Anda di halaman 1dari 15

Tugas Mekanika Teknik III

Suatu balok baja yang


terletak di atas 2 tumpuan P
sendi-rool dengan bentang
L dibebani q seperti pada q
Gambar 1(a). Balok A
B C
prismatis (penampang tetap)
dengan bentuk dan ukuran L a
seperti pada Gambar 1(b).
(a)
Asumsi:
 Setelah pembebanan ta
balok tetap dalam
kondisi elastis.
 Balok dari baja 1,4b
tc
dengan berat
jenisnya 7850 tb
3
kg/m .
b
1. Hitung tegangan (b)
maksimum akibat
Gambar 1
momen pada balok.
2. Hitung tegangan geser maksimum akibat gaya lintang pada balok.
3. Hitung tegangan utama pada balok sedikit di bawah flens atas dan sedikit di bawah flens atas
pada balok sedikit di kanan perletakan B.
4. Terhadap balok pada Gambar 1(a) tersebut (E=2100000 kg/cm2), diminta untuk menghitung
lendutan dan putaran sudut pada titik-titik A, B, C, dan tengah-tengah BC dengan metode-
metode:
 Metode Integral Dobel (Persamaan Differensial)
 Metode Balok Pasangan (Conjugate-Beam Method)
 Metode Satuan Muatan (Unit Load Method)
5. Berdasarkan hasil perhitungan pada soal no 2, gambarkan diagram garis elastis dari balok
tersebut secara kualitatif.

Data-data numerik:
L=6m
a=2m
P = 1500 kg
q = 400 kg/m
b = 12 cm
ta = 2 cm
tb = 2,5 cm
tc = 2 cm
Penyelesaian
I. Menghitung Tegangan Maksimum Pada Balok akibat Gaya Dalam

A. Menghitung Luas, Letak Titik Berat dan Momen Inersia

Ambil sisi terbawah sebagai


gai sumbu x dan sisi terkiri sebagai sumbu y.
i bi hi Ai xi yi Sxi Syi Ixi Iyi
1 12.00 2.50 30.00 6.00 1.25 37.50 180.00 62.50 1440.00
2 2.00 12.30 24.60 6.00 8.65 212.79 147.60 2150.78 893.80
3 12.00 2.00 24.00 6.00 15.80 379.20 144.00 5999.36 1152.00
78.60 629.49 471.60 8212.64 3485.80
A Sx Sy Ix Iy

xC = Sy/A = 6 cm (tepat di tengah karena sumbu simetri) y


yC = Sx/A = 8.01 cm 12
IxC = Ix - AyC2 = 3171.19 cm4 = 3.17E-05 m4 2
I
yC = Iy - AxC2 = 656.2 cm4
E= 2100000 kg/cm2 = 21000000000 kg/m2
EIxC = 665950.3 kg.m2
2

16,8
B. Menghitung Reaksi Perletakan
2,5
-4
Berat sendiri balok, qbs = A.7850=(78,6.10 ).7850=61,7 kg/m x

Lihat diagram benda bebas pada Gambar 2.

Jumlah momen semua gaya terhadap qbs = 61.701 kg/m 1500


titik A=0:
(400+61,701)*8^2/2+1500*8--6VB=0 q= 400 kg/m
VB=4462,4 kg A
B C
Jumlah momen semua
mua gaya terhadap
titik B=0: 6 2
-(400+61,701)*8*2+1500*2+6
(400+61,701)*8*2+1500*2+6VA=0 VA
VA=731,2 kg VB
Gambar 2
C. Menggambar Diagram D dan M

Untuk itu pertama kali buat dahulu diagram benda bebas untuk potongan pada balok di bagian AB dan BC
seperti pada Gambar 4(a) dan (b). Kemudian dengan syar
syarat
at keseimbangan cari persamaan gaya lintang dan
momen.
Persamaan gaya lintang
 Bagian AB: D = 731,2-461,7x
untuk 0<x<6
 Bagian BC: D = 731,2-461,7x+4462,4
D=5193,6-461,7x
untuk 6<x<8

