Anda di halaman 1dari 12

LAPORAN MIKROBIOLOGI

“Pemanfaatan Mikroba Khamir Dalam Pembuatan


Tape Ubi Jalar Kuning”

OLEH:
KELOMPOK 6
1. Ni Putu Novi Darmayanti P07131217046
2. Ni Putu Sri Ratnasari P07131217063
3. Ni Luh Putu Wijayanti P07131217065
4. Ni Kadek Juli Arpilasari P07131217072

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN DENPASAR
JURUSAN GIZI
2018/2019
LAPORAN PENGAMATAN
“Pemanfaatan Mikroba Khamir Dalam Pembuatan Tape Ubi Jalar Kuning”

I. Tanggal dan Tempat Pelaksanaan


Praktikum mengenai Pembuatan Tempe yang dilaksanakan pada hari Kamis, tanggal 08
November 2018 pada pukul 09.00 – 14.00 Wita. Praktikum ini bertempat di Laboratorium
Mikrobiologi Gizi Politeknik Kesehatan Denpasar.

II. Tujuan
Tujuan dilakukan pratikum ini adalah sebagai berikut:
1. Mengetahui cara pembuatan tempe.
2. Mengetahui perubahan yang terjadi pada pembuatan tempe.

III. Latar Belakang


Tempe adalah makanan yang dibuat dari fermentasi terhadap biji kedelai atau
beberapa bahan lain yang menggunakan beberapa jenis kapang Rhizopus, sepertiRhizopus
oligosporus, Rh. oryzae, Rh. stolonifer (kapang roti), atau Rh. arrhizus, sehingga
membentuk padatan kompak berwarna putih. Beberapa fermentasi tersebut secara umum
dikenal sebagai ragi tempe. Banyak sekali jamur yang aktif selama fermentasi, tetapi
umumnya para peneliti menganggap bahwa Rhizopus sp merupakan jamur yang paling
dominan. Jamur yang tumbuh pada kedelai tersebut menghasilkan enzim-enzim yang
mampu merombak senyawa organik kompleks menjadi senyawa yang lebih sederhana
sehingga senyawa tersebut dengan cepat dapat dipergunakan oleh tubuh.
Jamur Rhizopus oryzae merupakan jamur yang sering digunakan dalam pembuatan
tempe. Jamur Rhizopus oryzae aman dikonsumsi karena tidak menghasilkan toksin dan
mampu menghasilkan asam laktat. Jamur Rhizopus oryzae mempunyai kemampuan
mengurai lemak kompleks menjadi trigliserida dan asam amino. Selain itu jamur Rhizopus
oryzae mampu menghasilkan protease. Rhizopus sp tumbuh baik pada kisaran pH 3,4-6.
Pada penelitian semakin lama waktu fermentasi, pH tempe semakin meningkat sampai pH
8,4, sehingga jamur semakin menurun karena pH tinggi kurang sesuai untuk pertumbuhan
jamur. Secara umum jamur juga membutuhkan air untuk pertumbuhannya, tetapi
kebutuhan air jamur lebih sedikit dibandingkan dengan bakteri. Selain pH dan kadar air
yang kurang sesuai untuk pertumbuhan jamur, jumlah nutrien dalam bahan, juga
dibutuhkan oleh jamur. Pada tempe terdapat jamur Rhizopus oryzae yang mengalami
fermentasi. Fermentasi adalah proses produksi energi dalam sel dalam
keadaan anaerobik(sedikit oksigen).

