Hari / Tanggal :
Target : Remaja
Tempat :
A. LATAR BELAKANG
Kesejahteraan masyarakat menurut United Nations Development Program
(UNDP) diukur dengan Indeks Pembangunan Manusia (IPM) atau Human
Development Index (HDI). IPM merupakan indikator komposit dari tiga indikator
sektor pembangunanyaitu pendidikan, kesehatan, dan ekonomi. Indikator kesehatan
dipergunakan untuk menentukan hidup sehat dan panjang umur, diukur dengan Angka
Harapan Hidup (AHH), dihitung dari Angka Kematian Bayi (AKB).
Status gizi masyarakat yang baik merupakan salah satu factor penentu
keberhasilan pembangunan kesehatan dan tidak terpisahkan dari pembangunan
nasional secara keseluruhan. Status gizi dan kesehatan yang rendah akan berdampak
pada tingginya angka kematian bayi, balita dan ibu. Ibu hamil yang menderita gizi
kurang, terutama Kurang Energi Kronis (KEK) berisiko melahirkan bayi dengan berat
badan rendah dan berdampak pada pertumbuhan dan perkembangan anak,
perkembangan intelektual serta produktivitas dikemudian hari.
Kekurangan Energi Kronis (KEK) adalah keadaan dimana remaja putriwanita
usiasuburmengalami kekurangan gizi (kalori dan protein) yang berlangsung lama atau
menahun. Dampak Kekurangan Energi Kronis adalah keadaan dimana remaja
putriwanitausiasubur mempunyai kecenderungan menderita KEK. Seseorang
dikatakan menderita risiko KEK bilamana LILA <23,5 cm. Pengukuran LILA pada
kelompok wanita usia subur (WUS) adalah salah satu cara deteksi dini yang mudah
dan dapat dilaksanakan oleh masyarakat awam, untuk mengetahui kelompok beresiko
kekurangan eneri kronis dibahas pengertian tujuan, amban batas, pelaksanaan serta
tindak lanjut pengukuran LILA. Sumber rujukan yang digunakan adalah pedoman
pengunaan alat ukur Lingkar Lengan Atas (LILA) pada wanita usia subur yang
dikeluarkan oleh Depkes 1994 (Supariasa, 2012). Hasil survey menunjukkan kejadian
KEK pada WUS sebesar 49,44% (Dinkes DIY, 2014). Berbagai penelitian telah
membuktikan bahwa masalah gizi merupakan masalah sepanjang umur, mulai dari
kehamilan sampai usia lanjut. Ibu hamil kurang gizi akan melahirkan bayi kurang
gizi. Tumbuh kembang dan dan status gizi janin dalam kandungan dipengaruhi oleh
status gizi ibu hamil (KEK). Ibu hamil yang kurang energi kronik akan berdampak
pada pertumbuhan janin dan berat bayi lahir. Oleh sebab itu dalam pencegahan dan
penanggulangan masalah gizi perlu strategi upaya pencegahandanperbaikangizi
sehingga dapat diperoleh hasil yang efektif dann efisien. Masalah gizi dapat dicegah
dengan menanamkan perilaku gizi sembang dan perilaku mulai dari masa remaja.
Remaja harus diperhatikan dan menjadi sasaran program perbaikan gizi. Para remaja
harus diberdayakan menjadi sasaran sekaligus pelaksana upaya perbaikan gizi
masyarakat.Masalah gizi pada dasarnya salah satu penyebab utamanya adalah faktor
perilaku di bidang gizi dan kesehatan yang salah. Perilaku masyarakat di didang gizi
dan kesehatan yang salah ini dilatarbelakangi oleh pendidikan dan pengetahuan.
Pencegahan masalah KEK pada ibu hamil dan WUS harus dimulai sejak usia remaja.
Upaya perbaikan gizi dapat dilaksanakan dengan strategi pemberdayaan
masyarakat. Masyarakat harus dilibatkan dalam perencanaan program perbaikan gizi.
