A. TUGAS POKOK
Melaksanakan pemeriksaan berkala kepada ibu hamil, nifas, ibu menyusui, bayi
dan anak-anak di Puskesmas, serta memberikan pelayanan kontrasepsi pada
akseptor KB.
B. URAIAN TUGAS
1. Pemeliharaan kesehatan ibu dari hamil, melahirkan, nifas, dan ,menyusui,
serta bayi, anak balita dan anak pra sekolah sampai usia lanjut.
2. Screening status imunisasi BCG, pentabio, polio dan Hb sebanyak 3 kali
serta campak sebanyak 1 kali berkoordinasi dengan program imunisasi serta
memberikan imunisasi booster ventabio dan campak.
3. Penyuluhan kesehatan meliputi berbagai aspek dalam mencapai tujuan
program KIA, gizi dan tumbuh kembang anak.
4. Pelayanan KB kepada semua PUS, dengan perhatian khusus kepada mereka
yang melahirkan anak berkali-kali karena termasuk golongan ibu beresiko
tinggi (resti) (berkoordinasi dengan program KB)
5. Kunjungan rumah ibu hamil resti, ibu nifas risti, dan neonatus risti.
6. Pembinaan dukun bayi.
7. Melaksanakan audit maternal dan perinatal (AMP).
8. Pembinaan klinik bersalin dan BPM di wilayah kerja.
9. Melakukan PWS KIA.
10. Pengawasan mutu pelayanan bersalin dan KIA.
11. Perencanaan, Pencataan, dan Pelaporan.
C. TANGGUNG JAWAB
1. Pelayanan Kesehatan Ibu, Bayi, dan Balita
2. Kemitraan dengan LP/LS, organisasi profesi, swasta, LSM, masyarakat
antara lain melalui :
a. Pelayanan kesehatan bayi dan anak pra sekolah
b. Peningkatan mutu pelayanan.
c. Menganalisis data setiap bulan yang berasal dari para bidan desa.
d. Bertanggung jawab terhadap pelaksanaan pelayanan KIA di Posyandu.
D. WEWENANG
1. Mengkoordinir laporan dari para bidan desa
2. Mengkoordinir kegiatan yang berhubungan dengan program kesehatan ibu
dan anak.
PEDOMAN
JALAN
TAHUN 2017
Disusun Diperiksa Disahkan
PUSKESMAS CIKARO DTP
Nomor Revivi Tanggal Halaman Koor.UKM WMM Ka. Pusk
Pedoman/UKM/ 1dari
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Angka Kematian Ibu (AKI), Angka Kematian Neonatus (AKN), Angka
Kematian Bayi (AKB), dan Angka Kematian Balita (AKABA) merupakan
beberapa indikator status kesehatan masyarakat. Dewasa ini AKI dan AKB di
Indonesia masih tinggi dibandingkan dengan negara ASEAN lainnya. Menurut
data Survei Demografi Kesehatan Indonesia (SDKI) 2007, AKI 228 per 100.000
kelahiran hidup, AKB 34 per 1000 kelahiran hidup, AKN 19 per 1000 kelahiran
hidup, AKABA 44 per 1000 kelahiran hidup.
Penduduk Indonesia pada tahun 2007 adalah 225.642.000 jiwa dengan
CBR 19,1 maka terdapat 4.287.198d bayi lahir hidup. Dengan AKI 228/100.000
KH berarti ada 9.774 ibu meninggal pertahun atau 1 ibu meninggal setiap jam
oleh sebab yang berkaitan dengan kehamilan, persalinan dan nifas. Besaran
kematian neonatal, bayi, dan balita jauh lebih tinggi, dengan AKN 19/1.000 KH,
AKB 34/1.000 dan AKABA 44/1.000 KH berarti ada 9 Neonatal, 17 bayi dan 22
Balita meniggal tiap jam.
