Anda di halaman 1dari 8

BAB I

PENDAHULAN

A. Latar Belakang

Menurut WHO tahun 2006 yang disebut remaja adalah mereka yang

berada pada tahap transisi antara masa kanak-kanak dan dewasa, batasan usia

remaja adalah 12 sampai 24 tahun. Menurut Menteri Kesehatan RI tahun

2010, batas usia remaja adalah antara 10 sampai 19 tahun dan belum

kawin.Masa remaja adalah masa transisi yang ditandai oleh adanya perubahan

fisik, emosi dan psikis. Masa remaja adalah suatu periode masa pematangan

organ reproduksi manusia, dan sering disebut masa pubertas. Masa remaja

adalah periode peralihan dari masa anak ke masa dewasa (Widyastuti, dkk,

2009).

Pubertas (puberty) ialah suatu periode di mana kematangan kerangka dan

seksual terjadi secara pesat terutama pada awal masa remaja. Akan tetapi,

pubertas bukanlah suatu peristiwa tunggal yang tiba-tiba terjadi. Pubertas

adalah bagian dari suatu proses yang terjadi berangsur-angsur (gradual)

(Santrock, 2002).

American Psyciatric Association (APA) menyatakan bahwa orientasi

seksual akan terus berkembang sepanjang hidup seseorang. Orientasi seksual

dibagi menjadi tiga berdasarkan dorongan atau hasrat seksual dan emosional

yang bersifat ketertarikan romantis pada suatu jenis kelamin sama. Orientasi

seksual merupakan ketertarikan yang muncul pada seseorang dengan jenis

kelamin tertentu dan dilandasi perasaan emosional, fisik, seksual, dan cinta.

1
2

Jika diuraikan menurut hurufnya LGBT adalah Lesbian merupakan gangguan

seksual yang menyimpang dimana wanita tertarik pada wanita lainnya begitu

juga dengan Gay merupakan perilaku menyimpang seksual dimana laki-laki

tertarik dengan sesama laki-laki. Gay juga disebut dengan homoseksual

sedangkan Biseksual merupakan perilaku menyimpang dimana seseorang

menyukai dua gender sekaligus dan Transgender merupakan perubahan alat

kelamin.

Pada ajaran Agama Islam LGBT itu dikenal didalam 2 buah istilah yaitu

Liwath (gay), Sihaaq (lesbian), Di dalam Firman Allah bahwa: “ Maka

tatkala datang azab kami, kami jadikan negeri kaum Luth itu yang diatas ke

bawah (kami balikkan dan kami hujani mereka dengan batu dari tanah yang

terbakar dengan bertubi-tubi, yang diberi tanda oleh Tuhanmmu, dan siksaan

itu tiadalah jauh dari orang-orang yang zalim”(Qs. Al-Hud: 82-83)

Di dalam Al-Kitab secara tegas menunjukkan bahwa homoseksualitas

adalah dosa dan kekejian di mata Yesus. “Janganlah engkau tidur dengan

laki-laki secara orang bersetubuh dengan perempuan, karena itu suatu

kekejian”. (Imamat 18:22)

Jumlah hubungan sesama jenis di Indonesia, sesuai data Kemenkes tahun

2012, ada 1,095,970 pria yang hidup dengan perilaku seks sesama pria (LSL

atau Lelaki Seks dengan Lelaki). Ini angka lima tahun yang lalu. Hampir pasti

sudah bertambah ratusan ribu lagi. Perkiraan lain menyebutkan jumlah kaum

gay setidaknya tiga persen dari total populasi Indonesia atau sekitar 7,000,000

orang (Usman, 2017).


3

Respon masyarakat terkait perilaku penyimpangan seksual seperti

transgender dianggap perilaku tersebut sebagai suatu perilaku yang

menyimpang dari nilai-nilai sosial yang dianut oleh masyarakat.Terkait

masalah perilaku LGBT, kiranya masyarakat harus mengetahui respon tiap

individu remaja mengenai kelainan seksual tersebut. Hal tersebut di

karenakan respon remaja terhadap LGBT akan menggambarkan pemikiran

merek,a khususnya terhadap LGBT dan umumnya terhadap pemahaman

identitas gender dan orientasi seksual (Warsinawati, 2017).

Pada dasarnya respon terdiri dari 3 komponen yaitu komponen kognitif

(pengetahuan), komponen afektif (sikap) dan komponen psikomotorik

(tindakan). Pengetahuan menimbulkan respon dalam bentuk sikap dan

akhirnya respon berupa tindakan (Rhomadona, 2012).

