Anda di halaman 1dari 17

LAPORAN PENDAHULUAN

GERONTIK DENGAN DEMENSIA

Disusun Oleh :

MUZALFAH
Nim : 0432950918046

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN (STIKES)


BANI SALEH BEKASI PROGRMA STUDI PROFESI NERS
JURUSAN KEPERAWATAN
2018
LAPORAN PENDAHULUAN GERONTIK
DENGAN DEMENSIA

A. Pengertian
Demensia dapat diartikan sebagai gangguan kognitif dan memori yang dapat
mempengaruhi aktifitas sehari-hari. Penderita demensia seringkali menunjukkan
beberapa gangguan dan perubahan pada tingkah laku harian (behavioral symptom) yang
mengganggu (disruptive) ataupun tidak menganggu (non-disruptive) (Volicer, L., Hurley,
A.C., Mahoney, E. 1998). Grayson (2004) menyebutkan bahwa demensia bukanlah
sekedar penyakit biasa, melainkan kumpulan gejala yang disebabkan beberapa penyakit
atau kondisi tertentu sehingga terjadi perubahan kepribadian dan tingkah laku.
Demensia ialah kondisi keruntuhan kemampuan intelek yang progresif setelah
mencapai pertumbuhan & perkembangan tertinggi (umur 15 tahun) karena gangguan otak
organik, diikuti keruntuhan perilaku dan kepribadian, dimanifestasikan dalam bentuk
gangguan fungsi kognitif seperti memori, orientasi, rasa hati dan pembentukan pikiran
konseptual ( http ://askep-askeb- kita.blogspot.com/ )
Dimensia merupakan sindroma yang ditandai oleh berbagai gangguan fungsi
kognitif tanpa gangguan kesadaran ( Kusuma, 1997). Demensia dapat diartikan sebagai
gangguan kognitif dan memori yang dapat mempengaruhi aktivitas sehari-hari. Penderita
demensia seringkali menunjukkan beberapa gangguan dan perubahan pada tingkah laku
harian ( Behavioral Symptom) yang mengganggu ( destruptif ) ataupun tidak
mengganggu ( non destruptif) Dari beberapa pendapat para ahli diatas dapat
dikemukakan bahwa demensia adalah suatu keadaan dimana seorang individu mengalami
penurunan daya ingat sehingga meyebabkan disfungsi hidup sehari-hari.

B. Etiologi
Penyebab demensia yaitu :
1. Penurunan fungsi otak
2. Parkinson
3. Tumor
4. Stroke
5. Alzheimer
6. Penyakit pada jaringan pembuluh otak
Menurut Darmojo (1999) penyebab demensia yaitu :
1. Keadaan yang secara potensial reversible atau bisa dihentikan
a. Intoksikasi ( obat, termasuk alkohol dan lain-lain)
b. Infeksi susunan saraf pusat
c. Gangguan metabolik
d. Gangguan nutrisi
e. Gangguan vaskuler
f. Lesi desak ruang
g. Hidrosefalus bertekanan normal
h. Depresi
2. Penyakit degeneratif progesif
a. Tanpa gejala neurologik lain
1) Penyakit Alzheimer
2) Penyakit Pick
b. Dengan gangguan neurologik yang prominen
1) Penyakit Parkinson
2) Penyakit Huntington
3) Kelumpuhan supranuklear progesif
4) Penyakit degeneratif lain yang jarang didapat
Menurut Yatim ( 2003), penyebab pikun antara lain:
1. Tumor
2. Trauma
3. Infeksi kronis
4. Kelainan jantung dan pembuluh darah
5. Kelainan kongenital
6. Penyakit Psikiatri
7. Kelainan faali
8. Kelainan metabolik
9. Kerusakan sel-sel otak
10. Obat-obatan dan racun

