Anda di halaman 1dari 5

Nama asisten : Elia Herlina D.

Tanggal Praktikum : 07 Desember 2018


Tanggal Pengumpulan : 13 Desember 2018

TITRASI REDOKS IODOMETRI UNTUK


MENGETAHUI KADAR TEMBAGA
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI PERTANIAN
UNIVERSITAS PADJADJARAN

Nurisa Fadillah Isnaeni (240210170014)

Departemen Teknologi Industri Pangan Universitas Padjadjaran, Jatinangor


Jalan Raya Bandung-Sumedang Km. 21, Jatinangor, Sumedang 40600 Telp. (022)
7798844, 779570 Fax. (022) 7795780 Email: nurisaisnaeni@gmail.com

ABSTRACT

Iodometry, also known as iodometric titration, is a method of volumetric chemical


analysis and a redox titration where the appearance or disappearance of elementary iodine
indicates the end point. Note that iodometry involves indirect titration of iodine liberated
by reaction with the analyte , whereas iodimetry involves direct titration using iodine as
the titrant. The purpose of this research is to standardize Na2S2O3 to K2Cr2O7 0.1 N and to
determine the Cu’s content in CuSO4.5H2O. This titration is using amilum as indikator.
This titration are done in acid environment by adding sulfate acid. The end of titration can
be detected by seeing the end color, which is white or no colour. The result ofl Cu’s content
From teoritical and expereminent is different.

Key words: Cupric sulfate, Iodometric, Potassium dichromate, Sodhium Thiosulfate,


Starch

PENDAHULUAN Titrasi iodometrik merupakan salah satu


titrasi yang menggunakan prinsip redoks.
Titrasi merupakan analisis yang Titrasi iodometrik dibedakan
memungkinkan untuk menentukan jumlah menjadi 2 bagian yakni titrasi iodometrik
yang pasti dari suatu larutan yang dilakukan langsung dan tidak langsung. Titrasi
dengan cara mereaksikannya dengan larutan iodometrik langsung atau yang dikenal
yang kosentrasinya telah diketahui dengan dengan istilah titrasi iodimetri merupakan
pasti (Day dan Underwood, 2002). titrasi dengan larutan standar iodin (I2).
Jenis metode titrasi didasarkan pada Titrasi iodometrik tidak langsung atau yang
jenis reaksi kimia yang terlibat dalam proses disebut dengan titrasi iodometri disebut
titrasi. Berdasarkan jenis reaksinya, maka sebagai titrasi dengan mereduksi iodin
metode titrimetri dapat dibagi menjadi dalam reaksi kimia (Jeffery et al., 1989).
empat golongan, yaitu; asidi-alkalimetri, Adapun reduksi potensial yang normal dari
oksidimetri, kompleksometri, dan titrasi iodin menurut Jeffery et al. (1989) ialah
pengendapan. sebagai berikut:
Reaksi redoks secara luas digunakan I2 (s) + 2 e- ↔ 2I-(aq) (Eo = 0,5345 V)
dalam analisa titrimetri baik untuk zat Iodin atau ion tri-iodida merupakan
anorganik maupun organik. Titrasi redoks agen pengoksidasi terlemah selain kalium
berbeda dengan titrasi asam basa. Bila titrasi permanganat, kalium dikromat, dan serium
asam basa titik akhirnya ditentukan oleh (IV) sulfat (Jeffery et al., 1989).
perubahan pH, maka pada titrasi redoks titik Iodometri merupakan titrasi tidak
akhir titrasi ditentukan oleh terjadinya langsung dan digunakan untuk menetapkan
perubahan potensial reduksi-oksidasi. senyawa-senyawa yang mempunyai
potensial oksidasi yang lebih besar daripada
Nama asisten : Elia Herlina D.
Tanggal Praktikum : 07 Desember 2018
Tanggal Pengumpulan : 13 Desember 2018