Begitu derasnya arus informasi pada saat ini, membuat setiap orang dapat

mengakses informasi dengan mudah, seiring dengan majunya teknologi

sebagai fasilitator arus informasi. Kemudahan dalam meperoleh informasi

tidak terlepas dari pengaruh internet sebagai media utama yang sangat

berperan. Dewasa ini internet tumbuh menjadi sedemikian besar dan berdaya

sebagai alat informasi dan komunikasi yang tak dapat diabaikan (Havifi,

2017).

Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia (APJII), hasil survei tahun

2016 saja pengguna ponsel pintar dalam melakukan browsing melalui

internet di Indonesia kini telah mencapai 89,9 juta orang.

Itu artinya kurang lebih seperempat penduduk di Indonesia memiliki akses

media baru. Sementara itu Nielsen.com baru-baru ini melansir data lima besar
4

jejaring sosial di smartphone, yaitu Facebook 178,8 juta, Instagram 91,5 juta,

Twitter 82,2 juta, Pinterest 69,6 juta, dan Linkedin 60,1 juta (Sindonews.com,

2017)

Salah satu informasi yang saat ini yang menjadi fenomena peredarannya

pada media sosial adalah adanya informasi mengenai beredarnya komunitas

Lesby, Gay, Biseksual, dan Transgender atau yang lebih dikenal dengan

akronim LGBT. Banyaknya peredaran informasi komunitas atau aktivitas

berbau LGBT ini yang hampir setiap hari konten-nya selalu hadir di Media

Sosial disebabkan banyaknya dukungan dari berbagai kalangan dunia

international untuk melegalitaskan LGBT yang sedang diperjuangkan sebagai

hak asazi manusia (Havifi, 2017)

Kota Kuala Kapuas sendiri merupakan ibu kota Kabupaten Kapuas, yang

di juluki sebagai “Kota Air(Aman Inda Ramah)”, karena letaknya berada di

tepi salah satu sungai besar di Pulau Kalimantan, yaitu Sungai Kapuas, yang

panjangnya sekitar 610 km dan bermuara di Laut Jawa. Semboyan kota Kuala

Kapuas sendiri Kapuas Tingang Menteng Panunjung Tarung (Berjuang untuk

mengangkat Harkat dan Martabat) karena orang Dayak dalam hidupnya

mempunyai Falsapah Huma Betang dimana bumi dipijak disitu langit

dijunjung, Kota Kuala Kapuas sendiri sangat menjunjung tinggi yang

namanya Hukum maupun Adat Dayak di Kalimantan Tengah (Manaranews,

2016). Ranah publik dipenuhi prilaku orang yang dibentuk melalui media,

diimpor dari berbagai belahan dunia. Budaya masyarakat kini berhadap-

hadapan, bekontestasi dengan budaya asing, saling berebut memengaruhi

pikiran dan prilaku masyarakat muda terutama remaja. Budaya mana yang
5

paling melekat ke diri remaja, maka pola pikir dan prilaku budaya itulah

kelak yang akan menentukan orientasi dirinya (Kammeyer, 2008; Chatra,

2014; Havifi, 2017).

Dari permasalahan diatas penulis tertarik untuk mencoba meneliti Respon

SiswaSerta Pengaruh Kontribusi Media Sosial Terhadap LGBT di MAN Selat

Tengah Kuala Kapuas Kalimantan Tengah Tahun 2018.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan permasalahan diatas maka rumusan masalah pada penelitian

ini adalah “menganalisis respon SiswaSerta Kontribusi Media Sosial

Terhadap LGBT di MAN Selat Tengah Kuala Kapuas Kalimantan Tengah

Tahun 2018”.

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Mengetahui bagaimana Respon Siswa Serta Kontribusi Media

SosialTerhadap LGBT di MAN Selat Tengah Kuala Kapuas Kalimantan

Tengah Tahun 2018.

2. Tujuan Khusus

a. Bagaimana pengetahuan Siswa mengenai LGBTdi MAN Selat

Tengah Kuala Kapuas Kalimantan Tengah Tahun 2018.

b. Bagaimanasikap Siswa terhadap LGBTdi MAN Selat Tengah Kuala

Kapuas Kalimantan Tengah Tahun 2018.

c. Bagaimanatindakan yang dilakukan Siswa kepada LGBTdi MAN

Selat Tengah Kuala Kapuas Kalimantan Tengah Tahun 2018.