C. Manifestasi Klinis
1. Tanda
Tanda dari demensia antara lain:
a. Bicara tidak nyambung
b. Daya ingat menurun
c. Pengetahuan tentang diri dan lingkungan menurun
d. Emosi labil ( cepat marah dan cepat berubah)
Dengan bertambahnya usia, kemampuan memori menurun secara wajar. Ciri-ciri
mudah lupa antara lain :
a. Mudah lupa nama benda, nama orang dan sebagainya
b. Terdapat gangguan dalam mengingat kembali atau recall
c. Terdapat gangguan dalam mengambil kembali informasi yang telah tersimpan dalam
memori
d. Tidak ada gangguan dalam mengenal kembali sesuatu, apabila diberi isyarat.
e. Lebih sering menjabarkan bentuk atau fungsi daripada menyebutkan namanya
2. Gejala
Gejala demensia menurut Christopher ( 2002) yaitu :
a. Kehilangan ingatan
Gejala ini merupakan gejala umum dari demensia, dan ingatan mengenai kejadian-
kejadian baru yang pertama-tama terkena dampaknya. Kemampuan untuk menyimpan
informasi baru mengalami kemunduran karena perubahan dalam otak yang terjadi
b. Disorientasi
Hilangnya kemampuan untuk mengarahkan diri pada tujuan atau waktu tertentu. Banyak
penderita demensia menunjukkan tanda disorientasi, dimana mereka berada dan kadang
keluyuran keluar rumah dan tersesat.
c. Perubahan kepribadian dan perilaku
Kepribadian pada sebagian penderita tampak tetap sama tapi yang lainnya menunjukkan
perubahan yang menyolok. Penarikan diri secara sosial dan hilangnya minat terhadap
kegiatan merupakan hal biasa. Mereka cenderung menjadi pendengki dan cemas.
d. Kehilangan kemampuan praktis
Sulit berkonsentrasi adalah salah satu ciri demensia. Para penderita mengalami kesulitan
dalam melakukan tindakan yang sebelumnya dapat dilakukan dengan mudah.
e. Kesulitan berkomunikasi
Pada tahap awal demensia orang mengalami kesulitan menemukan kata yang tepat untuk
diucapkan. Kemampuan nonverbal seperti sentuhan dan ekspresi wajah sangat penting
untuk merawat orang yang mengalami demensia.

Pada umumnya gejala yang tampak pada demensia yaitu :


a. Terganggunya fungsi daya ingat yang makin berat terutama daya ingat jangka pendek.
Ingatan masa lalu masih tetep baik dan bertahap.
b. Terganggunya fungsi berpikir antara lain: afasia, apraksia, aknosia, atau gangguan
fungsi eksekutif.
c. Penurunan fungsi daya ingat dan daya pikir menimbulkan gangguan fungsi kehidupan
sehari-hari.
d. Makin lama gangguan yang terjadi semakin berat

