(STEMI)
Oleh :
Lina Melawati (110100502)
Aishwarya A/P Kumal (130100435)
Riri Oktavani Banjarnahor (130100259)
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, yang telah memberikan
berkat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan kasus ini
dengan judul “ST-Elevation Myocardial Infarction (STEMI)”.
Penulisan laporan kasus ini adalah salah satu syarat untuk menyelesaikan
Kepaniteraan Klinik Senior Program Pendidikan Profesi Dokter di Departemen
Kardiologi, Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara.
Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada dosen
pembimbing dr. Hilfan Ade Putra Lubis, Sp.JP yang telah meluangkan waktunya
dan memberikan banyak masukan dalam penyusunan laporan kasus ini sehingga
dapat selesai tepat pada waktunya.
Penulis menyadari bahwa penulisan laporan kasus ini masih jauh dari
kesempurnaan, baik isi maupun susunan bahasanya, untuk itu penulis
mengharapkan saran dan kritik dari pembaca sebagai masukan dalam penulisan
laporan kasus selanjutnya.Semoga makalah laporan kasus ini bermanfaat, akhir
kata penulis mengucapkan terima kasih.
Penulis
ii
DAFTAR ISI
BAB I
PENDAHULUAN
1.2 Tujuan
Tujuan penulisan laporan kasus ini adalah:
1. Untuk memahami tinjauan ilmu teoritis penyakit infark miokard
elevasi segmen ST (STEMI).
2. Untuk mengintegrasikan ilmu kedokteran yang telah didapat terhadap
kasus infark miokard elevasi segmen ST (STEMI) serta melakukan
penatalaksanaan yang tepat, cepat, dan akurat sehingga mendapatkan
prognosis yang baik.
3
1.3 Manfaat
Beberapa manfaat yang didapat dari penulisan laporan kasus ini adalah:
1. Untuk lebih memahami dan memperdalam secara teoritis tentang
infark miokard elevasi segmen ST (STEMI).
2. Sebagai bahan informasi dan pengetahuan bagi pembaca mengenai
infark miokard elevasi segmen ST (STEMI).
4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
b. Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik sangat membantu dalam mengidentifikasi faktor
pencetus iskemia, komplikasi iskemia, penyakit penyerta dan
menyingkirkan diagnosis banding.Pada pemeriksaan fisik dapat dijumpai :
- Umum : kecemasan, tidak bisa istirahat (gelisah), sesak, keringat
dingin, tekanan darah normal atau meningkat.
- Leher : normal atau sedikit peningkatan TVJ
9
c. Elektrokardiografi (EKG)
Pemeriksaan EKG 12 sadapan sangat penting untuk pengenalan
STEMI, untuk membantu menentukan diagnosis dan prognosis. Pada
pasien yang sedang nyeri dada, gambaran 12 sadapan EKG menunjukkan:
i. Elevasi segmen ST ≥ 1mm (0,1 mV) sekurang-kurangnya pada
2 sadapan ekstremitas (aVL hingga lead III, termasuk aVR)
ii. Elevasi segmen ST ≥ 1mm (0,1 mV) pada sadapan perikordial
V4 hingga V6
iii. Elevasi segmen ST ≥ 2 mm (0,2 mV) pada sadapan perikordial
V1 hingga V3, atau
iv. Left Bundle Branch Block (LBBB) yang baru.15
d. Biomarka Jantung
Kreatinin kinase-MB (CK-MB) atautroponin I/T merupakan marka
nekrosis miosit jantung dan menjadi marka untuk diagnosis infark
miokard.Dalam keadaan nekrosis miokard, pemeriksaan CK-MB atau
troponin I/T menunjukkan kadar yang normal dalam 4-6 jam setelah
awitan SKA, pemeriksaan hendaknya diulang 8-12 jam setelah awitan
angina. Jika awitan SKA tidak dapat ditentukan dengan jelas, maka
pemeriksaan hendaknya diulang 6-12 jam setelah pemeriksaan pertama.
