rakerwil IDI Wilayah DIY 2019
Terdiri dari BHP2A (aspek legal) dan MKEK ( aspek etik) yang mendapat tugas :
melaporkan, mengkaji dan mengevaluasi perkembangan pelaksanaan Etik,
Disiplin dan Hukum profesi kedokteran
1. Tidak disiplin dan komunikasi tidak efektif, sehingga perlu pengaturan disiplin
2. Menjaga kehormatan profesi diwujudkan dengan dilarang melanggar disiplin
aturan Konsil Kedokteran Indonesia, mengusulkan ke RS agar ada MOU yang
jelas terkait besaran Jasa Pelayanan dokter
3. BHP2A konsultasi dan memberi masukan ke Reskrimsus Polda DIY, terkait
bahwa untuk dokter lex spesialis bukan ranah pidana. Dokter mempunyai
payung hukum sendiri.
4. Semakin cepat dilakukan proses mediasi semakin cepat masalah akan
diredam.
5. Dalam event kegiatan IDI wajib menyatakan lafal sumpah dokter
6. Contoh kasus dalam aspek Etika, pasien dari keluarga dokter ditarik biaya
oleh dokter lain apakah hal ini melanggar etika apa tidak?
7. Dokter diperlakukan sewenang-wenang oleh pemilik klinik tempatnya
bekerja, apakah hal ini juga termasuk dalam pelanggaran etik apa tidak?
8. Untuk itu, sebaiknya sejak awal MOU harus jelas dan mengusulkan Pedoman
MOU ke pemilik RS atau klinik dan tdk memberikan rekomendasi bagi yg
sewenang2
Beberapa usulan :
1. Sosialisasi aspek etik, displin dan legal yang lebih intensif, sistematis dan
luas cakupannnya, sampai semua IDI cabang se DIY.
2. Sosialisasi aspek etik, disiplin dan legal bagi para calon dokter. Untuk saat
ini yang sudah terlaksana baru di FK UGM, ke depan diharapkan dapat
dilakukan pada semua FK di DIY.
3. Pada setiap pertemuan ilmiah profesi atau IDI, sebaiknya ditampilkan
‘keynote address’ tentang etika, disiplin dan hukum kedokteran
4. Kerjasama (MOU) dikuatkan dengan PERSI (terkait jasa pelayanan),
kepolisian, kejaksaan dan pengadilan.
5. Mediator dari IDI masih minim, sehingga jumlahnya perlu ditingkatkan, dan
yang sudah ada perlu dibuatkan SK
6. Ada kegiatan sosialisasi dengan materi peran MKEK, agar menarik misalnya
ada kesaksian dari sejawat dokter yang pernah mengalami sendiri dipanggil
oleh kepolisian.
7. Dalam setiap kegiatan IDI, sebaiknya ada acara wajib melafalkan sumpah
dokter
8. Kasus-kasus yang berhadapan dengan etik, disiplin dan hukum harus
disampaikan dan dilaporkan dalam waktu singkat, sehingga pengurus BHP2A
dan MKEK dapat juga menangani dengan cepat. Untuk itu, diperlukan suatu
sistem informasi antara pengurus IDI cabang dan wilayah. Selain itu, system
informasi tersebut juga bermanfaat untuk mendeteksi dan memonitor
pelanggaran etik, disiplin dan hukum kedokteran.
Sekian
Notulen Rapat Komisi E pada Rakerwil IDI Wilayah DIY
KOMISI E (SEKRETARIAT)
Pembahasan :
sekian