IV. Dasar Teori


A. Pengertian Fermentasi
Fermentasi bahan pangan adalah hasil kegiatan dari beberapa spesies mikroba seperti
bakteri, khamir dan kapang. Mikroba yang melakukan fermentasi dengan memberikan hasil
yang dikehendaki dapat dibedakan dari mikroba-mikroba penyebab penyakit dan penyebab
kerusakan. Mikroba fermentasi mendatangkan hasil akhir yang dikehendaki, misalnya
bakteri akan menghasilkan asam laktat, khamir menghasilkan alkohol, kapang menghasilkan
tempe (Muchtadi; 1989).
Fermentasi biasanya dilakukan dengan menggunakan kultur murni yang dihasilkan di
laboratorium. Kultur ini dapat disimpan dalam keadaan kering atau dibekukan, misalnya
kultur murni dari bakteri asam laktat untuk membuat keju. Kadang-kadang tidak digunakan
kultur murni untuk fermentasi sebagai laru (starter). Misalnya pada pembuatan tempe atau
oncom digunakan hancuran tempe dan oncom yang sudah jadi (Winarno, dkk; 1984).
B. Mikroorganisme pada Fermentasi
Jenis kapang digunakan dalam khususnya bagi beberapa jenis kayu dan fermentasi bahan
pangan khususnya di Asia, seperti kecap, miso, tempe dan lain-lainnya. Jenis kapang yang
banyak memegang peranan penting dalam fermentasi bahan makanan tersebut adalah
Aspergillus, Rhizopus dan Penicillium (Setiadi; 2002).
Tempe adalah sumber protein yang penting bagi pola makanan di Indonesia, terbuat dari
kedelai. Pembuatan tempe dilakukan sebagai berikut : kedelai kering dicuci, direndam
semalam pada suhu 250C esok paginya kulit dikeluarkan dan air rendam dibuang. Kedelai
lalu dimasak selama 30 menit. Sesudah itu didinginkan, diinokulasikan dengan
sporaRhizopus oligosporus dan Rhizopus oryzae, ditaruh dalam panci yang dangkal dan
diinkubasikan pada suhu 300C selama 20 - 24 jam. Dalam waktu itu kedelai terbungkus
sempurna oleh mycelia putih dari jamur. Sekarang tempe siap untuk dikosumsi. Cara
penyajiannya adalah tempe dipotong-potong, direndam sebentar dalam garam lalu digoreng
dengan minyak nabati. Hasilnya adalah tempe yang berwarna coklat dan kering. Dapat juga
dimakan dalam bentuk mempunyai kuah atau dengan kecap (Wirakartakusumah, dkk; 1992).
Beberapa faktor yang perlu diperhatikan dalam pembuatantempeadalah sebagai berikut:
1. Oksigen
Oksigen dibutuhkan untuk pertumbuhan kapang. Aliran udara yang terlalu cepat
menyebabkan proses metabolisme akan berjalan cepat sehingga dihasilkan panas yang dapat
merusak pertumbuhan kapang. Oleh karena itu apabila digunakan kantong plastik sebagai
bahan pembungkusnya maka sebaiknya pada kantong tersebut diberi lubang dengan jarak
antara lubang yang satu dengan lubang lainnya sekitar 2 cm.
2. Uap air
Uap air yang berlebihan akan menghambat pertumbuhan kapang. Hal ini disebabkan
karena setiap jenis kapang mempunyai Aw optimum untuk pertumbuhannya.
3. Suhu
Kapang tempe dapat digolongkan kedalam mikroba yang bersifat mesofilik, yaitu dapat
tumbuh baik pada suhu ruang (25-27oC). Oleh karena itu, maka pada waktu pemeraman,
suhu ruangan tempat pemeraman perlu diperhatikan.
4. Keaktifan Laru
Laru yang disimpan pada suatu periode tertentu akan berkurang keaktifannya. Karena itu
pada pembuatan tape sebaiknya digunakan laru yang belum terlalu lama disimpan agar dalam
pembuatantempetidak mengalami kegagalan.
Untuk membuat tempedibutuhkan inokulum atau laru tempeatau ragi tempe. Laru
tempedapat dijumpai dalam berbagai bentuk misalnya bentuk tepung atau yang menempel
pada daun waru dan dikenal dengan nama Usar. Laru dalam bentuk tepung dibuat dengan
cara menumbuhkan spora kapang pada bahan, dikeringkan dan kemudian ditumbuk. Bahan
yang akan digunakan untuk sporulasi dapat bermacam-macam seperti tepung terigu, beras,
jagung, atau umbi-umbian.
Berdasarkan atas tingkat kemurniannya, inokulum atau larutempedapat dibedakan atas:
inokulum murni tunggal, inokulum campuran, dan inokulum murni campuran. Adapun
perbedaannya adalah pada jenis dan banyaknya mikroba yang terdapat dan berperan dalam
laru tersebut.
Mikroba yang sering dijumpai pada laru tempeadalah kapang jenis Rhizopus oligosporus,
atau kapang dari jenis R. oryzae. Sedangkan pada laru murni campuran selain
kapang Rhizopus oligosporus, dapat dijumpai pula kultur murni Klebsiella. Selain
bakteri Klebsiella, ada beberapa jenis bakteri yang berperan pula dalam proses fermentasi
tempe diantaranya adalah:
Bacillus sp.,Lactobacillus sp., Pediococcus sp., Streptococcus sp., dan beberapa genus
bakteri yang memproduksi vitamin B12. Adanya bakteri Bacillus sp padatempe merupakan
kontaminan, sehingga hal ini tidak diinginkan.
Pada tempe yang berbeda asalnya sering dijumpai adanya kapang yang berbeda pula
(Dwidjoseputro dan Wolf, 1970). Jenis kapang yang terdapat pada tempeMalangadalah R.
oryzae., R. oligosporus., R. arrhizus dan Mucor rouxii. Kapang tempe dari daerah Surakarta
adalah R. oryzaei dan R. stolonifersedangkan pada tempe Jakarta dapat dijumpai adanya
kapang Mucor javanicus.,Trichosporon pullulans., A. niger dan Fusarium sp. Masing-masing
varietas dari kapang Rhizopus berbeda reaksi biokimianya, hal ini terutama disebabkan
adanya perbedaan dari enzim yang dihasilkan. Pektinase hanya disintesa oleh R.
arrhizus dan R. stolonifer. Sedangkan enzim amilase disintesa oleh R. oligosporus dan R.
oryzae tetapi tidak disintesa oleh R. arrhizus.
Selama proses fermentasi, kedelai akan mengalami perubahan baik fisik maupun
kimianya. Protein kedelai dengan adanya aktivitas proteolitik kapang akan diuraikan menjadi
asan-asam amino, sehingga nitrogen terlarutnya akan mengalami peningkatan. Dengan
adanya peningkatan dari nitrogen terlarut maka pH juga akan mengalami peningkatan. Nilai
pH untuktempeyang baik berkisar antara 6,3 sampai 6,5. Kedelai yang telah difermentasi
menjaditempeakan lebih mudah dicerna. Selama proses fermentasi karbohidrat dan protein
akan dipecah oleh kapang menjadi bagian-bagian yang lebih mudah larut, mudah dicerna dan
ternyata bau langu dari kedelai juga akan hilang.
Kadar air kedelai pada saat sebelum fermentasi mempengaruhi pertumbuhan kapang.
Selama proses fermentasi akan terjadi perubahan pada kadar air dimana setelah 24 jam
fermentasi, kadar air kedelai akan mengalami penurunan menjadi sekitar 61% dan setelah 40
jam fermentasi akan meningkat lagi menjadi 64% (Sudarmaji dan Markakis, 1977).
Perubahan-perubahan lain yang terjadi selama fermentasi tempeadalah berkurangnya
kandungan oligosakarida penyebab flatulence. Penurunan tersebut akan terus berlangsung
sampai fermentasi 72 jam.
Selama fermentasi, asam amino bebas juga akan mengalami peningkatan dan
peningkatannya akan mencapai jumlah terbesar pada waktu fermentasi 72 jam (Murata et al.,
1967). Kandungan serat kasar dan vitamin akan meningkat pula selama fermentasi kecuali
vitamin B1 atau yang lebih dikenal dengan thiamin (Shurtleff dan Aoyagi).

