Anda di halaman 1dari 2

Dirjen GTK: Tak Ada Lagi Periodisasi Kepsek

01 May @Kolom
Sejak beberapa tahun lalu, masa kerja Kepala Sekolah dihitung berdasarkan periodisasi
jabatan. Setiap 4 tahun sekali, Kepala Sekolah akan dinilai kinerjanya dalam bentuk Penilaian
Kinerja Kepala Sekolah (PKKS). Apabila nilai PKKS baik maka masa kerja Kepala Sekolah
bisa berlanjut dengan 4 tahun periode berikutnya. Setelah 2 kali periode 4 tahun, masa kerja
Kepala Sekolah harus berakhir dan kembali menjadi guru. Pengecualian bagi Kepala Sekolah
berprestasi, dia bisa mendapatkan tambahan 1 kali periode dengan bertugas di sekolah yang
nilai akreditasinya di bawah sekolah yang semula dipimpinnya.

Aturan periodisasi Kepala Sekolah ternyata tidak sepenuhnya berjalan lancer. Banyak kendala
dan hambatan yang ditemui di lapangan. Oleh karena itu, mulai tahun ajaran baru periodisasi
Kepala Sekolah akan dihapus. Tidak akan ada lagi siklus 4 tahunan.

Penilaian kinerja terhadap Kepala Sekolah masih tetap ada tetapi Kepala Sekolah mempunyai
kesempatan untuk bisa bertugas sampai pensiun apabila mampu menunjukkan kinerja
terbaiknya. Sebaliknya, pejabat yang berwenang bisa saja memberhentikan seorang Kepala
Sekolah kapan pun berdasarkan penilaian kinerjanya. Tidak ada kewajiban penggantian
Kepala Sekolah harus menunggu satu periode atau dua periode. Begitu kinerjanya kurang
memuaskan, Kepala Sekolah bisa langsung diganti. Sebaliknya, bila kinerjanya memuaskan
jabatan Kepala Sekolah bisa erus berlanjut.

Selain periodisasi Kepala Sekolah, hal menarik yang diungkapkan Dirjen GTK adalah tentang
kewajiban mengajar Kepala Sekolah. Kepala sekolah adalah seorang manajer. Dia dipilih dan
diangkat untuk mengatur segala sumber daya yang ada di sekolah. Baiknya, tugasnya hanya di
tataran manajemen. Kepala sekolah tidak perlu lagi disibukkan dengan urusan mengajar di
kelas. Bagaimanapun urusan administrasi, kepegawaian, keuangan, dan lain-lain sangat
menyita perhatian seorang Kepala Sekolah. Jadi, sangat wajar bila Kepala Sekolah tidak
mengajar.

Kepala sekolah adalah tugas tambahan yang diberikan kepada seorang guru yang terpilih dan
dilantik untuk jabatan itu. Selama ini, seorang Kepala sekolah mempunyai beban mengajar 6
jam pelajaran di kelas. Dengan beban ini banyak Kepala sekolah yang merasa “repot” karena
harus menyeimbangkan waktu dan membagi tugas antara kepentingan mengajar dan
manajerial. Akibatnya, banyak Kepala Sekolah yang secara administrasi mempunyai jam
mengajar tetapi kenyataannya tidak pernah masuk ke kelas untuk mengajar.

Bagaimana dengan statusnya sebagai guru? Kepala Sekolah adalah juga seorang guru. Namun
demikian status itu akan berganti dengan jabatan baru manakala seorang guru diangkat sebagai
Kepala Sekolah. Jabatan Kepala Sekolah bukan lagi sekadar tugas tambahan melainkan tugas
pokok dan utama. Konsekwensinya, untuk sementara waktu tidak lagi bertugas sebagai guru.
bila pada saatnya seorang Kepala Sekolah tidak lagi menjabat maka dia akan kembali lagi
menjadi guru.

Masih menurut Dirjen GTK, untuk menjadi Kepala Sekolah tidak lagi diperlukan NUKS
(Nomer Unik Kepala Sekolah). Kepala Sekolah adalah bagian dari pendidik dan tenaga
kependidikan. Mereka sudah mempunyai NUPTK, dan itu sudah cukup sebagai bukti
“keunikannya”.

Anda mungkin juga menyukai