11
7. Terapi Reperfusi
Terapi reperfusi segera, baik dengan IKP atau farmakologis,
diindikasikan untuk semua pasien dengan gejala yang timbul dalam 12 jam
dengan elevasi segmen ST yang menetap atau Left Bundle Branch Block
(LBBB) yang (terduga) baru.Terapi reperfusi (sebisa mungkin berupa IKP
primer) diindikasikan apabilaterdapat bukti klinis maupun EKG adanya
iskemia yang sedang berlangsung,bahkan bila gejala telah ada lebih dari
12 jam yang lalu atau jika nyeri danperubahan EKG tampak tersendat. 1
Dalam menentukan terapi reperfusi, tahap pertama adalah
menentukan ada rumah sakit sekitar yang memiliki fasilitas IKP. Bila
tidak ada, langsung pilih terapi fibrinolitik. BIla ada, pastikan waktu
tempuh dari tempat kejadian (baik rumah sakit atau klinik) ke rumah sakit
tersebut apakah kurang ataulebih dari (2 jam). Jika membutuhkan waktu
lebih dari 2 jam, reperfusi pilihan adalah fibrinolitik. Setelah fibrinolitik
14
2.2.5. Komplikasi
Komplikasi STEMI dibagi dua yaitu :
a. Komplikasi Awal
Sering timbul dalam jangka waktu satu minggu, di antaranya:
i. Aritmia jantung
Aritmia adalah gangguan listirk irama jantung sehingga jantung
mungkin mendetak terlalu cepat, terlalu lambat atau tidak
15
b. Komplikasi Mekanik
Disebabkan adanya ruptur atau robekan pada otot jantung yang infark.
i. Regurgitasi Mitral Kronik : Disebabkan ruptur musculus papilaris
ii. Tamponade jantung : Disebabkan ruptur ventrikel
iii. Gagal jantung kanan : Disebabkan ruptur septum interventrikel
16
c. Komplikasi Lanjut
Sering timbul satu minggu setelah serangan, di antaranya:
a. Sindroma Pasca Miokard Infark (Sindroma Dressler)
Sering timbul satu hingga tiga minggu setelah STEMI dan ditandai
dengan demam, pericarditis, pleuritis dan ini disebabkan oleh
pelepasan antigen dari miokarium setelah infark. Untuk
penatalaksanaannya, diberikan NSAIDs, aspirin atau kortikosteroid
dengan dosis tinggi.
b. Aneurisma Ventrikel Lambat
Pada kasus STEMI, aneurisma boleh terbentuk di dinding ventrikel
kiri karena luas otot jantung yang infark mungkin melebar dan
bergerak secara parado k selama systole. Aneurisma verntikel kiri
dapat diminimalkan dengan menggunakan ACE inhibitors dan
beta-blockers pada awal penanganan.
c. Gagal jantung kronik
Berkembang secara bertahap dari waktu ke waktu setelah serangan
di mana oto jantung tidak dapat memompa darah yang adekuat
untuk memenuhi permintaan tubuh.17
2.2.6 Prognosis
Terdapat beberapa sistem untuk menentukan prognosis:13
1) Klasifikasi Killip berdasarkan pemeriksaan fisik
BAB 3
STATUS ORANG SAKIT
Kepaniteraan Klinik RSUP. H. Adam Malik
Departemen Kardiologi dan Kedokteran Vaskular
Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara Medan 2017
ANAMNESIS
√ Autoanamnesis Alloanamnese
Status Presens:
KU : Baik Kesadaran : CM
TD :110/70mmHg HR : 63 x/i, reguler
RR : 16 x/i Suhu :36, 3 0C
Sianosis : (-) Ortopnu : (-) Dispnu: (-)
Ikterus : (-) Edema : (-) Pucat : (-)
Pemeriksaan Fisik :
Kepala : Konjungtiva palpebra inferior anemis (-/-),
sklera ikterik (-/-)
Leher : TVJ R+2 cmH2O
Auskultasi
Jantung : S1 (+) S2 (+) S3 (-) S4 (-) regular
Murmur (-) Tipe : - Grade:-
Punctum maximum : - Radiasi : -
Paru : Suara Pernafasan :vesikuler (+/+)
Suara tambahan : Ronki (-/-) Wheezing (-/-)
Abdomen : Palpasi Hepar/Lien : tidak teraba, kesan: normal,
Asites (-)
Ekstremitas : Superior: sianosis (-/-) clubbing (-/-)
Inferior : edema pretibial (-/-) pulsasi arteri (+/+)
Akral : hangat
Elektrokardiografi
Foto Toraks
Metabolisme Karbohidrat
Glukosa Darah (Sewaktu) 151 mg/dl <200
Elektrolit
Natrium : 141 mEq/L (135-155)
Kalium : 4,0 mEq/L (3,6-5,5)
