Anda di halaman 1dari 42

LBM 1

STEP 1
1. Infertil: keadaan dimana pasutri tdk dapat memperoleh keturunan setelah
melakukan hub seksual tanpa kontrasepsi dlm 1 th dg teratur
2. Steril: suatu keadaan atau kondisi dimana dilakukan tindakan pd alat repro pria
dan wanita shg memungkinkan pria dan wanita tdk bs membuahi
3. Kontrasepsi: kontra-konsepsi, adl usaha untuk melawan konsepsi dg cara
menghambat transport sperma, fertilisasi dan implantasi.
STEP 2 (Apakah factor-faktor yang menyebabkan terjadi dan mekanisme infertil?)
1. Bagaimana siklus menstruasi normal pada wanita?
2. Mengapa pts belum hamil setelah 7 th tidak menggunakan kontrasepsi suntik?
3. Apa jenis-jenis kontrasepsi? Bagaimana cara kerja kontrasepsi? Dan jelaskan
keuntungan serta kerugiannya!
4. Apa yg dimaksud dg sterilitas dan infertilitas? (pd laki2 dan perempuan)
5. Apa saja macam-macam infertilitas?
6. Apa saja factor resiko dan etiologi pada kasus infertil?
7. Bagaimana px infertilitas pd wanita dan pria? (indicator normal)
8. Bagaimana tindak lanjut dokter yg digunakan untuk mengatasi masalah pasien?
STEP 3
1. Bagaimana siklus hormonal reproduksi normal pada wanita?
 Fase folikuler : pematangan ovum , peningkatan estrogen sehingga
menghambat pengeluaran LH.
 Fase ovulasi (hari ke 14) : akibat LH surge, estrogen turun sedikit demi
sedikit dan terjadi ovulasi
 Fase menstruasi : peluruhan dinding endometrium
Penyuntikan dilakukan pd pertengahan siklus (estrogen dan progesteron), shg
tdk tjd LH surge  tdk ada ovulasi
2. Mengapa pts belum hamil setelah 7 th tidak menggunakan kontrasepsi suntik?
- Implant: 5 th tdk bisa tjd konsepsi dg cara menghambat fertilisasi (menekan
GnRH fase proliferasi)
- Kontrasepsi suntik: 1, 2, 3 bl bertahan, normalnya akan kembali ke masa subur
lagi 6-10bln kmd, makin lama pemakaian masa subur kembalinya makin lama,
krn biasanya masih ada sisa obat shg dapat berpengaruh ke efektifitas kerja dr
obat shg kerjanya makin lama (4bln)
- Ada factor resiko kurangnya frekuensi senggama  dpt mempengaruhi
fertilitas
- Psikologi (jarang bertemu)  gg hormonal (estrogen dan progesteron)
- Factor fisik dan aktifitas  kualitas sperma dan ovum

3. Apa jenis-jenis kontrasepsi? Bagaimana cara kerja kontrasepsi? Dan jelaskan


keuntungan serta kerugiannya!
a. Mencegah transport sperma dan ovum
- mencatat daur haid
- coitus interuptus
- kontrasepsi kimiawi  diberi spermisida
- metode sawar (kondom dan vaginal pouch)
- vasektomi dan tubektomi
b. menghambat ovulasi
- oral dan suntik: menakan GnRH  FSH LH turun (jg menyebabkan kekentalan
secret vagina. Shg makin sulit masuk spermanya, menyebabkan kontraksi
berkurang pd serviks)
- MAL, tp menyusuinya harus rutin, shg prod FSH dan LH turun, biasanya
bertahan 6bl setelah melahirkan
c. penghambatan implantasi
- morning afterpill: mendegradasi corpus luteum, sesuai resep
- blockade AKDR: spy memicu terjadinya rx peradangan lokal, shg endometrium
digunakan untuk infx, tdk bs mensupply nutrisi implantasi

non-hormonal (alamiah):
1. coitus interuptus: tdk butuh biaya, tp butuh pengendalian yg besar dr laki2, bs
tjd keterlambatan dlm mengeluarkan, atau ada semen
2. pembilasan pasca senggama: dg air biasa dg/tanpa lart obat yg bersifat
spermisida
3. MAL
4. Pantang berkala: tdk senggama saat masa2 subur
5. Sederhana: kondom dan pessarium (diafragma vaginal atau servical cap) 
mencegah IMS, tdk mengganggu ASI, mudah dan murah. Tapi, secara psikologi
mengganggu hub seksual
Hormonaal
1. Pil (progesterone dan kombinasi):
Kombinasi berisi steroid estrogen  menekan FSH, progesterone 
menghambat ovulasi. Jika tjd kelebihan estrogen  mual, sakit kepala, nyeri
mamae, fluor albus dan pembesaran mioma uteri. Jika tjd kelebihan
progesterone perdarahan, BB naik, fluor albus
Pil sekuensial: hanya mengandung estrogen hr 14-16 kmd dilanjut minum pil
kombinasi hr 5-7
Morning afterpill
Minipill: hnya mengandung progestin
2. Suntikan:
Diberikan tiap bulan, efektifitas tinggi, sederhana, gampang digunakan, tdk
mengganggu ASI. Tapi menyebabkan amenore dan perdarahan tdk teratur
Permanen
1. Vasektomi dan tubektomi
Dalam Rahim
1. IUD
4. Apa yg dimaksud dg sterilitas dan infertilitas? (pd laki2 dan perempuan)
Pada laki-laki:
- Sterilitas: tdk ada produksi sperma, misal ada kelainan pd system reproduksi
(varikokel), ada gg hormonal
- Infertilitas: jumlah sedikit, motilitas berkurang, kekentalan, kelainan bentuk,
disebakna krn stress, usia, imun dan lifestyle
Pada wanita:
- Infertile: jika tdk tjd konsepsi selama 1 th pdhl sudah dilakukan hub seksual dg
teratur, ada kelainan structural dan fungsional
- Steril: tubektomi (menghambat transport ovum). Ada 2 cara, pomero, tuba
diangkat kmd diikat pd bagian bawah. Irving, tuba diikat di 2 bagian kmd
tengahnya dipotong. Aldrich, Uchida, Crowener. Keuntungannya hanya
dilakukan satu kali dan efektifitas hamper 100%, tdk mempengaruhi libido dan
tdk ada kegagalan dr pihak pts
5. Apa saja macam-macam infertilitas?
- Primer: pts suami tdk bs mengalami konsepsi meskipun sdh rutin 3-4x
seminggu selama 1 th. Ketidakmampuan perempuan untuk mendapat anak,
ex: sdh hamil tp keguguran
- Sekunder: sblmnya sdh mengalami konsepsi, tp kmd tdk bs melakukan
konsepsi lagi, ex: keguguran berulang
- Subfertilitas: berkurangnya fertilitas dari keduanya
- Kehamilan sia-sia: wanita bs konsepsi, tp sperma yg masuk tdk bisa
dipertahankan
6. Apa saja factor resiko dan etiologi pada kasus infertil?
Wanita:
- Penurunan progesterone  kemampuan nidasi berkurang
- Penurunan estrogen  mucus serviks berkurang  tdk bs bantu sperma
bertemu dg ovum
- Kelainan di tuba fallopi, jika tjd infeksi  tuba fallopi adhesi dan obstruksi
- Umur >35th  waktu konsepsi lebih lama
- Kelainan di uterus, ex: mioma uteri
- pH vagian yg terlalu asam  spermisida
Pria
- Varikokel  perubahan suhu testis, jika lebih panas  kualitas sperma
berkurang
- Umur, jika >40th, kemampuan coitus berkurang
- Sering berendam di air panas  suhu berubah
- Alcohol dan rokok
- Pemakaian celana ketat
Wanita dan pria
- Posisi saat hub seksual
- Stress  CRH naik  pengaruh ke hormone reproduksi  kualitas sperma dan
ovum berkurang
- BMI > 30
7. Bagaimana px infertilitas pd wanita dan pria? (indicator normal)
Pria:
- Px sperma (makros dan mikros  jumlah, motilitas, morfologi)
Wanita:
- Mengamati fase ovulasi: mengukur suhu tubuh bangun tidur, krn biasanya ada
peningkatan suhu
- Mengamati sekkret vagina, biasanya lebih jernih
- Memeriksa kelengkapan organ reproduksi
- Memasukkan gas ke tuba
- Memasukkan alat optic (histeroskopi dan laparoskopi)
- Px hormonal
Pria dan wanita:
- Px menyeluruh (torch, infx, keganasan, dll)
8. Bagaimana tindak lanjut dokter yg digunakan untuk mengatasi masalah pasien?
jika semua normal, bisa dianjurkan untuk bayi tabung
STEP 7
1. Bagaimana siklus hormonal reproduksi normal pada wanita?

• Fase folikuler : pematangan ovum , peningkatan estrogen sehingga menghambat


pengeluaran LH.
• Fase ovulasi (hari ke 14) : akibat LH surge, estrogen turun sedikit demi sedikit dan
terjadi ovulasi
• Fase menstruasi : peluruhan dinding endometrium
Penyuntikan dilakukan pd pertengahan siklus (estrogen dan progesteron), shg tdk tjd LH
surge tdk ada ovulasi
Sherwood buku fisiologi kedokteran

2. Mengapa pts belum hamil setelah 7 th tidak menggunakan kontrasepsi suntik?


- Implant: 5 th tdk bisa tjd konsepsi dg cara menghambat fertilisasi (menekan
GnRH fase proliferasi)
- Kontrasepsi suntik: 1, 2, 3 bl bertahan, normalnya akan kembali ke masa subur
lagi 6-10bln kmd, makin lama pemakaian masa subur kembalinya makin lama, krn
biasanya masih ada sisa obat shg dapat berpengaruh ke efektifitas kerja dr obat shg
kerjanya makin lama (4bln)
- Ada factor resiko kurangnya frekuensi senggama dpt mempengaruhi fertilitas
- Psikologi (jarang bertemu) gg hormonal (estrogen dan progesteron)
- Factor fisik dan aktifitas kualitas sperma dan ovum

2. Apa jenis-jenis kontrasepsi? Bagaimana cara kerja kontrasepsi? Dan jelaskan


keuntungan serta kerugiannya!
1. KONTRASEPSI TANPA MENGGUNAKAN ALAT-ALAT/ OBAT-OBATAN

1.1 Senggama terputus (coitus interuptus)

Cara ini mungkin merupakan cara kontrasepsi yang tertua yang dikenal oleh manusia, dan mungkin masih
merupakan cara yang banyak dilakukan sampai sekarang. Senggama terputus ialah penarikan penis dari vagina
sebelum terjadi ejakulasi. Hal ini berdasarkan kenyataan, bahwa akan terjadinya ejakulasi disadari sebelumnya
oleh sebagian besar pria, dan setelah itu masih ada waktu kira-kira 1 detik sebelum ejakulasi terjadi. Waktu yang
singkat ini dapat digunakan untuk menarik keluar penis dari vagina. Keuntungannya, cara ini tidak
membutuhkan biaya, alat-alat maupun persiapan, akan tetapi kekurangannya bahwa untuk mensukseskan cara
ini dibutuhkan pengendalian diri yang besar dari pihak pria dan bisa mengurangi kenikmatan/kepuasan dalam
berhubungan seksual. Selanjutnya penggunaan cara ini dapat menimbulkan neurasteni.

