Anda di halaman 1dari 21

LAPORAN PENDAHULUAN

RESIKO PERILAKU KEKERASAN

Disusun Oleh :
Chintya Eldza Pangestu
20184030075

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA
2018
A. Definisi
Risiko perilaku kekerasan adalah rentan melakukan perilaku yang
individu menunjukkan bahwa ia dapat membahayakan dirinya sendiri
secara fisik, emosional, dan/atau seksual (Nanda, 2015-2017). Perilaku
kekerasan sukar diprediksi. Setiap orang dapat bertindak keras tetapi ada
kelompok tertentu yang memiliki resiko tinggi yaitu pria berusia 15-25
tahun, orang kota, kulit hitam, atau subgroup dengan budaya kekerasan,
peminum alkohol (Tomb, 2003 dalam Purba, dkk, 2008).
Perilaku kekerasan adalah tingkah laku individu yang ditujukan untuk
melukai atau mencelakakan individu lain yang tidak menginginkan
datangnya tingkah laku tersebut (Purba dkk, 2008). Menurut Stuart dan
Sundeen (2007), perilaku kekerasan adalah suatu keadaan dimana
seseorang melakukan tindakan yang dapat membahayakan secara fisik
baik terhadap diri sendiri, orang lain maupun lingkungan. Hal tersebut
dilakukan untuk mengungkapkan perasaan kesal atau marah yang tidak
konstruktif.
Perasaan marah normal bagi tiap individu.Namun, pada pasien
perilaku kekerasan mengungkapkan rasa kemarahan secara fluktuasi
sepanjang rentang adaptif dan maladaptif.Marah merupakan perasaan
jengkel yang timbul sebagai respons terhadap kecemasan/kebutuhan yang
tidak terpenuhi yang tidak dirasakan sebagai ancaman (Stuart & Sundeen,
2007).
Keberhasilan individu dalam berespon terhadap kemarahan dapat
menimbulkan respon asertif yang merupakan kemarahan yang
diungkapkan tanpa menyakiti orang lain dan akan memberikan kelegaan
pada individu serta tidak akan menimbulkan masalah. Kegagalan yang
menimbulkan frustasi dapat menimbulkan respon pasif dan melarikan diri
atau respon melawan dan menentang.Respon melawan dan menentang
merupakan respon yang maladaptif yaitu agresi-kekerasan (Purba dkk,
2008).
B. Rentang Respon Marah

Keterangan: :
a. Asertif
Kemarahan yang diungkapkan tanpa menyakiti orang lain
b. Frustasi
Respon yang terjadi akibat individu gagal mencapai tujuan,
keputusan / rasa aman dan individu tidak menemukan alternatif
lain.
c. Pasif
Kegagalan mencapai tujuan karena tidak realitas atau terhambat.
d. Agresif
Memperlihatkan permusuhan, keras, dan menuntut, mendekati
orang lain dengan ancaman, memberi kata – kata ancaman tanpa
niat melukai orang lain.
e. Kekerasan
Dapat disebut juga dengan amuk yaitu perasaan marah dan
bermusuhan yang kuat disertai kehilangan kontrol diri individu
dapat merusak diri sendiri, orang lain dan lingkungan. Contohnya
membanting barang-barang menyakiti diri sendiri (bunuh diri).