Persamaan momen
 Bagian AB:
M = 731,2x-230,85x2 untuk 0<x<6 ..........................................................................................(a)

 Bagian BC:
M = 731,2x-230,85x2+4462,4(x-6)=5193,6x-230,85x2-26774,4 untuk 6<x<8.............................(b)
x
Diagram gaya lintang dan momen dapat
dilihat pada Gambar 4(a) dan (b).
461,7 kg/m
Letak momen ekstrim pada tempat N
dengan gaya lintang = 0. Pada bagian
AB, M
731,2-461,7x = 0 731,2 D
x = 731,2/461,7 = 1,584 m
(a)
dan momen ekstrimnya adalah:
M = 731,2(1,584)-230,85(1,584)2=579 x
kg.m
461,7 kg/m
Dari diagram didapat nilai-nilai
maksimum dari gaya lintang dan N
momen. 6m
Gaya lintang terbesar terjadi sedikit di D M
731,2 4462,4
kanan perletakan B sebesar: -2423,4 kg (a)
Momen terbesar adalah: 579 kg.m
(momen positif – momen lapangan) dan Gambar 3
-3923,4 kg.m (momen negatif – momen
pada perletakan). Dari kasus yang diminta maka gaya lintang dan momen yang akan digunakan dalam
memeriksa tegangan maksimum adalah momen dan gaya lintang pada balok sedikit di kanan perletakan B
yakni:
2423,4

DB = 2423 kg
731,2

MB = 3923,4 kg.m 1500

Dari persamaan dapat 1,584 m


2039

dihitung letak M=0

731,2x-230,85x2 =0 (a) Diagram Gaya Lintang


x(731,2-230,85x)=0
3923,4

x1 = 0
x2 = 3,167 m (letak titik
belok pada garis elastis)
579

(b) Diagram Momen

Gambar 4
D. Tegangan Normal Maksimum

Rumus:
𝑀𝑦
𝜎=
𝐼
dengan:
σ = tegangan normal akibat momen sebesar M
y = jarak serat yang akan dihitung tegangannya pada penampang dari titik berat
IxC = momen inersia penampang terhadap sumbu horisontal melalui titik berat

Tegangan pada sisi atas balok 1087,5 kg/cm2


( , . )( , , )
𝜎= = 1087,5 kg/cm (tarik)
,
Tegangan pada sisi bawah balok
( , . )( , )
𝜎= = −991 kg/cm (tekan)
,

Diagram tegangannya dapat dilihat pada Gambar 5.

Ini adalah jawaban pertanyaan no 1.

991 kg/cm2

E. Tegangan Geser Maksimum akibat Gaya Lintang Gambar 5

Rumus:
𝜏=
dengan y
τ = tegangan geser akibat gaya lintang sebesar D=2423 kg
S = statis momen dari luas bidang di luar serat yang akan dihitung
tegangan gesernya terhadap sumbu horisontal di titik berat 2
IxC = momen inersia penampang terhadap sumbu horisontal
8,79

melalui titik berat


6,79

b = lebar penampang (sejajar sb horisontal) di tempat yang akan


dihitung tegangan gesernya x
Jadi akan dihitung saat ini adalah statis momen untuk geser di sedikit di
5,51

bawah flens atas dan sedikit di atas flens bawah serta di titik berat.
8,01

Tegangan geser di titik berat, y = 0 cm.


S = (12.2.7,79)+(2.6,79.6,79/2)=233 cm3 2,5
2
τ = 2423.233/(2.3171)=89 kg/cm
Tegangan geser pada penampang sedikit di atas flange bawah, y>- 12
5,51 cm dan b = 2 cm :
S =(12.2,5.6,76)=202.8 cm3
τ =2423.202,8/(2.3171)=77 kg/cm2 Gambar 6
Tegangan geser pada penampang di tepi atas flange bawah, y<-
5,51 cm dan b = 12 cm :
S =(12.2,5.6,76)=202.8 cm3
τ =2423.202,8/(12.3171)=13 kg/cm2
Tegangan geser pada penampang sedikit di bawah flange atas, y<6,79 cm dan b = 2 cm :
S =(12.2.7,79)=187 cm3
τ =2423.187/(2.3171)=71 kg/cm2
Tegangan geser pada penampang di tepi bawah flange atas, y>6,79 cm dan b = 12 cm :
S =(12.2.7,79)=187 cm3
τ =2423.187/(12.3171)=12 kg/cm2

Diagram tegangan geser dapat dilihat pada Gambar 7.

