saAscafvscasvanv
Avavafv
Vavb
Avasbrdasdsd
Avasdae13r13rbsd
Aver13rr1
Avd13rafs3rdasdas
A3rg
Vfq3we1
Avasr3brr
Daw13reb
Sdae
sd. Innei berarti bahwa masyarakat Indonesia diharapkan dapat memperoleh
pelayanan kesernhatan yang komprehensif dan bermutu.1
Pada masenena sekarang ini banyak terjadi permasalahan di berbagai
bidang, termasuk di bidang kesehatan, yang tak kalah penting dari masalah
kesehatan yang terjadi sekarang ini yaitu perubahan pola penyakit yang dulunya di
dominasi oleh penyakit infeksi sekarang menuju ke angka kejadian penyakit tidak
menular.2
Diperkirakan terjadi peningkatan insidens dan prevalensi Penyakit Tidak
Menular (PTM) secara cepat, World Health Organization (WHO) memperkirakan,
pada tahun 2020 PTM akan menyebabkan 73% kematian dan 60% seluruh
kesakitan di dunia.2 Diperkirakan negara yang paling merasakan dampaknya adalah
negara berkembang termasuk Indonesia. Salah satu PTM yang menjadi masalah
kesehatan yang sangat serius saat ini adalah hipertensi yang disebut sebagai the
silent killer.2
Hipertensi saat ini masih menjadi masalah utama di dunia. Hipertensi
merupakan gangguan sistem peredaran darah yang menyebabkan kenaikan tekanan
darah di atas normal, yaitu 140/90 mmHg.4
Hipertensi dapat didefinisikan sebagai tekanan darah dimana tekanan
sistoliknya di atas 140 mmHg dan tekanan diastolistik di atas 90 mmHg.3 Menurut
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1.1 Definisi
2.1.3 Etiologi
Secara umum, tekanan darah tinggi ringan tidak terasa dan tidak
mempunyai tanda-tanda. Boleh jadi berlangsung selama beberapa tahun
tanpa disadari oleh orang tersebut. Sering hal itu ketahuan tiba-tiba,
misalnya pada waktu mengadakan pemeriksaan kesehatan, atau pada saat
mengadakan pemeriksaan untuk asuransi jiwa. Kadang-kadang tanda-tanda
tekanan darah tinggi yang digambarkan itu adalah sakit kepala, pusing,
gugup, dan palpitasi.14
Pada sebagian orang, tanda pertama naiknya tekanan darahnya ialah
apabila terjadi komplikasi. Tanda yang umum ialah sesak nafas pada waktu
kerja keras. Ini menunjukkan bahwa otot jantung itu sudah turut terpengaruh
sehingga tenaganya sudah berkurang yang ditandai dengan sesak nafas.
Pada pemeriksaan fisik, tidak dijumpai kelainan apapun selain tekanan
darah yang tinggi, tetapi dapat pula ditemukan perubahan pada retina,
1. Genetik
Dibanding orang kulit putih, orang kulit hitam di negara barat lebih
banyak menderita hipertensi, lebih tinggi hipertensinya, dan lebih besar
tingkat morbiditasnya maupun mortilitasnya, sehingga diperkirakan ada
kaitan hipertensi dengan perbedaan genetik. Beberapa peneliti mengatakan
terdapat kelainan pada gen angiotensinogen tetapi mekanismenya mungkin
bersifat poligenik.11
2. Usia
Kebanyakan orang berusia di atas 60 tahun sering mengalami
hipertensi, bagi mereka yang mengalami hipertensi, risiko stroke dan
penyakit kardiovaskular yang lain akan meningkat bila tidak ditangani
secara benar.12
3. Jenis kelamin
Hipertensi lebih jarang ditemukan pada perempuan pra-monopause
dibanding pria, yang menunjukkan adanya pengaruh hormon.11
4. Geografi dan lingkungan
Terdapat perbedaan tekanan darah yang nyata antara populasi
kelompok daerah kurang makmur dengan daerah maju, seperti bangsa
Indian Amerika Selatan yang tekanan darahnya rendah dan tidak banyak
meningkat sesuai dengan pertambahan usia dibanding masyarakat barat.11
5. Pola hidup
Tingkah laku seseorang mempunyai peranan yang penting terhadap
timbulnya hipertensi. Mereka yang kelebihan berat badan di atas 30%,
mengkonsumsi banyak garam dapur, dan tidak melakukan latihan mudah
terkena hipertensi.12
6. Garam dapur
Natrium adalah mineral yang esensial bagi kesehatan. Ini mengatur
keseimbangan air didalam system pembuluh darah. Sebagian sodium dalam
diet datang dari makanan dalam bentuk garam dapur atau natrium chloride
(NaCl). Pemasukan natrium mempengaruhi tingkat hipertensi.