Efektivitas bergantung pada kesediaan pasangan untuk melakukan senggama terputus setiap
melaksanakannya (angka kegagalan 4-18 kehamilan per 100 perempuan per tahun). Dan efektivitasnya akan
jauh menurun jika sperma dalam 24 jam sejak ejakulasi masih melekat pada penis. Kegagalan dengan cara ini
dapat disebabkan oleh:

1. Adanya pengeluaran air mani sebelum ejakulasi (praejeculatory fluid) yang dapat
mengandung sperma, apalagi pada koitus yang berulang (repeated coitus);
2. Terlambatnya pengeluaran penis dari vagina;
3. Pengeluaran semen dekat pada vulva dapat menyebabkan kehamilan.

1.2 Pembilasan pascasenggama (postcoital douche)

Pembilasan vagina dengan air biasa dengan atau tanpa tambahan larutan obat (cuka atau obat lain) segera
koitus merupakan cara yang telah lama sekali dilakukan untuk tujuan kontrasepsi. Maksudnya ialah untuk
mengeluarkan sperma secara mekanik dari vagina. Penambahan cuka ialah untuk memperoleh efek spermasida
serta menjaga asiditas vagina.

Cara ini mengurangi kemampuan terjadinya konsepsi hanya dalam batas-batas tertentu karena sebelum
pembilasan dapat dilakukan, spermatozoa dalam jumlah besar telah memasuki servik uteri.

1.3 Perpanjangan masa menyusui anak (Prolonged lactation)

Sepanjang sejarah para wanita mengetahui bahwa kemungkinan untuk menjadi hamil lebih kecil apabila mereka
menyusui anaknya segera setelah melahirkan. Menyusui secara eksklusif merupakan suatu metode kontrasepsi
sementara yang cukup efektif, selama ibu belum mendapat haid, dan waktunya kurang dari 6 bulan
pascapersalinan. Efektivitasnya dapat mencapai 98 %1. Hal ini dapat efektif bila ibu menyusui lebih dari 8 kali
sehari dan bayi mendapat cukup asupan per laktasi; ibu belum mendapat haid, dan atau dalam 6 bulan pasca
persalinan.

Laktasi dikaitkan dengan adanya prolaktinemia dan prolaktin menekan adanya ovulasi. Tetapi ovulasi pada suatu
saat akan terjadi dan dapat mendahului haid pertama sehingga apabila hanya mengandalkan pemberian ASI saja
dapat memberikan resiko kehamilan untuk itu dapat dipertimbangan pemakaian kontrasepsi lain.

Persalinan 3 minggu 6 minggu 6 bulan


Metode Amenorea √ √ √
Laktasi (MAL)
AKDR √ √ √
Sterilisasi √ √
Kondom/spermasida √ √ √ √
Kontrasepsi √ √
Progestin
KB Alamiah √ √
Kontrasepsi √
kombinasi
Tabel 1. Waktu yang dianjurkan untuk memulai kontrasepsi pada wanita menyusui 1

1.4 Pantang berkala (rhythm method)


Cara ini awalnya diperkenalkan oleh Kyusaku Ogino dari Jepang dan Hermann Knaus dari Jerman, pada saat yang
sama, kira-kira tahun1931. Oleh karena itu cara ini sering juga disebut cara Ogino-Knaus. Mereka bertitik tolak
dari hasil penyelidikan bahwa seorang wanita hanya dapat hamil selama beberapa hari saja dalam tiap daur
haidnya. Masa subur yang disebut ”Fase Ovulasi” mulai 48 jam sebelum ovulasi dan berakhir 24 jam setelah
ovulasi. Sebelum dan sesudah masa itu, wanita tersebut berada dalam masa tidak subur.

Kesulitan cara ini ialah bahwa waktu yang tepat dari ovulasi sulit untuk ditentukan; ovulasi umumnya
terjadi 14 ± 2 hari sebelum hari pertama haid yang akan datang. Pada wanita dengan haid yang tidak teratur,
akan tetapi variasi yang tidak jauh berbeda, dapat diterapkan masa subur dengan perhitungan :

“Daur haid terpendek dikurangi 18 hari dan daur haid terpanjang dikurangi 11 hari”.

Masa aman ialah sebelum daur haid terpendek yang telah dikurangi.

2. KONTRASEPSI SECARA MEKANIS

2.1 PRIA

2.1.1 Kondom

Penggunaan kondom mempunyai tujuan perlindungan terhadap penyakit kelamin yang telah dikenal
sejak zaman Mesir kuno. Kini paling umum dipakai ialah kondom dari karet; kondom ini tebalnya kira-kira 0,05
mm. Kini telah tersedia berbagai ukuran dengan bermacam-macam warna. Pada waktu sekarang kondom telah
dipergunakan secara luas di seluruh dunia dalam program keluarga berencana.
Prinsip kerja kondom ialah sebagai perisai dari penis sewaktu melakukan koitus, dan mencegah
tumpahnya sperma dalam vagina. Bentuk kondom adalah silindris dengan pinggir yang tebal pada ujung yang
terbuka, sedang ujung yang buntu berfungsi sebagai penampung sperma. Diameternya biasanya kira-kira 31-
36,5 mm dan panjang lebih kurang 19 mm. Kondom dilapisi dengan pelicin yang mempunyai sifat spermatisid.

Keuntungan kondom, selain untuk tujuan kontrasepsi juga dapat memberi perlindungan terhadap
penyakit kelamin5. Kekurangannya ialah ada kalanya pasangan yang mempergunakannya merasakan selaput
karet tersebut sebagai penghalang dalam kenikmatan sewaktu melakukan koitus. Sebab-sebab kegagalan
memakai kondom ialah bocor atau koyaknya alat itu atau tumpahnya sperma yang disebabkan oleh tidak
dikeluarkannya penis segera setelah terjadi ejakulasi. Efek sampingan kondom tidak ada, kecuali jika ada alergi
terhadap bahan untuk membuat karet.

Efektivitas kondom ini tergantung dari mutu kondom dan dari ketelitian dalam penggunaannya.
Mengenai pemakaian kondom perlu diperhatikan hal-hal berikut :

1. Jangan melakukan koitus sebelum kondom terpasang dengan baik.


2. Pasanglah kondom sepanjang penis yang sedang dalam ereksi. Pada pria yang tidak bersunat, prepusium
harus ditarik terlebih dahulu.
3. Tinggalkan sebagian kecil dari ujung kondom untuk menampung sperma. Pada kondom yang
mempunyai kantong kecil di ujungnya, keluarkanlah udara terlebih dahulu sebelum kondom dipasang.
4. Pergunakanlah bahan pelicin secukupnya pada permukaan kondom untuk mencegah terjadinya
robekan.
5. Keluarkanlah penis dari vagina sewaktu masih dalam keadaan ereksi dan tahanlah kondom pada
tempatnya ketika penis dikeluarkan dari vagina, supaya sperma tidak tumpah.

2.2 WANITA

2.2.1 Pessarium adalah alat yang dimasukan dan dipakai didalam vaagina.

Bermacam-macam pessarium telah dibuat untuk tujuan kontrasepsi. Secara umum pessarium dapat
dibagi atas dua golongan, yakni (1) diafragma vaginal ; dan (2) cervical cap.

2.2.1.1 Diafragma vaginal


Pada tahun 1881 Mensinga dan Flensburg (Belanda) telah menciptakan untuk pertama kalinya
diafragma vaginal guna mencegah kehamilan.

Dewasa ini diafragma vaginal terdiri atas kantong karet yang berbentuk mangkuk dengan per elastis pada
pinggirnya. Per ini ada yang terbuat dari logam tipis yang tidak dapat berkarat, ada pula yang dari kawat halus
yang tergulung sebagai spiral dan mempunyai sifat seperti per.

Diafragma dimasukkan ke dalam vagina sebelum koitus untuk menjaga jangan sampai sperma masuk ke
dalam uterus. Untuk memperkuat khasiat diafragma, obat spermatisida dimasukkan ke dalam mangkuk dan
dioleskan pada pinggirnya. Diafragma vaginal sering dianjurkan pemakaiannya dalam hal-hal seperti :

1. keadaan dimana tidak tersedia cara yang lebih baik.


2. jika frekuensi koitus tidak seberapa tinggi, sehingga tidak dibutuhkan perlindungan yang terus-menerus.
3. jika pemakaian pil, AKDR, atau cara lain harus dihentikan untuk sementara waktu oleh karena sesuatu
sebab.
Diafragma paling cocok untuk dipakai pada wanita dengan dasar panggul yang tidak longgar dan dengan
tonus dinding vagina yang baik.

Pada keadaan-keadaan tertentu pemakaian diafragma tidak dapat dibenarkan, misalnya pada 1) sistokel yang
berat; 2) prolapsus uteri; 3) fistula vagina; 4) hiperantefleksio atau hiperretrofleksio uterus.

Umumnya diafragma vaginal tidak menimbulkan banyak efek sampingan. Efek sampingan mungkin disebabkan
oleh reaksi alergi terhadap obat-obat spermatisida yang dipergunakan, atau oleh karena terjadi
perkembangbiakan bakteri yang berlebihan dalam vagina jika diafragma dibiarkan terlalu lama terpasang di situ.
Efektivitas nya sedang (bila digunakan dengan spermasida angka kegagalan 6-18 kehamilan per 100 perempuan
per tahun pertama)1.

Kekurangan khasiat diafragma vaginal ialah :

1) diperlukan motivasi yang cukup kuat;

2) umumnya hanya cocok untuk wanita yang terpelajar dan tidak untuk dipergunakan secara massal;

3) pemakaian yang tidak teratur dapat menimbulkan kegagalan;

4) tingkat kegagalan lebih tinggi daripada pil atau AKDR.

Keuntungan cara ini ialah :

1) hampir tidak ada efek sampingan;

2) dengan motivasi yang baik dan pemakaian yang betul, hasilnya cukup memuaskan;

3) dapat dipakai sebagai pengganti pil atau AKDR pada wanita-wanita yang tidak boleh mempergunakan pil atau
AKDR oleh karena suatu sebab.