C. Etiologi
1. Faktor Predisposisi
Menurut Riyadi dan Purwanto (2009) faktor-faktor yang mendukung
terjadinya perilaku kekerasan adalah
a. Faktor biologis
1) Teori dorongan naluri
Teori ini menyatakan bahwa perilaku kekerasan disebabkan
oleh suatu dorongan kebutuhan dasar yang kuat.
2) Teori psikomatik
Pengalaman marah adalah akibat dari respon psikologis
terhadap stimulus eksternal, internal maupun
lingkungan.Dalam hal ini sistem limbik berperan sebagai pusat
untuk mengekspresikan maupun menghambat rasa marah.
b. Faktor psikologis
1) Teori argesif frustasi
Menurut teori ini perilaku kekerasan terjadi sebagai hasil
akumulasi frustasi yang terjadi apabila keinginan individu untuk
mencapai sesuatu gagal atau terhambat. Keadaan tersebut dapat
mendorong individu berperilaku agresif karena perasaan frustasi
akan berkurang melalui perilaku kekerasan.
2) Teori perilaku
Kemarahan adalah proses belajar, hal ini dapat dicapai apabila
tersedia fasilitas atau situasi yang mendukung reinforcement
yangditerima pada saat melakukan kekerasan, sering
mengobservasi kekerasan di rumah atau di luar rumah. Semua
aspek ini menstimulai individu mengadopsi perilaku kekerasan.
3) Teori eksistensi
Bertindak sesuai perilaku adalah kebutuhan yaitu kebutuhan
dasar manusia apabila kebutuhan tersebut tidak dapat dipenuhi
melalui perilaku konstruktif maka individu akan memenuhi
kebutuhannya melalui perilaku destruktif.
c. Faktor sosio kultural
1) Teori lingkungan
Lingkungan sosial akan mempengaruhi sikap individu dalam
mengekspresikan marah. Budaya tertutup dan membalas secara
diam (pasif agresif) dan kontrol sosial yang tidak pasti terhadap
perilaku kekerasan akan menciptakan seolah-olah perilaku
kekerasan diterima.
2) Teori belajar sosial
Perilaku kekerasan dapat dipelajari secara langsung maupun
melalui proses sosialisasi.
2. Faktor Presipitasi
Stressor yang mencetuskan perilaku kekerasan bagi setiap
individu bersifat buruk.Stressor tersebut dapat disebabkan dari luar
maupun dalam. Contoh stressor yang berasal dari luar antara lain
serangan fisik, kehilangan, kematian, krisis dan lain-lain. Sedangkan
dari dalam adalah putus hubungan dengan seseorang yang berarti,
kehilangan rasa cinta, ketakutan terhadap penyakit fisik, hilang kontrol,
menurunnya percaya diri dan lain-lain.Selain itu lingkungan yang
terlalu ribut, padat, kritikan yang mengarah pada penghinaan, tindakan
kekerasan dapat memicu perilaku kekerasan.
D. Tanda dan Gejala Perilaku Kekerasan
Yosep (2009) mengemukakan bahwa tanda dan gejala perilaku kekerasan
adalah sebagai berikut:
1. Fisik
a) Muka merah dan tegang
b) Mata melotot/ pandangan tajam
c) Tangan mengepal
d) Rahang mengatup
e) Postur tubuh kaku
f) Jalan mondar-mandir

2. Verbal
a) Bicara kasar
b) Suara tinggi, membentak atau berteriak
c) Mengancam secara verbal atau fisik
d) Mengumpat dengan kata-kata kotor
e) Suara keras
f) Ketus
3. Perilaku
a) Melempar atau memukul benda/orang lain
b) Menyerang orang lain
c) Melukai diri sendiri/orang lain
d) Merusak lingkungan
e) Amuk/agresif
4. Emosi
Tidak adekuat, tidak aman dan nyaman, rasa terganggu, dendam dan
jengkel, tidak berdaya, bermusuhan, mengamuk, ingin berkelahi,
menyalahkan dan menuntut.
5. Intelektual
Mendominasi, cerewet, kasar, berdebat, meremehkan, sarkasme.
6. Spiritual
Merasa diri berkuasa, merasa diri benar, mengkritik pendapat orang
lain, menyinggung perasaan orang lain, tidak perduli dan kasar.
7. Sosial
Menarik diri, pengasingan, penolakan, kekerasan, ejekan, sindiran.
8. Perhatian
Bolos, mencuri, melarikan diri, penyimpangan seksual.

Perbedaan Perilaku atau Respon Kemarahan


Pasif Frustasi Asertif Agresif Amuk
Isi Negatif dan Lebih banyak Positif dan Menyombonng Kata-kata
pembicaraan meremehkan diam, menawarkan kan diri, kasar dan
diri, contohnya contohnya diri, contohnya merendahkan menghina
perkataan: “saya “Saya orang lain, “Saya pukul
“Dapatkah malas...” dapat......” contohnya kamu.....”
saya?” “Saya perkataan:
“Dapatkah akan.....” “Kamu
kamu?” selalu....”
“Kamu tidak
pernah.....”
Tekanan suara Cepat lambat, Lemah Sedang Keras dan Keras,
mengeluh ngotot membentak

