Anda di halaman 1dari 11

Kisah Pendaki Rinjani Lombok Saat Gempa Mengguncang

Liputan6.com

Warga memeriksa reruntuhan rumah yang rusak akibat gempa di Lombok, NTB, Minggu
(29/7). Data sementara mencatat, gempa bumi tektonik 6.4 SR itu mengakibatkan 10 orang
meninggal dunia dan puluhan rumah rusak. (HO/NTB DISASTER MITIGATION
AGENCY/AFP)

Liputan6.com, Lombok - Sejumlah pendaki mengaku terjadi hujan batu dan longsor di
sepanjang jalur pendakian menuju Gunung Rinjani Lombok pada saat terjadi gempa bumi 6,4
Skala Richter mengguncang.

"Semua jalur pendakian sudah tertutup longsor dan sudah susah dilalui. Saya tidak ingat
berapa titik yang terjadi longsor karena di dari atas juga terjadi hujan batu," ujar salah
seorang porter Muhsan (40) saat baru turun dari Gunung Rinjani di pintu pendakian Bawak
Nao di Desa Sembalun, Kabupaten Lombok Timur, Minggu (29/7/2018)

Ia mengatakan, saat terjadi gempa hebat, ada 500 wisatawan sedang berada di atas pos
Sembalun Lawang, sebelum lokasi menuju puncak Gunung Rinjani.

"Begitu gempa semua pendaki terjatuh, saking kerasnya getaran saat berada di atas punggung
Gunung Rinjani. Masing-masing langsung lari menyelamatkan diri. Sudah tidak ada yang
urus teman," terangnya diansir Antara.

Sementara itu, seorang pendaki asal Bayan, Kabupaten Lombok Utara, Ahmad juga
mengakui, ada lebih dari ratusan pendaki sedang di atas Gunung Rinjani saat terjadi gempa.

"Semua langsung turun ke bawah karena di atas terjadi tanah longsor disertai jatuhnya batu-
batu," ucapnya.

Namun, dia mengaku tidak mengetahui secara pasti. Apakah pendaki yang berada di atas
Gunung Rinjani sudah turun semua atau tidak. Karena begitu terjadi gempa para pendaki
langsung turun sambil berlari.

"Nah kalau soal itu saya kurang tahu pasti. Karena jumlah pendaki saja ada ratusan di atas,
ada dari luar negeri dan dalam negeri," kata Ahmad.
Korban Meninggal Gempa Lombok
Bertambah Jadi 14 Orang
Liputan6.com

Warga memeriksa bangunan rumah yang roboh akibat gempa yang melanda Lombok, NTB,
Minggu (29/7). Data sementara BPBD Provinsi NTB mencatat, gempa bumi tektonik 6.4 SR
itu mengakibatkan 10 orang meninggal dunia dan puluhan rumah rusak. (AFP/Aulia
AHMAD)

Liputan6.com, Jakarta - Jumlah korban meninggal akibat gempa 6,4 SR yang menguncang
Nusa Tenggara Barat (NTB), Minggu pagi, terus bertambah.

Kepala Pusat Data Informasi dan Humas BNPB Sutopo Purwo Nugroho
menyatakan, berdasarkan laporan BPBD Provinsi Nusa Tenggara Barat, tercatat 14 orang
meninggal dunia, 162 jiwa luka-luka dan ribuan unit rumah rusak.

Dampak terparah dari gempa terdapat di Kabupaten Lombok Timur. Di kawasan ini terdapat
10 orang meninggal, yakni yaitu Isma Wida (30) warga negara Malaysia, Ina Marah (60), Ina
Rumenah (58), Aditatul Aini (27), Herniwati (30), Ina Hikmah (60), Fatin (80), Egi (17),
Wisnu (8) dan Hajratul (8).

Selain itu, 67 orang luka berat dan ratusan jiwa luka sedang dan luka ringan.

"Kerusakan rumah mencapai lebih dari 1.000 unit rumah baik rusak berat, rusak sedang dan
rusak ringan. Pendataan masih dilakukan,' ujar Sutopo melalui pesan tertulis, Minggu
(29/2/2018).

Di Kabupaten Lombok Utara jumlah korban meningga terdapat 4 orang. Mereka adalah
Juniarto (8), Rusdin (34), Sandi (20), dan Nutranep (13).

