Anda di halaman 1dari 2

TERUS MILIKI KEKURANGAN

Posted on 06 May 2010 by novalramsis

*) Supardi Lee

Hidupnya hebat. Hartanya melimpah ruah. Keluarganya harmonis. Perusahaannya maju


pesat. Teman-temannya baik dan setia. Karyawannya orang-orang pilihan. Rumahnya
nyaman tak terkira. Ibadahnya luar biasa. Amalnya di atas rata-rata. Popularitasnya
melegenda.

“Lalu apa lagi yang ia hendak raih?” Ah, pertanyaan ini menjadi susah untuk dijawab. Ia
benar-benar merasa seluruh aspek kehidupannya sudah berada di kualitas yang tertinggi.
Pertambahan materi sudah tak berarti lagi untuknya. Toh, ia dan keluarganya sangat nyaman
hidup dalam kesederhanaan. Hidupnya tak kekurangan sesuatu apapun.

Tapi, ternyata hidup tak ada kekurangan apapun justru menyiksanya luar biasa. Lebih
menyiksa dari hidupnya waktu kecil yang justru penuh dengan kekurangan. Karena penuh
dengan kekurangan itulah yang membuatnya ‘terbakar’. Darah mudanya bergolak. Otaknya
berputar keras. Hatinya penuh dengan kekuatan. Maka ia pun belajar dan bekerja keras luar
biasa. Siang dan malam tak ada bedanya. Tidur nya pun hanya sekerejapan mata. Itu pun tak
membuat energinya habis. Sebaliknya, energi itu terus bangkit dan membola salju. Segala
kekurangan yang ada pada diri dan keluarganya itu memicu dan memacunya.

Maka berbagai sukses dan prestasi pun diraihnya. Dari bidang akademik, bisnis, hobi,
pertemanan, sampai bidang keluarga dan spiritual. Semua aspek dalam hidupnya tak tercela.
Bukan hanya tak tercela, tapi gemilang. Kekurangan-kekurangan itu telah ia tutupi. Hinaan
telah ia jungkir balik-kan menjadi pujian dan kekaguman.

Tapi sekarang, ia berdiri disana. Jiwanya tersiksa. Berbagai pertanyaan menyerbunya. Dan
ada satu yang paling nyaring ia dengar : “Apa yang kurang pada diriku sampai merasa
tersiksa seperti ini?”
Saudara, menurut anda apa yang terjadi pada sosok di atas tadi? Mengapa ia bisa mengalami
hal seperti itu? Di tengah hidup yang luar biasa, ia justru merasa tersiksa. Bukankah hidupnya
sudah seimbang? Ia tak hanya mengejar dunia, ia juga mengejar akhirat. Kerjanya sehebat
ibadahnya. Ilmunya setinggi imannya. Apa yang terjadi?
Menurut saya, yang terjadi adalah terjadinya jarak antara dirinya dengan fithrahnya sebagai
manusia. Fithrah yang mana? Fithrah bahwa manusia adalah mahluk yang selalu punya
kekurangan. Perasaan bahwa ia sudah bisa menutupi semua kekurangan dirinya telah
mengelabuinya.

Kenapa manusia punya fithrah seperti itu? Agar hidupnya bisa terus maju dan berkembang.
Jadi kekurangan adalah sebuah anugerah luar biasa. Ia adalah pemungkin perbaikan dan
kemajuan. Maka miliki lah kekurangan. Lalu tutupi dengan sukses dan prestasi. Sampai
kapan? Sampai anda tak bernafas lagi. Bila anda sudah tak bisa lagi menemukan kekurangan
dalam diri anda, cari dan temukan kekurangan pada diri orang lain. Bantu mereka untuk
menutupi kekurangan-kekurangan mereka itu. Toh, pada hakikatnya anda adalah mereka.
Mereka adalah anda.

Maka di tengah berbagai kekurangan, anda justru akan menemukan kebahagiaan.

Anda mungkin juga menyukai