2.2.1.2 Cervical cap

Cervical cap dibuat dari karet atau plastik, dan mempunyai bentuk mangkuk yang dalam dengan
pinggirnya terbuat dari karet yang tebal. Ukurannya ialah dari diameter 22 mm sampai 33 mm; jadi lebih kecil
daripada diafragma vaginal. Cap ini dipasang pada porsio servisis uteri seperti memasang topi. Dewasa ini alat
ini jarang dipakai untuk kontrasepsi.
3. KONTRASEPSI DENGAN OBAT-OBAT SPERMATISIDA

Obat spermatisida yang dipakai untuk kontrasepsi terdiri atas 2 komponen, yaitu zat kimiawi yang
mampu mematikan spermatosoon, dan vehikulum yang nonaktif dan yang dipergunakan untuk membuat tablet
atau cream/jelly. Makin erat hubungan antara zat kimia dan sperma, makin tinggi efektivitas obat. Oleh sebab
itu, obat yang paling baik ialah yang dapat membuat busa setelah dimasukkan ke dalam vagina, sehingga kelak
busanya dapat mengelilingi serviks uteri dan menutup ostium uteri eksternum. Cara kontrasepsi dengan obat
spermatisida umumnya digunakan bersama-sama dengan cara lain (diafragma vaginal), atau apabila ada
kontraindikasi terhadap cara lain. Efek sampingan jarang terjadi dan umumnya berupa reaksi alergi.

Kini di pasaran terdapat banyak obat-obat spermatisida, antara lain dalam bentuk :

1. suppositorium : Lorofin suppositoria, Rendel pessaries. Suppositorium dimasukkan sejauh mungkin ke


dalam vagina sebelum koitus. Obat ini baru mulai aktif setelah 5 menit. Lama kerjanya kurang lebih 20
menit sampai 1 jam.
2. jelly atau cream. 1) Perseptin vaginal jelly, Orthogynol vaginal jelly, 2) Delfen vaginal cream. Jelly lebih
encer daripada cream. Obat ini disemprotkan ke dalam vagina dengan menggunakan suatu alat. Lama
kerjanya kurang lebih 20 menit sampai 1 jam.
3. tablet busa : Sampoon, Volpar, Syn-A-Gen. Sebelum digunakan, tablet terlebih dahulu dicelupkan ke
dalam air, kemudian dimasukkan ke dalam vagina sejauh mungkin. Lama kerjanya 30-60 menit.
4. C-film, yang merupakan benda yang tipis, dapat dilipat, dan larut dalam air. Dalam vagina obat ini
merupakan gel dengan tingkat dispersi yang tinggi dan menyebar pada porsio uteri dan vagina. Obat
mulai efektif setelah 30 menit.

Efektivitas KB spermatisid ini kurang (3 – 21 kehamilan per 100 perempuan per tahun pertama)1.

4. KONTRASEPSI HORMONAL

Saat diperkenalkan pada tahun 1960, kontrasepsi hormonal menjadi sebuah perubahan drastis dari metode-
metode tradisional sebelumnya. Kontrasepsi ini tersedia dalam berbagai bentuk, oral, injeksi, dan implant.
Kontrasepsi oral adalah kombinasi estrogen dan progestin atau hanya progestin – mini pil. Kontrasepsi injeksi
atau implant hanya mengandung progestin atau kombinasi estrogen dan progestin. Pada tahun 1995, 10,4 juta
wanita di AS menggunakan kontrasepsi oral untuk mengendalikan kesuburannya.
4.1 Kontrasepsi estrogen plus progestin (kombinasi)

Kontrasepsi kombinasi estrogen-progesteron dapat diberikan per oral, suntikan IM, atau dalam bentuk koyo.
Kontrasepsi oral paling sering digunakan dan sering terdiri dari kombinasi suatu zat estrogen dan bahan
prosgestasional yang diminum tiap hari selama 3 minggu dan berhenti selama 1minggu, agar terjadi perdarahan
lucut (with drawal bleeding) dari uterus.

Efektivitasnya tinggi (hampir menyerupai efektivitas tubektomi), bila digunakan setiap hari (1 kehamilan per
1000 perempuan dalam tahun pertama penggunaan)1.

Mekanisme kerja

Efek kontraseptif obat-obat yang mengandung steroid bersifat multiple, tetapi efek yang terpenting adalah
mencegah terjadinya ovulasi dengan menekan gonadotropin releasing factors dari hypothalamus. Yang mana
hal ini dapat menghambat sekresi follicle stimulating hormone dan lutenizing hormone dari hipofisis.

Estrogen saja dalam dosis yang memadai akan menghambat ovulasi dengan menekan gonadotropin.
Estrogen ini juga mungkin akan menghambat implantasi dengan mengubah pematangan endometrium.
Estrogen mempercepat transportasi ovum; namun, progestin menyebabkan perlambatan. Karena itu, peran
keduanya dalam mengubah motilitas tuba dan uterus masih belum jelas.

Progestin menyebabkan terbentuknya mucus servik yang kental, sedikit, selular, dan menghambat
jalannya sperma. Kapasitasi sperma juga mungkin terhambat. Seperti estrogen, progestin menyebabkan
endometrium menjadi kurang memungkin kan untuk implantasi blastokista. Akhirnya progestin juga dapat
menghambat ovulasi dengan menekan gonadotropin.

Efek gabungan dari estrogen dan progestin dalam kaitannya dengan kontrasepsi adalah supresi ovulasi
yang sangat efektif, blockade penetrasi sperma oleh mucus serviks, dan penghambatan implantasi di
endometrium apabila dua mekanisme pertama gagal. Kontrasepsi oral kombonasi estrogen plus progestin,
apabila diminum setiap hari selama 3 dari 4 minggu, menghasilkan proteksi terhadap kehamilan yang hampir
absolute.

Interaksi obat

Kontrasepsi oral dapat mengganggu kerja beberapa obat (tabel 2-1 dan 1-2). Sebaliknya, sebagian obat
menurunkan efektifitas kontrasepsi oral kombinasi antara lain : barbiturat, karbamazepin, felbamat,
griseofulvin, ketokonazol/itrakonazol, fenitoin, primidon, rifampisin, topiramat, sehingga untuk itu dapat dipakai
kontrasepsi tambahan atau dosisnya lebih ditingkatkan.

Obat yang berinteraksi Efek merugikan


Asetaminofen dan aspirin Mungkin mengurangi efek analgetik
Obat penenang golongan benzodiazepin Mungkin menurunkan atau meningkatkan
efektivitas obat penenang dan fungsi psikomotor
Metildopa Menurunkan efek hipotensif
Antikoagulan oral Menurunkan efek antikoagulan
Hipoglikemik oral Mungkin mengurangi efek hipoglikemik
Tabel 2-1. Obat yang efektivitasnya menurun oleh kontrasepsi oral kombonasi3

Obat yang berinteraksi Efek yang merugikan


Alkohol Efek mungkin meningkat
Aminlfilin Efek meningkat
Antidepresan Efek mungkin meningkat
Benzodiazepine Efektifitas zat penenang dan fungsi psikomotor
mungkin meningkat atau menurun
Beta bloker Efek penghambat mungkin meningkat
Kafein Efek meningkat
Kortikosteroid Toksisitas mungkin meningkat
Teofilin Efek meningkat
Tabel 2-2 Obat yang efektivitasnya ditingkatkan oleh kontrasepsi oral 3

Keamanan

Secara umum, kontrasepsi oral yang jika dipantau pemberianya dengan benar terbukti relatif aman bagi
sebagian besar wanita. Kemungkinan efek samping dari pil KB yang selama ini terlalu banyak dan terlalu lama
mendapat perhatian efek merugikan pada para pemakai mungkin hanya terjadi akibat rasa cemas karena
publisitas yang terus menerus.Sayangnya, dokter serta masyarakat awam sering kebingungan karena laporan
yang banyak dan sering bertentangan tersebut.

Efek yang menguntungkan


Pil kombinasi estrogen plus progestin adalah bentuk kontrasepsi reversibel paling efektif yang tersedia.
Dilaporkan angka kegagalan 0,32 per 100 wanita-tahun atau kurang. Efek menguntungkan lainnya yang
dilaporkan adalah kepadatan tulang meningkat; pengeluaran darah menstruasi dan anemia berkurang; angka
kehamilan ektopik lebih rendah sampai 90%; dismenorea yang berkaitan dengan endometriosis berkurang; kista
ovarium fungsional sampai 80% dan salpingitis berkurang; keluhan premenstruasi berkurang; angka kanker
endometrium dan ovarium berkurang sampai 40%; berbagai penyakit payudara jinak berkurang sampai 40%;
perbaikan hirsutisme; perbaikan akne; pencegahan aterogenesis; insiden dan keparahan penyakit radang
panggul berkurang; dan perbaikan rematoid artritis.3,5

Kemungkinan efek yang merugikan

Efek metabolik

 Lipoprotein dan lemak


Kontrasepsi oral kombinasi meningkatkan kadar trigliserida dan kolesterol total. Estrogen menurunkan
konsentrasi kolesterol LDL dan meningkatkan HDL, sedangkan sebagian progestin menyebabkan hal
yang sebaliknya. Hal ini penting untuk mengetahui pada proses pembentukan penyakit pembuluh arteri.

 Metabolisme karbohidrat
Kontrasepsi oral dapat menurunkan toleransi glukosa pada sejumlah pemakai dengan persentase yang
signifikan. Hal ini tampaknya terjadi sebagai akibat langsung dosis estrogen yang digunakan. Progestin
biasanya meningkatkan sekresi insulin dan menciptakan resistensi insulin. Karena efek ini, steroid
kontrasepsi dapat mengintensifkan diabetes yang sudah ada atau mungkin ternyata cukup diabetogenik
sehingga mampu memicu munculnya diabetes secara klinis pada wanita yang rentan. Tapi efek ini
seperti pada kehamilan, efek diabetogeniknya sering reversibel apabila kontrasepsi oralnya dihentikan.

 Metabolisme protein
Estrogen akan meningkatkan pembentukan berbagai globulin oleh hati. Meningkatnya pembentukan
angiotensinogen tampaknya berkaitan dengan dosis, dan konversinya oleh renin menjadi angiotensin I
dicurigai menimbulkan hipertensi. Fibrinogen dan mungkin faktor II, VII, IX, X, XII, XIII, akan meningkat
sejalan dengan dosis estrogen, dan insiden kedua bentuk trombosis ini berkaitan dengan dosis estrogen.

Penyakit hati

Kolestasis dan ikterus kolestatik merupakan penyulit yang jarang terjadi pada pemakai kontrasepsi oral; gejala
dan tanda akan hilang apabila obat dihentikan. Tampaknya kontrasepsi oral mempercepat terjadinya penyakit
kandung empedu pada wanita yang rentan, tapi secara keseluruhan tidak terjadi peningkatan resiko jangka
panjang. Dan tidak ada alasan untuk menghentikan kontrasepsi oral pada wanita yang telah pulih dari hepatitis
virus.

Neoplasia

Kemungkinan kontrasepsi hormonal sebagai penyebab kanker tampaknya kecil. Sebenarnya, pada penelitian-
penelitian justru diperlihatkan adanya efek protektif terhadap kanker ovarium dan endometrium.

