Anda di halaman 1dari 21

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Umum Mengenai LGBT

LGBT adalah singkatan dari lesbian, gay, biseksual, dan transgender.

Istilah tersebut digunakan pada tahun 1990 untuk menggantikan frasa

komunitas gay atau komunitas yang memiliki orientasi seks terhadap sesama

jenis khususnya laki-laki. Istilah LGBT sudah mewakili kelompok-kelompok

yang telah disebutkan seperti di atas. LGBT memiliki lambang berupa

bendera berwarna pelangi.

Menteri Kesehatan RI Nila Djuwita F Moeloek pernah menegaskan,

bahwa perilaku lesbian, gay, biseksual, dan transgender atau biasa yang

disingkat LGBT dari sisi kesehatan tidak dibenarkan dan bukan gangguan

kejiwaan melainkan masalah kejiwaan.

Menurut para ahli, transgender adalah masalah kelainan bentuk organ

reproduksi manusia atau meragukan antara organ wanita atau pria. Namun hal

tersebut tentunya seiring waktu dapat diketahui mana yang lebih dominan dan

seharusnya ada jalan keluar atau dapat teratasi.

Menurut survey CIA pada tahun 2015 jumlah populasi LGBT di Indonesia

adalah ke-5 terbesar di dunia setelah China, India, Eropa dan Amerika. Selain

itu, beberapa lembaga survey independen dalam maupun luar negeri

menyebutkan bahwa Indonesia memiliki 3% penduduk LGBT, ini berarti dari

250 juta penduduk 7,5 jutanya adalah LBGT, atau lebih sederhananya dari

100 orang yang berkumpul di suatu tempat 3 diantaranya adalah LGBT.

9
10

1. Faktor yang menjadi penyebab LGBT :

a. Faktor keluarga

Didikan yang diberikan oleh orang tua kepada anaknya memiliki

peranan yang penting bagi para anak untuk lebih cenderung menjadi

seorang anggota LGBT daripada hidup normal layaknya orang yang

lainnya.

1) Ketika seorang anak mendapatkan perlakuan yang kasar atau

perlakuan yang tidak baik lainnya, maka pada akhirnya kondisi

itu bisa menimbulkan kerenggangan hubungan keluarga serta

timbulnya rasa benci si anak pada orang tuanya. Sebagai contoh

adalah ketika seorang anak perempuan mendapatkan perlakuan

yang kasar atau tindak kekerasan lainnya dari ayah atau saudara

laki-lakinya yang lain, maka akibat dari trauma tersebut

nantinya anak perempuan tersebut bisa saja memiliki sifat atau

sikap benci terhadap semua laki-laki.

2) Akibat sikap orang tua yang terlalu mengidam-idamkan untuk

memiliki anak laki-laki atau perempuan, namun kenyataan yang

terjadi justru malah sebaliknya. Kondisi seperti ini bisa

membuat anak akan cenderung bersikap seperti apa yang

diidamkan oleh orang tuanya.

3) Orang tua yang terlalu mengekang anak juga bisa malah

menjerumuskan anak pada pilihan hidup yang salah.

4) Kurangnya didikan perihal agama dan masalah seksual dari

orang tua kepada anak-anaknya. Orang tua sering beranggapan


11

bahwa membicarakan masalah yang menyangkut seksual

dengan anak-anak mereka adalah suatu hal yang tabu, padahal

hal itu justru bisa mendidik anak agar bisa mengetahui perihal

seks yang benar.

b. Faktor Lingkungan dan pergaulan

Lingkungan serta kebiasaan seseorang dalam bergaul disinyalir

telah menjadi faktor penyebab yang paling dominan terhadap

keputusan seseorang untuk menjadi bagian dari komunitas LGBT.

beberapa point terkait dengan faktor ini adalah :

1) Seorang anak yang dalam lingkungan keluarganya kurang

mendapatkan kasih sayang, perhatian, serta pendidikan baik

masalah agama, seksual, maupun pendidikan lainnya sejak dini

bisa terjerumus dalam pergaulan yang tidak semestinya. Di saat

anak tersebut mulai asik dalam pergaulannya, maka ia akan

beranggapan bahwa teman yang berada di dekatnya bisa lebih

mengerti, menyayangi, serta memberikan perhatian yang lebih

padanya. Dan tanpa ia sadari, teman tersebut justru

membawanya ke dalam kehidupan yang tidak benar, seperti

narkoba, miras, perilaku seks bebas, serta perilaku seks yang

menyimpang (LGBT).