Berdasarkan kesepakatan global (Millenium Developmen Goals/MDGs,
2000) pada tahun 2015 diharapkan Angka Kematian Ibu menurun sebesar tiga-
seperempatnya dalam kurun waktu 1990-2015 dan Angka Kematian Bayi dan
Angka Kematian Balita menurun sebesar dua-pertiga dalam kurun waktu 1990-
2015. Berdasarkan hal itu Indonesia mempunyai komitmen untuk menurunkan
Angka Kematian Ibu menjadi 102/100.000 KH, Angka Kematian Bayi dari 68
menjadi 23/1.000 KH, dan Angka Kematian Balita 97 menjadi 32/1.000 KH
pada tahun 2015.
Penyebab langsung kematian ibu sebesar 90% terjadi pada saat
persalinan dan segera setelah persalinan (SKRT 2001). Penyebab langsung
kematian ibu adalah perdarahan (28%), eklampsia (24%), dan infeksi (11%).
Penyebab tidak langsung kematian ibu antara lain Kurang Energi Kronis/KEK
pada kehamilan (37%) dan anemia pada kehamilan (40%). Kejadian anemia
pada ibu hamil ini akan meningkatkan resiko terjadinya kematian ibu
dibandingkan dengan ibu yang tidak anemia. Sedangkan berdasarkan laporan
rutin PWS tahun 2007, penyebab langsung kematian ibu adalah perdarahan
(39%), eklampsia (20%), infeksi (7%) dan lain-lain (33%).
Menurut RISKESDAS 2007, penyebab kematian neonatal 0-7 hari
adalah gangguan pernafasan (37%), prematuritas (34%), sepsis (12%), hipotermi
(7%), kelainan darah/ikterus (6%), postmatur (3%) dan kelainan kongenital
(1%). Penyebab kematian neonatal 7-28 hari adalah sepsis (20,5%), kelainan
kongenital (19%), pneumonia (17%), Respiratori Distress Syndrome/RDS
(14%), prematuritas (14%), ikterus (3%), cedera lahir (3%), tetanus (3%),
defisiensi nutrisi (3%) dan Suddenly Infant Death Syndrome/SIDS (3%).
Penyebab kematian bayi (29hari-1tahun) adalah diare (42%), pneumonia (24%),
meningitis/ensefalitis (9%), kelainan saluran cerna (7%), kelainan jantung
kongenital dan hidrosefalus (6%), sepsis (4%), tetanus (3%) dan lain-lain (5%).
Penyebab kematian balita (1-4tahun) adalah diare (25,2%), pneumonia (15,5%),
Necrotizing Enterocolitis E.Coli/NEC (10,7%), meningitis/ensefalitis (8,8%),
DBD (6,8%), campak (5,8%), tenggelam (4,9%) dan lain-lain (9,7%).
Upaya untuk mempercepat penurunan AKI telah dimulai sejak lahir
tahun 1980-an melalui program Safe Motherhood Initiative yang mendapat
perhatian besar dan dukungan dari berbagai pihak baik dalam maupun luar
negeri. Pada akhir tahun 1990-an secara konseptual telah diperkenalkan lagi
upaya untuk menajamkan strategi dan intervensi dalam menurukan AKI melalui
Making Pregnancy Safer (MPS) yang dicanangkan oleh pemerintah pada tahun
2000. Sejak tahun 1985 pemerintah merancang Child Survival (CS) untuk
penurunan AKB. Kedua strategi tersebut telah sejalan dengan Grand Straregi
DEPKES tahun 2004.
Rencana Srategi Making Pregnancy Safer (MPS) terdiri dari 3 pesan kunci
dan 4 strategi.
1. Peningkatan kualitas dan akses pelayanan kesehatan ibu dan bayi dan balita
ditingkat dasar dan rujukan.
2. Membangun kemitraan yang efektif.
3. Mendorong pemberdayaan perempuan, keluarga, dan masyarakat.
4. Meingkatkan sistem suveilans, pembiayaan, monitoring dab informasi KIA.
Rencana Strategi Child Survival (CS) terdiri dari 3 pesan kunci dan 4
strategi.