Ini adalah jawaban pertanyaan nomor 2.

y 71
12
2
8,79

6,79

x
5,51
8,01

2,5
13
12 77

89
(a)
(b) Diagram Tegangan Geser

Gambar 7

II. Menghitung Tegangan Utama sedikit di kanan perletakan B pada titik sedikit di bawah flens atas
(Jawaban nomor 3)

( . × ) ,
𝜎 = = = 840 kg/cm tarik
τ = 71 kg/cm2

Diagram free body elemen bidangnya seperti pada Gambar 8. 840 840

Mencari arah tegangan utama

Rumus 71
Gambar 8 Kondisi Tegangan Bidang
𝜏 −71
tan 2𝛼 = = = −0,1690
1 1
(𝜎 − 𝜎 ) (840 − 0)
2 2
2𝛼 = −9,595°
1 1
𝑅= 𝜏 + (𝜎 − 𝜎 ) = (−71) + (840 − 0) = 426
4 4
Tegangan Utama

𝜎 = + 426 = 846 kg/cm2


𝜎 = − 426 = −6 kg/cm2
Ini terjadi pada saat orientasi sebesar 𝛼 = −4,8°
τMax=426 kg/cm2 terjadi pada orientasi sebesar 40,2° dan τmin=-426 kg/cm2 terjadi pada orientasi sebesar 130,2°.
Penyelesaian secara kombinasi grafis-analitis dengan Lingkaran Mohr juga dapat dilihat pada Gambar 9.

420
420
71
426 840
τ 71
6

846
350,4°
6
4,8°
846 9,6° 71
71 σx
840
71
71
6

6
420
840
846

Gambar 9 Lingkaran Mohr Tegangan

III. Lendutan dan Putaran Sudut dengan Metode Integral

A. Persamaan Differensial Lendutan

1. Rumus umum
𝑑 𝑦 𝑀
=
𝑑𝑥 𝐸𝐼

2. Persamaan Momen
Telah didapat persamaan M:
 Bagian AB: M = 731,2x-230,85x2
untuk 0<x<6

 Bagian BC: M = 5193,6x-230,85x2-26774,4


untuk 6<x<8
sehingga:
 Bagian AB:
𝑑 𝑦 731,2𝑥 − 230,85𝑥
=
𝑑𝑥 𝐸𝐼
 Bagian BC:
𝑑 𝑦 5193,6𝑥 − 230,85𝑥 − 26774,4
=
𝑑𝑥 𝐸𝐼

3. Persamaan Slope (kemiringan garis singgung) dy/dx

Didapat dengan mengintegral persamaan yang telah didapat dan karena EI tetap, maka:
 Bagian AB:
𝑑𝑦 731,2𝑥 230,85𝑥
𝐸𝐼 = − + 𝐶 = 365,6𝑥 − 76,95𝑥 + 𝐶
𝑑𝑥 2 3
 Bagian BC:
𝑑𝑦 5193,6𝑥 230,85𝑥
𝐸𝐼 = − − 26774,4𝑥 + 𝐷 = 2596,8𝑥 − 76,95𝑥 − 26774,4𝑥 + 𝐷
𝑑𝑥 2 3

4. Persamaan Lendutan Balok y

Didapat dengan mengintegral persamaan dy/dx, didapat:


 Bagian AB:
365,6𝑥 76,95𝑥
𝐸𝐼𝑦 = − + 𝐶𝑥 + 𝐸 = 121,87𝑥 − 19,24𝑥 + 𝐶𝑥 + 𝐸
3 4
 Bagian BC:
2596,8𝑥 76,95𝑥 26774,4𝑥
𝐸𝐼𝑦 = − − + 𝐷𝑥 + 𝐹
3 4 2
= 865,6𝑥 − 19,24𝑥 − 13387,2𝑥 + 𝐷𝑥 + 𝐹
Untuk mencari nilai-nilai D, D, E, F, dilakukan dengan syarat-syarat batas (boundary conditions) dari garis
lendutan.