Proses perencanaan program perbaikan melibatkan masyarakat sejak menyusun
rencana (perencanaan dari bawah). Perencanaan dari bawah (bottom-up) merupakan
pendekatan pembangunan yang memposisikan masyarakat sebagai subjek
pembangunan. Kelemahan perencanaan dari bawah (bottom up) adalah kurangnya
tingkat pengetahuan dan kesadaran masyarakat dalam mengidentifikasi masalah,
mengenal sumber daya dan potensi lokal serta cara pemecahan masalah. Diperlukan
adanya keseimbangan antara peran masyarakat dan pemerintah, masyarakat sebagai
objek sekaligus subjek pembangunan, sedangkan pemerintah berperan sebagai
fasilitator.
Dengan strategi pemberdayaan masyarakat upaya penanggulangan KEK
menjadi tanggung jawab bersama antara masyarakat, LSM, dan pemerintah. Program
pemberdayaan masyarakat untuk menanggulangi masalah gizi pada WUS memberi
peran lebih besar pada keluarga dan masyarakat sebagai pelaksana kegiatan.
Masyarakat diberdayakan dalam identifikasi masalah, mengenal potensi sumber daya
lokal, merencanakan, melaksanakan, memantau, dan menilai keberhasilan program
dengan difasilitasi oleh pemerintah desa. Oleh karena itu, perlu adanya program
penanggulangan masalah KEK berbasi pemberdayaan masyarakat
D. MATERI
1. Pengertian Kekurangan Energi Kronis
2. Pengukuran LILA
3. Ambang batas
4. Tanda dan penyebab
5. Cara Pencegahan KEK
E. METODE PENYULUHAN
1. Ceramah
2. Tanya Jawab
F. MEDIA
1. Hangout materi
2. Lembar balik
G. EVALUASI
1. Mengajukan pertanyaan lisan.
Apakah peserta mengetahui pengertian KEK?
Apakah peserta mengetahui cara mengetahui KEK?
Apakah peserta mengetahui ambang batas KEK?
Apakah peserta mengetahui tanda dan peyebab dari KEK?
Apakah peserta mengetahui pencegahan KEK?
Pendahuluan :
Memberi salam Membalas salam
pembuka dan
perkenalan diri
Menjelaskan tujuan Mendengarkan
1. Kontrak waktu Memberi respon 3 Menit
Penjelasan :
Pengertian Kekurangan
Energi Kronik
Pengukuran LILA
Ambang batas kategori
KEK Mendengarkan penjelasan
Dampak yang dengan seksama. 20 Menit
ditimbulkan
Cara Pencegahan KEK
2.
Penutup : Menanyakan hal
Tanya jawab yang kurang jelas
Menyimpulkan hasil Aktif mengikuti
penyuluhan diskusi dan tanya 15 Menit
Memberikan salam jawab
3. penutup Membalas salam
J. EVALUASI
1.Evaluasi Struktur
Terbentuk struktur-struktur acara
Yang bertugas menjadi bagian dari acara melaksanakan tugas dengan baik
2.Evaluasi Proses
Respon/tingkah laku peserta saat diberi pertanyaan: apakah diam atau
menjawab (benar atau kurang tepat).
Peserta antusias atau tidak dalam jalannya penyuluhan.
Peserta mengajukan pertanyaan atau tidak saat penyampaian materi sudah
selesai atau saat kurang memahami penjelasan.
3.Evaluasi Hasil
Peserta penyuluhan mampu menjawab pertanyaan – pertanyaan singkat dari
pemateri
Munculnya pertanyaan dari peserta penyuluhan jika ada hal yang kurang di
pahami
Ada keaktifan saat penyuluhan berlangsung
K. PENGORGANISASIAN
Pembawa acara :
Pembicara :
Observer :
Fasilitator :
Pembimbing :
L. MATERI
1. Pengertian KEK
Kekurangan Energi Kronis (KEK) adalah keadaan dimana remaja putri/wanita
mengalami kekurangan gizi (kalori dan protein) yang berlangsung lama atau
menahun. Dampak Kekurangan Energi Kronis adalah keadaan dimana remaja
putri/wanita mempunyai kecenderungan menderita KEK. Seseorang dikatakan
menderita risiko KEK bilamana LILA <23,5 cm.