Sementara, 38 orang luka berat yaitu 12 orang luka-luka dirawat di Puskesmas Senaru, 15
orang di Postu Sambikelen, 1 orang di RSUD Tanjung, dan 10 orang di Puskesmas Anyar.

Data sementara kerusakan rumah, terdapat 41 unit rusak berat, 74 unit rusak sedang dan 148
unit rusak ringan. Sebanyak 6.237 KK terdampak gempa.
Angin Puting Beliung Sapu Yogya, 34
Rumah Rusak, 1 Orang Luka

Ristu Hanafi - detikNews

Foto: Usman Hadi/detikcom

FOKUS BERITA: Puting Beliung di Yogyakarta

Yogyakarta - Angin puting beliung melanda wiulayah Kota Yogyakarta dan Bantul. Sekitar
34 rumah rusak dan satu orang terluka akibat peristiwa yang terjadi sekitar pukul 14.05 WIB.

Kerusakan paling parah terjadi di wilayah Kecamatan Gondokusuman, Kota Yogyakarta dan
Kecamatan Banguntapan, Kabupaten Bantul yang wilayah itu hanya berbatasan Sungai Gajah
Wong.

Berdasarkan laporan sementara dari Pusdalops BPBD DIY, tercatat hingga pukul 15.15 WIB
dilaporkan 34 rumah rusak di Kampung Sorowajan, Banguntapan, Bantul. Dari puluhan
rumah itu, 23 rumah berada di RT 3 RW 8 dan 11 rumah di RT 2 RW 8.
Baca juga: Angin Puting Beliung Terjadi di Yogya Selama 22 Menit

Baca juga: Warga Lihat Angin Kencang yang Sapu Yogya Mirip Tornado

"Titik kedua dilaporkan terjadi pohon tumbang di wilayah kampus STPMD APMD di Jl
Timoho, Baciro Gondokusuman. Seorang dosen dilaporkan terluka dibawa ke RS Bethesda,"
kata Supervisor Kelompok II Pusdalops BPBD DIY, Indrayanto, dalam keterangan tertulis
yang diterima detikcom, Selasa (24/4/2018).

Hingga kini, BPBD DIY, BPBD Kota Yogyakarta dan BPBD Bantul masih melakukan
pendataan. Warga yang rumahnya rusak sore ini bergoting memperbaiki genteng rumah yang
rusak akibat tersapu angin puting beliung.
(bgs/bgs)
news.detik.com
Bencana Longsor Masih Berpotensi Terjadi
di Puncak
Mochamad Solehudin

Bandung - Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana (PVMBG) menilai bencana tanah
longsor masih berpotensi kembali terjadi di Puncak Pass, Desa Ciloto, Kecamatan Cipanas,
Kabupaten Cianjur. Pasalnya, bencana tanah longsor di satu wilayah kerap berulang.

Berdasarkan catatan PVMBG bencana longsor pertama di Puncak terjadi pada tahun 2009
lalu. Kemudian bencana longsor kembali terjadi pada tahun 2013 dan 2014. Di awal 2018 ini
bencana longsor di Puncak sudah terjadi sebanyak dua kali. Pertama pada Februari dan
terakhir pada 28 Maret lalu.

"Gerakan tanah sering berulang contohnya yang di Cipanas (Puncak). Ini masih berpotensi
longsor susulan," kata Kepala PVMBG Kasbani, saat menggelar konferensi pers, di Kantor
Badang Geologi, Kota Bandung, Selasa (3/4/2018).

Selain itu, Kasbani mengatakan, berdasarkan peta potensi pergerakan tanah yang dikeluarkan
Badan Geologi menunjukkan kawasan Puncak masih berada dalam zona merah bencana
pergerakan tanah. Artinya, kata dia, bencana longsor masih berpotensi di wilayah tersebut.

"Puncak masuk daerah merah (bencana tanah longsor). Termasuk yang Ciloto juga," kata
Kasbani.

Di lokasi yang sama, Kepala Bidang Mitigasi Bencana, PVMBG Agus Budianto
menambahkan, pihaknya sudah memberikan rekomendasi untuk penanganan bencana tanah
longsor di wilayah puncak. Ada 12 rekomendasi yang dikeluarkan pasca longsor yang terjadi
Februari lalu.