1. Peningkatan akses dan cakupan pelayanan kesehatan ibu, bayi baru lahir dan
balita yang berkualitas berdasarkan bukti ilmiah
2. Membangun kemitraan yang efektif melalui kerjasama lintas program, lintas
sektor dan mitra lainnya dalam melalukan advokasi untuk memaksimalkan
sumber daya yang tersedia serta memantapkan koordinasi perencanaan
kegiatan MPS dan child survival.
3. Mendorong pemberdayaan wanita dan keluarga melalui kegiatan
peningkatan pengetahuan untuk menjamin perilaku yang menunjang
kesehatan ibu, bayi baru lahir dan balita serta pemanfaatan pelayanan
kesehatan yang tersedia.
4. Mendorong keterlibatan masyarakat dalam penyediaan dan pemanfaatan
pelayanan kesehatan ibu, bayi baru lahir dan balita.
B. PENGERTIAN
Upaya kesehatan ibu dan anak adalah upaya dibidang kesehatan yang
menyangkut pelayanan pemeliharaan ibu hamil, ibu bersalin, ibu menyusui,
bayi, dan balita serta anak prasekolah. Dalam perngertian ini tercakup pula
pendidikan kesehatan kepada masyarakat, pemuka masyarakat serta pembinaan
kesehatan anak ditaman kanak-kanak.
C. TUJUAN PEDOMAN
1. Tujuan umum :
Tersedianya acuan dalam melaksanakan Pelayanan Kesehatan Ibu dan Anak
di Puskesmas dan jejaringnya.
2. Tujuan Khusus :
a. Tersedianya acuan tentang jenis pelayanan KIA KB, peran dan fungsi
ketenagaan, sarana, prasarana di Puskesmas dan jejaringnya.
b. Tersedianya acuan untuk melaksanakan pelayanan KIA KB yang
bermutu di Puskesmas dan jejaringnya.
c. Tersedianya acuan bagi tenaga bidan puskesmas untuk bekerja secara
profesional memberikan gizi yang bermutu kepada pasien/klien di
Puskesmas dan jejaringnya.
d. Tersedianya acuan monitoring dan evaluasi pelayanan KIA KB di
Puskesmas dan jejaringnya.
D. SASARAN PEDOMAN
1. Tenaga KIA-KB dan tenaga kesehatan lain di Puskesmas Cikaro
2. Pengelola program dan lintas sektor terkait
F. BATASAN OPERASIONAL
1. Akses Pelayanan Antenatal (cakupan K1)
Adalah cakupan ibu hamil yang pertama kali mendapat pelayanan antenatal
oleh tenaga kesehatan disuatu wilayah kerja pada kurun waktu tertentu.
2. Cakupan Pelayanan Antenatal (cakupan K4)
Adalah cakupan ibu hamil yang telah memperoleh pelayanan antenatal
sesuai dengan standar, paling sedikit 4 kali dengan distribusi waktu 1 kali
pada trimester ke 1, 1 kali pada trimester ke 2, dan 2 kali pada trimester ke 3
disuatu wilayah kerja pada kurun waktu tertentu.
3. Cakupan persalinan oleh tenaga kesehatan (Pn)
Adalah cakupan ibu bersalin yang mendapat pertolongan persalinan oleh
tenaga kesehatan yang memiliki kompetensi kebidanan, disuatu wilayah
kerja dalam kurun waktu tertentu.
4. Cakupan pelayanan nifas oleh tenaga kesehatan (KF3)
Adalah cakupan pelayanan kepada ibu pada masa 6 jam sampai dengan 42
hari pasca bersalinsesuai standar paling sedikit 3 kali dengan distribusi
waktu 6 jam s/d hari ke 3 (KF1), hari ke 4 s/d hari ke 28 (KF2) dan hari ke
29 s/d hari ke 42 (KF3) setelah bersalin disuatu wilayah kerja pada kurun
waktu tertentu.