5. Syarat-syarat Batas
Dari garis lendutan terlihat ada beberapa syarat batas yakni:
 (𝐸𝐼𝑦 ) =0
 (𝐸𝐼𝑦 ) =0
 (𝐸𝐼𝑦 ) =0
 (𝐸𝐼 ) = (𝐸𝐼 )

a. Dengan (𝐸𝐼𝑦 ) = 0, diperoleh persamaan


0+0+0+E=0
E=0............................................................................................................................ (c)
b. Dengan (EIy ) = 0, diperoleh persamaan
26323,9-24935+6C+E=0
6C+E=-1388,9 .......................................................................................................... (d)
c. Dengan (EIy ) = 0, diperoleh persamaan
186969,6-24935-481939,2+6D+F=0
6D+F=319904,6 ....................................................................................................... (e)
d. Dengan (EI ) = (EI ) , diperoleh persamaan
13161,6-16621,2+C=93484,8-16621,2-160646,4+D
C-D =-80323,2 ...........................................................................................................(f)
Keempat persamaan ini ditulis dalam bentuk matriks:

0 0 1 0 𝐶 0
6 0 1 0 𝐷 −1388,9
=
0 6 0 1 𝐸 319904,6
1 −1 0 0 𝐹 −80323,2

Setelah diselesaikan didapat


𝐶 −231
𝐷 80092
=
𝐸 0
𝐹 −160646

Jadi didapat:
Persamaan garis lendutannya adalah:
 Bagian AB:
𝐸𝐼𝑦 = 121,87𝑥 − 19,24𝑥 − 231𝑥 .......................................................................... (g)
 Bagian BC:
𝐸𝐼𝑦 = 865,6𝑥 − 19,24𝑥 − 13387,2𝑥 + 80092𝑥 − 160646 ............................... (h)
Dan persamaan slope garis singgungnya adalah:
 Bagian AB:
𝐸𝐼 = 365,6𝑥 − 76,95𝑥 − 231 ............................................................................................... (i)
 Bagian BC:
𝐸𝐼 = 2596,8𝑥 − 76,95𝑥 − 26774,4𝑥 + 80092 ............................................................. (j)

B. Menghitung Lendutan dan Putaran Sudut di A, B, C, dan tengah-tengah BC.


Karena persamaannya telah diketahui (g), (h), (i), (j), maka tinggal disubstitusikan nilai x dapat dihitung
nilai-nilai lendutan dan putaran sudut. Dengan mengambil E=2100000 kg/cm2 dan I=3171 cm4, didapat
nilai-nilai yang diminta seperti pada Tabel 2.
Tabel 2: Lendutan dan Putaran Sudut (Jawaban pertanyaan 4)
Titik x Lendutan (mm) Slope (rad)
A 0 0 -0,00035
B 6 0 -0,00554
C 8 -18,49 -0,01097
D 3 1,56 0,001473
Catatan:
E diketahui dalam kg/cm2 dan I dalam cm4, sedangkan nilai dalam persamaan dalam m sehingga perlu
dikonversi.
1 (kg/cm2)(cm4)= 1 (kg/0,0001 m2)(0,00000001 m4)=10-4 kg.m2
EI=(2,1.106)(3171)(10-4) =665910 kg.m2

Contoh:
Slope di A = -231/EI=-231/(2100000.3171.10 -4) radian=0,00035 radian
Lendutan di C = (865,6 × 8 − 19,24 × 8 − 13387,2 × 8 + 80092 × 8 − 160646)/(2100000 ×
3171 × 10 ) =-12311/665910=-0,01849 m = 18,49 mm