 Hiperplasia dan kanker hati


Pemakaian kontrasepsi estrogen plus progestin dilaporkan secara tidak langsung dikaitkan dengan
kejadian hiperplasia nodularis fokal hepatika dan pembentukan tumor yang jinak, tetapi tidak selalu.
Keterkaitan ini dijumpai pada wanita yang menggunakan formulasi berisi estrogen dosis tinggi (biasanya
mestranol) untuk jangka panjang. Pemakaian kontrasepsi oral kombinasi dosis rendah yang lebih baru
tampaknya dapat mengurangi insiden terjadinya kelainan yang tidak lazim ini.

 Adenoma hipofisis
 Serviks
Terdapat korelasi antara resiko kanker serviks prainvasif dengan pemakaian kontrasepsi oral, dan resiko
kanker invasif meningkat setelah pemakaian 5 tahun. Tapi masih belum jelas apakah keterkaitan ini
memiliki hubungan sebab akibat.

 Kanker payudara
Masih belum jelas apakah kontrasepsi oral berperanan dalam ternbentuknya kanker payudara. Pada
sebuah studi terbesar, tidak terbukti adanya peningkatan resiko kanker payudara diantara pemakai
kontrasepsi oral (Cancer and Steroid Hormone Study,1986). Gabrick dkk.(2000) melaporkan peningkatan
resiko pada wanita dengan riwayat keluaga yang kuat, tetapi resiko ini berkaitan dengan preparat-
preparat yang lama yang dosis estrogennya tinggi.

Gizi

Penyimpangan kadar beberapa zat gizi, yang serupa dengan yang dijumpai pada kehamilan normal, dilaporkan
terjadi pada wanita yang menggunakan kontrasepsi oral.

 Defisiensi piridoksin
Perubahan-perubahan biokimiawi yang menunjukkan defisiensi vitamin B6 (piridoksin) yang mana hal ini
juga terjadi saat kehamilan normal. Hal ini terjadi karena estrogen memicu enzim-enzim dihati sehingga
menyebabkan meningkatnya metabolisme triptofan yang menggambarkan terjadinya defisiensi
piridoksin.

Efek kardiovaskular

Terdapat sejumlah resiko kardiovaskular yang jarang tetapi bermakna pad pemakaian kontrasepsi hormonal.

 Tromboembolisme
Mishell (2000) menganalisis bahwa resiko tromboembolisme vena diperkirakan meningkat 3-4 kali lipat
pada wanita yang menggunakan kontrasepsi oral. Sekitar 1 per 10000 wanita-tahun, sehingga insiden
pada pemakai kontrasepsi oral yang sebesar 1,0 sampai 3,0 per 10000 wanita- tahun adalah kecil.

Faktor-faktor klinis yang meningkatkan resiko trombosis dan emboli vena adalah hipertensi, kegemukan,
diabetes, merokok, dan gaya hidup yang tidak banyak aktivitas fisik (Hatche dkk.,1998).

 Stroke dan Trombosis arteri


Dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa pemakaian kontrasepsi oral tersebut pada wanita yang
sehat yang tidak merokok tidak menyebabkan peningkatan resiko stroke trombotik atau hemorhagik
(Mishell,2000; Pettiti dkk, 1996; Schwartz dkk.,1998; WHO collaborative Study,1996). Yang utama,
wanita dengan hipertensi, yang merokok, atau memiliki nyeri kepala migren mengalami peningkatan
resiko stroke hemorhagik atau trombotik (Mishell,2000; Schwartz dkk.,1998).

 Hipertensi
Ini timbul sebagai respons terhadap estrogen, terbukti meningkat kadar angiotensinogen (substrat
renin) plasma sampai mendekati kadar pada kehamilan normal.

Tekanan darah akan normal kembali saat kontrasepsi dihentikan. Terjadinya hipertensi pada kehamilan
bukan merupakan halangan bagi pemakaian kontrasepsi oral setelahnya.

 Infark miokardium
Infark miokardium terjadi pada wanita yang menggunakan kontrasepsi oral dan juga merokok, karena
merokok merupakan faktor resiko independen. Ad 2 patokan penting dalam kaitannya dengan merokok
dan kontrasepsi oral adalah lebih dari 15 batang rokok per hari bagi orang berusia lebih dari 35 tahun
yang sedang atau pernah merokok.

 Nyeri kepala migren


 Frekuensi dan intensitas serangan nyeri kepala migren mungkin berkurang atau meningkat. Tapi lebih
baik menghindari pemakaian kontrasepsi ini pada wanita yang memiliki migren, karena mungkin saja
akan bertambah parah atau merupakan ancaman stroke atau stroke ringan.
Efek pada reproduksi

 Amenorea pasca pil


Setelah kontrasepsi kombinasi dihentikan 3 bulan biasanya ovualasi akan segera pulih dan kembali
seperti semula5.

 Laktasi
Pemakaian hormon kontrasepsi oral pada ibu menyusui akan mengurangi jumlah ASI. Hanya sedikit
hormon yang diekskresikan ke dalam ASI. Karena hampir tidak memberikan efek pada laktasi dan
merupakan kontrasepsi yang baik.

Efek lain

 Mukorea
 Kloasma
 Mioma uteri; kemungkinan besar tidak bertambah besar pada pemakaian kontrasepsi oral
 Pertambahan berat badan; tidak semua wanita yang menggunakan ini akan mengalami peningkatan
berat badan. Hal ini terjadi oleh karena adanya retensi cairan, tetapi umumnya akibat pola makan yang
berubah sebab ibu merasa tenang dan tidak takut hamil lagi setelah menggunakan alat kontrasepsi5 .
 Depresi; karena kontrasepsi oralyang mengandung estrogen 50 μg atau lebih

4.2 Kontrasepsi progestasional

4.2.1 Progestin oral

Disebut juga mini pil adalah pil yang hanya mengandung progestin 350 μg atau kurang yang diminum setiap hari.
Pil ini tidak terlalu populer oleh karena insiden perdarahan ireguler dan angka kehamilannya jauh lebih tinggi.
Pilihan yang baik bagi ibu yang menyusui, mulai diminum pada minggu ke 6 setelah melahirkan1,5. Pil ini
mengganggu kesuburan tapi tidak selalu menghambat penetrasi ovulasi. Kemungkinan sebabnya adalah
terbentuknya mukus serviks yang menghambat penetrasi sperma dan perubahan pematangan endometrium
sehingga dapat menolak implantasi blastokista.

 Keuntungan
Resiko peningkatan penyakit kardiovaskular dan keganasan belum terbukti, lebih kecil kemungkinannya
menyebabkan peninggian tekanan darah atau nyeri kepala, tidak berefek pada metabolisme karbohidrat
dan diperkirakan lebih jarang menyebabkan depresi, dismenorea, dan gejala premenstruasi.

 Kekurangan
Kegagalan kontrasepsi dan meningkatnya insiden kehamilan ektopik apabila kontrasepsi gagal,
perdarahan uterus yang tidak jelas, kista ovarium fungsional menjadi sering, dan pil ini harus diminum
paa waktu yang sama atau hampir sama tiap harinya, yang jika terlambat sekalipun hanya 3 jam untuk 2
hari berikutnya harus digunakan kontrasepsi lain sebagai tambahan.

 Kontraindikasi
Terutama pada wanita berumur, dengan perdarahan uterus yang tidak jelas, riwayat kehamilan ektopik
atau kista ovarium fungsional.

4.2.2 Kontrasepsi progestin suntik

Keunggulan suntikan progestin adalah efektivitas kontrasepsi yang setara dengan atau lebih baik
daripada kontrasepsi oral kombinasi, efek bertahan lama dengan hanya 4 – 6 kali penyuntikan setahun, dan
gangguan laktasi yang minimal.

Depo medroksiprogesteron asetat (Depo provera) dan Noretindron etantat (Norgest) telah banyak dipakai
secara luas diseluruh dunia, mekanisme kerja kedua obat tampaknya multipel, termasuk inhibisi ovulasi,
peningkatan kekentalan mukus serviks, dan pembentukan endometrium yang kurang ramah bagi implantasi
ovum.

Kelebihan dan kekurangannya serupa dengan progestin oral. Kekurangannya mencakup amenorea
berkepanjangan, perdarahan uterus selama dan setelah pemakaian, dan anovulasi yang lama setalah
penghentian kontrasepsi. Pemulihan kesuburan akan lambat namun tidak terhambat, pada pemakaian jangka
panjang trigliserida dan kolesterol HDL menurun tetapi kolesterol LDL tidak meningkat, hanya terjadi sedikit
modifikasi metabolisme glukosa, insiden anemia defisiensi besi menurun. Disamping itu terjadi juga peningkatan
berat badan yang nyata.

Pada pemakaian Depo medroksiprogesteron jangka panjang terdapat kemungkinan penurunan kepadatan
mineral tulang, namun akan pulih setelah terapi dihentikan.
Depo medroksiprogesteron disuntikan dalam-dalam di kuadran luar atas bokong tanpa dipijat untuk
memastikan agar obat dilepaskan secara perlahan-lahan. Dosis lazim adalah 150 mg setiap 90 hari3 .

Noetindron etantat disuntikan dengan cara yang sama dalam dosis 200mg, tetapi penyuntikan obat ini
harus diulang setiap 60 hari.

4.2.3 Implan progestin (sistem Norplant)

Sistem norplant menyalurkan levonorgestrel dalam wadah silastik yang diimplantasikan dijaringan
subdermal. Setiap wadah memiliki panjang 34mm, garis tengah 2,4mm, dan mengandung 36 mg levonorgestrel.
Dosis kombinasi sebesar 216 mg menghasilkan pembebasan ke dalam plasma sekitar 85 μg/hari untuk 6 sampai
8 hari pertama dan menghasilkan kontrasepsi yang efektif. Inin merupakan salah satu metode yang paling efektif
yang tersedia. Dan yang paling utama, bahwa setelah penghentian pemakaian fertilitas akan segera pulih
dengan segera.

Keunggulan dan kekurangan hampir identik dengan progestin oral, kecuali efek pada metabolisme
karbohidrat. Dilaporkan bahwa setelah pemakaian 6 bulan, kadar glukosa dan insulin mengalami perubahan
bahkan pada wanita nondiebetik. Pada wanita normal perubahan ini tidak bermakna, tetapi akan sangat
mengkhawtirkan pada orang yang berpotensi untuk diabetik.

Pada pemakaian sistem norplant tampaknya tidak terjadi pengurangan kepadatan tulang.

Karena memerlukan tindakan bedah ringan, terdapat juga masalah yang berkaitan dengan infeksi lokal. Dan
apabila tidak dimasukkan sesuai petunjuk, maka pengeluarnnya akan menjadi lebih sulit.