iodium-iodida atau senyawa-senyawa yang Iodometri adalah suatu proses tak


bersifat oksidator seperti CuSO4.5H2O. langsung yang membebaskan iodine, yang
Pada iodometri, sampel yang bersifat kemudian dititrasi dengan natrium tiosulfat.
oksidator direduksi dengan kalium iodida Sedangkan iodimetri adalah suatu proses
berlebihan dan akan menghasilkan iodium analisis dimana suatu agen pereduksi
yang selanjutnya dititrasi dengan larutan dititrasi langsung dengan iodine (I3), dan
baku natrium tiosulfat (Ibnu, 2012). iodine bertindak sebagai pengoksidasi.
Tujuan dari praktikum ini yaitu Perbedaan lain antara iodometri dengan
menstandardisasi Na2S2O3 terhadap K2Cr2O7 iodimetri adalah pada iodometri yaitu terjadi
0,1 N dan menentuan kadar Cu dalam terusi. perubahan warna pada titik ekuivalen (TE)
dari biru menjadi tak berwarna, sedangkan
METODOLOGI pada iodimetri yaitu terjadi perubahan warna
pada titik ekuivalen (TE) dari tak berwarna
Alat dan Bahan menjadi biru.
Bahan yang digunakan pada praktikum Praktikum kali ini dilakukan
kali ini adalah H2SO4 6N, K2Cr2O7 0,1N, KI percobaan tentang titrasi iodometri.
20 %, Na2S2O3 0,1 N, dan amilum 1 % Iodometri dapat digunakan dalam
Peralatan yang digunakan yaitu buret 50 standarisasi natrium tiosulfat dengan kalium
mL, erlenmeyer 250mL, klem, pipet tetes, dikromat serta digunakan dalam penentuan
pipet volume 25mL dan statif. kadar Cu dalam terusi.

Standarisasi Na2S2O3 terhadap K2Cr2O7 Standarisasi Natrium Tiosulfat dengan


Pertama-tama, K2Cr2O7 0,1N dipipet Kalium Dikromat
10mL, lalu ditambahkan 8 mL KI 20% dan Pada percobaan ini menggunakan
H2SO4 6N sebanyak 10mL. Kemudian larutan standar primer kalium dikromat
dititrasi dengan Na2S2O3 sampai warna untuk menstandarisasikan larutan Na2S2O3.
kuning kehijauan. Lalu ditambahkan 0,5mL Standarisasi ini dilakukan karena
indikator amilum 1%. Titrasi dilanjtkan konsentrasi natrium tiosulfat belum
sampai warna hijau muda. Dicatat V diketahui. Dalam pembuatan larutan
Na2S2O3 dan dihitung N Na2S2O3. Na2S2O3 tidak stabil untuk waktu yang lama.
Standarisasi larutan tiosulfat
Penentuan Kadar Cu dalam terusi menggunakan larutan kalium dikromat yang
Pertama-tama, larutan terusi dipipet direaksikan dengan larutan asam sulfat dan
10mL, lalu ditambahkan 8 mL KI 20% dan padatan KI. Larutan kalium dikromat
H2SO4 6N sebanyak 10mL. Kemudian bertindak sebagai oksidator yang
dititrasi dengan Na2S2O3 sampai warna mengoksidasi KI membentuk I2 (Iodium)
kuning jerami. Lalu ditambahkan 0,5mL dalam suasana asam. Reaksi membutuhkan
indikator amilum 1%. Titrasi dilanjtkan suasana asam karena apabila dalam larutan
sampai warna putih susu. Dicatat V Na2S2O3 yang netral, atau sedikit alkalin, oksidasi
dan dihitung kadar Cu. menjadi tiosulfat tidak muncul, terutama jika
iodin dipergunakan sebagai titran. Jika pH
Menghitung Kadar Cu Secara Empiris dari larutan diatas 9, tiosulfat teroksidasi
V Na2S2O3 X N Na2S2O3 X FP X Be Cu secara parsial menjadi sulfat. Reaksi yang
%Cu = 𝑏𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙 (𝑚𝑔) terjadi pada standarisasi Na2S2O3 terhadap
K2Cr2O7 adalah:
Menghitung Kadar Cu Secara Teoritis Cr2 O72- + 6 I- + 14 H+ 2 Cr33+ + 3I2 +7H2O
Ar Cu
%Cu = Mr CuSO4.5H2O 𝑋 100 % (jingga) (hijau) (coklat tua)

HASIL DAN PEMBAHASAN I2+2 S2O32- 2 I- + C4O62-


(coklat tua) (kuning jerami)
Nama asisten : Elia Herlina D.
Tanggal Praktikum : 07 Desember 2018
Tanggal Pengumpulan : 13 Desember 2018