Posisi badan Menunduk kan Kadang- Tegap dan Kaku, condong Menyerang
kepala kadang santai ke depan dan posisi
menundukka mau
n kepala memukul
Jarak Menjaga jarak Menjauh Mempertahank Siap dengan Mendekat
dengan sikap an jarang yang jarak akan mau
acuh/mengabai nyaman menyerang menyerang
kan orang lain
Penampilan Loyo, tidak Sedikit Sikap tenang Mengancam, Posisi
dapat tenang tegang posisi menyerang
menyerang
Kontak mata Sedikit atau Sedikit Mempertahank Mata melotot Mata melotot
sama sekali an kontak mata dan
tidak sesuai dengan dipertahankan
hubungan
Fungsi Positif Marah
a.Fungsi Energi : Marah dapat meningkatkan energy
b. Fungsi ekspresi : Ekspresi marah yang aseratif – Sehat
c.Self promotional Fungtion : Marah untuk menunjukkan harga diri
d. Fungsi devensive : Kemarahan merupakan pertahanan ego
e.Patentianting fungtion : Kemarahan dapat meninkatkan potensi
f. Fungsi deskriminasi :Membedakan ekspresi seseorang marah,
sedih/gembira

E. Pathway
F. Penatalaksanaan
1. Medis
a) Menurut Yosep ( 2007 ) obat-obatan yang biasa diberikan pada
pasien dengan marah atau perilaku kekerasan adalah: Antianxiety
dan sedative hipnotics. Obat-obatan ini dapat mengendalikan
agitasi yang akut. Benzodiazepine seperti Lorazepam dan
Clonazepam, sering digunakan dalam kedaruratan psikiatrik untuk
menenangkan perlawanan klien. Tapi obat ini
tidakdirekomendasikan untuk penggunaan dalam waktu lama
karena dapat menyebabkan kebingungan dan ketergantungan, juga
bisa memperburuk simptom depresi.
b) Buspirone obat antianxiety, efektif dalam mengendalikan perilaku
kekerasan yang berkaitan dengan kecemasan dan depresi.
c) Antidepressants, penggunaan obat ini mampu mengontrol impulsif
dan perilaku agresif klien yang berkaitan dengan perubahan mood.
Amitriptyline dan Trazodone, menghilangkan agresifitas yang
berhubungan dengan cedera kepala dan gangguan mental organik.
d) Lithium efektif untuk agresif karena manik.
e) Antipsychotic dipergunakan untuk perawatan perilaku kekerasan.
2. Keperawatan
Menurut Yosep ( 2007 ) perawat dapat mengimplementasikan
berbagai cara untuk mencegah dan mengelola perilaku agresif melaui
rentang intervensi keperawatan.
Diagnosa keperawatan yang mungkin muncul
1. Resiko perilaku kekerasan (RPK)
2. Halusinasi
3. Waham

Rencana tindakan keperawatan :

NO DIAGNOSA RENCANA TINDAKAN TINDAKAN

TUK/SP

1 Resiko TUM: Selama perawatan Tindakan Psikoterapi


Perilaku diruangan, pasien tidak
Kekerasan memperlihatkan perilaku a. Pasien
kekerasan, dengan criteria - BHSP
hasil(TUK): Ajarakan SP I:
- Diskusikan penyebab, tanda
§ Dapat membina hubungan
saling percaya dan gejala, bentuk dan
akibat PK yang dilakukan
§ Dapat mengidentifikasi
penyebab, tanda dan gejala, pasien serta akibat PK
- Latih pasien mencegah PK
bentuk dan akibat PK yang sering
dilakukan dengan cara: fisik (tarik
nafas dalam & memukul
§ Dapat mendemonstrasikan cara
mengontrol PK dengan cara : bantal)
- Masukkan dalam jadwal
o Fisik harian
Ajarkan SP II
o Social dan verbal
- Bantu pasien mempraktekan
o Spiritual cara yang telah diajarkan
- Diskusikan tentang manfaat
o Minum obat teratur
obat dan kerugian jika tidak
§ Dapat menyebutkan dan minum obat secara teratur
mendemonstrasikan cara - Masukkan dalam jadwal
mencegah PK yang sesuai
kegiatan harian
§ Dapat memelih cara Ajarkan SP III
mengontrol PK yang efektif dan - Diskusikan jadwal harian
- Latih pasien mengntrol PK
sesuai
dengan cara verbal
§ Dapat melakukan cara yang - Latih pasien cara
sudah dipilih untuk mengontrl mengungkapkan, meminta,
PK
dan menolak yang benar
§ Memasukan cara yang sudah - Masukkan dalam jadwal
dipilih dalam kegitan harian kegiatan harian
Ajarkan SP IV
- Diskusikan jadwal harian
- Latih cara spiritual untuk
mencegah PK
- Masukkan dalam jadawal
kegiatan harian
2 Halusinasi TUM: Selama perawatan Tindakan Psikoterapi
diruangan, pasien tidak
memperlihatkan halusinasi, a. Pasien
dengan criteria hasil(TUK): - BHSP
§ Dapat membina hubungan SP 1
saling percaya - Identifikasi halusinasi:
§ Dapat mengenal jenis, isi, frekuensi, waktu
halusinasinya; jenis, isi, waktu, terjadi, situasi, respon
dan frekuensi halusinasi, respon - Jelaskan cara mengontrol
terhadap halusinasi, dan tindakan
halusinasi: hardik, obat,
yg sudah dilakukan
bercakap-cakap, dan
§ Dapat mendemonstrasikan cara melakukan kegiatan
mengontrol halusinasi dengan - Latih cara mengontrol
cara :
halusinasi dengan
o menghardik menghardik
- Masukan pada jadwal
o obat-obatan
kegiatan untuk latihan
o bercakap-cakap
menghardik
o kegiatan harian SP 2
§ Dapat menyebutkan dan - Evaluasi kegiatan
mendemonstrasikan cara menghardik. Berikan pujian
mencegah halusinasi yang sesuai - Latih cara mengontrol