D. Psikophatologi Dimensia
Demensia cukup sering dijumpai dalam lansia. Gangguan demensia
dimanifestasikan dengan defisit kognitif multipel seperti gangguan memori, afasia
( kehilangan kemampuan berbicara, kemampuan menulis atau pemahaman bahasa akibat
penyakit pada otak ). Gangguan memori mungkin pertama kali disadari ketika kehilangan
atau salah menempatkan barang-barang pribadi. Jika gangguan memori memburuk,
seseorang dapat melupakan namanya sendiri, hari ulang tahun, atau nama-nama anggota
keluarganya. Kemampuan dalam memahami pembicaraan atau bahasa tertulis menjadi
menurun. Pada demensia tahap lanjut, individu dapat menjadi bisu atau membentuk pola
pembicaraan, kesulitan dalam melaksanakan aktivitas motorik. ( Lumbantobing, 2001).
Demensia ada beberapa macam diantaranya demensia Alzheimer dan demensia
multi infark. Pada demensia Alzheimer terdapat penurunan neurotransmiter tertentu
terutema acetilkolin. Area otak yang terkena adalah korteks cerebral dan hipotalamus,
keduanya merupakan bagian penting dalam fungsi kognitif dan memori. Acetilkolin dan
neurotransmiter merupakan zat kimia yang diperlukan untuk mengirim pesan melalui
sistem saraf. Defisit neurotransmiter menyebabkan pemecahan proses komunikasi yang
kompleks diantara sel-sel pada sistem saraf. Sedangkan demensia multi infark terjadi
pada pasien yang menderita penyakit cerebrovaskuler ( Standley, 2006).
Gangguan fungsi luhur terlihat dalam bentuk kehilangan kemampuan untuk
berpikir abstrak. Terdapat ketidakmampuan dalam merencanakan, mengurutkan, dan
menghentikanperilaku yang kompleks. Individu demensia mengalami disorientasi tempat,
waktu, dan orang atau menunjukkan penurunan daya nilai dan keterbatasan atau sama
sekali tidak memiliki pemahaman sehingga dapat terjadi perubahan proses pikir.
Pasien demensia seringkali terdapat gangguan berjalan yang menyebabkan klien
terjatuh. Dan hal ini dapat memunculkan masalah resiko trauma atau cedera. Beberapa
orang menunjukkan cemas, depresi, atau mengalami gangguan tidur. Individu yang
mengalami demensia sangat rentan terhadap stresor fisik dan stresor psikososial yang
memperburuk defisit kognitif serta masalah-masalah lain.

E. Pathway

Lansia Parkinson Alzheimer

Degeneratif Termor Kematian sel neuron

Penurunan fungsi otak Perubahan cara berjalan Stroke

Melemahnya fungsi Kelemahan Penurunan neurotrnsmiter


Organik
Resiko terjatuh
MK : Resiko Cedera
Kemunduran Disintegrasi Defisit neurotransmiter
Intelektual kepribadian dan Acetilkolin

Defisit Perubahan Pemecahan proses


Kognitif perilaku komunikasi antara sel
Multipel

Gg. Memori Depresi halusinasi Demensia

Sulit Lebih Penurunan


mengingat sensitif daya ingat
kembali,
mengambil Tidak
keputusan, mampu
bertindak Menarik diri Disorientasi berpikir
lebih lamban Gg.Komunikasi abstrak
Isolasi
Sosial
MK :
MK : MK : Disfungsi pada Gangguan
Intoleransi Gangguan visual dan Proses
Aktivitas Persepsi auditorius Pikir
Berkurangny Sensori Penurunan
a Tidak dapat daya nilai 
kemampuan melakukan
fungsi aktivitas
sehari-hari  mandiri 

MK : Defisit Perawatan Diri


Degenerasi
progresif korteks
cerebral

Kekecauan Mental Kronis

F. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan yang muncul pada demensia menurut Wilkinson ( 2006)
yaitu :
1. Perubahan proses pikir
a. Definisi
Suatu kondisi gangguan aktivitas dan kerja kognitif ( misalnya pikiran sadar, orientasi
realita, pemecahan masalah, dan penilaian) yang terjadi pada individu.
b. Batasan karakteristik
1) Subjektif
a) Ketidaksesuaian kognitif
b) Interpretasi lingkungan tidak akurat
c) Ketidaksesuaian pemikiran yang tidak berdasarkan realita
2) Objektif
a) Distraktibilitas
b) Egosentris
c) Kewaspadaan berlebihan atau kurang sama sekali
d) Defisit/masalah memori
2. Perubahan persepsi sensori
a. Definisi
Keadaan seorang individu yang mengalami sutau perubahan pada jumlah atau pola
stimulus yang diterima, dikuti dengan suatu respon terhadap stimulus yang dihilangkan,
dilebihkan, disimpangkan, atau dirusakkan.
b. Batasan karakteristik
1) Subjektif
a) Distorsi pendengaran
b) Melaporkan adanya perubahan dalam ketepatan sensori
c) Distorsi penglihatan
2) Objektif
a) Perubahan pola komunikasi
b) Perubahan perilaku
c) Perubahan kemampuan menyelesaikan masalah
d) Perubahan respon yang biasanya terhadap stimulus
e) Disorientasi waktu, tempat, orang
f) Halusinasi
g) Iritabilitas
h) Perubahan ketepatan sensori yang dapat diukur
i) Kurang konsentrasi
j) Gelisah