IV. Lendutan dan Putaran Sudut dengan Metode Conjugate Beam

Dengan metode ini sebenarnya metode grafis dengan menganalogikan perhitungannya seperti perhitungan gaya
dalam pada balok. Balok pasangan (conjugate beam) adalah suatu balok analog yang dibebani dengan diagram
M/EI. Gaya lintang pada balok conjugate (analog) adalah putaran sudut dan momen pada balok analog adalah
lendutannya. Dengan demikian digambarkan dahulu model analognya seperti pada Gambar 10.
Langkah-langkahnya adalah sebagai berikut:
 Cari Balok Pasangan (conjugate beam) dari balok yang akan dihitung putaran sudut dan lendutannya.
 Gambar Diagram M/EI akibat muatan pada balok asal
 Bidang M/EI yang didapat dari diagram M/EI diberlakukan sebagai muatan pada balok pasangan.
 Hitung gaya lintang yang terjadi pada balok pasangan tersebut pada titik yang akan dihitung putaran sudut
sumbu baloknya. Ini adalah putaran sudut dari balok asal akibat muatan yang bekerja.
 Hitung momen yang terjadi pada balok pasangan tersebut pada titik yang akan dihitung lendutannya. Ini
adalah putaran sudut dari balok asal akibat muatan yang bekerja

Untuk penjelasannya dapat dilihat


pada Gambar 10.
Balok pada Gambar 10(a) mempunyai (a)
balok pasangan (conjugate beam) pada
Gambar 10(b), perletakan A tetap
seperti semula, sedang perletakan B
(b)
berubah menjadi sendi (gerber) dan
ujung C menjadi jepit. Sehingga dalam
menganalisis, hitung dahulu reaksi
dari balok AB. Reaksi di B akan
menjadi beban untuk segmen BC yang
terjepit di titik C (lihat Gambar 10(c).
Diagram M/EI dapat dilihat pada (c)
Gambar 10(d). Dalam perhitungan,
Gambar 10(d) dipecah (merupakan 3923,4
superposisi) menjadi Gambar 10(e)
dan Gambar 10(f). Oleh karena itu,
maka akan dihitung A1, A2, A3, dan
A4 yang merupakan luas bidang M/EI
(d)
dari diagram pada Gambar 10(e) dan
Gambar 10(f) serta letak titik beratnya.
3923,4
 A1 = (-3923,4)(6)/2EI
=-11770,2/EI
Letak titik berat dari bidang
dengan luas A1 = 4 m dari titik A A1 A2
(e)
 A2 = (-3923,4)(2)/2EI
=-3923,4/EI A3 A4
Letak titik berat dari bidang
dengan luas A2 = 6+2/3 m dari
titik A
 A3 = 2(2077,7)(6)/3EI 230,85
2077,7
=8310,8/EI (f)
Letak titik berat dari bidang
dengan luas A3 = 3 m dari titik A Gambar 9
 A4 = 2(230,85)(2)/3EI
=307,8/EI
Letak titik berat dari bidang dengan luas A4 = 7 m dari titik A

Momen maksimum pada balok AB = (461,7)(6)2/8=2077,7


Momen maksimum pada balok BC = (461,7)(2)2/8=230,85
Catatan untuk menentukan arahnya lihat dari balok pasangan pada Gambar 9. Jika momen negatif arahnya ke bawah
bearti reaksinya di perletakan akan ke atas. Jadi untuk perletakan A, jika reaksinya ke atas (gaya lintangnya juga ke
atas), maka putaran sudutnya akan berlawanan dengan arah jarum jam. Untuk perletakan B jika reaksinya ke atas
(gaya lintangnya negatif), maka putaran sudunya searah jarum jam.

a. Putaran sudut di A adalah gaya lintang pada balok pasangan di A.

θA=DA’= (A1/3)-(A3/2)=(11770,2/3EI)-(8310,8/2EI)
=232/EI=232/665910
=0,00035 rad (berlawanan arah jarum jam.

b. Putaran sudut di B adalah gaya lintang pada balok pasangan di B.