Clorida : 105 mEq/L (96-106)
Ginjal
BUN : 15 mg/dL (9-21)
Ureum : 32 mg/dL (19-44)
Kreatinin : 0.99 mg/dL (0,7-1,3)
Kimia Klinik
Troponin I : 20.60 ng/mL <0,1
23
Enzim Jantung
CK-MB : 363 U/L <= 24
Faal Hemostasis
Waktu Protrombin
Pasien : 14,2 detik
Kontrol : 14,90 detik
INR : 0,95
APTT
Pasien : 27,0 detik
Kontrol : 35,0 detik
Waktu Trombin
Pasien :17.5 detik
Kontrol : 18,0 detik
Diferensial Diagnosis:
1. Perikarditis
2. Diseksi aorta
3. Emboli pulmonal
Pengobatan:
• Bed rest
• O2 2-4 L/i via nasal kanul
• IVFD NaCl 0,9 % 10 gtt/i (mikro)
• ISDN 3x5 mg (SL)
24
• Aspilet 1x80 mg
• Clopidogrel 1x75 mg
• Inj Lovenox 0,6 cc/12 jam
• Simvastatin tab 1x40 mg
Prognosis :
Dubia et bonam
25
BAB 4
FOLLOW UP
BAB 5
DISKUSI KASUS
TEORI KASUS
Faktor Resiko SKA14 Pada kasus, didapatkan pasien memiliki
Yang tidak dapat dimodifikasi : faktor resiko PJK yaitu :
• Jenis kelamin • Laki-laki
Laki-laki > perempuan walaupun • Usia >45 tahun
setelah menopause, tingkat kematian • Riwayat keluarga
perempuan akibat penyakit jantung • Merokok
meningkat namun tidak sebanyak • Hipertensi
tingkat kematian pada laki-laki
• Usia
Resiko meningkat dengan
bertambahnya usia>45 tahun pada pria
dan >55 tahun pada wanita
• Riwayat Keluarga
Anak dengan orangtua dan saudara
kandung memiliki riwayat penyakit
jantung lebih beresiko untuk terkena
penyakit jantung
Prognosis :
Terdapat beberapa sistem dalam Pada kasus, didapatkan
menentukan prognosis paska infark KILLIP I→mortalitas 6%
miokardium. Prognosis berdasarkan TIMI 4/14 →mortalitas 30 hari %
pada :
• Killip13
• TIMI risk score
37
Klasifikasi Killip13
Kelas Definisi Proporsi Mortalitas
pasien (%)
I Tidak ada tanda gagal jantung 40-50% 6
kongestif
II + S3 dan/atau ronki basah di basal paru 30-40% 17
III Edema paru akut 10-15% 30-40
IV Syok kardiogenik 5-10% 60-80
BAB 6
KESIMPULAN
6.1. Kesimpulan
Bapak PS, berusia 68 tahun, mengalami STEMI inferior onset 15 jam
Killip I TIMI risk 4/14 dan diberi pengobatan:
• Bed rest
• O2 2-4 L/i via nasal kanul
• IVFD NaCl 0,9 % 10 gtt/i (mikro)
• ISDN 3x5 mg (SL)
• Aspilet 1x80 mg
• Clopidogrel 1x75 mg
• Inj Lovenox 0,6 cc/12 jam
• Simvastatin tab 1x40 mg
39
DAFTAR PUSTAKA
disorders/coronary-artery-disease/overview-of-acute-coronary-syndromes-
acs
11. Lilly, LS. Pathophysiology of Heart Disease. 5th Ed. China: Wolters
Kluwer Health; 2011. p.161-89.
12. O’Gara PT, Kushner FG, Ascheim DD, Casey DE, Chung MK, Lemos JA,
et al. 2013 ACCF/AHA Guideline for the Managementof ST-Elevation
Myocardial Infarction.Journal of American College of Cardiology.
ACCF/AHA. Jan 2013;127. 64 p.
13. Direktorat Bina Farmasi Komunitas dan Klinik. Pharmaceutical Care
Untuk Pasien Penyakit Jantung Koroner : Fokus Sindrom Koroner Akut.
Indonesia: Ditjen Bina Kefarmasian Dan Alat Kesehatan; 2006.
14. Sudoyo AW, Setiyohadi B, Alwi I, Simadibrata M, Setiati S. Buku Ajar
Ilmu Penyakit Dalam. Edisi 5. Jakarta: Interna Publishing; 2009. p.1630-
38.
15. Kosowsky JM, Yiadom MYAB. The Diagnosis and Treatment of STEMI
in the Emergency Department. EBMedicine. Jun 2009; 11(6). 15p.
16. Dharma S. Pedoman Praktis Sistematika Interpretasi EKG. Jakarta:EGC;
2009.
17. NSTEMI.ORG. Available from :http://nstemi.org/
18. Killip T, Kimball JT . Treatment of myocardial infarction in a coronary
care unit. A two year experience with 250 patients. Am J Cardiol. Oct
1967. 20(4):457-64.
19. Morrow DA, Antman EM, Charlesworth A, Cairns R, Murphy SA, Lemos
JA, et al. TIMI Risk Score for ST-Elevation Myocardial Infarction: A
Convenient, Bedside, Clinical Score for Risk Assessment at Presentation.
AHA. Oct 2000. 102(17). 2031-37.