Mengkonsumsi garam menyebabkan haus dan mendorong kita minum. Hal
ini meningkatkan volume darah didalam tubuh, yang berarti jantung harus
memompa lebih giat sehingga tekanan darah naik. Kenaikan ini berakibat
bagi ginjal yang harus menyaring lebih banyak garam dapur dan air. Karena
masukan (input) harus sama dengan pengeluaran (output) dalam system
pembuluh darah, jantung harus memompa lebih kuat dengan tekanan darah
tinggi.12
7. Merokok
Merokok merupakan salah satu faktor yang dapat diubah, adapun
hubungan merokok dengan hipertensi adalah nicotine akan menyebabkan
peningkatan tekanan darah karena nikotin akan diserap pembuluh darah
kecil dalam paru-paru dan diedarkan oleh pembuluh darah hingga ke otak,
otak akan bereaksi terhadap nikotin dengan memberi sinyal pada kelenjar
adrenal untuk melepas efinefrine (Adrenalin). Hormon yang kuat ini akan
menyempitkan pembuluh darah dan memaksa jantung untuk bekerja lebih
berat karena tekanan yang lebih tinggi. Selain itu, carbon monoxide dalam
asap rokok menggantikan oksigen dalam darah. Hal ini akan
menagakibatkan tekanan darah karena jantung dipaksa memompa untuk
memasukkan oksigen yang cukup kedalam organ dan jaringan tubuh.15
2.1.6 Komplikasi
1. Umum
Setelah diagnosa hipertensi ditegakkan dan diklasifikasikan menurut
golongan atau derajatnya, maka dapat dilakukan dua strategi penatalaknaan
dasar yaitu:
a. Non farmakologik, yaitu tindakan untuk mengurangi faktor
risiko yang telah diketahui akan menyebabkan atau
menimbulkan komplikasi, misalnya menghilangkan obesitas,
menghentikan kebiasaan merokok, alkohol, dan mengurangi
asupan garam serta rileks.
2. Khusus
Upaya terapi khusus ditujukan untuk penderita hipertensi sekunder
yang jumlahnya kurang lebih 10 % dari total penderita hipertensi. Tanda-
tanda dan penyebab hipertensi perlu dikenali sehingga penderita dapat di
rujuk lebih dini dan terapi yang tepat dapat dilakukan dengan cepat. Perlu
pemerikasaan dengan sarana yang lebih canggih.18
2.1.8 Pencegahan
2.2 Pengetahuan
3. Aplikasi (Aplication)
Aplikasi diartikan apabila orang yang telah memahami objek yang
dimaksud dapat menggunakan atau mengaplikasikan prinsip yang
diketahui tersebut pada situasi yang lain.
4. Analisis (Analysis)
Analisis adalah kemampuan seseorang untuk menjabarkan dan atau
memisahkan, kemudian mencari hubungan antara komponen-
komponen yang terdapat dalam suatu masalah atau objek yang
diketahui. Indikasi bahwa pengetahuan seseorang itu sudah sampai
pada tingkat analisis adalah apabila orang tersebut telah dapat
membedakan, atau memisahkan, mengelompokkan, membuat
diagram (bagan) terhadap pengetahuan atas objek tersebut.