θB=DB’= (2A1/3)-(A3/2)=(2(11770,2)/3EI)-(8310,8/2EI)
=3691,4/EI=3691,4/665910
=0,00554 rad (berlawanan arah jarum jam)

c. Putaran sudut di C adalah gaya lintang pada balok pasangan di C.

θC=DC’=A2-A4+2A1/3-A3/2=3923,4/EI-307,8/EI+2(11770,2)/3EI-8310,8/2EI
=7307/EI=(7307)(665910)
= 0,01097 rad (searah jarum jam)

d. Lendutan di C adalah momen pada balok pasangan di C

ΔC = MC’= [(2/3)A1-A3/2]2+A2(2/3)(2)-A4(1)
=[(2/3)(11770,2/EI)-8310,8/2EI](2)+(3293,4/EI)(2/3)(2)-(307,8/EI)(1)
=[7846,8/EI-4155,4/EI]2+5231,2/EI-307,8/EI=12305,8/EI
=0,01848 m

e. Putaran sudut di D (tengah-tengah 3923,4


bentang AB) adalah gaya lintang pada
balok pasangan di D. 1961,7

θD=DD’=VA’-(2942,6/EI)+(4155,4/EI) 2942,6 1 A1
=980,8/EI (a)
=0,001473 rad 9/8 A3
4155,4

f. Lendutan titik D (tengah-tengah


bentang AB) adalah momen pada balok 2077,7
pasangan di D.
(b)
ΔD=MD’=(VA’)(3)-
Gambar 10
(2942,6/EI)(1)+(4155,4/EI)(9/8)
=1036,2/EI
= 0,00156 m
V. Lendutan dan Putaran Sudut dengan Metode Satuan Muatan

Rumus Umum:
𝑀𝑚𝑑𝑥
∆=
𝐸𝐼
dengan:
Δ, adalah perpindahan (bisa lendutan, bisa putaran sudut)
M, adalah persamaan momen sepanjang/seluruh balok/struktur akibat muatan pada struktur, merupakan fungsi dari
gaya dan posisi, x.
m, adalah persamaan momen sepanjang/seluruh balok/struktur akibat satuan gaya (atau momen) di dan dalam
arah terjadinya perpindahan (bisa lendutan, bisa putaran sudut), merupakan fungsi dari satuan muatan dan
posisi x.

Jadi karena diminta perpindahan di A, B, C, D, maka harus dihitung persamaan akibat satuan gaya (atau momen) di
titik A, B, C, D.

A. Persamaan akibat muatan pada balok, telah didapat berupa persamaan (a) dan (b)

B. Persamaan Akibat Satuan Muatan (Gaya atau Momen)

1. Untuk menghitung putaran sudut di A, kerjakan satuan momen, M=1, di A (asumsinya searah jarum jam)

M=1

1/6 Gambar 11 1/6

ma=1-x/6 untuk 0<x<6 ........................................................................................................................(k)


ma=0 untuk 6<x<8 ........................................................................................................................(l)

2. Untuk menghitung putaran sudut di B, kerjakan satuan momen, M=1, di B (asumsinya searah jarum jam)

M=1

1/6 Gambar 12 1/6

mb=-x/6 untuk 0<x<6 .........................................................................................................................(m)


mb=0 untuk 6<x<8 .........................................................................................................................(n)

3. Untuk menghitung putaran sudut di C, kerjakan satuan momen, M=1, di C (asumsinya searah jarum jam)

1/6 Gambar 13 1/6 M=1

mc=-x/6 untuk 0<x<6 ........................................................................................................................(o)


mc=-1 untuk 6<x<8 ........................................................................................................................(p)
4. Untuk menghitung lendutan di C, kerjakan satuan gaya, P=1, di C (asumsinya ke bawah)

P=1

1/3 Gambar 14 4/3

mcv=-x/3 untuk 0<x<6 ...................................................................................................................(q)


mcv=-8+x untuk 6<x<8...................................................................................................................(r)