V. Alat dan Bahan


 Alat
- Daun pisang - Kompor
- Panci/dandang - Timbangan
- Sendok - Wadah Plastik
- Semat - Nampan
 Bahan
- Kedelai
- Ragi

VI. Prosedur Kerja


1. Membersihkan kedelai dari kotoran-kotoran kemudian direndam dengan air bersih
selama 12-18 jam.
2. Setelah direndam cek ph kedelai yang sudah direndam apabila ph <5 maka ditambahkan
dengan asam asetat
3. Setelah itu rebus kedelai yang sudah direndam selama 30 menit
4. Pisahkan kulit kedelai dengan ketiledon/isi kedelai
5. Cuci bersih
6. Kukus kembali selama 5 menit, dinginkan
7. Setelah dingin tambahkan laru tempe sebanyak 0,2%
8. Kemudian bungkus dengan daun pisang dan plastic
9. Kemudian tusuk-tusuk dengan semat
10. Lalu diinkubasi selama 2 hari
VII. Hasil Pengamatan
Bungkus Plastik
I II
Ph awal 5 Ph awal 5
Ph akhir 8 Ph akhir 8
Berat awal 150 Berat awal 150
Berat akhir 157 Berat akhir 165
Rasa Rasa tempe Rasa Rasa tempe
Tekstur Lunak tidak menyatu Tekstur Keras menyatu
Aroma Aroma tempe Aroma Aroma tempe