"Rekomendasi ini sudah diinfokan kepada pihak-pihak terkait. Salah satu rekomendasinya
adalah masih adanya potensi longsor susulan di wilayah itu," ujar Agus.
Berikut isi dari rekomendasinya :

1. Selalu meningkatkan kewaspadaan bagi masyarakat yang beraktivitas di sekitar longsor


terutama saat dan setelah terjadi hujan yang berlangsung lama.

2. Segera membersihkan material longsoran. Aktivitas ini agar dilakukan dengan selalu
memperhatikan kondisi cuaca dan faktor keselamatan

3. Tidak beraktivitas di sekitar lokasi gerakan tanah dan dekat dengan alur lembah yang
berpotensi menjadi jalan mengalirnya material longsoran dan tebing cura saat atau setelah
hujan dengan intensitas tinggi.

4. Membuat penguatan pada lereng di bawah jalan dengan tiang pancang yang kuat dan
menembus batuan dasa.

5. Membuat pelebaran jalan ke arah lereng bagian atas jalan. Pemotongan lereng hendaknya
dilakukan dengan memperhatikan kaidah kestabilan lereng.

6. Penataan saluran drainase di kanan dan kiri badan jalan dengan material kedap air. Saluran
drainase itu langsung dialirkan ke lereng lembah atau arah sungai dan menghindari genangan
air pada daerah datar.

7. Segera merelokasi pemukiman, terutama yang berada di tepi gawir longsoran.

8. Merelokasi bangunan atau kios-kios di pinggir jalan yang berada lereng terjal.

9. Memasang rambu peringatan rawan longsor pada jalur jalan.

10. Ke depan agar tidak mendirikan bangunan pada jarak yang terlalu dekat dengan tebing,
alur lembah, aliran sungai yang berpotensi menjadi jalan mengalirnya longsoran.

11. Tidak melakukan aktivitas yang dapat mengganggu kestabilan lereng, seperti pemotongan
lereng sembarangan, penebangan pohon besar sehingga memicu gerakan tanah.

12. Meningkatkan sosialisasi kepada masyarakat untuk lebih mengenal dan memahami
gerakan tanah dan gejala-gejala yang mengawalinya sebagai upaya mitigasi bencana tanah
longsor.
(avi/avi)
liputan6.com

Sekeluarga 2 Hari Terjebak Longsor di


Jalur Selatan Cianjur-Bandung
Liputan6.com

4-5 minutes

Liputan6.com, Cianjur - Jalur selatan Cianjur-Bandung di Desa Wangunjaya, Kecamatan


Naringgul, Kabupaten Cianjur, Jawa Barat, saat ini sudah dapat dilalui kendaraan setelah
sempat tutup selama dua hari akibat longsor.

Lalu lintas kendaraan di jalur itu kembali normal setelah Kementerian Pekerjaan Umum dan
Perumahan Rakyat mengerahkan empat alat berat dengan bantuan aparat TNI/Polri dan
warga sekitar untuk menyingkirkan lumpur akibat tebing longsor.

Namun, Kepala Polsek Naringgul, AKP Warsono mengimbau pengguna jalan tetap waspada
saat melintas, terutama ketika hujan turun lebat. Sebab, tebing yang longsor masih rawan dan
landasan jalan masih licin akibat lumpur yang tersisa.

"Hari ini sudah dapat dilalui kembali, kendaraan yang terjebak dengan tujuan Bandung atau
selatan Cianjur sudah dapat melintas normal. Empat alat berat dikerahkan untuk
menyingkirkan material longsor," katanya, Jumat (27/4/2018), dilansir Antara.

Indah (40), warga Kabupaten Bandung, senang jalur itu kembali normal. Sebab, dengan
demikian, dia dan keluarganya bisa pulang setelah selama dua hari terakhir terpaksa bertahan
di lokasi karena terjebak longsor.

"Posisi kendaraan di tengah-tengah, sehingga tidak bisa maju atau mundur karena longsor
menutup landasan jalan dari kedua arah. Kami menumpang tinggal di rumah warga sejak dua
hari yang lalu dan hari ini sudah bisa pulang," ujarnya.