4.2.4 Injeksi Medroksiprogesteron asetat/ Estradiol Sipionat

Obat kontrasepsi baru yang disuntikan setiap bulan. Obat ini mengandung 25mg Medroksiprogesteron
asetat plus 5 mg estradiol sipionat yang dipasarkan dengan nama Lunelle atau Cyclo-Provera.

Mekanisme kerja obat ini dengan menghambat ovulasi dan menekan proliferasi endometrium. Kadar estrasdiol
mencapai puncak pada 3 sampai 4 hari pascainjeksi dengan nilai yang setara dengan lonjakan praovulasi dalam
siklus menstruasi ovulatorik normal. Kadar estradiol menetap setinggi ini selama sekitar 10-14 hari, dan
penurunannya menyebabkan perdarahan lucut 10 sampai 20 hari pasca penyuntikan.
Frekuensi penyuntikan merupakan masalah yang nyata. Timbulnya perdarahan yang tidak teratur,
namun setelah 3 bulan pemakaian, ketidakteraturan perdarahan tampaknya menjadi lebih jarang terjadi
dibandingkan dengan injeksi depomedroksiprogesteron asetat. Pulihnya kesuburan setelah penghentian
berlangsung cepat, dengan hampir 83% wanita menjadi hamil dalam 12 bulan setelah penghentian. Angka
pemulihan kesuburan jauh lebih cepat daripada penghentian dengan suntikan Depomedroksiprogesteron
asetat.

Kontrasepsi oral jangan digunakan pada wanita yang mengalami salah satu keadaan dibawah
ini :
 Gangguan tromboflebitis atau tromboembolus
 Riwayat tromboflebitis vena dalam atau gangguan tromboembolus
 Penyakit sereborvaskular atau arteria koroner
 Diketahui atau dicurigai mempunyai karsinoma payudara
 Karsinoma endometrium atau diketahui atau dicurigai mempunyai neoplasma dependen
estrogen
 Perdarahan genital abnormal yang tidak diketahui penyebabnya
 Ikterus kolestatik pada kehamilan atau riwayat ikterus setelah menggunakan pil
 Adenoma atau karsinoma hati
 Diketahi atau dicurigai hamil
Peringatan :
Merokok meningkatkan resiko efek samping kardiovaskular yang serius akibat pemakaian
kontrasepsi oral. Resiko meningkat seiring usia dan merokok dalam jumlah besar (15 batang atau
lebih per hari) dan sering mencolok pada wanita berusia 35 tahun atau lebih. Wanita yang
menggunakan kontrasepsi oral harus benar-benar diingatkan untuk tidak merokok.

Tabel 3. kontraindikasi dan peringatan tentang pemakaian Kontrasepsi ora kombinasi 3

Dari Physician’s Desk Reference (2000)

5. METODE KONTRASEPSI DALAM RAHIM (AKDR)

AKDR (Alat Kontrasepsi Dalam Rahim)

Memasukkan benda-benda atau alat ke dalam uterus untuk tujuan mencegah kehamilan, yang telah
dikenal sejak zaman dahulu kala. Awalnya penggembala-penggembala unta bangsa Arab dan Turki berabad
lamanya melakukan cara ini dengan memasukkan batu kecil yang bulat dan licin kedalam alat genital unta
mereka, dengan tujuan untuk mencegah terjadinya kehamilan dalam perjalanan jauh2 .

Sejak itu banyak tulisan-tulisan ilmiah yang meneliti tentang efektivitasnya pada manusia, yang mana pada
awalnya banyak mendapat pertentangan oleh karena dianggap sebagai sumber infeksi pada panggul (salpingitis,
endometritis, parametritis, dll). Tapi sejak mulai diketemukannya antibiotik yang dapat mengurangi resiko
infeksi, maka penerimaan AKDR semakin meningkat.
Mekanisme kerja

Mekanisme kerja dari AKDR sampai saat ini belum diketahui dengan pasti, tetapi pendapat yang
terbanyak mengatakan bahwa dengan adanya AKDR dalam kavum uteri menimbulkan reaksi peradangan
endometrium yang disertai dengan sebukan leukosit yang dapat menghancurkan blastokista dan sperma. Pada
pemeriksaan cairan uterus pada pemakai AKDR sering kali dijumpai sel-sel makrofag (fagosit) yang mengandung
spermatozoa. Disamping itu ditemukan juga sering timbulnya kontraksi uterus pada pemakai AKDR, yang dapat
menghalangi nidasi. Diduga ini disebabkan karena meningkatnya prostaglandin dalam uterus pada wanita
tersebut.

Pada AKDR bioaktif selain kerjanya menimbulkan peradangan, juga oleh karena ion logam atau bahan
lain yang melarut dari AKDR mempunyai pengaruh terhadap sperma. Menurut penyelidikan, ion logam yang
paling efektif ialah ion logam tembaga (Cu)2,3; pengaruh AKDR bioaktif dengan berkurangnya konsentrasi logam
makin lama makin berkurang.

Efektifitasnya tinggi dapat mencapai 0.6 – 0.8 kehamilan/100 perempuan dalam 1 tahun pertama (1 kegagalan
dalam 125 – 170 kehamilan).

Jenis-jenis AKDR

Sampai sekarang telah banyak ditemukan jenis-jenis AKDR, tapi yang paling banyak digunakan dalam
program KB di Indonesia ialah AKDR jenis copper T dan spiral (Lippes loop). Bentuk yang beredar dipasaran
adalah spiral (Lippes loop), huruf T (Tcu380A, Tcu200C, dan NovaT), tulang ikan (MLCu350 dan 375), dan batang
(Gynefix). Unsur tambahan adalah tembaga (cuprum), atau hormon (Levonorgestrel).

Keuntungan-keuntungan AKDR

AKDR mempunyai keunggulan terhadap cara kontrasepsi yang lain karena :

1. Umumnya hanya memerlukan satu kali pemasangan dan dengan demikian satu kali motivasi
2. Tidak menimbulkan efek sistemik
3. Alat itu ekonomis dan cocok untuk penggunaan secara massal
4. Efektivitas cukup tinggi
5. Reversibel
6. Tidak ada pengaruh terhadap ASI
Efek samping AKDR
 Perdarahan
 Masa haid dapat menjadi lebih panjang dan banyak, terutama pada bulan-bulan pertama pemakaian
 Rasa nyeri dan kejang di perut
 Gangguan pada suami
 Ekspulsi (pengeluaran sendiri)
Komplikasi AKDR

 Infeksi
AKDR itu sendiri, atau benangnya yang berada dalam vagina, umumnya tidak menyebabkan terjadinya
infeksi jika alat-alat yang digunakan disucihamakan. Jika terjadi infeksi, hal ini mungkin disebabkan oleh
sudah adanya infeksi yang subakut atau menahun pada traktus genitalis sebelum pemasangan AKDR.

 Perforasi
Umumnya perforasi terjadi sewaktu pemasangan AKDR walaupun bisa terjadi pula kemudian.

Jika perforasi terjadi dengan AKDR yang tertutup, harus segera dikeluarkan segera karena ditakutkan
akan terjadinya ileus, begitu pula dengan yang mengandung logam. Pengeluaran dapat dilakukan
dengan laparotomi jika dengan laparoskopi gagal, atau setelah terjadi ileus. Jika AKDR yang
menyebabkan perforasi itu jenis terbuka dan linear, dan tidak mengandung logam AKDR tidak perlu
dikeluarkan dengan segera.

 Kehamilan
Jika terjadi kehamilan dengan AKDR in situ, tidak akan timbul cacat pada bayi oleh karena AKDR terletak
antara selaput ketuban dan dinding rahim. Angka keguguran dengan AKDR in situ tinggi. Jadi jika
ditemukan kehamilan dengan AKDR in situ sedang benangnya masih kelihatan, sebaiknya dikeluarkan
oleh karena kemungkinan terjadinya abortus setelah dikeluarkan lebih rendah dari pada dibiarkan terus.
Tetapi jka benangnya tidak kelihatan, sebaiknya dibiarkan saja berada dalam uterus.

Kontraindikasi pemasangan AKDR

Kontraindikasi pemasangan AKDR dibagi atas 2 golongan, yaitu kontraindikasi yang relatif dan kontraindikasi
mutlak.

Yang termasuk kontraindikasi relatif ialah:


1. Mioma uteri dengan adanya perubahan bentuk rongga uterus
2. Insufisiensi serviks uteri
3. Uterus dengan parut pada dindingnya, seperti pada bekas SC, enukleasi mioma, dsb.
4. Kelainan jinak serviks uteri, seperti erosio porsiones uteri
Yang termasuk kontraindikasi mutlak ialah :

1. Kehamilan
2. Adanya infeksi yang aktif pada traktus genitalis (Penyakit Menular Seksual)3
3. Adanya tumor ganas pada traktus genitalis
4. Adanya metrorhagia yang belum disembuhkan
5. Pasangan yang tidak lestari/harmonis
Pemasangan AKDR

AKDR dapat dipasang dalam keadaan berikut :

 Sewaktu haid sedang berlangsung


Pemasangan dapat dilakukan pada hari pertama atau pada hari terakhir haid. Keuntungannya :
pemasangan lebih mudah karena serviks saat itu sedang terbuka dan lembek, rasa nyeri tidak seberapa
keras, perdarahan yang timbul akibat pemasangan tidak seberapa dirasakan, kemungkinan pemasangan
pada uterus yang sedang hamil tidak ada.

 Sewaktu postpartum
Pemasangan AKDR setelah melahirkan dapat dilakukan:

1. Secara dini(immediate insertion); dipasang pada wanita yang melahirkan sebelum dipulangkan
dari rumah sakit.
2. Secara langsung (direct insertion); dipasang dalam masa tiga bulan setelah partus atau abortus.
3. Secara tidak langsung (indirect insertion); dipasang sesudah masa tiga bulan setelah partus atau
abortus; atau pada saat tidak ada hubungan sama sekali dengan partus atau abortus.

Bila pemasangan AKDR tidak dilakukan dalam waktu seminggu setelah bersalin, menurut beberapa
sarjana, sebaiknya AKDR ditangguhkan sampai 6-8 minggu postpartum oleh karena jika pemasangan
AKDR dilakukan antara minggu kedua dan minggu keenam setelah partus, bahaya perforasi atau ekspulsi
lebih besar.
 Sewaktu postabortum
Sebaiknya AKDR dipasang segera setelah abortus oleh karena dari segi fisiologi dan psikologi waktu itu
adalah paling ideal. Tetapi, septic abortion merupakan kontraindikasi

 Beberapa hari setelah haid terakhir


Dalam hal ini wanita yang bersangkutan dilarang untuk bersenggama sebelum AKDR dipasang.

Sebelum dipasang, sebaiknya diperlihatkan ke akseptor bentuk AKDR yang dipasang dan bagaimana letaknya
setelah terpasang. Dan dijelaskan pula kemugkinan efek samping yang dapat terjadi seperti perdarahan, rasa
sakit , AKDR yang keluar sendiri.

gambar 1.1. Tehnik pemasangan AKDR

Tehnik pemasangan AKDR

Pada umumnya tehnik pemasangan adalah sama pada setiap jenis AKDR, tapi disini diterangkan
mengenai cara pemasangan jenis lippes loop karena yang paling banyak digunakan di Indonesia.