Bungkus Daun Pisang


I II
Ph awal 5 Ph awal 5
Ph akhir 8 Ph akhir 8
Berat awal 150 Berat awal 175
Berat akhir 178 Berat akhir 210
Rasa Rasa tempe Rasa Rasa tempe
Tekstur Keras menyatu Tekstur Lunak menyatu
Aroma Aroma tempe Aroma Aroma tempe

VIII. Pembahasan
Tempe adalah makanan yang dibuat dari fermentasi terhadap biji kedelai atau beberapa
bahan lain yang menggunakan beberapa jenis kapang Rhizopus, seperti Rhizopus
oligosporus, Rh. oryzae, Rh. stolonifer (kapang roti), atau Rh. arrhizus. Sediaan fermentasi
ini secara umum dikenal sebagai "ragi tempe.
Kapang yang tumbuh pada kedelai menghidrolisis senyawa-senyawa kompleks menjadi
senyawa sederhana yang mudah dicerna oleh manusia. Tempe kaya akan serat
pangan, kalsium, vitamin B dan zat besi. Berbagai macam kandungan dalam tempe
mempunyai nilai obat, seperti: antibiotika untuk menyembuhkan infeksi dan
antioksidan pencegah penyakit degeneratif.
Secara umum, tempe berwarna putih karena pertumbuhan miselia kapang yang
merekatkan biji-biji kedelai sehingga terbentuk tekstur yang memadat. Degradasi komponen-
komponen kedelai pada fermentasi membuat tempe memiliki rasa dan aroma khas. Berbeda
dengan tahu, tempe terasa agak masam.
Manfaat tempe :
- Mengandung serat tinggi.
- Mudah dicerna oleh semua kelompok umur, dari bayi sampai usia lanjut.
- Pengolahan kedelai menjadi tempe menurunkan kadar raffinosa dan stakiosa, yang
memicu timbulnya gejala flatulensi.
- Mengandung delapan macam asam amino esensial dan asam lemak tidak jenuh.
- Sumber antioksidan yang mengandung isoflavon aglikon sebagai pencegah kanker.
- Sumber antibiotik, zat antibakteri yang memperkecil peluang infeksi.
- Hipokolesterolemik, menurunkan lipid atau lemak dalam darah.
- Sumber vitamin B.
- Mengandung vitamin B12. Vitamin tersebut umumnya terdapat dalam produk hewani tapi
tidak dijumpai pada makanan nabati, seperti sayuran, buah-buahan, dan biji-bijian.
Warna putih pada tempe disebabkan adanya miselia jamur yang tumbuh pada permukaan
biji kedelai (Agus Krisno.blog.wordpress.com)
Tekstur kompak juga disebabkan oleh miselia jamur yang menghubungkan biji-biji
kedelai tersebut. Banyak sekali jamur yang aktif selama fermentasi, tetapi
umumnyaRhizopus sp yang paling dominan. Selama proses fermentasi, ampas tahu akan
mengalami perubahan baik fisik maupun kimianya.
Selama proses fermentasi, terjadi peningkatan nitrogen terlarut yang mempengaruhi
peningkatan pH pula. Nilai pH untuk tempe yang baik berkisar antara 6,3 sampai 6,5. Ampas
tahu yang telah difermentasi menjadi tempe akan lebih mudah dicerna. Hasil dari tempe
ampas tahu atau tempe gembus pada percobaan kami terlihat baik dan bersih. Ini disebabkan
tempe tersebut diproses secara steril.
Tahapan Proses Pembuatan Tempe