5. Cakupan pelayanan Neonatus Pertama (KN-1)
Adalah cakupan neonatus yang mendapat pelayanan sesuai standar pada 6-
48 jam setelah lahir disuatu wilayah kerja pada kurun waktu tertentu.
6. Cakupan pelayanan Kesehatan Neonatus 0-28 hari (KN Lengkap)
Adalah cakupan neonatus yang mendapat pelayanan sesuai standar paling
sedikit tiga kali dengan distribusi waktu 1 kali pada 6-48 jam, 1 kali pada
hari ke 3 hari- ke 7 dan 1 kali pada hari ke 8 hari- ke 28 setelah lahir disuatu
wilayah kerja pada kurun waktu tertentu.
7. Deteksi faktor resiko dan komplikasi oleh Masyarakat
Adalah cakupan ibu hamil dengan faktor resiko atau faktor resiko yang
ditemukan oleh kaderatau dukun bayi atau masyarakat serta dirujuk ke
tenaga kesehatan disuatu wilayah kerja pada kurun waktu tertentu.
Masyarakat disini, bisa keluarga ataupun ibu hamil, bersalin, nifas.
8. Cakupan Penanganan Komplikasi Obstetri (PK)
Adalah cakupan ibu dengan komplikasi kebidanan disuatu wilayah kerja
pada kurun waktu tertentu yang ditangani secara definitif sesuai dengan
standar oleh tenaga kesehatan kompeten pada tingkat pelayanan dasar dan
rujukan. Penanganan definitif adalah penanganan/ pemberian tindakan
terakhir untuk menyelesaikan permasalahan setiap kasus komplikasi
kebidanan.
9. Cakupan Penanganan Komplikasi Neonatus
Adalah cakupan neonatus dengan komplikasi yang ditangani secara definitif
oleh tenaga kesehatan kompeten pada tingkat pelayanan dasar dan rujukan
disuatu wilayah kerja pada kurun waktu tertentu. Penanganan definitif
adalah pemberian tindakan akhir pada setiap kasus komplikasi neonatus
yang pelaporannya dihitung 1 kali pada masa neonatal. Kasus komplikasi
yang ditangani adalah seluruh kasus yang ditangani tanpa melihat hasilnya
hidup atau mati.
10. Cakupan pelayanan Kesehatan Bayi 29 hari 12 Bulan
(Kunjungan Bayi)
Adalah cakupan bayi yang mendapatkan pelayanan paripurna minimal 4 kali
yaitu 1 kali pada umur 29 hari 2 bulan, 1 kali pada umur 3-5 bulan. Dan satu
kali pada umur 6-8 bulan dan 1 kali pada umur 9-11 bulan sesuai standar
disuatu wilayah kerja pada kurun waktu tertentu.
11. Cakupan Pelayanan Anak Balita (12-29 bulan)
Adalah cakupan anak balita (12-59 bulan) yang memperoleh pelayanan
sesuai standar, meliputi pemantauan pertumbuhan minimal 8x setahun,
pemantauan perkembangan minimal 2x setahun, pemberian vitamin A 2 kali
setahun.
12. Cakupan Pelayanan Kesehatan Anak Balita Sakit yang dilayani dengan
MTBS
Adalah cakupan anak balita (umur12-59 bulan) yang berobat ke Puskesmas
dan mendapatkan pelayanan kesehatan sesuai standar (MTBS) disuatu
wilayah kerja pada kurun waktu tertentu.
13. Cakupan Peserta KB aktif (Contraceptive Prepalence Rate)
Adalah cakupan dari peserta KB yang baru dan lama yang masih aktif
menggunakan alat dan obat kontasepsi (alkon) dibandingkan dengan jumlah
pasangan usia subur disuatu wilayah kerja pada kurun waktu tertentu.