§ Memasukan cara yang sudah halusinasi dengan obat


dipilih dalam kegitan harian (jelaskan 6 benar: jenis,
guna, dosis, frekuensi, cara,
kontinuitas minum obat)
- Masukkan pada jadwal
kegiatan untuk latihan
menghardik dan minum obat
SP 3
- Evaluasi kegiatan latihan
menghardik & obat. Berikan
pujian
- Latih cara mengontrol
halusinasi dengan bercakap-
cakap saat terjadi halusinasi
- Masukkan pada jadwal
kegiatan untuk latihan
menghardik, minum obat
dan bercakap-cakap
SP 4
- Evaluasi kegiatan latihan
menghardik & obat &
bercakap-cakap. Beri pujian
- Latih cara mengontrol
halusinasi dengan
melakukan kegiatan harian
(mulai 2 kegiatan)
Masukkan pada jadwal
kegiatan untuk latihan
menghardik, minum obat,
bercakap-cakap dan kegiatan
harian
3 Waham TUM: Selama perawatan . Tindakan Psikoterapi
diruangan, pasien tidak
memperlihatkan waham, dengan a. Pasien
criteria hasil(TUK): - BHSP
§ Dapat membina hubungan  Mengucapkan salam
saling percaya terapeutik.
 Berjabat tangan.
§ Dapat mengidentifikasi  Menjelaskan tujuan
kemampuan dan aspek positif interaksi.
yang dimiliki.  Membuat kontrak topik,
§ Dapat mengidentifikasi waktu, dan tempat setiap
kebutuhan yang tidak terpenuhi. kali bertemu pasien.
§ Dapat berhubungan dengan
realitas
§ Dapat menggunakan obat b.Bantu orientasi realitas.
dengan benar
 Tidak mendukung atau
membantah waham pasien.
 Yakinkan pasien berada
dalam keadaan aman.
 Observasi pengaruh waham
terhadap aktivitas sehari-
hari.
 Jika pasien terus-menerus
membicarakan wahamnya,
dengarkan tanpa
memberikan dukungan atau
menyangkal sampai pasien
berhenti membicarakannya.
 Berikan pujian bila
penampilan dan orientasi
pasien sesuai dengan
realitas.

c. Diskusikan kebutuhan
psikologis atau emosional
yang tidak terpenuhi
sehingga menimbulkan
kecemasan, rasa takut, dan
marah.