I2 + amilum I2 amilum Penambahan KI bertujuan agar KI mampu


(coklat tua) (biru) mereduksi tembaga II menjadi tembaga I
sedangkan tembaga II tersebut teroksidasi
I2 amilum +2 S2O32-  2I-+S4O62 +amilum menjadi I2dalam larutan berasam, sehingga
(biru) (tidak berwarna) membentuk iodide. Kemudian sejumlah
Kemudian Iodium yang terbentuk sampel (CuSO4.5H2O) yang akan diketahui
dititrasi dengan larutan natrium tiosulfat kadar Cu2+ dititrasi dengan larutan Na2S2O3
hingga terbentuk warna kuning pucat yang sebagai larutan standar.
menandakan Iodium tersebut hampir habis Reaksi dengan tembaga, kelebihan
bereaksi dan mendekati titik ekivalen. Untuk KI bereaksi dengan Cu (II) untuk
mempermudah mengetahui titik akhir titrasi membentuk CuI dan melepaskan sejumlah
maka diguankan indikator amilum pada ekuivalen I2.
kondisi tersebut sehingga terbentuk larutan 2Cu2+ + 4I-2CuI + I2 ;
berwarna biru. Warna biru terbentuk dari 2Cu2+ + 3I-  2CuI + I3
kompleks I2 dan amilum dengan reaksi Iodida berperan sebagai reduktor.
sebagai berikut : Hasil yang diperoleh dalam 4% KI. Na2S2O3
I2 + amilum → I2-amilum ditambahkan secara perlahan-lahan karena
Titrasi dilanjutkan hingga tercapai iodium yang teradsorbsi dilepaskan sedikit
titik akhir titrasi dimana terjadi perubahan demi sedikit (Khopkar, 2008). Larutan
warna dari biru menjadi tidak berwarna. Saat CuSO4 berfungsi sebagai oksidator karena
titrasi, I2 tereduksi oleh natrium tiosulfat mengoksidasi I- menjadi I2. Larutan CuSO4
membentuk I- kembali, sedangkan S2O32- direaksikan dengan larutan KI 1 N dan
teroksidai membentuk S4O62-. Dengan menghasilkan larutan berwarna coklat.
reaksi sebagai berikut : Tembaga (II) yang berasal dari CuSO4
I2 + 2 Na2S2O3 → 2 NaI (tidak berwarna) + mengalami reduksi sedangkan ion dari KI
Na2S4O6 mengalami oksidasi. Reaksi yang terjadi
Sehingga, reaksi lengkap yang yaitu:
terjadi adalah: KI  K+ + I-
I2-amilum (warna biru) + 2 Na2S2O3 → 2 CuSO4Cu2+ + SO42-
NaI (tidak berwarna) + Na2S4O6 + amilum Oksidasi : 2 I-  I2 + 2e-
Reaksi redoks yang lengkap adalah Reduksi : Cu2+ + 2e- Cu
sebagai berikut :
KI K+ + I- Redoks : Cu2+ + 2 I-  Cu + I2
Na2S2O3  2 Na+ + S2O32- Sehingga, reaksi lengkapnya adalah:
Oksidasi : 2 S2O32-  S4O62- + 2e- 2 CuSO4 + 4 KI 2 K2SO4 + 2 CuI + I2
Reduksi : I2 + 2e- 2 I- Setelah dititrasi sampai larutan
berwarna kuning muda (hampir titik akhir
Redoks : 2 S2O32- + I2  S4O62- + 2 I- titrasi), kemudian larutan ditambahkan
Sehingga reaksi lengkapnya adalah: indikator kanji sehingga larutan berubah
2Na2S2O3 + I2 Na2S4O6 + 2 NaI menjadi warna biru. Pemilihan indikator
kanji ini karna kanji dapat membentuk
Penentuan Kadar Cu dalam Terusi senyawa absorbs dengan iodium yang
Prinsip Iodometri dalam penentuan dititrasi dengan natrium tiosulfat.
kadar Cu adalah larutan Na2S2O3 sebagai Maksud penambahan idikator kanji
larutan standar pada penentuan kadar sampel pada saat larutan berwarna kuning mudah
( khlor dan Cu2+) distandarisasi terlebih adalah pada saat itu konsentrasi I2 sudah
dahulu dengan larutan KIO- sebagai larutan dalam keadaan seminimal mungkin. Apabila
baku primer dengan penambahan KI dan indikator kanji ditambahkan di awal akan
asam sulfat. Suasana dilakukan asam karena membentuk iod-amilum memiliki warna
pH optimum adalah 4,0 dan Cu(II) pada biru kompleks yang sulit dititrasi oleh
medium alkali akan lebih sulit dioksidasi. natrium tiosulfat. Setelah penambahan
Nama asisten : Elia Herlina D.
Tanggal Praktikum : 07 Desember 2018
Tanggal Pengumpulan : 13 Desember 2018