5. Evaluasi (Evaluation)
Evaluasi berkaitan dengan kemampuan seseorang untuk melakukan
justifikasi atau penilaian terhadap suatu objek tertentu. Penilaian ini
dengan sendirinya didasarkan pada suatu kriteria yang ditentukan
sendiri atau norma-norma yang berlaku dimasyarakat.20
2. Persepsi
Persepsi adalah pengalaman yang dihasilkan melalui indera
penglihatan, pendengaran, penciuman dan sebagainya. Setiap orang
mempunyai persepsi berbeda, meskipun objeknya sendiri. Persepsi adalah
pengamatan yang merupakan kombinasi pengelihatan, penciuman,
pendengaran serta pengalaman masa lalu. Persepsi dinyatakan sebagai
proses menafsir sensasi-sensasi dan memberikan arti kepada stimuli.
Persepsi menurut Notoatmodjo merupakan penafsiran realitas dan masing-
masing orang memandang realitas dari sudut perspektif yang berbeda.
Persepsi sebagai proses seseorang menyeleksi, mengorganisasikan dan
menafsirkan informasi untuk membentuk suatu gambaran yang memberi
arti. Bisa didefinisikan sebagai suatu proses dengan mana individu-individu
mengorganisasikan dan menafsirkan kesan indera mereka agar memberi
makna kepada lingkungan mereka. Ada faktor-faktor yang mempengaruhi
persepsi yaitu pada pelaku persepsi (perceiver), obyek yang dipersepsikan,
dan situasi dimana persepsi itu dilakukan. Jadi persepsi diduga adalah
proses kognitif yang dialami oleh setiap orang dalam memahami informasi
tentang lingkungannya, melalui indera dan tiap-tiap individu dapat
memberikan arti yang berbeda. Hal ini dapat dipengaruhi oleh: (1) tingkat
pengetahuan dan pendidikan seseorang, (2) faktor pada pemersepsi atau
pihak pelaku persepsi, (3) faktor objek atau target yang dipersepsikan dan
(4) faktor situasi dimana persepsi itu dilakukan. Dari pihak pelaku persepsi
dipengaruhi oleh karakteristik pribadi seperti sikap, motivasi, kepentingan
atau minat, pengalaman dan pengharapan. Ada variabel lain yang dapat
menentukan persepsi adalah umur, tingkat pendidikan, latar belakang sosial
ekonomi, budaya, lingkungan fisik, pekerjaan, kepribadian dan pengalaman
hidup individu.21
3. Motivasi
Motivasi diartikan sebagai dorongan untuk bertindak dan mencapai
suatu tujuan tertentu. Hasil dari dorongan dan gerakan ini diwujudkan dalam
bentuk perilaku. Dalam mencapai tujuan dan munculnya motivasi
memerlukan rangsangan dari dalam diri individu maupun dari luar.
Motivasi murni adalah motivasi yang betul-betul disadari akan pentingnya
suatu perilaku dan dirasakan suatu kebutuhan.20
4. Pengalaman
Pengalaman adalah sesuatu yang dirasakan (diketahui, dirasakan),
juga merupakan kesadaran akan suatu hal yang tertangkap oleh indera
manusia. Pengetahuan yang diperoleh dari pengalaman berdasarkan
kenyataan yang pasti dan pengalaman yang berulang-ulang dapat
menyebabkan terbentuknya pengetahuan. Pengalaman masa lalu dan
aspirasinya untuk masa yang akan datang menentukan perilaku masa kini.