2) Masuknya budaya-budaya yang berasal dari luar negeri mau

tidak mau telah dapat mengubah pola pikir sebagian besar

masyarakat kita dan pada akhirnya terjadilah pergeseran norma-

norma susila yang dianut oleh sebagian masyarakat. sebagai


12

contoh adalah perilaku seks yang menyimpang seperti seks

bebas maupun seks dengan sesama jenis atau yang lebih dikenal

dengan istilah LGBT.

c. Faktor genetik

Dari beberapa hasil penelitian telah menunjukkan bahwa salah

satu faktor pendorong terjadinya homoseksual, lesbian, atau perilaku

seks yang menyimpang lainnya bisa berasal dari dalam tubuh si

pelaku yang sifatnya bisa menurun dari anggota keluarga terdahulu.

ada beberapa hal yang perlu Anda ketahui terkait masalah ini,

seperti:

1) Dalam dunia kesehatan, pada umumnya seorang laki-laki

normal memiliki kromosom XY dalam tubuhnya, sedangkan

wanita yang normal kromosomnya adalah XX. Akan tetapi

dalam beberapa kasus ditemukan bahwa seorang pria bisa saja

memiliki jenis kromosom XXY, ini artinya bahwa laki-laki

tersebut memiliki kelebihan satu kromosom. Akibatnya, lelaki

tersebut bisa memiliki berperilaku yang agak mirip dengan

perilaku perempuan.

2) Keberadaan hormon testosteron dalam tubuh manusia memiliki

andil yang besar terhadap perilaku LGBT. Seseorang yang

memiliki kadar hormon testosteron yang rendah dalam

tubuhnya, maka bisa mengakibatkan antara lain berpengaruh

terhadap perubahan perilakunya, seperti perilaku laki-laki

menjadi mirip dengan perilaku perempuan.


13

d. Faktor akhlak dan moral

Faktor moral dan akhlak yang dimiliki seseorang juga memiliki

pengaruh yang besar terhadap perilaku LGBT yang dianggap

menyimpang. Ada beberapa hal yang dapat berpengaruh pada

perubahan akhlak dan moral yang dimiliki manusia yang pada

akhgirnya akan menjerumuskan manusia tersebut kepada perilaku

yang menyimpang seperti LGBT, yaitu :

1) Iman yang lemah dan rapuh. Ketika seseorang memiliki tingkat

keimanan yang lemah dan rapuh, besar kemungkinan kondisi

tersebut akan membuatnya lemah dalam hal mengendalikan

hawa nafsu. Kita tahu bahwa iman adalah benteng yang paling

efektif dalam diri seseorang untuk menghindari terjadinya

perilaku seksual yang menyimpang. Jadi dengan lemahnya

iman, maka kekuatan seseorang untuk dapat mengendalikan

hawa nafsunya akan semakin kecil, dan itu nantinya bisa

menjerumuskan orang itu pada perilaku yang menyimpang,

salah satunya dalam hal seks.

2) Semakin banyaknya rangsangan seksual. Banyak contoh yang

bisa diambil sebagai pemicu rangsangan seksual seseorang.

Misalnya semakin maraknya VCD porno, majalah porno, atau

video-video lain yang bisa di akses melalui internet.

e. Faktor Pendidikan dan pengetahuan tentang agama

Faktor internal lainnya yang menjadi penyebab kemunculan

perilaku seks menyimpang seperti kemunculan LGBT adalah


14

pengetahuan serta pemahaman seseorang tentang agama yang masih

sangat minim. Di atas dikatakan bahwa agama atau keimanan

merupakan benteng yang paling efektif dalam mengendalikan hawa

nafsu serta dapat mendidik kita untuk bisa membedakan mana yang

baik dan mana yang tidak baik. Untuk itulah, sangat perlu

ditanamkan pengetahuan serta pemahaman agama terhadap anak-

anak sejak usia dini untuk membentuk akal, akhlak, serta

kepribadian mereka.