 Tingkatkan aktivitas yang


dapat memenuhi kebutuhan
fisik dan emosional pasien.
 Berdiskusi tentang
kemampuan positif yang
dimiliki.
 Bantu melakukan
kemampuan yang dimiliki.
 Berdiskusi tentang obat
yang diminum.
 Melatih minum obat yang
benar

DAFTAR PUSTAKA

Carpenito,L.J, 2007. Buku Saku Diagnosa Keperawatan (terjemahan). Edisi 10,


Jakarta: EGC.
Keliat, B.A. 1997. Proses Keperawatan Kesehatan Jiwa. Jakarta: EGC.
Stuart,G.W & Sundeen, S.J. 2007. Buku Saku Keperawatan
Jiwa (Terjemahan).Jakarta: EGC.
Yosep, I. (2011). Keperawatan Jiwa. (Edisi revisi). Bandung. Refika Aditama.
STRATEGI PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN
Strategi Pelaksanaan Mengontrol Perilaku Kekerasan Fisik ke-1
SP 1 Pasien : Membina hubungan saling percaya, mengidentifikasi penyebab
marah, tanda dan gejala yang dirasakan, perilaku kekerasan yang dilakukan,
akibat, dan cara mengendalikan perilaku kekerasan dengan cara fisik pertama
( latihan nafas dalam) (Akemat,2010:133).
a) Orientasi
“Selamat pagi Pak,perkenalkan nama saya A K,panggil saya A,saya perawat
yang dinas di puskesmas...Nama Bapak siapa?Senangnya dipanggil apa?”
“Bagaimana perasaan Bapak saat ini?Masih ada perasaan kesal atau marah?”
“Baiklah kita akan berbincang-bincang?”Bagaimana kalau 20 menit?” “Berapa
lama Bapak mau kita berbincang-bincang,Pak?Bagaimana kalau diruang
tamu?”

b) Kerja
“Apa yang menyebabkan Bapak marah?Apakah sebelumnya Bapak pernah
marah?Terus penyebabnya apa?Samakah dengan yang sekarang?O...iya,jadi
ada 2 penyabab marah Bapak.” “Pada saat penyebab marah itu ada,seperti
Bapak pulang ke rumah dan istri belum menyediakan makanan(mis.,ini
penyebab marah pasien),apa yang Bapak rasakan?” (tunggu respo pasien)
“Apakah Bapak merasakan kesal kemudian dada Bapak berdebar-debar ,mata
melotot,rahang terkatup rapat,dan tangan mengepal?” “Setelah itu apa yang
Bapak lakukan?O..iya,jadi Bapak memukul istri Bapak dan memecahkan
piring,apakah dengan cara ini makanan terhidan?iya,tentu tidak.Apa kerugian
cara yang Bapak lakukan?Betul,istri jadi sakit dan takut,piring-piring
pecah.Menurut Bapak adakah cara lai yang lebih baik?Maukah belajar cara
mengungkapkan kemarahan dengan baik tanpa menimbulkan kerugian?” “Ada
beberapa cara untuk mengontrol kemarahan,Pak.Salah satunya adalah dengan
cara fisik.Jadi melalui kegiatan fisik disalurkan rasa marah.” “Bagaimana kalau
kita belajar satu cara dulu?”

“Begini Pak,kalau tanda-tanda marah tadi sudah Bapak rasakan maka Bapak
berdiri,lalu tarik napas dari hidung,tahan sebentar,lalu keluarkan/tiup
perlahanlahan melalui mulut seperti mengeluarkan kemrahan.Ayo coba lagi,tarik
dari hidung,bagus,,,tahan,dan tiup melaui mulut.Nah,lakukan 5 kali.Bagus
sekali,Bapak sudah dapat melakukannya.Bagaimana persaannya?”
“Nah,sebaiknya latihan ini Bapak sudah terbiasa melakukannya.”

c) Terminasi
“Bagaimana perasaan Bapak setelah berbincang-bincang tentang kemarahan
Bapak?” “Iya jadi 2 penyebab Bapak marah...(sebutkan) dan yang Bapak
rasakan... (sebutkan)dan yang Bapak lakukan..(sebutkan)serta akibatnya ..
(sebutkan). (Keliat,dkk.2011:183-184)

Latihan Mengontrol Perilaku Kekerasan Secara Fisik ke-2


SP 2 Pasien : Membantu pasien latihan mengendalikan perilaku kekerasan
dengan obat ( bantu pasien minum obat secara teratur dengan prinsip 5 benar
( benar nama pasien, nama obat, cara minum obat, waktu minum obat dan dosis
obat) disertai penjelasan guna obat dan akibat berhenti minum obat, susun jadwal
minum obat secara teratur) (Akemat,2010:139).