3. Resiko cedera
a. Definisi
Suatu kondisi individu yang beresiko untuk mengalami cedera sebagai akibat dari kondisi
lingkungan yang berhubungan dengan sumber-sumber adaptif dan perubahan
b. Faktor resiko
1) Internal:
a) Disfungsi sensori
b) Usia perkembangan (fisiologi dan psikososial)
c) Penyakit imun/autoimun
d) Disfungsi integratif
e) Malnutrisi
f) Psikologis ( orientasi afektif)
4. Intoleransi aktivitas
a. Definisi
Suatu kondisi individu yang tidak cukup mempunyai energi fisiologis atau psikologis
untuk bertahan atau memenuhi kebutuhan atau aktivitas sehari-hari yang diinginkan.
b. Batasan karakteristik
1) Subjektif
a) Ketidaknyamanan
b) Melaporkan keletihan atau kelemhan secara verbal
2) Objektif
a) Tekanan darah tidak normal sebagai akibat terhadap aktivitas
b) Perubahan EKG
5. Defisit perawatan diri
a. Definisi
Suatu keadaan seseorang yang mengalami gangguan kemampuan untuk melakukan
aktivitas perawatan diri.
b. Faktor yang berhubungan
1) Depresi
2) Ketakutan akan ketergantungan
3) Ketidakberdayaan
6. Kekacauan Mental Kronis
a. Definisi
Suatu keadaan dimana individu mengalami kemunduran intelektual dan kepribadian yang
tak dapat pulih berlangsung lama, dan atau progresif ( Carpenito, 1998)
b. Faktor yang Berhubungan
1) Degenerasi progresif dari korteks cerebral
2) Gangguan metabolisme cerebral