Tehniknya berupa (gambar 1.1):

 Setelah kandung kencing dikosongkan, akseptor dibaringkan diatas meja ginekologi dalam posisi
litotomi.
 Bersihkan daerah vulva dan vagina secara a dan antisepsis dengan betadine
 Lakukan pemeriksaan bimanual untuk mengetahui letak, bentuk, dan besar uterus
 Spekulum dimasukkan ke dalam vagina, dan serviks uteri dibersihkan dengan larutan antiseptik. Lalu
dengan tenakulum dijepit bibir depan porsio uteri, dan dimasukkan sonde ke dalam uterus untuk
menentukan arah dan panjangnya kanalis servikalis serta kavum uteri.
 AKDR dimasukkan ke dalam uterus dengan tehnik tanpa sentuh, lalu dorong ke dalam kavum uteri
hingga mencapai uterus.
 Tahan pendorong (plunger) dan tarik selubung (inserter) ke bawah sehingga AKDR bebas.
 Setelah selubung keluar dari uterus, pendorong juga dikeluarkan, dan tenakulum juga dilepaskan,
benang AKDR digunting sehingga 2½ - 3 cm keluar dari ostium uteri, dan akhirnya spekulum diangkat.
Pemeriksaan setelah pemasangan AKDR dilakukan 1 minggu sesudahnya; pemeriksaan kedua 3 bulan kemudian,
dan selanjutnya tiap 6 bulan.

Cooper T-380A perlu dilepas setelah 10 tahun pemasangan, tetapi dapat dilepaskan lebih awal apabila
diinginkan.

Cara mengeluarkan AKDR2

Mengeluarkan AKDR biasanya dilakukan dengan cara menarik benang AKDR yang keluar dari ostium uteri
eksternum dengan dua jari, dengan pinset, atau dengan cunam. Kadang-kadang benang tidak tampak dari
ostium uteri eksternum.

Tidak terlihatnya benang oleh karena :

 Akseptor menjadi hamil


 Perforasi usus
 Ekspulsi yang tidak disadari oleh akseptor
 Perubahan letak AKDR sehingga benang tertarik ke dalam rongga uterus, seperti adanya mioma uterus.

6. METODE KONTRASEPSI MANTAP (TUBEKTOMI dan VASEKTOMI)

Tubektomi ialah tindakan yang dilakukan pada kedua tuba falopii wanita sedangkan vasektomi ialah
pada kedua vas deferens pria,yang mengakibatkan yang bersangkutan tidak dapat hamil atau tidak
menyebabkan kehamilan lagi.1 Metoda dengan cara operasi tersebut diatas telah dikenal sejak zaman dahulu.
Hippocrates menyebut bahwa tindakan itu dilakukan terhadap orang dengan penyakit jiwa. Dahulu vasektomi
dilakukan sebagai hukuman misalnya pada mereka yang melakukan perkosaan. Sekarang tindakan tubektomi
dan vasektomi dilakukan secara sukarela dalam rangka keluarga berencana.

6.1 Tubektomi

Tubektomi adalah suatu tindakan oklusi/ pengambilan sebagian saluran telur wanita untuk mencegah
proses fertilisasi.3 Tindakan tersebut dapat dilakukan setelah persalinan atau pada masa interval. Setelah
dilakukan tubektomi, fertilitas dari pasangan tersebut akan terhenti secara permanen. Waktu yang terbaik untuk
melakukan tubektomi pascapersalinan ialah tidak lebih dari 48 jam sesudah melahirkan karena posisi tuba
mudah dicapai dari subumbilikus dan rendahnya resiko infeksi. Bila masa 48 jam pascapersalinan telah
terlampaui maka pilihan untuk tetap memilih tubektomi, dilakukan 6-8 minggu persalinan atau pada masa
interval.

Keuntungan tubektomi ialah :

 Motivasi hanya satu kali saja, tidak diperlukan motivasi yang berulang-ulang
 Efektivitas hampir 100%
 Tidak mempengaruhi libido seksualis
 Kegagalan dari pihak pasien tidak ada
Kerugiannya ialah bahwa tindakan ini dapat dianggap tidak reversibel, walaupun ada kemungkinan untuk
membuka tuba kembali pada mereka yang masih menginginkan anak lagi dengan operasi Rekanalisasi.

Indikasi dilakukannya tubektomi :

 Penghentian fertilitas atas indikasi medik


 Kontrasepsi permanen
Syarat-syarat tubektomi :

 Syarat sukarela
 Syarat bahagia
 Syarat medik
Tindakan yang dilakukan sebagai tindakan pendahuluan untuk mencapai tuba falopii terdiri atas : pembedahan
transabdominal seperti laparotomi, mini laparotomi (gambar 2.1), laparoskopi; pembedahan transvaginal
seperti kolpotomi posterior, kuldoskopi; dan pembedahan transservikal (transuterin) seperti penutupan lumen
tuba histeroskopik.

gambar 2.1. Minilaparotomi


Untuk menutup lumen dalam tuba, dapat dilakukan pemotongan tuba dengan berbagai macam
tindakan operatif, seperti cara Pomeroy, cara Irving, cara Uchida, cara Kroener, cara Aldridge. Pada cara
Madlener tuba tidak dipotong. Disamping cara-cara tersebut, penutupan tuba dapat pula dilakukan dengan jalan
kauterisasi tuba, penutupan tuba dengan clips, Falope ring, Yoon ring, dll.

Cara penutupan tuba :

 Cara Madlener
Bagian tengah tuba diangkat dengan cunam pean, sehingga terbentuk suatu lipatan terbuka.
Kemudian, dasar dari lipatan tersebut dijepit dengan cunam kuat-kuat dan selanjutnya dasar itu diikat
dengan benang yang tidak diserap. Tidak dilakukan pemotongan tuba.

gambar 2.2a. cara Madlener

 Cara Pomeroy
Cara ini paling banyak dilakukan. Dilakukan dengan mengangkat bagian tengah dari tuba sehingga
membentuk suatu lipatan terbuka, kemudian dasarnya diikat dengan benang yang dapat diserap, tuba
diatas dasar itu dipotong. Setelah benang pengikat diserap, maka ujung- ujung tuba akhirnya terpisah
satu dengan yang lain.

gambar 2.2b. cara Pomeroy

 Cara Irving
Pada cara ini tuba dipotong antara dua ikatan benang yang dapat diserap, ujung proksimal dari tuba
ditanamkan kedalam miometrium, sedangkan ujung distal ditanamkan ke dalam ligamentum latum.
gambar 2.2c. cara Irving

 Cara Aldridge
Peritoneum dari ligamentum latum dibuka dan kemudian tuba bagian distal bersama-sama dengan
fimbria ditanam ke dalam ligamentum latum.

 Cara Uchida
Tuba ditarik ke luar abdomen melalui suatu insisi kecil (mini laparotomi) di atas simfisis pubis.
Kemudian di daerah ampula tuba dilakukan suntikan dengan larutan Adrenalin dalam air garam
dibawah serosa tuba. Akibatnya, mesosalping di daerah tersebut menggembung.lalu dibuat sayatan
kecil di daerah yang kembung tersebut. Serosa dibebaskan dari tuba sepanjang kira-kira 4-5 cm; tuba
dicari dan setelah ditemukan dijepit, diikat, lalu digunting. Ujung tuba yang proksimal akan tertanam
dengan sendirinya dibawah serosa, sedangkan ujung tuba yang distal dibiarkan berada diluar serosa.
Luka sayatan dijahit dengan kantong tembakau. Angka kegagalan cara ini adalah 0.

gambar 2.2d. cara Uchida

 Cara Kroener
Bagian fimbria dari tuba dikeluarkan dari lubang operasi. Suatu ikatan dengan benang sutera dibuat
melalui bagian mesosalping dibawah fimbria. Jahitan ini diikat 2x, satu mengelilingi tuba dan yang lain
mengelilingi tuba sebelah proksimal dari jahitan sebelumnya. Seluruh fimbria dipotong.

Tehnik ini banyak digunakan. Keuntungan cara ini antara lain sangat kecil kemungkinan
kesalahan mengikat ligamentum rotundum. Angka kegagalan 0,19%.
gambar 2.2e. cara Kroener

6.2 Vasektomi

Pada tahun-tahun terakhir ini vasektomi makin banyak dilakukan dibeberapa negara seperti India, Pakistan,
Korea, AS, dll, untuk menekan laju pertambahan penduduk. Di Indonesia, vasektomi tidak termasuk dalam
program keluarga berencana nasional2 .

Dan masih banyak pria di Indonesia menganggap vasektomi tersebut identik dengan dikebiri dan dapat
menimbulkan impotensi5. ”Vasektomi, selain aman dari kegagalan dengan tingkat keberhasilan 79 persen,
menurut Kasmiyati, juga mampu menaikkan libido seks”5. Ini berarti, vasektomi sama sekali tak menimbulkan
impotensi atau ketidak jantanan5.

Indikasi vasektomi ialah bahwa pasangan suami isteri tidak menghendaki kehamilan lagi dan pihak suami
bersedia bahwa tindakan kontrasepsi dilakukan pada dirinya.Kontraindikasi, sebenarnya tidak ada, kecuali bila
ada kelainan lokal yang dapat mengganggu sembuhnya luka operasi, jadi sebaiknya harus disembuhkan dahulu.

Keuntungan vasektomi5 :

 Tidak menimbulkan kelainan fisik maupun mental


 Tidak mengganggu libido seksualitas
 Operasinya hanya berlangsung sebentar sekitar 10 - 15 menit
Tehnik vasektomi

Adapun tehniknya berupa:

 Mula-mula kulit skrotum di daerah operasi dilakukan a dan antiseptik, kemudian dilakukan anestesi lokal
dengan xilokain. Anestesi dilakukan di kulit skrotum dan jaringan sekitarnya di bagian atas, dan pada
jaringan disekitar vas deferens.
 Vas dicari dan setelah ditentukan lokasinya, dipegang sedekat mungkin dibawah kulit skrotum.
 Dilakukan sayatan pada kulit skrotum sepanjang 0,5-1 cm di diekat tempat vas deferens. Setelah
terlihat, dijepit dan dikeluarkan dari sayatan (harus yakin itu benar vas deferens), vas dipotong
sepanjang 1-2 cm dan kedua ujungnya diikat
 Setelah kulit dijahit, tindakan diulang pada bagian sebelahnya.
Sehabis operasi, peserta vasektomi baru boleh melakukan hubungan intim dengan pasangannya setelah enam
hari. Itupun harus wajib menggunakan kondom selama 12 kali hubungan demi pengamanan5.