Dia dan pengguna jalan lainnya berharap dinas terkait menyiagakan alat berat di wilayah
yang rawan longsor, terutama ketika musim penghujan tiba. Bila ada alat berat, ketika terjadi
longsor atau bencana alam lainnya dapat segera ditangani tanpa harus menunggu dari
Bandung atau Cianjur.

"Kami biasa melakukan perjalanan usaha ke Cianjur dari Bandung," katanya.

Saksikan video pilihan di bawah ini:

Kawasan Puncak Bogor kembali ditutup usai terjadinya longsor di perbatasan Kabupaten
Cianjur dan Kabupaten Bogor.
Ada 3 Titik Longsor

Pengerukan material longsor di ruas Ciwidey-Cidaun, Kabupaten Cianjur, Jawa Barat dilanjutkan hari
ini setelah dihentikan sementara karena minim penerangan dan rentan longsor susulan.
(Liputan6.com/Achmad Sudarno)

Sementara, pengerukan materiel longsor di ruas Ciwidey-Cidaun, Kabupaten Cianjur, Jawa


Barat, dilanjutkan hari ini setelah dihentikan sementara karena minim penerangan dan rentan
longsor susulan.

"Tidak mungkin kita lakukan pengerukan di malam hari karena di sana minim penerangan,"
kata Kepala BPBD Kabupaten Cianjur Dodi Permadi, Jumat (27/4/2018), dikutip
Liputan6.com.

Dodi menyebutkan terdapat tiga titik lokasi longsor tepat di Kampung Cipandak, Desa
Wangun Jaya, Kecamatan Naringgul, Kabupaten Cianjur, yang masih dalam penanganan
petugas.

Tiga titik tersebut lokasinya berdekatan. Satu di antaranya tinggi timbunan tanah kurang lebih
mencapai dua meter dengan luasan 100 meter. "Karena longsorannya cukup luas dan alat
berat yang diturunkan hanya ada 1 unit beko dan 1 dozer," katanya.

Untuk mempercepat pengerukan materiel tanah bercampur batu dan batang pohon yang
masih menutupi jalan penghubung Kabupaten Bandung dengan wilayah Cianjur Selatan,
petugas menambah satu alat berat dari Provinsi Jabar.

"Hari ini ditambah 1 beko dari provinsi. Kalau ada penambahan beko mudah-mudahan kelar
2 hari ke depan," ujar Dodi.

Di hari ketiga pascalongsor, petugas masih berjibaku menyingkirkan materiel longsor.


Petugas juga masih berupaya mengevakuasi tiga kendaraan yang masih terjebak di tengah
longsoran tanah. Satu truk boks dan dua truk engkel ganda.

Sebelumnya, hujan lebat yang mengguyur wilayah Selatan Kabupaten Cianjur, Jawa Barat,
menyebabkan tebing setinggi 75 meter longsor, pada Rabu sore, 25 April 2018.

Longsor di tiga titik lokasi menyebabkan jalur penghubung Cianjur dengan Bandung
terputus. Materiel longsor nyaris menimpa truk boks yang sedang melintasi jalur tersebut.
Tak ada korban jiwa maupun luka dalam bencana longsor tersebut.
news.detik.com

Hujan dan Puting Beliung, Atap Sejumlah


Rumah di Kediri Beterbangan
Andhika Dwi
2-3 minutes

Kediri - Hujan lebat yang disertai angin puting beliung pada hari Minggu (1/4/2018)
membuat 50-an rumah warga di Kecamatan Ngadiluwih, Kabupaten Kediri mengalami
kerusakan.

Seperti halnya yang terjadi di RW 2 dan 3 Dusun Kolak Utara, Desa Wonorejo, Kecamatan
Ngadiluwih, Kabupaten Kediri. Sejumlah kerusakan yang dilaporkan di antaranya genteng
yang berjatuhan, atap rumah yang beterbangan hingga ambruknya sebuah warung kopi.

Ketua RT 2/RW 3, Takim (50) saat ditemui wartawan membenarkan adanya rumah yang
rusak akibat puting beliung. Menurut Takim, ada sekitar 50-80 rumah yang mengalami
kerusakan. Bahkan atap teras rumah dan ruang keluarga Takim juga tersapu angin puting
beliung.