6

d. Bagaimana Kontribusi Media Sosial Terhadap LGBTberpengaruh

atau tidak pada Siswa di MAN Selat Tengah Kuala Kapuas

Kalimantan TengahTahun 2018.

D. Manfaat Penelitian

1. Bagi Peneliti

Penulis dapat mengetahui sejauh mana Respon Siswa Terhadap LGBT

diMAN Selat Tengah Kuala Kapuas Kalimantan TengahTahun 2018.

2. Bagi Guru / Tenaga Pengejar

Bagi guru diharapkan hasil penelitian ini dapat dijadikan sumber acuan

dalam memberikan konseling kepada siswanya agar peduli terhadap

temannya dan terhindar dari perilaku menyimpang.

3. Bagi Siswa/Remaja

Dari penelitian ini diharapkan Siswa/Remaja lebih mampu memilih mana

yang benar dan mana yang salah serta diharapkan dapat lebih peduli

terhadap lingkungan sekitar agar dapat memotivasi ataupun membantu

teman sebaya yang terjerumus kedalam pergaulan bebas ataupun

memiliki orientasi seksual menyimpang.

4. Bagi Peneliti Selanjutnya

Penelitian ini dapat digunakan menjadi data awal ataupun pelengkap

data, bagi peneliti-peneliti selanjutnya yang ingin lebih menelaah tentang

respon remaja terhadap LGBT.


E. Keaslian Penelitian

Tabel 1.1 Keaslian Penelitian

Tahun &
Nama Rencana Variabel
No Judul Peneltian tempat Hasil Penelitian
Peneliti penelitian Penelitian
penelitian
1 Hubungan Antara Tingkat Risti Dwi Tahun 2016, Di observasional Pengetahuan Terdapat hubungan antara
Pengetahuan Kesehatan Pambudi Universitas analitik dengan dan Respon tingkat pengetahuan kesehatan
Reproduksi Dengan Respon Muhammadiyah pendekatan cross (sikap dan, reproduksi dengan persepsi
Mahasiswa Terhadap LGBT Yogyakarta sectional tindakan) mahasiswa terhadap LGBT
(Lesbian, Gay, Biseksual Dan dengan korelasi negatif. Tidak
Transgender) terdapat hubungan antara
tingkat pengetahuan kesehatan
reproduksi dengan sikap
mahasiswa terhadap LGBT.
Terdapat hubungan antara
persepsi dengan sikap
mahasiswa terhadap LGBT
dengan korelasi positif.
2 Gambaran Persepsi Remaja Warsina Tahun 2017, di Deskriptif, dengan Usia, jenis 1. Karakteristik responden
Terhadap Perilaku Lesbian, wati, dkk SMAN 1 menggunakan kelamin, sebagian besar berusia 15-17
Gay, Biseksual dan Tamansari proportional Persepsi tahun dan lebih dari
Transgender (LGBT) di Kabupaten random setengahnya berjenis kelamin
SMAN 1 Tamansari Bogor. sampling perempuan.
Kabupaten Bogor 2. Persepsi remaja terhadap
perilaku LGBT didapatkan
data lebih dari setengahnya

7
8

memiliki persepsi yang positif


dan menganggap bahwa LGBT
adalah perilaku yang salah/
menyimpang.
3. Persepsi berdasarkan
karakteristik didapatkan data
bahwa berdasarkan jenis
kelamin yang memiliki
persepsi positif lebih banyak
berjenis kelamin perempuan
dan berdasarkan usia yang
memiliki persepsi positi
berusia 15-17 tahun.
3 RESPON MAHASISWA Achmad Tahun 2015, di Deskriftif Respon dan Karena mahasiswa memiliki
TERHADAP LGBT Fachri Universitas Kuantitatif pengetahuan pengetahuan yang rata-rata
(Lesbian, Gay, Biseksual, dan Setiawan Lampung memiliki pengetahuan yang
Transgender) banyak tahu terhadap LGBT,
(Studi diFISIP maka pada tahap tingkatan sikap,
Universitas Lampung) mahasiswa menyikapinya
dengan baikterhadap LGBT,
yaitu dengan tetap menerima
baik bertemandengan LGBT.
Sikap yang baikjuga
menggambarkan sikap toleransi
mahasiswa terhadap LGBT.

Anda mungkin juga menyukai