2. Dampak negative dari LGBT

Timbulnya fenomena LGBT mau tidak mau telah berdampak pada

kesehatan diri si pelaku, di mana perilaku tersebut bisa menyebabkan

berbagai jenis infeksi penyakit yang berbahaya, Prof. DR. Abdul Hamid

Al-Qudah, dia adalah seorang spesialis penyakit kelamin menular dan

AIDS di asosiasi kedokteran Islam dunia (FIMA). DR. Abdul Hamid El-

Qudah menulis sebuah buku yang cukup menarik, yang judulnya Kaum

Luth Masa Kini. Pada hal 65-71 dari buku tersebut dijelaskan tentang

bahaya yang ditimbulkan dari LGBT bagi kesehatan. Efek buruk yang

ditimbulkan yaitu bahwa 78% pelaku homo seksual terjangkit penyakit

kelamin menular. Kemudian dari penelitian yang dilakukan Cancer

Research di Inggris, mendapatkan sebuah hasil bahwa homoseksual lebih

rentan terkena kanker. Penelitian yang dilakukan selama tahun 2001,

2003, dan 2005, yang penelitian tersebut dengan 1.493 pria dan 918

wanita mengaku sebagai gay dan lesbian. Ada sebanyak 1.116 wanita

mengaku berorientasi biseksual. Dan hasil akhiir penelitian bahwa gay


15

dapat dua kali lebih tinggi terkena resiko kanker apabila dibandingkan

pria heteroseksual (normal). Terdapat beberapa jenis kanker yang rentan

akan dialami oleh para pelaku LGBT. Berikut di bawah ini beberapa

penjelasan dari bahaya LGBT bagi kesehatan:

a. Kanker anal (dubur)

Kemungkinan besarnya pelaku gay terkena kanker karena virus

HPV (Human Papillomavirus). Dimana kemunculannya tersebut

ditularkan dengan melakukan hubungan seksual seperti itu, yang

akhitnya menjadi penyebab tubuh terkena kanker anal. Kalau

diperhatikan bahwa cara hubungan seksual dari pelaku gay yaitu

melakukan seks anal, sehingga pelaku gay ini sangat berisiko tinggi

terkena kanker anal. Adapun kasus kanker anal yang terbanyak

terjadi ditemukan pada pria gay yang juga positif terkena virus HIV.

Dan tingkat kedua terbanyak pasien kanker anal yaitu pria gay yang

tidak terjangkiti virus HIV. Sehingga penyakit kanker anal ini dapat

dikatakan dimonopoli oleh pelaku gay ini. Resiko tinggi tubuh

terkena kanker anal juga berlaku pada pasangan normal yang

melakukan hubungan seks anal, sehingga bentuk hubungan seperti

itu perlu dihindari.

b. Kanker mulut

Umumunya diketahui bahwa penderita kanker mulut kebanyakan

adalah para perokok, dan dari perjalanan dari waktu ke waktu,

muncul hal yang ajaib tentang pelonjakan jumlah kanker mulut

hingga 225%, yaag terjadi pada tahun 1974. Dari informasi di situs
16

Dallasvoice.com, dilakukan sebuah studi di New England Journal of

Medicine, dan hasil penelitian yang dilakukan tersebut menemukan

kesimpulan bahwa rokok bukanlah satu-satunya yang menjadi

penyebab kanker mulut. Bahkan pihak yang berisiko paling tinggi

terkena kanker mulut yaitu mereka yang melakukan oral seks dengan

enam atau lebih dari partner seks yang berbeda-beda. Sehingga

dapat dibayangkan apabila oral seks dilakukan oleh para gay

bersamaan dengan banyak partner yang berbeda-beda. Dapat ditebak

bahwa kebiasaan “mengerikan” seperti ini jadinya membuat tubuh

sangat berisiko tinggi terkena kanker mulut. Masalah ini ditambah

lagi dengan para gay yang terkena virus HIV, dimana seperti

diketahui bahwa virus ini mengakibatkan sistem imun tubuh

menurun drastis. Saat seorang gay terkena virus HIV, maka akan

menghadapi bahaya besar berupa risiko yang sangat tinggi terkena

kanker.

c. Meningitis (Radang selaput otak)