Indikator ini menunjukan jumlah peserta KB baru dan lama yang masih aktif
memakai alkon terus menerus hingga saat ini untuk menunda, menjarangkan
kehamilan atau yang mengakhiri kesuburan.
BAB II
STANDAR KETENANGAN
B. DISTRIBUSI KETENAGAAN
C. JADWAL KEGIATAN
Jadwal pelaksanaan kegiatan KIA KB disepakati dan disusun bersama
dengan sektor terkait dalam pertemuan lokakarya mini lintas sektoral tiap tiga
bulan sekali.
STANDAR FASILITAS
A. DENAH RUANG
B. STANDAR FASILITAS
1. Alat pemeriksaan kehamilan
a. Tensimeter dan stetoskop
b. Dopler
c. Pita lila dan mytelin
d. Hamer
e. Buku KIA
f. Kohort
g. Buku register kehamilan
h. Tempat tidur periksa
i. Timbangan dewasa
j. Meja instrumen/alat
k. Alat pengukur tinggi badan
2. Alat pelayanan KB
a. Baki logam tempat stril tertutup
b. IUD kit
c. Implant kit
d. Alat kontrasepsi : kondom, IUD, Implant, depo progestin, pil KB
e. Lembar balik pengambilan keputusan
3. Alat kit pemeriksaan anak
a. Timer
b. Termometer anak
c. Stetoskop dan tensimeter anak
d. Senter
e. Timbangan bayi
f. Bagan MTBS
g. Blangko MTBS
h. Kohort bayi
i. Form rujukan, inform concent, form laporan
j. Buku register bayi
4. Bahan habis pakai
a. Alkohol
b. Disposible 3cc
c. Kapas
d. Kain kassa steril
e. Lidi kapas steril
f. Chlorin
g. Masker
h. Betadine
i. Cairan DTT
j. Sarung tangan
5. Perlengkapan
a. Bantal
b. Celemek
c. Duk bolong
d. Safety box
e. Lemari alat
f. Mytelin
g. Alat pengukur lila
h. Sarung bantal dan selimut
i. Sikat untuk membersihkan peralatan
j. Tromol kapas
k. Tromol kasa steril
l. Bengkok kecil
BAB IV
d. Deteksi dini faktor resiko dan komplikasi kebidanan dan neonatus oleh
tenaga kesehatan maupun masyarakat.
Deteksi dini kehamilan dengan faktor risiko adalah kegiatan yang dilakukan
untuk menemukan ibu hamil yang mempunyai faktor risiko dan komplikasi
kebidanan. Kehamilan merupakan proses reproduksi yang normal, tetapi
tetap mempunyai risiko untuk terjadinya komplikasi. Oleh karenanya deteksi
dini oleh tenaga kesehatan dan masyarakat tentang adanya faktor risiko dan
komplikasi, serta penangann yang adekuat sedini mungkin, merupakan kunci
keberhasilan dalam penurunan angka kematian ibu dan bayi yang
dilahirkannya.
Faktor risiko pada ibu hamil adalah :
Sebagian besar kematian ibu dapat dicegah apabila mendapat yang adekuat di
fasilitas pelayanan kesehatan. Faktor waktu dan transportasi merupakan hal yang sangat
menentukan dalam merujuk kasus resiko tinggi. Oleh karenanya deteksi faktor resiko
pada ibu baik oleh tenaga kesehatan maupun masyarakat merupakan salah satu upaya
penting dalam mencegah kematian dan kesakitan ibu.