a) Orientasi
“selamat pagi Pak, sesuai dengan janji saya kemain, hari ini kita bertemu lagi.
Bagaimana Pak, sudah dilakukan latihan tarik nafas dalam, pukul kasur bantal,
bicara baik serta beribadah? Coba kita lihat cek kegiatanya. Bagus ! berkurang
rasa marahnya ?” “bagaimana kalau sekarang kita bicara dan latihan tentang
cara minum obat yang benar untuk mengendalikan rasa marah ?” “dimana kita
berbincang-bincang ? bagaimana kalu ditempat kemarin ? berapa lama kita
berbincang-bincang ? bagaimana kalau 15 menit ?”
b) Kerja (Perawat memebawa obat pasien )
“ Bapak sudah dapat obat dari dokter ? berapa macam obat yang bapak minum ?
warna apa saja ? bagus ! jam berapa bapak minum ? “ “ obatnya ada 3 macam
pak, yang warna orange namanya CPZ gunanya agar pikiran tenang, yang putih
ini namanya THP agar bapak rileks dan tidak tegang, dan yang merah jambu ini
namanya HLP agar rasa marah berkurang. Semuanya ini harus bapak minim 3x
sehari pukul 7 pagi , 1 siang , dan 7 malam.” “jika nanti setelah minim obat milit
bapak terasa kering, untuk membantu mengatasinya bapak bisa menghisap es batu
atau minum air putih dan jika mata terasa berkunang-kunang, bapak sebaiknya
istirahat dan jangan beraktivitas dulu.” “nanti dirumah sebelum minum obat ini,
bapak lihat dulu label dikotak obat apakah benar nama bapak tertulis dilabel itu,
berapa dosis yang harus diminum, jam berapa saja harus dimum. Baca juga
apakah nama obat sudah benar ? disini minum obatnya pada suster kemudian cek
lagi apakah benar obatnya !” “jangan pernah mengentikan minum obat sebelum
berkonsultasi dengan dokter karena dapat terjadi kekambuhan.” “ sekarang kita
masukan waktu minum obatnya kedalam jadwal, ya pak”
c) Terminasi
“bagaimana perasaan bapak stelah kita bercakap0cakap tentang cara minum obat
yang benar ? “ “ coba, bapak sebutkan lagi jenis obat yang bapak minum !
bagaimana cara minum obat yang benar ?” “ nah, sudah berapa cara
mengendalikan perasaan marah yang kita pelajari ? sekarang kita tambahkan
jadwal kegiatanya dengan minum obat. “baik, besok kita bertemu kembali untuk
melihat sejauh mana bapak melaksanakan kegiatan dan sejauh mana dapat
mencegah rasa marah. Sampai jumpa !” (Akemat,2010:140).

Latihan Mengontrol Perilaku Kekerasan Secara Sosial/Verbal


SP 3 Pasien : Membantu pasien latihan mengendalikan perilaku kekerasan secara
sosial atau ferbal ( efaluasi jadwal harian tentang dua cara fisit mngendalikan
perilaku kekerasan, latihan mengungkapkan rasa marah secara ferbal, susun
jadwal latihan mengungkapkan marah secara ferbal) (Akemat,2010:137).
1. Evaluasi jadwal harian untuk dua cara fisik dan obat-obatan
2. Latihan mengungkapkan rasa marah secara verbal : menolak dengan
baik,meminta dengan baik,meminta dengan baik,mengungkapkan perasaan
dengan baik.
3. Susun jadwal latihan mengungkapkan marah secara verbal

a) Orientasi
“Selamat pagi,Pak,sesuai dengan janji saya kemarin sekarang kita ketemu
lagi.”
“Bagaimana,Pak,sudah dilakukan latihan tarik napas dalam dan pukul kasur
bantal?Apa yang dirasakan setelah melakukan latihan secara melakukan latihan
secara teratur?” “Coba saya lihat jadwal kegiatan hariannya.” “Bagus.Nah
kalau tarik napas dalamnya dilakukan sendiri tulis M,artinya mandiri;kalau
setelah diingatkan suster atau ibu guru dilakukan maka tulis B,artinya dibantu
dan diingatkan .Nah kalau tidak dilakukan tulis T,Artinya belum dapat
melakukan.” “Bagaimana kalaunsekarang kita latihan cara bicara untuk
mencegah marah?” “Dimana enaknya kita berbincang-bincang?Bagaimana
kalau di tempat yang sama?” “Berapa lama Bapak mau berbincang-bincang?
Bagaimana kalau 20 menit?”