Sebuah penggalan tulisan di DetikHealth yang cukup menarik yaitu

"New York Diserang Wabah Radang Otak karena Hubungan Seks

Sembarangan". Meningitis sebenarnya bisa disebabkan dari

beberapa penyebab, seperti karena terjadinya infeksi

mikroorganisme, masalah peradangan tubuh, kanker dan penggunan

obat-obatan yang salah. Dan dari tulisan di DetikHealth itu

disebutkan bahwa New York dihebohkan dengan mewabahnya

penyakit meningitis akibat penularan dari hubungan seksual, yang ini


17

teutama ditunjukan bagi pelaku LGBT yang melakukan hubungan

sesama jenis. Adapun bakteri meningitis mengakibatkan terjadinya

infeksi pada membran selaput otak, yang tanda-tanda awalnya yaitu

berupa mutah-muntah, demam, sakit kepala, leher terasa kaku,

hingga juga muncul ruam yang biasanya muncul 10 hari setelah

tubuh terkena infeksi tersebut. Dan penyakit radang selaput otak

apabila tidak segera diobati, bisa mengakibatkan terjadinya masalah

sangat buruk yaitu kerusakan otak, yang akhirnya bisa

menghantarkan seseorang pada kematiannya.

d. Kanker pada lesbian

Sebuah penelitian yang dilakukan di Cancer Support Community,

memperoleh hasil penelitian bahwa para lesbian mempunyai kualitas

kesehatan yang lebih rendah dibandingkan dengan wanita yang

heteroseksual. Itu termasuk ketika berjuang melawan penyakit

kanker yang dideritanya.

Wanita lesbian punya masalah dari kemampuan ketahanan tubuh

yang lemah untuk menghadapi kanker.

e. HIV/AIDS

Virus HIV ini umumnya oleh orang-orang dikaitkan dengan

masalah hubungan seksual bebas, termasuk sering berganti

pasangan. Dan kaum gay ini punya resiko tinggi mendapatkan

penyakit AIDS, yang penyakit virus ini membuat tubuh kehilangan

kemampuan dalam mepertahankan dirinya.


18

Di Indonesia, kasus penyebaran virus HIV mulai dari sejak

pertama kali ditemukan pada tahun 1987 di Bali hingga bulan

Desember 2013 telah tercatat sekitar 368 daerah telah menjadi

tempat penyebaran virus tersebut. Dan salah satu media penyebaran

virus berbahaya ini adalah melalui hubungan seks. Jadi ketika

seseorang yang belum terjangkit virus HIV lalu ia melakukan

hubungan seks dengan orang yang telah mengidap virus HIV tanpa

menggunakan alat pelindung seperti kondom, maka penularan virus

HIV tersebut besar kemungkinan akan terjadi.

f. Penyakit kelamin berbahaya

Kemunculan berbagai jenis penyakit kelamin menular yang

disebabkan baik itu oleh bakteri maupun virus merupakan salah satu

dampak buruk dari kebiasaan LGBT. berikut ini beberapa jenis

penyakit tersebut :

1) Sifilis (raja singa), yaitu penyakit seksual yang disebabkan oleh

adanya infeksi bakteri treponema pallidum. Jika tidak ditangani,

penyakit ini bisa menyebabkan kelumpuhan, demensia,

kebutaan, masalah pendengaran, impotensi, hingga kematian.

2) Gonore (kencing nanah), yaitu penyakit seksual menular yang

disebabkan oleh infeksi bakteri Neisseria gonorrhoeae. Dampak

dari penyakit ini bisa dirasakan oleh beberapa daerah dalam

tubuh kita seperti rektum, mata, atau tenggorokan.

3) Chlamydia, yaitu penyakit seksual yang disebabkan oleh infeksi

bakteri Klamidia trachomatis. Meskipun dalam beberapa kasus


19

pasien tidak mengalami gejala apapun, akan tetapi penyakit ini

juga bisa berpengaruh pada organ tubuh seperti mata, rektum,

serta tenggorokan.

4) Kutil kelamin, yaitu penyakit kelamin yang disebabkan oleh

infeksi virus HPV (human papillomavirus) yang menyebabkan

kemunculan kutil di sekitar alat kelamin atau area dubur.

Mereka yang terinfeksi virus HPV bisa berpotensi terkena

penyakit berbahaya seperti kanker serviks, kanker penis, serta

kanker rektum.

5) Herpes Genital, yaitu sejenis penyakit kelamin yang disebabkan

oleh infeksi virus herpes simpleks (HSV) yang menyebabkan

timbulnya luka melepuh berwarna kemerahan yang disertai

dengan timbulnya rasa sakit di area genital.

g. Mengganggu reproduksi

Perilaku LGBT juga bisa berakibat pada reproduksi si pelaku.