indikator kanji, titrasi dilanjutkan sampai


warna biru pada larutan hilang. Titrasi Jeffery, G.H., J. Bassett, J. Mendham, R.D.
iodometri menggunakan kanji sebagai Denney. 1989. Vogel’s Textbook
indikator yang berfungsi untuk menunjukan of Quantitative Chemical Analysis,
titik akhir titrasi yang ditandai dengan 5th ed. Wiley, New York.
perubahan warna dari biru menjadi tidak Khopkar, S.M. 2008. Kimia Analisis
berwarna (Ulfa, 2015). Kuantitatif. UIP Press, Yogyakarta.
Adapun reaksi menurut Harjadi
(1993) yang diperkuat oleh Vogel (1978) Ulfa, Ade Maria. 2015. Penetapan Kadar
dan Jeffery, et al. (1989) ialah sebagai Klorin (Cl2) pada Beras menggunakan
berikut: Metode Iodometri. Jurnal Kesehatan
2 Cu2+ + 4I → 2 CuI + 2 I2 Holistik, Vol.9, No.4.
I2 + 2 S2O3 → 2 I- + S4O62-
I2 + kanji→kompleks iodium kanji Vogel, A. I. 1978. Textbook of Quantitative
I2 kanji + 2 S2O32- → 2 I- + S4O62- + Kanji Inorganic Analysis, including
Perhitungan kadar besi pada titrasi Elementary Instrument Analysis,
ini dilakukan dengan rumus sebaagai Longman Group Limited, London.
berikut:
N Na2 S2 O3 × V Na2 S2 O3 × fp ×Be Cu
% Cu= m ×1000
×
sampel
100

KESIMPULAN

Titrasi iodometri menggunakan


senyawa natrium tiosulfat yang dititrasi
dengan kalium dikromat. Titrasi
ditambahkan asam sulfat untuk
menghasilkan suasana asam. Indikator
menggunakan amilum yang ditambahkan
saat titrasi menunjukkan warna kuning.
Amilum berfungsi untuk menunjukan titik
akhir titrasi yang ditandai dengan perubahan
warna dari kuning menjadi biru lalu menjadi
tidak berwarna. Penentuan kadar Cu
menggunakan larutan Na2S2O3 sebagai
larutan standar pada penentuan kadar
sampel. Titrasi dilakukan dalam suasana
asam karena pH optimum adalah 4,0 dan
Cu(II) pada medium alkali akan lebih sulit
dioksidasi. Indikator yang digunakan adalah
kanji. Titik akhir ditandai dengan perubahan
warna dari kuning menjadi biru menjadi
tidak berwarna.

DAFTAR PUSTAKA

Day, R. A. dan Underwood A. L. 2002.


Analisis Kimia Kuantitatif. Erlangga,
Jakarta.
Nama asisten : Elia Herlina D.
Tanggal Praktikum : 07 Desember 2018
Tanggal Pengumpulan : 13 Desember 2018

LAMPIRAN diketahui dengan rumus yang dihitung


dengan cara:
Terusi ditimbang 6,2387 gram Kadar Cu teoritis (%) =
kemudian dilarutkan dalam labu ukur 250 Ar Cu
x 100%
mL. Larutan dipipet 10 mL dimasukkan ke Mr CuSO4 .5H2 O
63,55
dalam erlenmeyer kemudian ditambahkan Kadar Cu teoritis (%) = 249,69 x 100%
KI 20% 8 mL dan H2SO4 6N 10 mL. Setelah Kadar Cu teoritis (%) = 0,2545 x 100%
dititrasi dengan Na2C2O3 dimana hasil Kadar Cu teoritis (%) = 25,45 %
standarisasi yaitu 0,0981 N hingga berwarna
kuning jerami lalu ditambbahkan 0,5 mL Jadi, pada percobaan tersebut kadar
amilum 1%. Na2C2O3 diperlukan 10,3 mL. Cu hitung mendekati kadar yang dihitung
Berapa kadar Cu dalam terusi dan hitung secara teoritis.
kadar Cu dalam terusi secara teoritis!

Diketahui :
- w CuSO4 = 6,2387 gram = 6.238,7 mg
- fp = 250/10 = 25 mL
- BE Cu = 63,55 g/mol
- V Na2C2O3 = 10,3 mL
- N Na2C2O3 = 0,0981 N
- Ar Cu = 63,55
- Mr CuSO4.5H2O = Ar Cu + Ar S +
9Ar O + 10Ar H
= 63,55 + 32,07 +
9(15,999) + 10
(1,0079)
= 63,55 + 32,07 +
143,991 + 10,079
= 249,69

Ditanyakan : Kadar Cu dalam terusi dan


kadar Cu teoritis?

Jawab:
Kadar Cu (%) =
N Na2 S2 O3 × V Na2 S2 O3 × fp ×Be Cu
× 100%
msampel (𝑚𝑔)
Kadar Cu (%) =
g
0,0981 N × 10,3 mL × 25 ×63,55 ⁄mol
× 100%
6.238,7 mg
1605,321
Kadar Cu (%) = 6.238,7 × 100%
Kadar Cu (%) = 0,2573 × 100%
Kadar Cu (%) = 25,73 %
Kadar Cu dari larutan CuSO4 yang
digunakan dalam percobaan tersebut
seharusnya sebesar 25,45%, yang dapat

Anda mungkin juga menyukai