5. Untuk menghitung putaran sudut di D, kerjakan satuan momen, M=1, di D (asumsinya searah jarum jam)

1/6 M=1 1/6


Gambar 15
md=-x/6 untuk 0<x<3 ..................................................................................................................(s)
md=-x/6+1 untuk 3<x<6 ..................................................................................................................(t)
md=0 untuk 6<x<8 ..................................................................................................................(u)

6. Untuk menghitung lendutan titik D, kerjakan satuan gaya, P=1, di D (asumsinya ke bawah)

P=1

1/2 Gambar 16 1/2

md=x/2 untuk 0<x<3 ...................................................................................................................(v)


md=-x/2+3 untuk 3<x<6 ...................................................................................................................(w)
md=0 untuk 6<x<8 ..................................................................................................................(x)

Semua Persamaan tersebut telah dihimpun dalam Tabel 3 dan 4.

Tabel 3: Persamaan Momen Untuk Menghitung Perpindahan di A, B, C,


Persamaan Momen Bagian Balok AB (0<x<6) Bagian Balok BC (6<x<8)
2
Akibat muatan luar, M 731,2x-230,85x 5193,6x-230,85x2-26774,4
Akibat M=1 di A, ma 1-x/6 0
Akibat M=1 di B, mb -x/6 0
Akibat M=1 di C, mc -x/6 -1
Akibat P=1 di C ke bawah, mcv -x/3 -8+x

Tabel 4: Persamaan Momen Untuk Menghitung Perpindahan di D


Bagian Balok AD Bagian Balok DB Bagian Balok BC
Persamaan Momen
(0<x<3) (3<x<6) (6<x<8)
Akibat muatan luar, M 731,2x-230,85x2 731,2x-230,85x2 5193,6x-230,85x2-26774,4
Akibat M=1 di D, md -x/6 1-x/6 0
Akibat P=1 di D ke bawah, mdv x/2 -x/2+3 0
C. Menghitung Perpindahan

Perhitungan di bawah menggunakan scientific calculator CASIO fx-570ES PLUS. Silakan dicari secara manual
untuk mengecek kebenaran hasilnya.

𝑀𝑚 𝑑𝑥 1 𝑥 1
𝜃 = = (731,2𝑥 − 230,85𝑥 ) 1 − 𝑑𝑥 + (5193,6𝑥 − 230,85𝑥 − 26774,4)(0)𝑑𝑥
𝐸𝐼 𝐸𝐼 6 𝐸𝐼
231,9
=
𝐸𝐼
= 0,00035 rad (searah jarum jam)

𝑀𝑚 𝑑𝑥 1 𝑥 1
𝜃 = = (731,2𝑥 − 230,85𝑥 ) − 𝑑𝑥 + (5193,6𝑥 − 230,85𝑥 − 26774,4)(0)𝑑𝑥
𝐸𝐼 𝐸𝐼 6 𝐸𝐼
3691,5 3691,5
= =
𝐸𝐼 665910
= 0,00554 rad (searah jarum jam)

𝑀𝑚 𝑑𝑥 1 𝑥 1
𝜃 = = (731,2𝑥 − 230,85𝑥 ) − 𝑑𝑥 + (5193,6𝑥 − 230,85𝑥 − 26774,4)(−1)𝑑𝑥
𝐸𝐼 𝐸𝐼 6 𝐸𝐼
3691,5 3615,6 7307,1
= + =
𝐸𝐼 𝐸𝐼 665910
= 0,01097 rad (searah jarum jam)

𝑀𝑚 𝑑𝑥 1 𝑥 1
∆ = = (731,2𝑥 − 230,85𝑥 ) − 𝑑𝑥 + (5193,6𝑥 − 230,85𝑥 − 26774,4)(−8 + 𝑥)𝑑𝑥
𝐸𝐼 𝐸𝐼 3 𝐸𝐼
7383 4923,4 12306,4
= + =
𝐸𝐼 𝐸𝐼 665910
= 0,01848 m ke bawah