G. Pengkajian Fokus
1. Pengkajian Riwayat Kesehatan
a. Identitas/Data Biografis Klien
b. Riwayat Keluarga
c. Riwayat Pekerjaan
d. Riwayat Lingkungan Hidup
e. Riwayat Rekreasi
f. Sistem Pendukung
g. Kebiasaan Ritual
h. Status Kesehatan Saat Ini
i. Status Kesehatan Masa Lalu
j. Tinjauan Sistem
Kaji ada tidaknya tanda-tanda/setiap gejala berikut ini:
1) Keadaan Umum
Kelelahan, perubahan BB setahun lalu, perubahan nafsu makan, demam, keringat malam,
kesulitan tidur, sering pilek dan infeksi, penilaian diri terhadap status kesehatan,
kemampuan melakukan ADL, tingkat kesadaran(kualitatif,kuntitatif), TTV.
2) Integument
Lesi/luka, perubahan pigmentasi, perubahan tekstur, perubahan nevi, sering memar,
perubahan rambut, perubahan kuku, katimumul pada jari kaki dan kallus, pola
penyembuhan lesi dan memar, elastisitas/turgor.
3) Hemopoetik
Perdarahan/memar abnormal, pembengkakan kelenjar limfe, anemia, riwayat transfusi
darah.
4) Kepala
Sakit kepala, trauma pada masa lalu, pusing, gatal kulit kepala, lesi/luka.
5) Mata
Perubahan penglihatan, pemakaian kaca mata/lensa kontak, nyeri, air mata berlebihan,
pruritus, bengkak sekitar mata, floater, diplopia, kabur, fotofobia, riwayat infeksi, tanggal
pemeriksaan paling akhir, dampak pada penampilan ADL>
6) Telinga
Perubahan pendengaran, rabas, titinus, vertigo, sensitivitas pendegaran, alat-alat protesa,
riwayat infeksi, tanggal pemeriksaan paling akhir, kebiasaan perawatan telinga, dampak
penampilan pada ADL.
7) Hidung dan Sinus
Rinorea, rabas, epistaksis, obstruksi, mendengkur, nyeri pada sinus, alergi, riwayat
infeksi, penilaian diri pada kemampuan olfaktorius.
8) Mulut dan Tenggorok
Sakit tenggorakan, lesi/ulkus, serak, perubahan suara, kesulitan menelan, perdarahan
gusi, karies, alat-alat protesa, riwayat infeksi, tanggal pemeriksaan akhir, pola menggosok
gigi, pola flossing, masalah dan kebiasaan membersihkan gigi palsu.
9) Leher
Kekakuan, nyeri/nyeri tekan, benjolan/massa, keterbatasan gerak, pembesaran kelenjar
thyroid.
10) Payudara
Benjolan/massa, nyeri/nyeri tekan, bengkak, keluar cairan dari puting susu, perubahan
pada puting susu, pola pemeriksaan payudara, tanggal momografi paling akhir.
11) Pernapasan
Batuk, sesak napas, hemoptisis, sputum, mengi, asma/alergi pernapasan, frekuensi,
auskultasi, palpasi, perkusi, wheezing.
12) Kardiovaskuler
Nyeri/ketidaknyamanan dada, palpitasi, sesak napas, dispnea pada aktivitas, ortopnea,
murmur, edema, varises, kaki timpang, parestesia, perubahan warna kaki.
13) Gastrointestinal
Disfagia, tak dapat mencerna, nyeri ulu hati, pembesaran hepar, mual/muntah, hematesis,
perubahan nafsu makan, intoleransi makanan, ulkus, nyeri, ikterik, benjolan/massa,
perubahan kebiasaan defekasi, diare, kontipasi, melena, hemoroid, perdarahan rektum,
pola defekasi biasanya.
14) Perkemihan
Disuria, frekuensi, menetes, ragu-ragu, dorongan, hematuria, poliuria, oliguria, nokturia,
inkontinensia, nyeri saat berkemih, batu, infeksi.
15) Genitor Reproduksi - Pria
Lesi, rabas, neri tekstuler, masalah prostat, penyakit kelamin, perubahan hasrat seksual,
impotensi, masalah aktivitas seksual.
16) Genitor Reproduksi – Wanita
Lesi rabas, dispareunia, perubahan pasca senggama, nyeri pelvik, penyakit kelamin,
infeksi, maslah aktivitas seksual, riwayat menstruasi, tanggal dan hasil papsmear terakhir.
17) Muskuloskeletal
Nyeri persendian, kekakuan, pembengkakan sendi, deformitas, spasme, kram, kelemahan
otot, maslah cara berjalan, nyeri punggung, protesa, pola kebiasaan latihan, dampak pada
penampilan ADL.
18) Sistem Saraf Pusat
Sakit kepala, kejang, sinkope, paralisis, paresis, masalah koordinasi, tic/tremor/spasme,
parestesia, cedera kepala, maslah memori.
19) Sistem Endokrin
Intoleransi panas/dingin, goiter, pigmentasi kulit, perubahan rambut, polifagia, poliuria,
polidpsia.
20) Sistem Imun
Kerentanan dan seringnya terkena penyakit, imunisasi.
21) Sistem Pengecapan
Berkurangnya rasa asin dan panas.
22) Sistem Penciuman
Peningkatan sistem penciuman.
23) Psikososial
Cemas, depresi, insomnia, menangis, gugup, takut, masalah dalam mengambil keputusan,
kesulitan berkonsentrasi, pernyataan perasaan umum mengenai keputusan/frustasi
mekanisme koping yang biasa, stres saat ini, masalah tentang kematian dan kehilangan,
dampak penampilan ADL.
2. Pengkajian Status Fungsional, Kognitif, Afektif dan Sosial
a. Pengkajian Status Fungsional
Indeks kemandirian pada aktivitas kehidupan sehari­hari berdasarkan pada evaluasi fungsi mandiri atau

tergantung dari klien dalam mandi, berpakaian, pergi ke kamar mandi, berpindah, kontinen dan makan.