Mereka yang gemar melakukan kegiatan seks yang menyimpang

bisa mengalami gangguan peranakan (reproduksi). Bagi pelaku

homoseksual, kondisi ini bisa menyebabkan berbagai sumber utama

pengeluaran mani menjadi semakin melemah. Selain itu, kondisi ini

akan dapat menimbulkan gangguan pada produksi sperma yang

dihasilkan pada testis, di mana sperma bisa terbunuh dan pada

akhirnya akan menyebabkan kemandulan.


20

h. Dari Segi Sosiologi

Kebiasaan perilaku LGBT selain dapat menyebabkan masalah

pada kesehatan juga dapat berakibat pada kehidupan sosial, yaitu

dapat mengikis keharmonisan hidup yang tumbuh di masyarakat

serta semakin meningkatkan angka tindak kemaksiatan yang pada

akhirnya sulit untuk dikendalikan.

i. Dari segi psikologis

Kebiasaan LGBT juga berdampak buruk bagi kondisi psikologis

atau kejiwaan seseorang serta dapat memberikan efek yang begitu

kuat pada syaraf si pelaku. Seorang yang dikategorikan LGBT bisa

memiliki kepercayaan bahwa dirinya bukanlah seorang lelaki atau

pun perempuan yang sejati. Kondisi tersebut tentu akan berdampak

pada timbulnya rasa khawatir terhadap identitas diri serta

seksualitasnya. Mereka itu akan lebih cenderung memilih bersama

dengan orang yang berkepribadian sejenis dengannya. Kebiasaan

tersebut akan mempengaruhi akal pelaku, dan akhirnya ia akan

menjadi seorang yang pemurung. Mereka yang memiliki kebiasaan

seks menyimpang seperti homoseksual akan selalu merasa tidak puas

dengan pelampiasan hawa nafsunya.

j. Dari segi hubungan kekeluargaan.

Kebiasaan LGBT juga bisa mengganggu bahkan merusak

hubungan keluarga. Ketiak salah satu dari anggota keluarga memiliki

kebiasaan seks yang menyimpang, maka kondisi tersebut tentu akan

dapat menyebabkan berbagai hal, seperti :


21

1) Timbulnya kekecewaan dan rasa malu dari anggota keluarga

yang lainnya yang pada akhirnya timbullah pertikaian di antara

sesama anggota keluarga.

2) Menimbulnya tekanan mental pada anggota keluarga lainnya.

Ketika seorang anak tinggal di antara keluarga yang di dalamnya

terdapat pertikaian, maka hal itu akan dapat memberikan

tekanan mental padanya, sehingga kondisi kejiwaan anak

tersebut akan ikut terpengaruh.

3) Dapat meningkatkan angka perceraian.

k. Dari segi Keamanan

Kebiasaan LGBT juga berdampak buruk bagi sistem keamanan

di suatu wilayah, seperti semakin meningkatnya angka pelecehan

seksual yang terjadi pada anak-anak.

B. Tinjauan Umum Respon

Respon terdiri dari 3 ranah yaitu kognitif, afektif dan psikomotor. Ketiga

domain ini diukur dari pengetahuan, sikap dan praktik atau tindakan yang

dilakukan. Pengetahuan menimbulkan respon dalam bentuk sikap dan

akhirnya respon berupa tindakan (Rhomadona, 2012).

A. Pengetahuan

Pengetahuan adalah hasil dari informasi yang kemudian

diperhatikan, dimengerti, dan diingat. Informasi dapat bermacam-macam

bentuknya, baik pendidikan fomal maupun informal, seperti membaca

surat kabar, mendengar radio, menonton TV, percakapan sehari-hari, dan


22

pengalaman hidup lainnya. Pengetahuan berupa segala sesuatu yang

diketahui dan berkenaan dengan hasil. Pengetahuan merupakan hasil

setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu,

penginderaan terjadi melalui paca indera manusia, yaitu penglihatan,

pendengaran, penciuman, rasa, dan raba. Sebagian besar pengetahuan

manusia diperoleh melalui mata dan telinga (Notoatmodjo, 2010).