Faktor eksternal yang mempengaruhi pengetahuan antara lain: meliputi
lingkungan, sosial ekonomi, kebudayaan dan informasi. Lingkungan
sebagai faktor yang terpengaruh bagi pengembangan sifat dan perilaku
individu. Sosial ekonomi, penghasilan sering dilihat untuk menilai suatu
hubungan antara tingkat penghasilan dalam pemanfaatan pelayanan
kesehatan. Kebudayaan adalah perilaku normal, kebiasaan, nilai, dan
penggunaan sumber-sumber di dalam suatu masyarakat akan menghasilkan
suatu pola hidup. Informasi adalah penerangan, keterangan, pemberitahuan
yang dapat menimbulkan kesadaran dan mempengaruhi perilaku.21
5. Usia
Usia mempengaruhi terhadap daya tangkap dan pola pikir
seseorang. Semakin bertambah usia akan semakin berkembang pula daya
tangkap dan pola pikirnya, sehingga pengetahuan yang diperolehnya
semakin membaik. Pada usia madya, individu akan lebih berperan aktif
dalam masyarakat dan kehidupan sosial serta lebih banyak melakukan
persiapan demi suksesnya upaya menyesuaikan diri menuju usia tua, selain
itu orang usia madya akan lebih banyak menggunakan banyak waktu untuk
yang diperlukan untuk kegiatan tertentu, sehingga status sosial ekonomi ini
akan mempengaruhi pengetahuan seseorang.22
Keterangan :
N = Nilai pengetahuan
Sp = Skor yang didapat
Sm = Skor tertinggi maksimum20
Selanjutnya persentase jawaban diinterprestasikan dalam kalimat
kualitatif dengan acuan sebagai berikut :20
1) Baik : Nilai = > 55 %
2) Buruk : Nilai = ≤ 55%
BAB III
METODE PENELITIAN
3.4 Sampling
Consecutive sampling
N = (1.96)2(0.14)(0.86)
(0.05)2
Sehingga N didapatkan 185 sampel minimal. Pada penelitian, estimasi sampel yang
drop out berjumlah 10% dari populasi minimal. Sehingga didapatkan 18.5
dibulatkan menjadi 19. Yang artinya sampel minimal adalah 185 ditambah dengan
19 menjadi 204 sampel.
3.5.1 Bahan: Bahan yang akan di gunakan dalam penelitian ini adalah data primer
menggunakan kuesioner
3.5.2 Alat: Alat penelitian yang akan di gunakan terdiri dari kertas kuesioner dan
ballpoint.
primer menggunakan kuesioner yang akan di berikan peneliti. Jika data primer
sudah didapat, peneliti akan memberi souvenir dan dilanjutkan mencari sampel
yang lain.
3.6 Parameter
instansi
resmi yang
terkait
Riwayat Riwayat Memberi Kuesioner 1. Diri sendiri Nominal
hipertensi hipertensi tanda check 2. Orangtua
pada list (√) di 3.Saudara
responden kolom kandung
atau sumber 4. Tidak ada
pada informasi di
orangtua kuesioner.
responden
Sumber Sumber Memberi Kuesioner 1.Tidak Nominal
informasi informasi tanda check pernah
tempat list (√) di 2. Keluarga
responden kolom 3. Pemberi
mendapatkan sumber pelayanan
informasi informasi di kesehatan
mengenai kuesioner. 4. Media
hipertensi massa/TV
5. Lain-lain
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Tabel 4.1 Distribusi Sebaran Menurut Usia, Jenis Kelamin, Pendidikan, Riwayat Hipertensi, dan
Mendapatkan Sumber Informasi Tentang Hipertensi Responden Pasien Puskesmas Makasar
Periode Agustus 2018 (n=185)
No. Variabel Rerata±Simpangan Frekuensi (%)
Baku
1 Usia 34.0±10.8
a. ≤ 35 Tahun 110 (59.5)
b. > 35 Tahun 75 (40.5)
2 Jenis Kelamin
a. Laki – laki 113 (61.1)
b. Perempuan 72 (38.9)
3 Pendidikan
a. Menengah 142 (76.8)
b. Tinggi 43 (23.2)
4 Mendapat Informasi Hipertensi
a. Tidak Pernah 43 (23.2)
b. Keluarga 12 (6.5)
c. Pelayan Kesehatan 102 (55.1)
d. Media Massa/TV 15 (8.1)
e. Lain-Lain 13 (7.0)
Bedasarkan tabel 4.1, bedasarkan usia yang memiliki rerata 34.0 tahun
dimana ≤ 35 tahun berjumlah 110 responden, dan > 35 tahun berjumlah 75 responden.