 Penghilangan kotoran, sortasi, dan penghilangan kulit


Biji kedelai harus bersih, bebas dari campuran batu kerikil, atau bijian lain, tidak rusak
dan bentuknya seragam. Kulit biji kedelai harus dihilangkan untuk memudahkan
pertumbuhan jamur. Penghilangan kulit biji dapat dilakukan secara kering atau basah. Cara
kering lebih efisien, yaitu dikeringkan terlebih dahulu pada suhu 104o C selama 10 menit
atau dengan pengeringan sinar matahari selama 1-2 jam. Selanjutnya penghilangan kulit
dilakukan dengan alat “Burr Mill”. Biji kedelai tanpa kulit dalam keadaan kering dapat
disimpan lama.
Penghilangan biji secara basah dapat dilakukan setelah biji mengalami hidrasi yaitu
setelah perebusan atau perendaman. Biji yang telah mengalami hidrasi lebih mudah
dipisahkan dari bagian kulitnya, tetapi dengan cara basah tidak dapat disimpan lama
 Perendaman atau pre fermentasi
Selama proses perendaman, biji mengalami proses hidrasi, sehingga kadar air biji naik
sebesar kira-kira dua kali kadar air semula, yaitu mencapai 62-65 %. Proses perendaman
memberi kesempatan pertumbuhan bakteri-bakteri asam laktat sehingga terjadi penurunan
pH dalam biji menjadi sekitar 4,5 – 5,3. Penurunan biji kedelai tidak menghambat
pertumbuhan jamur tempe, tetapi dapat menghambat pertumbuhan bakteri-bakteri
kontaminan yang bersifat pembusuk. Proses fermentasi selama perendaman yang dilakukan
bakteri mempunyai arti penting ditinjau dari aspek gizi, apabila asam yang dibentuk dari gula
stakhijosa dan rafinosa. Keuntungan lain dari kondisi asam dalam biji adalah menghambat
penaikan pH sampai di atas 7,0 karena adanya aktivitas proteolitik jamur dapat
membebaskan amonia sehingga dapat meningkatkan pH dalam biji. Pada pH di atas 7,0 dapat
menyebabkan penghambatan pertumbuhan atau kematian jamur tempe.
Hessseltine, et.al (1963), mendapatkan bahwa dalam biji kedelaiterdapat komponen yang
stabil terhadap pemanasan dan larut dalam air bersifat menghambat pertumbuhan Rhizopus
oligosporus, dan juga dapat menghambat aktivitas enzim proteolitik dari jamur tersebut.
Penemuan ini menunjukkan bahwa perendaman dan pencucian sangat penting untuk
menghilangkan komponen tersebut.
Proses hidrasi terjadi selama perendaman dan perebusan biji. Makin tinggi suhu yang
dipergunakan makin cepat proses hidrasinya, tetapi bila perendaman dilakukan pada suhu
tinggi menyebabkan penghambatan pertumbuhan bakteri sehingga tidak terbentuk asam.
 Proses Perebusan
Proses pemanasan atau perebusan biji setelah perendaman bertujuan untuk membunuh
bakteri-bakteri kontaminan, mengaktifkan senyawa tripsin inhibitor, membantu
membebaskan senyawa-senyawa dalam biji yang diperlukan untuk pertumbuhan
jamur (Hidayat, dkk. 2006).
Penirisan dan Penggilingan, tahapan ini bertujuan untuk mengurangi kandungan air
dalam biji, mengeringkan permukaan biji dan menurunkan suhu biji sampai sesuai dengan
kondisi pertumbuhan jamur, air yang berlebihan dalam biji dapat menyebabkan
penghambatan pertumbuhan jamur dan menstimulasi pertumbuhan bakteri-bakteri
kontaminan, sehingga menyebabkan pembusukan.
 Inokulasi
Inokulasi pada pembuatan tempe dapat dilakukan dengan mempergunakan beberapa
bentuk inokulan (Hidayat, dkk. 2006) yaitu :
1. Usar, dibuat dari daun waru (Hibiscus tiliaceus) atau jati (Tectona grandis) merupakan
media pembawa spora jamur. Usar ini banyak dipergunakan di Jawa Tengah dan Jawa
Timur.
2. Tempe yang telah dikeringkan secara penyinaran matahari atau kering beku.
3. Sisa spora dan miselia dari wadah atau kemasan tempe.
4. Ragi tempe yang dibuat dari tepung beras yang dibuat bulat seperti ragi roti.
5. Spora Rhizopus oligiosporus yang dicampurkan dengan air.
6. Isolat Rhizopus oligosporus dari agar miring untuk pembuatan tempe skala laboratorium.
7. Ragi tempe yang dibuat dari tepung beras yang dicampurkan dengan jamur tempe yang
ditumbuhkan pada medium dan dikeringkan.
 Pengemasan
Kemasan yang dipergunakan untuk fermentasi tempe secara tradisional yaitu daun
pisang, jati, waru atau bambu, selanjutnya dikembangkan penggunaan kemasan plastik yang
diberi lubang. Secara laboratorium kemasan yang dipergunakan adalah nampan stainless stell
dengan berbagai ukuran yang dilengkapi dengan lubang-lubang kecil.
 Inkubasi atau Fermentasi
Inkubasi dilakukan pada suhu 25o-37o C selama 36-48 jam. Selama inkubasi terjadi
proses fermentasi yang menyebabkan perubahan komponen-komponen dalam biji kedelai.
Persyaratan tempat yang dipergunakan untuk inkubasi kedelai adalah kelembaban, kebutuhan
oksigen dan suhu yang sesuai dengan pertumbuhan jamur (Hidayat, dkk. 2006).
Proses fermentasi tempe dapat dibedakan atas tiga fase yaitu :
a. Fase pertumbuhan cepat (0-30 jam fermentasi) terjadi penaikan jumlah asam lemak
bebas, penaikan suhu, pertumbuhan jamur cepat, terlihat dengan terbentuknya miselia
pada permukaan biji makin lama makin lebat, sehingga menunjukkan masa yang lebih
kompak.
b. Fase transisi (30-50 jam fermentasi) merupakan fase optimal fermentasi tempe dan siap
untuk dipasarkan. Pada fase ini terjadi penurunan suhu, jumlah asam lemak yang
dibebaskan dan pertumbuhan jamur hampir tetap atau bertambah sedikit, flavor spesifik
tempe optimal, dan tekstur lebih kompak.
c. Fase pembusukan atau fermentasi lanjut (50-90 jam fermentasi) terjadi penaikan jumlah
bakteri dan jumlah asam lemak bebas, pertumbuhan jamur menurun dan pada kadar air
tertentu pertumbuhan jamur terhenti, terjadi perubahan flavor karena degradasi protein
lanjut sehingga terbentuk amonia.
Dalam pertumbuhannya Rhizopus akan menggunakan Oksigen dan menghasilkan
CO2 yang akan menghambat beberapa organisme perusak. Adanya spora dan hifa juga akan
menghambat pertumbuhan kapang yang lain. Jamur tempe juga menghasilkan
antibiotikayang dapat menghambat pertumbuhan banyak mikrobia.

