Anda di halaman 1dari 2

JADILAH EGOIS

Posted on 01 June 2010 by novalramsis

*) Supardi Lee

Ketika anda berbuat baik kepada teman anda, siapa sebenarnya yang paling diuntungkan?
Anda atau teman anda? Menurut saya, anda lah yang paling diuntungkan. Jadi, perbuatan
baik itu justru untuk anda sebenarnya.

Ketika anda memaafkan siapapun yang menyakiti anda, siapa yang paling enak? Anda atau
yang menyakiti anda? Menurut saya, anda yang mendapat keenakan tertingginya. Jadi,
memaafkan sebenarnya adalah perbuatan baik anda untuk diri anda sendiri.

Ketika anda bekerja keras, sementara rekan kerja anda malas-malasan, siapa yang untung
sebenarnya? Anda!

Kenapa anda yang diuntungkan? Karena perbuatan baik itu anda yang melakukannya! Maka
manfaat terbesarnya anda yang menikmati, bukan orang lain.

Maka berbuat baik lah untuk kepentingan anda. Karena memang perbuatan baik itu akan
‘kembali’ pada yang melakukannya. Karena melakukan kebaikan, anda jadi orang baik.
Karena memaafkan, anda jadi pemaaf. Karena berprestasi tinggi dalam kerja, anda jadi
karyawan teladan. Atasan anda selalu tidak sabar mempromosikan anda ke posisi yang lebih
tinggi. Semua kondisi di atas benar-benar baik dan benar-benar anda inginkan bukan?

Maka jadilah egois. Jadilah pribadi yang mementingkan diri sendiri. Mementingkan kebaikan
untuk diri sendiri. Dengan makna egois seperti ini, maka anda akan lebih senang membagi
kue anda dengan orang lain, alih-alih menikmatinya sendiri. Kenapa? Karena berbagi itu jelas
lebih baik untuk anda daripada pelit, kan?

Egois yang keliru adalah mementingkan diri anda di sisi fisik/material. Egois yang tepat
adalah mementingkan diri anda di sisi jiwa/spiritual. Dengan makna egois seperti ini, anda
harus egois.

Katakan: “Saya berbuat baik (menolong, meminjami uang, memaafkan, mencintai, melayani,
mengajar, member solusi, bersabar, dsb) adalah hanya untuk saya. Bukan untuk anda koq”
Makna egois seperti ini membuat anda sadar, bahwa setiap kebaikan anda pada orang lain
benar-benar tidak memerlukan balasan dari siapapun. Kenapa? Karena ketika berbuat baik
itu, anda melakukannya untuk diri anda sendiri.

Anda tidak akan menghitung kebaikan anda pada orang lain. Kenapa? Karena memang pada
dasarnya kebaikan pada orang lain itu tidak ada! Lawong anda berbuat baik pada diri sendiri
koq, kenapa merasa punya jasa untuk orang lain? Dengan begitu, anda sedang mulai melalui
sebuah jalan hebat. Jalan yang bernama ikhlas.

Maka guru yang berhasil membuat muridnya lebih hebat dari dirinya tidak akan merasa
tersaingi, goyah dan bimbang. Sang guru sadar benar semua tindakan baiknya itu bukan
untuk muridnya, tapi untuk dirinya sendiri. Maka Dumbledore pun rela dibunuh oleh para
Death Eater. Ia tersenyum bahagia. Itulah puncak kebaikan untuk dirinya. Bukan untuk
muridnya Harry Potter. Bukan pula untuk sekolahnya Hogwart. Tapi untuk dirinya sendiri.

Kesadaran yang sama dimiliki para pahlawan. Mereka rela mengorbankan harta, raga dan
jiwanya. Mereka sadar benar semua pengorbanan itu untuk diri mereka sendiri. Maka ketika
mereka tak dikenang, tak dihormati, dan tak dikenal, mereka benar-benar tidak
mempedulikannya.

Makna egois yang benar ini pun membuat setiap orang berlomba-lomba melakukan kebaikan.
Berjuang dan berkorban tanpa ragu. Dengan makna egois seperti ini, kita akan iri atas
kebaikan yang dilakukan orang lain. Kita ingin melakukan kebaikan yang lebih baik lagi.
Minimal relatif sama.

Nah…
Jadilah egois!

Anda mungkin juga menyukai