KEK dapat diketahui secara fisik dan melalui pengukuran lingkar lengan atas
(LILA). Wanita yang dapat dikatakan mengalami KEK (Kurang Energi Kronis)
dapat dilihat melalui tanda-tanda berikut:
a. Badan terasa lemah, lemas, lesu, letih
b. Wajah pucat
c. Tampak kurus
d. Berat badan sulit bertambah
e. Ukuran lingkar lengan atas (LILA) kurang dari 23,5 cm
2. Pengukuran LILA
Pengukuran LILA adalah suatu cara untuk mengetahui resiko Kekurangan
Energi Kronik (KEK) wanita usia subur (WUS). Pengukuran LILA tidak dapat
digunakan untuk memantau perubahan status gizi dalam jangka pendek.
Pengukuran lingkar lengan atas tidak harus dilakukan oleh tenaga kesehatan karena
dengan mudah dapat dilakukan oleh kalangan awam atau masyarakat (Linda
Anggodo, 2989).
Pengukuran LILA pada kelompok WUS baik ibu hamil maupun calon ibu
merupakan salah satu cara deteksi dini yang mudah dan dapat dilaksanakan oleh
masyarakat untuk mengetahui kelompok beresiko KEK. KEK merupakan keadaan
dimana penderita kekurangan makanan yang berlangsung menahun (kronis) yang
mengakibatkan timbulnya gangguan kesehatan pada ibu.
3. Ambang Batas
Pengukuran LILA dengan menggunakan pita LILA dengan ketelitian 0,1 cm dan
ambang batas LILA WUS dengan resiko KEK di Indonesia adalah 23,5 cm.
Apabila kurang dari 23,5 cm, artinya wanita tersebut mempunyai resiko KEK, dan
diperkirakan akan melahirkan bayi dengan BBLR. BBLR mempunyai resiko
kematian, gizi kurang, gangguan pertumbuhan dan gangguan perkembangan anak.
Gambar pita LILA dapat dilihat pada gambar 1.
Gambar 1. Pita LILA
Adapun ambang batas LILA WUS dengan resiko KEK diIndonesia dapat
dilihat pada Tabel 2.
Hasil pengukuran LILA ada dua kemungkinan yaitu kurang dari 23,5 cm dan
diatas atau sama dengan 23,5 cm. Apabila hasil pengukuran <23,5 cm berarti risiko
KEK dan diberi anjuran antara lain:
a. Makan cukup, dengan pedoman umum gizi seimbang
b. Hidup sehat
c. Tunda kehamilan
d. Bila hamil segera dirujuk sedini mungkin diberi penyuluhan dan melaksanakan
anjuran
Apabila LILA ≥23,5 cm berarti tidak beresiko KEK dan diberi anjuran,
antara lain:
a. Pertahankan kondisi kesehatan
b. Hidup sehat
c. Bila hamil periksa kehamilan kepada petugas kesehatan.
4. Tanda-tanda dan penyebab KEK
a. Lingkar Lengan Atas sebelah kiri kurang dari 23,5
b. Kurang cekatan dalam bekerja
c. Sering terlihat lemah, letih, lesu dan lunglai
Penyebab:
a. Faktor ekonomi
b. Keinginan untuk kurus demi pekerjaan atau obsesi terhadap tubuh yang kurus
c. Faktor pola konsumsi, pola konsumsi dapat mempengaruhi status kesehatan
remaja putri, dimana pola konsumsi yang kurang baik dapat menimbulkan suatu
gangguan kesehatan atau penyakit pada remaja.
d. Faktor perilaku, kebiasaan merokok dan mengkonsumsi kafein. Kafein bukan
merupakan salah satu zat gizi yang dibutuhkan oleh tubuh, karena efek yang
ditimbulkan kafein lebih banyak yang negatif daripada positifnya. Salah satunya
adalah gangguan pencernaan. Dengan adanya gangguan pencernaan makanan
maka akan menghambat penyerapan zat-zat gizi yang dibutuhkan oleh tubuh.