b) Kerja
“Sekarang kita latihan cara bicara yang baik umtuk mencegah marah,Kalau
marah sudah disalurkan melaui tarik napas dalam atau pukul kasur dan
bantal,dan sudah lega,maka kita perlu bicara dengan ornag yang membuat kita
marah.Ada tiga caranya Pak,yaitu: Meminta dengan baik tanpa marah dengan
nada suara yang rendah serta tidak menggunakan kata-kata kasar.Kemarin
Bapak bilang penyebab marahnya karena minta uang sama istri tidak
diberi.Coba Bapak mita uang dengan baik:Bu,saya perlu uang untuk beli
rokok.Nanti dapat dicoba dsini untuk meminta baju,minta obat dan lain-
lain.Coba Bapak praktikkan.Bagus Pak. Menolak dengan baik,jika ada yang
menyuruh dan Bapak tidak ingin melakukannya,katakan:Maaf saya tidak dapat
melakukannya karena sedang ada kerjaan.Coba Bapak praktikkan.Bagus Pak!
Mengungkapkan perasaan kesal,jika ada perlakuan orang lain yang membuat
kesal,Bapak dapat mengatakan:Saya jadi ingin marah karena perkataanmu
itu.Coba praktikkan.Bagus!”
c) Terminasi
“Bagaimana perasaan Bapk setelah kita bercakap-cakap tentang cra mengontrol
marah dengan bicara yang baik?” “Coba Bapak sebutkan lagi cara bicara yang
baik yang telah kita pelajari.” “Bagus sekali,sekarang mari kita masukkan ke
dalam jadwal.Berapa kali sehari Bapak mau latihan bicara yang baik?Dapat
kita buat jadwalnya?”
“Bagaimana kalau dua hari lagi kita bertemu lagi?” “Nanti kita akan
membicarakan cara keempat untuk mengatasi rasa marah Bapak yaitu dengan
cara ibadah,Bapak setuju?Mau dimana Pak? Disini lagi ?Baik sampai nanti
ya.” (Keliat,dkk.2011:186-187)
Latihan Mengontrol Perilaku Kekerasan Secara Spritual
SP 4 Pasien : Bantu pasien latihan mengendalikan perilaku kekerasan secara
spiritual (diskusikan hasil latihan mengendalikan perilaku kekerasan secara
fisik dan sosial atau ferbal, latihan beribadah dan berdoa, buat jadwal latihan
ibadah dan doa) (Akemat,2010:138).
1. Diskusikan hasil latihan mengontrol perilaku kekerasan secara fisik, obat-
obatan dan sosial/verbal.
2. Latihan sholat/berdoa
3. Buat jadwal latihan sholat/berdoa.

a) Orientasi
“Selamat pagi Pak,sesuai dengan janji saya dua hari yang lalu sekarang saya
datang lagi.Baik,yang mana yang mau dicoba?” “Bagaimana Pak,latihan apa
yang sudah dilakukan?Apa yang dirasakan setelah melakukan latihan secara
teratur?Bagus sekali,bagaimana rasa marahnya?” “Bagaimana kalau sekarang
kita latihan cara lain untuk mencegah rasa marah yaitu dengan ibadah?” “Di
mana enaknya kita berbincang-bincang?Bagaimana kalau di tempat tadi?”
“Berapa lama Bapak mau kita berbincanag-bincang:Bagaiman kalau 15 menit?

b) Kerja
“Coba ceritakan kegiatan ibadah yang biasa Bapak lakukan! Bagus .Baik,yang
mana yang mau dicoba?” “Nah,kalau Bapak sedang marah coba Bapak langsung
duduk dan tarik napas dalam.jika tidak reda juga marahnya,rebahkan badab agar
rileks.Jika tidak reda juga .ambil air wudhu kemudian sholat.” “Bapak dapat
melakukan sholat secara teratur untuk meredakan kemarahan.” “Coba Bapak
sebutkan sholat 5 waktu! Bagus.Mau coba yang mana? Coba sebutkan caranya.”
(untuk yang muslim)

c) Terminasi
“Bagaimana perasaan bapak setelah kita bercakap-cakap tentang cara ketiga ini?”
“Jadi sudah berapa cara mengontro marah yang kita pelajari?Bagus.” “Mari kita
masukkan kegiatan ibadah pada jadwal kegiatan Bapak.Mau berapa kali Bapak
sholat? Baik kita masukkan ke jadwal.” (Keliat,dkk.2011:188-189)

Anda mungkin juga menyukai