𝑀𝑚 𝑑𝑥 1 𝑥 1 𝑥
𝜃 = = (731,2𝑥 − 230,85𝑥 ) − 𝑑𝑥 + (731,2𝑥 − 230,85𝑥 ) 1 − 𝑑𝑥
𝐸𝐼 𝐸𝐼 6 𝐸𝐼 6
317,7 663,2 980,9
=− − =−
𝐸𝐼 𝐸𝐼 665910
= −0,001473 rad (artinya berlawanan arah jarum jam, karena arah M=1 searah jarum jam)

𝑀𝑚 𝑑𝑥 1 𝑥 1 𝑥
∆ = = (731,2𝑥 − 230,85𝑥 ) 𝑑𝑥 + (731,2𝑥 − 230,85𝑥 ) − + 3 𝑑𝑥
𝐸𝐼 𝐸𝐼 2 𝐸𝐼 2
953,0 −1989,5 1036,5
= + =−
𝐸𝐼 𝐸𝐼 665910
= −0,00156 m (berlawanan dengan arah P=1 di D artinya ke atas)
VI. Perbandingan Hasil dari Ketiga Metode

Hasil dari ketiga metode dihimpun dalam Tabel 5 di bawah ini.

Tabel 5: Perbandingan Hasil Perhitungan Ketiga Metode


Slope (rad) Lendutan (mm)
Titik x Integral Conjugate Unit Load Integral Conjugate Unit
Beam Beam Load
A 0 -0,00035 -0,00035 -0,00035 0 0 0
B 6 -0,00555 -0,00554 -0,00554 0 0 0
C 8 -0,01098 -0,01097 -0,01097 -18,49 -18,49 -18,49
D 3 0,00147 0,00147 0,00147 1,56 1,56 1,56

V. Gambar Garis Elastis (Garis Lendutan Balok)

Letak ekstrim dari garis elastis

Lihat persamaan (g), (h), (i), dan (j)

Persamaan lendutannya adalah:


 Bagian AB (0<x<6):
𝐸𝐼𝑦 = 121,87𝑥 − 19,24𝑥 − 231𝑥 .......................................................................... (g)
 Bagian BC (6<x<8):
𝐸𝐼𝑦 = 865,6𝑥 − 19,24𝑥 − 13387,2𝑥 + 80092𝑥 − 160646 ............................... (h)
Persamaan slope garis singgungnya adalah:
 Bagian AB (0<x<6):
𝐸𝐼 = 365,6𝑥 − 76,95𝑥 − 231 ............................................................................................... (i)
 Bagian BC (6<x<8):
𝐸𝐼 = 2596,8𝑥 − 76,95𝑥 − 26774,4𝑥 + 80092 ............................................................. (j)

Cek apakah pada bagian AB ada titik ekstrim


y akan bernilai ekstrim jika dy/dx = 0
365,6𝑥 − 76,95𝑥 − 231 = 0
Dihitung secara numerik:
𝑥 = 0,8807 m dengan lendutan, y1 = 0,00020 m ke bawah
𝑥 = 4,6099 m dengan lendutan, y2 = 0,00328 m ke atas
Dari persamaan (g) dan (h) dengan menghitung setiap interval 0,5 m didapat lendutan seperti pada Tabel 6.
Tabel 6: Lendutan dan Putaran Sudut Balok setiap interval 0,5 m
x y (m) dy/dx
0 0.00000 -0.00035
0.5 -0.00015 -0.00022
1 -0.00019 0.00009
1.5 -0.00005 0.00050
2 0.00031 0.00092
2.5 0.00086 0.00128
3 0.00156 0.00147
3.5 0.00230 0.00142
4 0.00293 0.00104
4.5 0.00327 0.00024
5 0.00308 -0.00107
5.5 0.00210 -0.00297
6 0.00000 -0.00555
6.5 -0.00343 -0.00805
7 -0.00791 -0.00974
7.5 -0.01305 -0.01068
8 -0.01849 -0.01098

Gambar garis elastis setelah diplot dengan skala hasilnya dapat dilihat pada Gambar 17.

3,167 3,28 mm
0,2 mm

0,00554
0,00035 rad rad 18,49 mm

0,881 titik belok


0,01097
rad
4,610

Gambar 17

Anda mungkin juga menyukai