Pengolahan data seismik bertujuan untuk memperoleh penampang seismik
dengan signal to noise ratio yang baik tanpa mengubah bentuk kenampakan refleksi, sehingga dapat diinterpretasikan keadaan dan bentuk dari perlapisan di bawah permukaan bumi seperti apa adanya. Kualitas data seismik sangat ditentukan oleh kesesuaian parameter lapangan yang digunakan dengan kondisi lapangan yang ada. Pada proses akuisisi yang sudah dilakukan sering kali hasil rekaman terganggu oleh beberapa sebab, seperti trace mati, berbagai jenis noise (Ground roll, koheren dan random noise). Identifikasi dan penghilangan noise dari data seismik adalah salah satu tahapan dari pemrosesan data seismik. Noise seismik mempunyai bermacam-macam bentuk. Secara garis besar noise dapat dikategorikan menjadi dua : koheren dan tak-koheren. Noise tak-koheren terdiri dari noise-noise yang tidak mempunyai pola yang teratur sementara noise koheren mempunyai pola keteraturan dari trace ke trace. Contoh dari noise koheren antara lain adalah multiple dan ground-roll. TAR dan Dekonvolusi adalah salah satu pengolahan Pre-Processing. TAR (True Amplitude Recovery) diperlukan untuk memulihkan kembali besaran-besaran amplitudo karena kehilangan energi yang disebabkan oleh hal-hal tersebut di atas agar seolah-olah energi adalah sama pada setiap titik. Adapun proses pemulihan amplitudo ini adalah dengan cara mengaplikasikan nilai koreksi amplitudo konstan dengan nilai koreksi sebesar 1,6 dB/sec. Sedangkan dekonvolusi dilakukan untuk memisahkan wavelet sumber input dengan seismik tracenya. Sehingga praktikum ini sangat perlu dilakukan untuk melanjutkan pengolahan sebelumnya demi mendapatkan data yang minim noise.
B. Tujuan Percobaan
Adapun tujuan dari praktikum yang dilakukan kali ini adalah agar mahasiswa dapat mengetahui proses TAR & dekonvolusi.