Faktor risiko pada neonatus adalah sama dengan faktor risiko pada ibu hamil. Ibu hamil
yang memiliki faktor risiko akan meningkatkan risiko terjadinya komplikasi pada
neonatus. Deteksi dini untuk komplikasi pada neonatus dengan melihat tanda tanda atau
gejala-gejala sebagai berikut :
1. Riwayat kejang
2. Bergerak jika hanya dirangsang/letargis
3. Frekwensi napas <=30 X/menit dan >=60 X/menit
4. Suhu tubuh <=35,5 C dan >=37,5 C
5. Tarikan dinding dada kedalam yang sangat kuat
6. Merintih
7. Ada pustul kulit
8. Nanah banyak dimata
9. pusar kemerahan meluas ke dinding perut
10. mata cengkung dan cubitan kulit perut kembali sangat lambat
11. timbul kuning dan atau tinja berwarna pucat
12. Berat badan menurut umur rendah dan atau ada masalah pemberian ASI
13. BBLR : Bayi Berat Badan Lahir Rendah <2500 gram
14. Kelainan kongenital seperti ada celah dibibir dan langit-langit
1. Prematuritas dan BBLR (Bayi Berat Badan Lahir Rendah <2500 gram)
2. Asfiksia
3. Infeksi bakteri
4. Kejang
5. Ikterus
6. Diare
7. Hipotermia
8. Tetanus neonatorum
9. Masalah pemberian ASI
10. Trauma lahir, sindroma gangguan pernapasan, kelainan kongenita, dll.
F. Penanganan komplikasi kebidanan
2. Pencatatan Data
Data yang diperoleh kemudian dicatat dan dikroscek dengan pencatatan
yang ada dikohort ibu hamil/ kohort bayi/ kohort balita.
3. Pelacakan sasaran
Minimal satu minggu setelah kematian, petugas mendatangi rumah
almarhum untuk mencari data mengenai riwayat kesakitan sampai dengan
kematian. data diperoleh melalui wawanacara dengan keluarga sasaran dan
data-data dari fasilitas kesehatan (hasil laborat, rontgen, surat kematian).
apabila data yang diperoleh dari keluarga belum lengkap, petugas
melanjutkan mencari data ke fasilitas kesehatan tempat almarhum dirawat.
4. Analisis Data
Dari data yang diperoleh dilakukan resume untuk mengetahui penyebab
kematian untuk selanjutnya bisa dijadikan pembelajaran.
D. Sasaran
1. Ibu hamil, bersalin, atau nifas yang meninggal dengan alamat wilayah
binaan Puskesmas Cikaro
2. Neonatal, bayi, atau balita yang meninggal dengan alamat wilayah
binaan Puskesmas Cikaro
II. PWS KIA (Pemantauan Wilayah Setempat Kesehatan Ibu dan
Anak)
PWS KIA merupakan alat manajemen untuk melakukan pemantauan
program KIA disuatu wilayah kerja secara terus menerus agar dapat
dilakukan tindak lanjut yang cepat dan tepat. Program KIA yang
dimaksud meliputi pelayanan ibu hamil, ibu bersalin, ibu nifas, ibu
dengan komplikasi kebidanan, keluarga berencana, bayi baru lahir, bayi
baru lahir dengan komplikasi, bayi dan balita. Dengan PWS KIA
diharapkan cakupan pelayanan dapat ditingkatkan dengan menjangkau
seluruh sasaran disuatu wilayah kerja.
A. Tujuan Umum dan Tujuan Khusus
1. Tujuan Umum
Terpantaunya cakupan dan mutu pealayanan KIA secara terus menereus
disetiap wilayah kerja.
2. Tujuan Khusus
a. Memantau pelayanan KIA secara individu melalui kohort
b. Memantau kemajuan pelayanan KIA dan cakupan indikator KIA
sacara teratur (bulanan) dan terus menerus.
c. Menilai kesenjangan pelayanan KIA terhadap standar pelayanan KIA
d. Menilai kesenjangan pelayanan pencapaian cakupan indikator KIA
terhadap target yang ditetapkan
e. Menentukan sasaran individu dan wilayah prioritas yang akan
ditangani secara intensif berdasarkan besarnya kesenjangan.
f. Merencanakan tindak lanjut dengan menggunakan sumber daya yang
teersedia dan yang potensial untuk digunakan
g. Meningkatkan peran aparat setempat dalam penggerakan sasaran dan
mobilisasi sumber daya
h. Meningkatkan peran serta dan kesadaran masyarakat untuk
memanfaatkan pelayanan KIA.