Menurut Notoatmodjo (2011) ada 6 tingkatan pengetahuan, yaitu :

a. Tahu (know)

Tahu dapat diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah

dipelajari sebelumnya. Termasuk juga mengingat kembali suatu

yang spesifik dari seluruh bahan yang di pelajari atau rangsangan

yang telah diterima dengan cara menyebutkan, menguraikan,

mendefinisikan, dan sebagainya.

b. Memahami (Comprehention)

Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menjelaskan

secara benar tentang objek yang diketahui dan dpat

menginterprestasikan materi tersebut secara benar.

c. Aplikasi (Application)

Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi

yang telah dipelajari pada situasi sebenarnya. Aplikasi dapat

diartikan sebagai penggunaan hukum, rumus, metode, prinsip dan

sebagainya.

d. Analisis (Analysis)
23

Analisis merupakan suatu kemampuan untuk menjabarkan suatu

materi kedalam komponen – komponen, tetapi masih didalam

struktur organisasi tersebut yang masih ada kaitannya antara satu

dengan yang lain dapat ditunjukan dengan menggambarkan,

membedakan, mengelompokkan, dan sebagainya.

e. Sintesis (Synthesis)

Sintesis merupakan suatu kemampuan untuk meletakkan atau

menghubungkan bagian – bagian didalam suatu bentuk keseluruhan

yang baru dengan dapat menyusun formulasi yang baru.

f. Evaluasi (Evaluation)

Berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan penilaian terhadap

suatu materi penelitian didasarkan pada suatu kriteria yang

ditentukan sendiri atau kriteria yang sudah ada. Pengetahuan diukur

dengan wawancara atau angket tentang materi yang akan di ukur dari

objek penelitian.

Pengukuran Pengetahuan dibagi menjadi 3 (tiga) katagori sebagai

berikut: (Nursallam, 2008).

a. Tinggi : Jika jawaban benar ≥ 76 -100%

b. Sedang : Jika jawaban benar 56 – 75 %

c. Rendah : Jika jawaban benar ≤ 55 %

B. Sikap

Sikap adalah kecenderungan, pandangan, pendapat atau pendirian

seseorang untuk menilai suatu objek atau persoalan dan bertindak sesuai
24

dengan penilaiannya dengan menyadari perasaan positif dan negatif dalam

menghadapi suatu objek (Azwar, 2010).

Sikap terdiri dari berbagai tingkatan, yaitu :

a. Menerima (receiving)

Menerima diartikan bahwa orang (subyek) mau dan memperhatikan

stimulus yang diberikan (obyek).

b. Merespon (responding)

Memberikan jawaban apabila ditanya, mengerjakan tugas yang

diberikan adalah suatu indikasi sikap karena dengan suatu usaha untuk

menjawab pertanyaan atau mengerjakan tugas yang diberikan.

Terlepas dari pekerjaan itu benar atau salah adalah berarti orang

tersebut menerima ide itu.

c. Menghargai (valuing)

Mengajak orang lain untuk mengerjakan atau mendiskusikan dengan

orang lain terhadap suatu masalah adalah suati indikasi sikap tingkat

tiga.

d. Bertanggung jawab (responsible)

Bertanggung jawab atas segala sesuatu yang telah dipilihnya dengan

segala resiko adalah mempunyai sikap yang paling tinggi

(notoatmodjo, 2010).

C. Tindakan

Menurut norkasiaani (2009) tindakan disebabkan oleh beberapa faktor

seperti faktor predisposisi yaitu sikap keyakianan, nilai, motivasi, dan

pengetahuan. Suatu sikap belum tentu otomatis terwujud dalam suatu


25

tindakan. Untuk mewujudkan sikap menjadi suatu perbuatan yang nyata

diperlukan faktor pendukung atau suatu kondisi yang memungkinkan,

antara lain fasilitas dan sarana prasarana.

a. Persepsi (persection)

Mengenal dan memilih berbagai objek sehubungan dengan tindakan

yang akan diambil adalah merupakan praktik tingkatan pertama.

Misalnya, seseorang siswa remaja dapat memilih lingkungan

pertemanan yang menurutnya baik untuk dijadikan teman sebaya.

b. Responsi terpimpin (guide response)

Dapat melakukan sesuatu sesuai dengan urutan yang benar dan sesuai

dengan contoh adalah merupakan indikator praktik tingkat dua.