Komplikasi vasektomi : infeksi pada sayatan, rasa nyeri/sakit, terjadinya hematom oleh karena perdarahan
kapiler, epididimitis, terbentuknya granuloma.

Kegagalan dapat terjadi karena: terjadi rekanalisasi spontan, gagal mengenal dan memotong vas deferens, tidak
diketahi adanya anomali vas deferens, koitus dilakukan sebelum kantong seminalnya betul-betul kosong.

Saifuddin A B. Buku Panduan Praktis Pelayanan Kontrasepsi. Edisi Pertama cetakan Keempat. Jakarta , Yayasan
Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo. 2003

4.Apa yg dimaksud dg sterilitas dan infertilitas? (pd laki2 dan perempuan)


INFERTILITAS : Infertilitas adalah ketidakmampuan sepasang suami istri untuk memiliki keturunan dimana wanita
belum mengalami kehamilan setelah bersenggama secara teratur 2-3 x / mgg, tanpa mamakai matoda pencegahan
selama 1 tahun.
STERILITAS : infertilitas yang bersifat permanen
Saifuddin A B. Buku Panduan Praktis Pelayanan Kontrasepsi. Edisi Pertama cetakan Keempat. Jakarta , Yayasan
Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo. 2003

5.Apa saja macam-macam infertilitas?


a. Klasifikasi
Ada 2 jenis infertilitas :
• Infertilitas primer : bila pasangan tersebut belum pernah mengalami kehamilan sama sekali.
• Infertilitas sekunder : bila pasangan tersebut sudah pernah melahirkan namun setelah itu tidak pernah hamil lagi

1. Infertilitas primer  pasangan tidak pernah mengalami konsepsi meskipun mereka melakukan
hubungan seks secara teratur (2-3 kali seminggu) selama paling sedikit 12 bulan tanpa proteksi.
2. Infertilitas sekunder  pasangan sebelumnya mengalami konsepsi, akan tetap kemudian tak
mampu konsepsi lagi meskipun mereka melakukan hubungan seks tanpa proteksi selama 12
bulan.

3. Kehamilan sia2  wanita mampu konsepsi tapi tak mampu mewujudkan kelahiran hidup (tak
mampu mempertahankan khamilan cukup lama hingga melahirkan bayi hidup).

4. Subfertilitas  pasangan mengalami kesukaran dalam mewujudkan konsepsi bersama-sama


karena fertilitas keduanya berkurang.

Saifuddin A B. Buku Panduan Praktis Pelayanan Kontrasepsi. Edisi Pertama cetakan Keempat. Jakarta , Yayasan
Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo. 2003

6. Apa saja factor resiko dan etiologi pada kasus infertil?

FAKTOR DAMPAK
Usia wanita Semakin tua usia (diatas 40 tahun), semakin lama waktu untuk
konsepsi
Usia laki-laki Frekuensi koitus berkurang dengan meningkatnya usia
Frekuensi koitus Ada korelasi positif antara frekuensi koitus dengan angka
kehamilan
Masa koitus Koitus pada masa ovulasi (hari 10-15 memaksimalkan
kemungkinan ovulasi, karena ovum hanya hidup kira-kira 12-24
jam
Lubrikan Lubrikan seperti K-Y jelly mengandung spermisidal dan bila
digunakan untuk lubrikasi dapat menghambat konsepsi
Merokok/ alcohol Jika berlebihan dapat meperburuk kualitas sperma. Penggunaan
marijuana dapat mengurangi jumlah dan motilitas sperma
Pembedahan Pembedahan organ reproduksi atau pada panggul wanita atau
laki2 dapat menimbulkan masalah fertilitas karena terjadinya
perbahan anatomi atau kerusakan pada syaraf terutama pada
laki2.
Infeksi saluran genitalia yang Gonorea dan klamidia adalah PMS utama yang mengakibatkan
ditularkan secara seksual (infeksi penyekit radang panggul dan gangguan fertilitas
traktus genitalia)
Penyekit yang ditularkan tidak Penyakit seperti tuberculosis genitalia (yangdisebabkan oleh
melalui hubungan seksual virus), infeksi postpartum dan posabortus juga dapat
menurunkan fertilitas
Obat-obatan (missal, anti hipertensi Obat-obatan tertentu dpat mengakibatkan impotensi. Ada pula
dan transquilizers) obat-obatan ynag mengganggu fungsi spermatogenesis dan
ovarium (misalnya, obat anti kanker)
Radiasi Gangguan fungsi gonad dapat terjadi karena radiasi
Sumber: Buku Acuan Nasional Pelayanan KB, 2007

 Faktor2 pada pria 40%


 Faktor2 pada wanita
- gangguan ovulasi 10 %
- adhesi pelvis / penyakit tuba 20%
- problem lendir servik 5%
- faktor2 lain
(misal : hypothayroidi, immunologik dll) 5%
 Tidak diketahui penyebabnya 20%
Pada Wanita
 Gangguan organ reproduksi
a. Infeksi vagina sehingga meningkatkan keasaman vagina yang akan membunuh sperma
dan pengkerutan vagina yang akan menghambat transportasi sperma ke vagina
b. Kelainan pada serviks akibat defesiensi hormon esterogen yang mengganggu
pengeluaran mukus serviks. Apabila mukus sedikit di serviks, perjalanan sperma ke
dalam rahim terganggu. Selain itu, bekas operasi pada serviks yang menyisakan jaringan
parut juga dapat menutup serviks sehingga sperma tidak dapat masuk ke rahim
c. Kelainan pada uterus, misalnya diakibatkan oleh malformasi uterus yang mengganggu
pertumbuhan fetus, mioma uteri dan adhesi uterus yang menyebabkan terjadinya
gangguan suplai darah untuk perkembangan fetus dan akhirnya terjadi abortus berulang
d. Kelainan tuba falopii akibat infeksi yang mengakibatkan adhesi tuba falopii dan terjadi
obstruksi sehingga ovum dan sperma tidak dapat bertemu
 Gangguan ovulasi
Gangguan ovulasi ini dapat terjadi karena ketidakseimbangan hormonal seperti adanya
hambatan pada sekresi hormon FSH dan LH yang memiliki pengaruh besar terhadap
ovulasi.Hambatan ini dapat terjadi karena adanya tumor kranial, stress, dan penggunaan
obat-obatan yang menyebabkan terjadinya disfungsi hipothalamus dan hipofise.Bila terjadi
gangguan sekresi kedua hormon ini, maka folicle mengalami hambatan untuk matang dan
berakhir pada gengguan ovulasi.
 Kegagalan implantasi
Wanita dengan kadar progesteron yang rendah mengalami kegagalan dalam
mempersiapkan endometrium untuk nidasi. Setelah terjadi pembuahan, proses nidasi pada
endometrium tidak berlangsung baik. Akiatnya fetus tidak dapat berkembang dan terjadilah
abortus
 Endometriosis
 Abrasi genetis
 Faktor immunologis
Apabila embrio memiliki antigen yang berbeda dari ibu, maka tubuh ibu memberikan reaksi
sebagai respon terhadap benda asing.Reaksi ini dapat menyebabkan abortus spontan pada
wanita hamil.
 Lingkungan
Paparan radiasi dalam dosis tinggi, asap rokok, gas ananstesi, zat kimia, dan pestisida dapat
menyebabkan toxic pada seluruh bagian tubuh termasuk organ reproduksi yang akan
mempengaruhi kesuburan.
Pada Pria
Ada beberapa kelainan umum yang dapat menyebabkan infertilitas pada pria yaitu :
 Abnormalitas sperma; morfologi, motilitas
 Abnormalitas ejakulasi; ejakulasi rerograde, hipospadia
 Abnormalitas ereksi
 Abnormalitas cairan semen; perubahan pH dan perubahan komposisi kimiawi
 Infeksi pada saluran genital yang meninggalkan jaringan parut sehingga terjadi penyempitan
pada obstruksi pada saluran genital
 Lingkungan; Radiasi, obat-obatan anti cancer
 Abrasi genetik
Sumber : Keluarga Berencana dan Kontrasepsi; dr. Hanafi Hartanto
 Mandi air panas:
Dalam proses produksi, testis sebagai “pabrik” sperma membutuhkan suhu yang lebih
dingin daripada suhu tubuh, yaitu 34–35 °C,sedangkan suhu tubuh normal 36,5–37,5 °C. Bila
suhu tubuh terus-menerus naik 2–3 °C saja, proses pembentukan sperma dapat terganggu.
 Merokok:
Dalam asap rokok terdapat lebih dari 4000 zat racun seperti karbon monoksida (CO),
Nitrogen oksida, sianida, ammonia, asetilen, benzaldehide, methanol, nikotin, dan lain
sebagainya.
Sumber: Infertilitas pada usia reproduksi dan penanganannya oleh Bambang Hariyadi

7. Bagaimana px infertilitas pd wanita dan pria? (indicator normal)


1. Pemeriksaan Pria

Secara umum :

Pemeriksaan laboratorium bagi pria yang umumnya dilakukan:

 Analisa sperma yang harus dilakukan pertama kali


 Folicle-stimulating hormone (FSH)
 Luteinizing hormone (LH)
 Testosteron
 Prolaktin
Sementara pemeriksaan ultrasound bagi pria yaitu transrectal and scrotal ultrasound. Pemeriksaan ini
dapat membantu dokter untuk melihat adanya retograde ejaculation dan kerusakan pembuluh
ejakulator.

Nilai normal Hasil Analisis Sperma

Volume
Normal: >/ 1,5ml
Abnormal:
Volume yang rendah atau bahkan yang berlebih dapat menyebabkan masalah kesuburan
Waktu mencair (Likuifaksi)
Normal: 15-60 menit
Abnormal:
Masa mencair yang lama bisa merupakan tanda infeksi.
pH

Normal: >/ 7,2 (7,3-7,7)


Abnormal:
>8: peradangan akut
<7,2: peradanga kronis
Sel darah putih (Leukosit)
Normal:
Tidak ada sel darah putih atau bakteri.
Abnormal:
Bakteri dan sel darah putih yg banyak menunjukkan adanya infeksi.
Aglutinasi

Normal : Negatif (-)


Abnormal : Positif (+)

Jumlah sperma
Normal: >/ 15juta per mL
Abnormal:
Jumlah yang rendah kadang masih bisa menghasilkan keturunan secara normal.
Bentuk sperma (Morfologi Sperma)
Normal: >/ 4%
Abnormal:
Sperma yang tidak normal bentuknya kurang daru 15 % disebut Teratozoopsermia. Ini juga
mempersulit kehamilan.
Gerakan sperma (Motilitas Sperma)

Normal:
Progresive motility >/ 32%
Total motility >/ 40%
Abnormal:
Jika sebagian besar geraknya tidak normal akan menyebabkan masalah fertilitas.
Viabilitas sperma
58%

 Normozoospermia: Karakteristik normal.