Responden terbagi menjadi dua jenis kelamin yaitu laki-laki 113 responden dan
perempuan 72 responden. Dari responden yang memnjadi sampel pula yang memiliki
tingkat pendidikan menengah sebanyak 142 responden dan tingkat pendidikan tinggi
43 responden. Serta responden yang mendapat informasi hipertensi paling tinggi oleh
pelayan kesehatan sebanyak 102 responden dan yang terendah oleh keluarga sebanyak
12 responden.
Tabel 4.2 Distribusi Tingkat Pengetahuan Hipertensi Responden Pasien Puskesmas Kecamatan
Makasar Periode Agustus 2018 (n=185)
Menurut tabel 4.2, tingkat pengetahuan hipertensi usia ≤ 35 tahun lebih baik
dibandingkan usia > 35 tahun. Usia semakin tua tidak menyebabkan seseorang
memiliki pengetahuan yang lebih baik tentang hipertensi. Hal tersebut sama seperti
yang diutarakan Debby Christy Sinaga (2012) yang melakukan penelitian di
Pondok Cina, Depok. Dimana usia tidak berpengaruh pada tingkat pengetahuan
hipertensi.23 Berbeda dengan pernyataan Notoatmodjo (2007), menurut
Notoatmodjo bahwa usia mempengaruhi terhadap daya tangkap dan pola pikir
seseorang. Semakin bertambah usia akan semakin berkembang pula daya tangkap
dan pola pikirnya, sehingga pengetahuan yang diperolehnya semakin membaik.22
Bedasarkan jenis kelamin, perempuan memiliki tingkat pengetahuan
hipertensi lebih baik dari jenis kelamin laki-laki. Berbeda dengan penelitian Debby
Christy Sinaga, tingkat pengetahuan hipertensi menurut Debby bedasarkan jenis
kelamin lebih baik dari kategori laki-laki.23 Dari penelitian yang dilakukan Mujib
Hannan (2009) yang dilakukan di daerah Sumenep. Menurut Mujib, proporsi
tingkat pengetahuan hipertensi lebih baik dari kategori laki-laki.24
Bedasarkan pendidikan, responden yang memiliki tingkat pendidikan tinggi
memiliki tingkat pengetahuan hipertensi lebih baik dari pada tingkat pendidikan
menengah. Hal ini menandakan makin tinggi tingkat pendidikan seseorang, makin
tinggi pula tingkat pengetahuan hipertensi. Hasil ini sesuai dengan pernyataan
Notoatmodjo, secara umum orang yang memiliki pengetahuan yang tinggi akan
mempunyai wawasan atau pengetahuan yang luas dibandingkan dengan orang yang
tingkat pendidikannya rendah.22 Dari hasil penelitian ini juga memiliki kesamaan
dengan penelitian yang dilakukan Debby dan Mujib. Dari penelitian mereka yang
dilakukan di tempat berbeda, tingkat pengetahuan hipertensi responden yang
memiliki tingkat pendidikan tinggi akan lebih baik dari pada tingkat pendidikan
menengah.23,24
Bedasarkan mendapat informasi mengenai hipetensi, kategori keluarga dan
lain-lain menjadi yang paling tinggi proporsi pengetahuannya mengenai hipertensi.
Peneliti beranggapan bahwa kategori keluarga bisa menjadi paling tinggi tingkat
pengetahuan mengenai hipertensi dikarenakan tingkat kepercayaan dari informasi
itu didapat mempengaruhi tingkat pengetahuan responden mengenai hipertensi.