Misalnya, seseorang remaja dapat bergaul dengan benar kepada

temannya tanpa terpengaruh dengan hal-hal negatif.

c. Mekanisme (mechanism)

Apabila seseorang telah dapat melakukan sesuatu dengan benar secara

otomatis, atau sesuatu itu sudah merupakan kebiasaan, maka ia sudah

mencapai praktik tingkat tiga. Misalnya, seseorang remaja yang

perduli serta memberikan nasehat kepada teman sebayanya yang

memiliki perilaku menyimpang.

d. Adopsi (Adoption)

Adaptasi adalah suatu praktik atau tindakan yang sudah berkembang

dengan baik. Artinya tindakan itu sudah dimodifikasikannya tanpa

mengurangi kebenaran tindakan tersebut. Misalnya, seorang remaja

dapat memberikan nasehat kepada temannya dengan cara yang


26

sederhana namun mudah dimengerti dan diterima tanpa adanya pihak

yang tersinggung (Notoatmodjo, 2010).

Cara ukur tindakan dengan menggunakan kuesioner yang berisi 10

pertanyaan dengan ketentuan :

1) Favorable (+)

a) Skor 1 bila jawaban STS

b) Skor 2 bila jawaban TS

c) Skor 3 bila jawaban S

d) Skor 4 bila jawaban SS

2) Unfavorable (-)

a) Skor 4 bila jawaban STS

b) Skor 3 bila jawaban TS

c) Skor 2 bila jawaban S

d) Skor 1 bila jawaban SS. (Azwar, 2009, pp: 97-99)

C. Tinjauan Umum Mengenai Siswa

1. Pengertian siswa

Menurut Sarwono, 2007 Siswa merupakan setiap orang yang

secara resmi terdaftar untuk mengikuti pelajaran di dunia pendidikan.

Sedangkan Menurut Tokoh Abu Ahmadi Yang juga menuliskan

pengertian peserta didik atau siswa ialah orang yang belum mencapai

dewasa yang membutuhkan usaha, bantuan bimbingan dari orang lain

yang telah dewasa guna melaksanakan tugas sebagai salah satu makhluk

tuhan, sebagai umat manusia sebagai warga negara yang baik dan sebagai
27

salah satu masyarakat serta sebagai suatu pribadi atau individu. Pelajar

SMA umumnya berusia 16-18 tahun yang dinilai memasuki usia remaja.

2. Karakteristik Remaja SMA/MAN/SLTA

Pelajar SMA umumnya berusia 16-18 tahun yang dinilai memasuki usia

remaja. WHO (World Health Organization), mendefinisikan masa

remaja merupakan periode perkembangan antara pubertas, peralihan

biologis masa anak-anak dan masa dewasa, yaitu antara umur 10-20

tahun.

D. Respon terhadap LGBT

Indonesia masih menjadi negara yang belum ramah terhadap

homoseksualitas. Anggapan dari masyarakat homoseksualitas adalah sesuatu

yang salah dan menakutkan atau dikatakan sebagai homophobia. Weinberg

mengartikan homophobia sebagai ketakutan terhadap homoseksual dan

bentuk-bentuk lain yang menunjukan keintiman dua jenis kelamin yang sama

(Oetomo, 2001).

Masih sedikit sekali masyarakat yang dapat menerima keberadaan waria.

Didalam Sosiologi disebutkan bahwa waria adalah suatu transgender, dimana

dari sikap atau perilaku maskulin merubah dirinya ke feminin dalam

menjalani kehidupan sehari-harinya, tanpa harus melakukan perubahan-

perubahan yang mendasar pada kondisi fisiknya, termasuk melakukan

operasi. Dikarenakan ketakutan masyarakat terhadap transgender, hal ini

menyebabkan kehidupan transgender menjadi lebih terbatas dalam peran

dimasyarakat. Pandangan masyarakat yang negatif terhadap transgender dan


28

sungkan untuk bergaul dengan mereka membuat transgender terkesan

eksklusif, sehingga muncullah stereotif dari masyarakat (PKBI, 2013).

E. Kerangka Teori

LGBT

Faktor Penyebab LGBT : Dampak negatif LGBT


1. Fakor keluarga
2. Faktor lingkungan & pergaulan 1. bagi kesehatan
3. Faktor genetik 2. Dari segi sosiologi
4. Faktor akhlak & moral 3. Dari segi psikologi
5. Faktor pendidikan dan 4. Dari segi hubungan kekeluargaan
pengetahuan tentang agama 5. Dari segi keamanan

Respon Remaja/Siswa Terhadap


LGBT :
Pengetahuan
Sikap
Tindakan

Bagan 2.1 Kerangka Teori

Anda mungkin juga menyukai