 Oligozoospermia: Konsentrasi spermatozoa kurang dari 20 juta per ml.
 Asthenozoospermia: Jumlah sperma yang masih hidup dan bergerak secara aktif,
dalam waktu 1 jam setelah ejakulasi, urang dari 50%.
 Teratozoospermia: Jumlah sperma dengan morfologi normal kurang dari 30%.
 Oligoasthenoteratozoospermia: Kelainan campuran dari 3 variabel yang telah
disebutkan sebelumnya.
 Azoospermia: Tidak adanya spermatozoa dalam sperma
 Aspermia: Sama sekali tidak terjadi ejakulasi sperma

- pemeriksaan endokrin
 Pemeriksaan ini berguna untuk menilai kembali fungsi hipothalamus, hipofisis
jika kelainan ini diduga sebagai penyebab infertilitas. Uji yang dilakukan
bertujuna untuk menilai kadar hormon tesrosteron, FSH, dan LH.

- USG
 Pemeriksaan ini dilakukan untuk melihat struktur kelenjar prostat, vesikula
seminalis, atau seluran ejakulatori.

- Biopsi testis
 Pemeriksaan ini dilakukan dengan mengambil sampel jaringan testis memakai
metoda invasif untuk mengidentifikasi adanya kelainan patologi.

2. Pemeriksaan Wanita

Pemeriksaan laboratorium bagi wanita yang umumnya dilakukan:

 Thyroid-stimulating hormone (TSH)


 Prolaktin
 Luteinizing hormone (LH)
 Folicle-stimulating hormone (FSH)
 Progesteron

Sementara pemeriksaan ultrasound bagi wanita yaitu:

 Hysterosalpingography (HSG) untuk melihat kondisi uterus dan tuba falopi.


 Laparoscopy untuk memeriksa indung telur, tuba falopi dan uterus terkait masalah penyakit
seperti jaringan parut dan endometriosis.
Penjelasan dan yang lain :

- deteksi ovulasi
1. Meliputi pengkajian BBT (basal body temperature ), suhu badan sangat
dipengaruhi oleh progesterone. Suhu paling rendah saat terjadi lonjakan
LH, kemudia meningkat setelah ovulasi

2. Uji lendir serviks metoda berdasarkan hubungan antara pertumbuhan


anatomi dan fisiologi serviks dengan siklus ovarium untuk mengetahui saat
terjadinya keadaan optimal getah serviks dalam menerima sperma
Pada fase proliferasi sampai ovulasi, di bawah pengaruh hormone
estrogen, konsentrasi protein berkurang, tetapi konsentrasi air dan musin
bertambah  viskositas berkurang  sperma mudah menembus getah
serviks.
Sesudah ovulasi, getah serviks menjadi lebih kental dan keruh.
Tes yang dipakai ada 2 : Spinbarkeit dan Fern Test
- analisa hormon
 Mengkaji fungsi endokrin pada aksis ovarium – hipofisis – hipotalamus.
Dengan pengambilan specimen urine dan darah pada berbagai waktu
selama siklus menstruasi.
 FSH : bila rendah  kelainan di aksis hipofisis-hipotalamus ; bila tinggi 
kelainan di ovarium
 LH : LH paling efektif jika diperiksa setiap hari untuk mengetahui masa
ovulasi. Masa ovulasi akan terjadi peninggian kadar LH yang tajam
 Estrogen : dapat digunakan untuk penentuan saat ovulasi dan aktivitas
ovarium
 Kadar estrogen urin <10 mikrogram  tidak ada aktivitas ovarium
 >15 mikro  aktivitas folikuler
 Progesteron : menunjukkan adanya ovulasi.

- sitologi vagina
 Pemeriksaan usap forniks vagina untuk mengetahui perubahan epitel
vagina

- uji pasca senggama (sims-huhner) 2-4 jam pasca senggama


 Mengetahui ada tidaknya spermatozoa yang melewati serviks
 Abstinen 2 hari  sanggama 2 jam sebelum ke dokter  ambil lender
serviks  px mikroskop
 tepat 1 hr sebelum ovulasi beberapa klinikus melakukan test ini 10-12
jam pasca senggama

yang dinilai:
1. lendir serviks
a. jumlah
b. viskositas
c. ferning
d. spinnbarkeit
e. selularitas
f. ph
2. spermatozoa
a. jumlah per LPB
b. kuantitas spermatozoa motil
c. kualitas pergerakan spermatozoa
d. arah gerakan spermatozoa

- biopsi endometrium terjadwal


 dilakukan dg paracervical block, dilakukan pada hari ke-26 siklus haid-28-
hari atau hari ke-12 post ovulasi mengetahui perubahan endometrium
seraggam dg efek sekretoris yg diharapkan
 Mengetahui pengaruh progesterone terhadap endometrium dan
sebaiknya dilakukan pada 2-3 hr sebelum haid.
- Histerosalfingografi
 Radiografi kavum uteri dan tuba dengan pemberian materi kontras. Disini
dapat dilihat kelainan uterus, distrosi rongga uterus dan tuba uteri,
jaringan parut dan adesi akibat proses radang. Dilakukan secara
terjadwal.
 dilakukan pada fase dini dari siklus haid- setelah perdarahan per vaginam
berhenti-tetapi sebelum terjadi ovulasi

- Laparoskopi
 Standar emas untuk mengetahui kelainan tuba dan peritoneum.
 dapat dilakukan pada hari ke-26 dari siklus haid-28-hari

- pemeriksaan pelvis ultrasound


 Untuk memvisualisasi jaringan pelvis, misalnya untuk identifikasi kelainan,
perkembangan dan maturitas folikuler, serta informasi kehamilan intra
uterin.

Sumber : Dr. Budi Wiweko SpOG ( Divisi Imunoendokrinologi Reprodiksi Departemen obstetric dan
Ginekologi FKUI/RSCM )

8. Bagaimana tindak lanjut dokter yg digunakan untuk mengatasi masalah pasien?


jika semua normal, bisa dianjurkan untuk bayi tabung

Anda mungkin juga menyukai

  • LBM 3m
    LBM 3m
    Dokumen26 halaman
    LBM 3m
    Milla Maulidia
    Belum ada peringkat
  • Otitis Media
    Otitis Media
    Dokumen32 halaman
    Otitis Media
    ahmad
    Belum ada peringkat
  • LBM 1 Mata Resa Fela
    LBM 1 Mata Resa Fela
    Dokumen26 halaman
    LBM 1 Mata Resa Fela
    Milla Maulidia
    Belum ada peringkat
  • LBM 3m
    LBM 3m
    Dokumen26 halaman
    LBM 3m
    Milla Maulidia
    Belum ada peringkat
  • Li LBM 1 Mata
    Li LBM 1 Mata
    Dokumen71 halaman
    Li LBM 1 Mata
    penalven
    Belum ada peringkat
  • Resa
    Resa
    Dokumen22 halaman
    Resa
    Milla Maulidia
    Belum ada peringkat
  • LBM 3 Li KB
    LBM 3 Li KB
    Dokumen37 halaman
    LBM 3 Li KB
    Elis Nurhasanah
    Belum ada peringkat
  • LBM 3 Mila
    LBM 3 Mila
    Dokumen37 halaman
    LBM 3 Mila
    Milla Maulidia
    Belum ada peringkat
  • LBM 3 Li
    LBM 3 Li
    Dokumen9 halaman
    LBM 3 Li
    Milla Maulidia
    Belum ada peringkat
  • Milla
    Milla
    Dokumen9 halaman
    Milla
    Milla Maulidia
    Belum ada peringkat
  • M Jjvu
    M Jjvu
    Dokumen37 halaman
    M Jjvu
    Milla Maulidia
    Belum ada peringkat
  • LBM 5
    LBM 5
    Dokumen19 halaman
    LBM 5
    Milla Maulidia
    Belum ada peringkat
  • LBM 3 Li
    LBM 3 Li
    Dokumen9 halaman
    LBM 3 Li
    Milla Maulidia
    Belum ada peringkat
  • LBM 3 Li KB
    LBM 3 Li KB
    Dokumen37 halaman
    LBM 3 Li KB
    Elis Nurhasanah
    Belum ada peringkat
  • MIlla LI LBM 1 KB
    MIlla LI LBM 1 KB
    Dokumen41 halaman
    MIlla LI LBM 1 KB
    Milla Maulidia
    Belum ada peringkat
  • LBM 3 Li
    LBM 3 Li
    Dokumen9 halaman
    LBM 3 Li
    Milla Maulidia
    Belum ada peringkat
  • LBM 3 Mila
    LBM 3 Mila
    Dokumen37 halaman
    LBM 3 Mila
    Milla Maulidia
    Belum ada peringkat
  • LBM 5
    LBM 5
    Dokumen19 halaman
    LBM 5
    Milla Maulidia
    Belum ada peringkat
  • Jiwa LBM 2: Vivin Farchia
    Jiwa LBM 2: Vivin Farchia
    Dokumen36 halaman
    Jiwa LBM 2: Vivin Farchia
    Milla Maulidia
    Belum ada peringkat
  • Infertilitas Sultan Agung
    Infertilitas Sultan Agung
    Dokumen57 halaman
    Infertilitas Sultan Agung
    Okim Nawar
    Belum ada peringkat
  • Nabil
    Nabil
    Dokumen20 halaman
    Nabil
    Milla Maulidia
    Belum ada peringkat
  • Jiwa LBM 2: Vivin Farchia
    Jiwa LBM 2: Vivin Farchia
    Dokumen36 halaman
    Jiwa LBM 2: Vivin Farchia
    Milla Maulidia
    Belum ada peringkat
  • SDG Jiwa LBM 5
    SDG Jiwa LBM 5
    Dokumen4 halaman
    SDG Jiwa LBM 5
    Milla Maulidia
    Belum ada peringkat
  • LBM 3 Li KB
    LBM 3 Li KB
    Dokumen37 halaman
    LBM 3 Li KB
    Elis Nurhasanah
    Belum ada peringkat
  • Elytia Li LBM 2 SGD 11
    Elytia Li LBM 2 SGD 11
    Dokumen17 halaman
    Elytia Li LBM 2 SGD 11
    Milla Maulidia
    Belum ada peringkat
  • Hasil LBM 2 Jiwa SGD 9
    Hasil LBM 2 Jiwa SGD 9
    Dokumen50 halaman
    Hasil LBM 2 Jiwa SGD 9
    Alfita Innayati
    Belum ada peringkat
  • SDG Jiwa LBM 5
    SDG Jiwa LBM 5
    Dokumen4 halaman
    SDG Jiwa LBM 5
    Milla Maulidia
    Belum ada peringkat
  • A LBM 4 LI
    A LBM 4 LI
    Dokumen8 halaman
    A LBM 4 LI
    Milla Maulidia
    Belum ada peringkat
  • LBM 5 Milla
    LBM 5 Milla
    Dokumen8 halaman
    LBM 5 Milla
    Milla Maulidia
    Belum ada peringkat