Menurut Debby, dalam penelitiannya kategori keluarga juga menjadi paling tinggi
tingkat pengetahuan mengenai hipertensi.23
Tabel 4.3 Distribusi Tingkat Pengetahuan Pengertian Hipertensi Responden Pasien Puskesmas
Kecamatan Makasar Periode Agustus 2018 (n=185)
No. Variabel Tingkat Pengetahuan Pengertian Hipertensi
4. Mendapat Informasi
Hipertensi
a. Tidak Pernah 1 2.3 42 97.7
b. Keluarga 1 8.3 11 91.7
c. Pelayan Kesehatan 3 2.9 99 97.1
d. Media Massa/TV 2 13.3 13 86.7
e. Lain-Lain 0 0.0 13 100.0
Tabel 4.4 Distribusi Tingkat Pengetahuan Penyebab Hipertensi Responden Pasien Puskesmas
Kecamatan Makasar Periode Agustus 2018 (n=185)
1. Usia
a. ≤ 35 Tahun 13 11.8 97 88.2
b. > 35 Tahun 9 12.0 66 88.0
2. Jenis Kelamin
a. Laki – laki 11 9.7 102 90.3
b. Perempuan 11 15.3 61 84.7
3. Pendidikan
a. Menengah 19 13.4 123 86.6
b. Tinggi 3 7.0 40 93.0
4. Mendapat Informasi
Hipertensi
a. Tidak Pernah 4 9.3 39 90.7
b. Keluarga 2 16.7 10 83.3
c. Pelayan Kesehatan 12 11.8 90 88.2
d. Media Massa/TV 3 20.0 12 80.0
e. Lain-Lain 1 7.7 12 92.3
Tabel 4.5 Distribusi Tingkat Pengetahuan Gejala Hipertensi Responden Pasien Puskesmas
Kecamatan Makasar Periode Agustus 2018 (n=185)
No. Variabel Tingkat Pengetahuan Gejala Hipertensi
Tabel 4.6 Distribusi Tingkat Pengetahuan Pola Hidup Hipertensi Responden Pasien Puskesmas
Kecamatan Makasar Periode Agustus 2018 (n=185)
No. Variabel Tingkat Pengetahuan Pola Hidup Hipertensi
Tabel 4.7 Distribusi Tingkat Pengetahuan Komplikasi Hipertensi Responden Pasien Puskesmas
Kecamatan Makasar Periode Agustus 2018 (n=185)
No. Variabel Tingkat Pengetahuan Komplikasi
Hipertensi
Buruk (%) Baik (%)
1. Usia
a. ≤ 35 Tahun 5 4.5 105 95.5
b. > 35 Tahun 2 2.7 73 97.3
2. Jenis Kelamin
a. Laki – laki 4 3.5 109 96.5
b. Perempuan 3 4.2 69 95.8
3. Pendidikan
a. Menengah 7 4.9 135 95.1
b. Tinggi 0 0.0 43 100.0
4. Mendapat Informasi
Hipertensi
a. Tidak Pernah 3 7.0 40 93.0
b. Keluarga 0 0.0 12 100.0
c. Pelayan Kesehatan 1 1.0 101 99.0
d. Media Massa/TV 2 13.3 13 86.7
e. Lain-Lain 1 7.7 12 92.3
BAB V
KESIMPULAN
5.1 Kesimpulan
Pada penelitian ini responden diambil yang tidak memiliki riwayat hipertensi.
Tingkat pengetahuan hipertensi pasien puskesmas tersebut dari 185 responden, 181
responden (97.8%) dinilai baik, dan 4 responden (2.2%) dinilai buruk
pengetahuannya mengenai hipertensi. Penelitian ini juga menjelaskan tujuan
khusus dimana penelitian ini mencari tingkat pengetahuan dari pengertian,
penyebab, gejala, pola hidup, serta komplikasi mengenai hipertensi terhadap pasien
Puskesmas Kecamatan Makasar. Pada tingkat pengetahuan mengenai pengertian
hipertensi, dari 185 responden, 178 responden (96.2%) dinilai baik, dan 7
responden (4.0%) dinilai buruk pengetahuannya. Pada tingkat pengetahuan
mengenai penyebab hipertensi, dari 185 responden, 163 responden (88.1%) memiki
pengetahuan baik, dan 22 responden (12.4%) memiliki pengetahuan buruk. Pada
tingkat pengetahuan mengenai gejala hipertensi, dari 185 responden, 170 responden
(91.9%) dinilai baik, dan 15 responden (8.1%) dinilai buruk pengetahuannya. Pada
tingkat pengetahuan mengenai pola hidup penderita hipertensi, dari 185 responden,
153 responden (82.7%) dinilai baik, dan 32 responden (17.3%) dinilai buruk
pengetahuannya. Dan yang terakhir pada tahap tingkat pengetahuan mengenai
komplikasi hipertensi, dari 185 responden, 178 responden (96.2%) dinilai baik, dan
7 responden (3.8%) dinilai buruk pengetahuannya.