IX. Kesimpulan
- Pembuatan tempe memanfaatkan jamur Rhizopus orizae
- Faktor-faktor yang mempengaruhi keberhasilan pembuatan tempe antara lain suhu,
banyaknya ragi yang diberikan, semakin banyak ragi yang diberikan maka tempe akan
cepat jadi, namun akan lebih cepat busuk, kandungan air waktu diperas harus benar-
benar berkurang sampai kering, serta kesterilan alat dan bahan

X. Daftar Pustaka
- Anonim. 2012. Pembuatan Tempe. Diakses tanggal 14 November 2018. Dari,
http://liajegeg2.blogspot.com/2012/12/pembuatan-tempe.html
- Anonim. 2012. Laporan Fermentasi Pembuatan Tempe. Diakses pada tanggal 14
November 2018. Dari, http://moeluzie.blogspot.com/2012/06/laporan-fermentasi-
pembuatan-tempe.html
- Anonim. 2011. Laporan Bioteknologi Pembuatan Tempe. Diakses pada tanggal 14
November 2018. Dari, http://neogalih.blogspot.com/2011/04/laporan-bioteknologi-
pembuatan-tempe.html
- Anonim. 2012. Laporan Pratikum Membuat Tempe. Diakses pada tanggal 14 November
2018. Dari, http://ulfika-fuady.blogspot.com/2012/03/laporan-praktikum-membuat-
tempe.html
- Anonim. 03 November 2011. Contoh Makalah Cara Pembuatan Tempe. Diakses pada
tanggal 14 November 2018. Dari, http://sababjalal.wordpress.com/2011/11/03/contoh-
makalah-cara-pembuatan-tempe/
- Anonim. 28 April 2009. Tahapan Proses Pembuatan Tempe. Diakses pada tanggal 14
November 2018. Dari, http://nurhidayat.lecture.ub.ac.id/2009/04/28/tahapan-proses-
pembuatan-tempe/

XI. Lampiran

Anda mungkin juga menyukai