"Iya ini di Dusun Kolak Utara, Desa Wonorejo banyak rumah warga yang rusak, khususnya
warga RW 2 dan 3, mulai dari genting rusak, warung roboh, hingga seluruh atapnya hilang
terbawa angin," ujar Takim kepada detikcom, Senin, (2/4/2018).

Atap rumah warga lain yang ikut tersapu angin. (Foto: Andhika Dwi)
Salah satunya dialami Udin (37). Atap rumahnya dikabarkan hilang tersapu kencangnya
angin puting beliung. Ia mengisahkan, Kediri telah diguyur hujan deras sejak Minggu sore.
Saat itu ia dan keluarganya sedang berada di ruang keluarga.

"Saya dan keluarga sedang berkumpul karena hujan deras. Tiba-tiba di atap ada suara
gemuruh kencang disertai atap saya hilang, terbang terbawa angin. Otomatis seluruh rumah
saya basah terguyur hujan," jelas Udin. Padahal hujan itu hanya mengguyur daerahnya
selama 30 menit.

Saat ditemui, Udin dibantu warga sekitar rumahnya sedang membongkar atap rumahnya yang
belakangan diketahui terlempar sejauh 100 meter dari rumahnya.

Kejadian ini membuat Udin dan sejumlah warga lainnya khawatir jika hujan disertai angin
puting beliung terjadi kembali. Mereka pun mengharapkan bantuan atap atau bahan bangunan
kepada pemerintah setempat.

"Saya dan warga lainnya bingung jika terjadi hujan deras lebat," imbuh Udin.

Sebuah warung kopi ambruk akibat hujan lebat disertai angin puting beliung. (Foto: Andhika
Dwi)

(lll/fat)
news.detik.com

Angin Kencang di Kebumen, Belasan


Rumah Ambruk Tertimpa Pohon
Rinto Heksantoro
2-3 minutes

Purworejo - Hujan deras disertai angin kencang mengguyur Kabupaten Kebumen, Jawa
Tengah. Belasan rumah rusak akibat tertimpa pohon dan satu gedung serga guna ambruk.

Hujan deras yang melanda Kebumen pada Sabtu (20/1/2018) telah menyebabkan pohon
tumbang sehingga menimpa dan merusak 14 rumah warga di 13 desa dalam 7 kecamatan.
Tidak ada korban jiwa dalam peristiwa tersebut.

"Hujannya memang deras disertai angin kencang, akibatnya pohon-pohon jadi tumbang terus
menimpa rumah warga. Ada sekitar 14 rumah yang rusak yakni 8 rusak sedang dan 6 rusak
ringan," ungkap Kabid Kedaruratan dan Logistik BPBD Kebumen, Muhyidin, ketika
dihubungi detikcom, Sabtu (20/1/2018).

Gedung ambrukdi Mirit, Kebumen (oto: Rinto Heksantoro/detikcom)

Muhyidin menambahkan, tidak hanya belasan rumah warga yang rusak namun sebuah
gedung serba guna di Desa Wiromartan, Kecamatan Mirit, ambruk karena tidak kuat
menahan derasnya hujan yang disertai angin kencang. Pohon tumbang juga terjadi di 2 titik
jalan umum sehingga mengganggu arus lalu lintas.
"Pohon tumbang juga terjadi pada jalan umum di belakang Pasar Petanahan dan jalan Desa
Lajer Ambal yang sempat mengganggu lalu lintas tapi sekarang sudah teratasi. Sebuah
gedung serba guna di Wiromartan Mirit juga ambruk," lanjutnya.

Kerusakan rumah warga akibat kejadian tersebut rata-rata terjadi pada bagian atap. Hujan
deras diperkirakan masih akan melanda Kebumen, warga pun diimbau untuk tetap waspada.

"Untuk logistik juga sudah kami terjunkan ke lokasi. Warga dan petugas hingga saat ini
masih melakukan kerja bakti untuk membersihkan puing-puing reruntuhan dan pohon. Jika
hujan deras terjadi kami himbau agar warga untuk tetap waspada," pungkasnya.
(mbr/mbr)

Anda mungkin juga menyukai