Peneliti menyadari sepenuhnya bahwa penelitian ini masih jauh dari kata sempurna
dan masih terdapat banyak kekurangan. Hal ini disebabkan keterbatasan yaitu:
a. Kemampuan peneliti yang baru sekali melakukan penelitian dalam
pengambilan data, pengolahan data dan interpretasi data.
b. Desain penelitian berupa deskripif sederhana sehingga belum bisa
menggambarkan secara keseluruhan
c. Tidak menggunakan variabel persepsi dan motivasi dikarenakan tidak
tercukupinya pustaka mengenai hal tersebut.
d. Keterbatasan waktu mengakibatkan pengambilan data yang diperoleh dari
sampel hanya dilakukan 3 hari.
5.3 Saran
c. Bagi masyarakat
Melalui penelitian ini diharapkan masyarakat turut lebih memperhatikan
dan peduli terhadap sosialisasi kesehatan serta menjalankannya. Sehingga
kedepannya masyarakat indonesia tidak ada yang terkena hipertensi lagi.
Daftar Pustaka
1. Kementrian Kesehatan Republik Indonesia. Profil kesehatan indonesia
2012. Jakarta. Kementerian Kesehatan RI;2012
2. Rahajeng, Tuminah. Prevalensi Hipertensi dan Determinannya di Indonesia.
Jurnal Kesehatan Pusat Penelitian Biomedis dan Farmasi Badan Penelitian
Kesehatan Departemen Kesehatan RI Maj Kedokt Indon (Online),Volume
59 No. 12.(http://www.depkes.go.id/index.php/berita/press-release/1909-
laporannasional-riskesdas-2007.pdf)
3. Bruner, Sudrath. Keperawatan Medical Bedah. Ed 8.vol 3 .Jakarta.
EGC.2002.h.542
4. Depkes, RI. Masalah Hipertensi Di Indonesia.Artikel Kesehatan (Online).
2012. Tersedia di :(http://www.depkes.go.id/index.php/berita/press-
release/1909-masalahhipertensi-di-indonesia. pdf diakses 3 Agustus 2018)
5. James PA, Oparil S, Carter BL, dkk.Evidence-Based Guideline For the
Management Of High Blood Pressure In Adults Report From The Panel
Members Appointed To The Eighth Joint National Committee (JNC 8).
Chicago.JAMA;2014.
6. Agoes, Azwar. Penyakit di Usia Tua. Palembang: EGC;2008.
7. Infodatin Pusat Data dan Informasi Kementrian Kesehatan RI . Depkes
RI;2013.Tersedia di
(www.depkes.go.id/download.php?file=download/pusdatin/infodatin.)
8. Smeltzer & Bare. Keperawatan Medical Bedah Brunner & Suddarth.Edisi
8.jilid 2. Jakarta: Penerbit buku kedokteran EGC;2002.h149-53
9. Poerwati, R.. Hubungan Stres Kerja terhadap Hipertensi pada Pegawai
Dinas Kesehatan Kota Pekanbaru Tahun 2008. Medan: Tesis Sekolah Pasca
Sarjana Universitas Sumatera Utara;2008.
10. Diehl, Hans.Waspada Diabetes, Kolestrol, Hipertensi. Bandung: Indonesia
publishing house;2007.h.47-9
11. Gray,dkk.Lectures Notes Cardiology.Jakarta:Erlangga;2005.h.243-55
12. Soeharto I. Penyakit Jantung Koroner dan Serangan
Jantung.Jakarta:Gramedia;2004.