B. Kegiatan Pokok dan Rincian Kegiatan
Puskesmas melaksanakan kegiatan PWS KIA melalui pengumpulan,
pencatatan, pengolahan, analisis, penelusuran dan pemanfaatan data PWS
KIA. Termasuk dalam implementasi PWS KIA di Puskesmas adalah
pemanfaatan PWS KIA dalam Lokakarya Mini.
2. Tujuan Khusus
a. Terjadinya interaksi dan berbagi pengalaman antar peserta sesama ibu
hamil dan antar ibu hamil dengan fasilitator tentang kehamilan,
perubahan tubuh dan keluhan selama kehamilan, perawatan kehamilan,
persalinan, perawatan nifas, KB pascasalin, perawatan bayi baru lahir,
mitos/kepercayaan adat istiadat setempat, penyakit menular dan akte
kelahiran.
b. Meningkatkan pemahaman sikap dan perilaku ibu hamil tentang :
1. Kehamilan, perubahan tubuh dan keluhan (apakah kehamilan itu?
Perubahan tubuh selama kehamilan, keluhan umum saat hamil dan
cara mengatasinya, apa saja yang perlu dilakukan ibu hamil dan
pengaturan gizi termasuk pemberian tablet tambah darah untuk
penanggulangan anemia.
2. Perawatan kehamilan (kesiapan psikologis mengahadapi kehamilan,
hubungan suami istri selama kehamilan, obat yang boleh dan tidak
boleh dikonsumsi oleh ibu hamil, tanda bahaya kehamilan, dan P4K
(Perencanaan Persalinan dan Pencegahan Komplikasi).
3. Persalinan (tanda-tanda persalinan, tanda bahaya persalinan dan
proses persalinan).
4. Perawatan nifas (apa saja yang dilakukan ibu nifas agar dapat
menyusui eksklusif, bagaimana menjaga kesehatan ibu nifas, tanda-
tanda bahaya dan penyakit ibu nifas).
5. KB pascapersalinan.
6. Perawatan bayi baru lahir (perawatan bayi baru lahir, pemberian K1
injeksi, tanda bahaya bayi baru lahir, pengamatan perkembangan
bayi atau anak dan pemberian imunisasi pada bayi baru lahir).
7. Mitos/kepercayaan/adat istiadat setempat yang berkaitan dengan
kesehatan ibu dan anak.
8. Penyakit menular (IMS, informasi dasar HIV/AIDS dan pencegahan
serta penanganan malaria pada ibu hamil).
9. Akte kelahiran.
B. Kegiatan Pokok dan Rincian Kegiatan
Penyelenggara kelas ibu hamil di tingkat Puskesmas:
1. Kepala Puskesmas sebagai penanggung jawab dan mengkoordinir
pelaksanaan kelas ibu hamil diwilayah binaan
2. Bidan/tenaga kesehatan bertanggung jawab dalam pelaksanaan kelas ibu
hamil (Identifikasi calon peserta, koordinasi dengan stake holder,
fasilitasi pertemuan, monitoring, evaluasi dan pelaporan)
D. Sasaran
1. Bayi dan balita sasaran posyandu
2. Anak PAUD dan TK
KESELAMATAN KERJA
PENGENDALIAN MUTU
PENUTUP
Pedoman ini sebagai acuan bagi karyawan Puskesmas Cikaro dan lintas sektor terkait
dalam pelaksanaan dan pembinaan kegiatan KIA KB dengan tetap memperhatikan
prinsip proses pembelajaran dan manfaat.
Keberhasilan kegiatan KIA KB tergantung pada komitmen yang kuat dari semua pihak
dalam upaya meningkatkan kemandirian masyarakat dan peran serta aktif masyarakat
dalam bidang kesehatan.