13. Adams H.P., et al., 2003. Guidlines for The Early Management of Patients
with Ischemic. Journal of The American Heart Association. 34:1056-83
Available from: http://stroke.ahajournals.org/content/34/4/1056.full
14. Knight, John F. Jantung Kuat Bernafas Lega. Bandung: Indonesia
Publishing House;2006.
15. Wijaya. Hubungan Gaya Hidup Dengan Kejadian Hipertensi Pada Pasien
Rawat Jalan di Poli Penyakit Dalam Rumah Sakit Raden Said Sukanto.
Jakarta:2009.h.8
16. Corwin, E J . Buku Saku Patofisiologi. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran
EGC; 2009.h.388-402
17. Amir, M. Hidup Bersama Penyakit Hipertensi Asam Urat, Jantung Koroner.
Jakarta :Intisari Media Utama;2002.h.38-41
18. Rilantono, L. Penyakit Kardiovaskuler (PKV) (1 ed.). Jakarta: Badan
penerbit FKUI;2012.
19. Malasari, Nur. Hubungan Tingakat Pengetahuan Pasien Dengan
Pencegahan Kekambuhan Hipertensi di Puskesmas Kelurahan Grogol
Kecematan Limo Kodya Depok (online). Jakarta . UPNVJ Publikasi : 2008.
Tersedia
di:http://www.library.upnvj.ac.id/index.php?p=show_detail&id=2707
20. Notoatmodjo S. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka
Cipta;2010.
21. Notoatmodjo S. Metodelogi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka
Cipta;2002.
22. Notoatmodjo S. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka
Cipta;2007.
23. Sinaga DC. Gambaran Tingkat Pengetahuan Tentang Hipertensi Pada
Masyarakat yang Merokok di RW 01 Kelurahan Pondok Cina Beji Depok.
Jakarta:FKUI;2012.
24. Hannan M. Gambaran Pengetahuan Keluarga Tentang Penyakit Hipertensi
di Wilayah Kerja UPTD Puskesmas Ganding Kabupaten
Sumenep.Sumenep:Jurnal kesehatan”wiraraja medika”;2009.h7-8
Lampiran 1
Lampiran 2
Saya telah diberi tahu oleh peneliti bahwa jawaban angket bersifat jujur ,
sukarela , dan hanya dipergunakan untuk keperluan penelitian. Oleh karena itu dengan
sukarela saya ikut berperan serta dalam penelitian ini
Jakarta,………………..
Tanda tangan,
(………………………………………….)
Lampiran 3
Lembar kuesioner
Kode responden :
Tanggal pengambilan data :
Petunjuk pengisian
1. Bacalah terlebih dahulu semua pernyataan dan tanyakan kepada peneliti
apabila ada yang kurang dimengerti.
2. Isilah pertanyaan dengan mengisi pada kolom yang tersedia.
3. Berilah tanda check list (√) pada kolom yang sesuai dengan jawaban anda.
4. Setiap pernyataan hanya berlaku satu jawaban kecuali pada data demografi
no 4,5,6
Contoh:
No. Pernyataan Setuju Tidak setuju
1 Tekanan darah tinggi √
merupakan
pembunuh diam-diam
5. Jika ingin memperbaiki jawaban beri tanda silang (X) pada jawaban yang
salah, kemudian beri tanda check list (√) pada kolom yang sesuai dengan
jawaban anda.
A. Data Responden
1. Umur : Tahun
2. Jenis kelamin : Laki – laki
Perempuan
3. Pendidikan : SD SMP
SMA Perguruan
Tinggi
Pelayanan kesehatan
Media massa/TV
Lain-lain : . . . .
Tidak pernah
Lampiran 4
Lampiran 5
HASIL OUTPUT PENGOLAHAN DATA SPSS
1. Rerata dan Standar Deviasi dari Variabel Umur