INDEKS KATZ
SKORE KRITERIA
A Kemandirian dalam hal makan, kontinen, berpindah, ke kamar
kecil, berpakaian dan mandi.
B Kemandirian dalam semua aktifitas hidup sehari-hari, kecuali satu
dari fungsi tersebut.
C Kemandirian dalam semua aktifitas hidup sehari-hari, kecuali
mandi dan satu fungsi tambahan.
D Kemandirian dalam semua aktifitas hidup sehari-hari, kecuali
mandi, berpakaian dan satu fungsi tambahan.
E Kemandirian dalam semua aktifitas hidup sehari-hari, kecali
mandi, berpakaian, ke kamar kecil dan satu fungsi tambahan.
F Kemandirian dalam semua aktifitas hidup sehari-hari, kecuali
mandi, berpakaian, berpindah dan satu fungsi tambahan.
G Ketergantungan pada enam fungsi tersebut.
Lain- Ketergantungan pada sedikitnya dua fungsi, tetapi tidak dapat
lain diklasifikasikan sebagai C, D, E, F dan G.
b. Pengkajian Status Kognitif dan Afektif
1) Menggunakan Short Portable Mental Status Questionnaire (SPMSQ) untuk mendeteksi
adanya dan tingkat kerusakan intelektual, terdiri dari 10 hal yang mengetes orientasi,
memori dalam hubungannya dengan kemampuan perawatan diri, memori jauh,
kemampuan matematis.
2) Menggunakan Mini Mental State Exam (MMSE) untuk menguji aspek-aspek kognitif
dari fungsi mental meliputi orientasi, registrasi, perhatian, kalkulasi, mengingat kembali
dan bahasa.
3) Menggunakan Inventaris Depresi Beck untuk membedakan jenis depresi serius yang
mempengaruhi fungsi-fungsi dari suasana hati rendah umum pada banyak orang.
4) Mengguanakan Skala Depresi Geriatrik Yesavage untuk menilai depresi lansia.
c. Pengkajian Status Sosial
Status   sosial   lansia   dapat   diukur   dengan   menggunakan   APGAR   Keluarga.   Penilaian   jika   pertanyaan­

pertanyaan yang dijawab selalu (poin 2), kadang­kadang (poin 1), hampir tidak pernah (poin 0).

APGAR Keluarga
No. Fungsi Uraian Skore
1. Adaptasi Saya puas bahwa saya dapat kembali
pada keluarga (temann-teman) saya untuk
membantu pada waktu sesuatu
menyusahkan saya
2. Hubungan Saya puas dengan cara keluarga (teman-
teman) saya membicarakan sesuatu
dengan saya dan mengungkapakan
masalah dengan saya
3. Pertumbuhan Saya puas bahwa keluarga (teman-teman)
saya menerima dan mendukung saya
untuk melakukan aktifitas atau arah baru
4. Afeksi Saya puas dengan keluarga (teman-
teman) saya mengekspresikan afek dan
berespon terhadap emosi-emosi saya,
seperti marah, sedih atau mencintai
5. Pemecahan Saya puas dengan cara teman-teman saya
dan saya menyediakan waktu bersama-
sama

H. Fokus Intervensi
Menurut Townsend ( 1998)
1. Perubahan proses pikir
a. Orientasikan pasien lebih sering kepada realitas dan sekelilingnya.
b. Ajarkan calon pemberi perawatan bagaimana mengorientasikan waktu, tempat, dan
keadaan – keadaan sesuai dengan kebutuhan.
c. Berikan umpan balik positif bila pikiran dan perilaku tepat atau bila pasien
mengungkapkan bahwa ide yang diekspresikan tidak didasarkan pada realitas.
d. Gunakan penjelasan sederhana dan interaksi, saling berhadapan bila berkomunikasi
dengan pasien.
e. Jangan biarkan memikirkan ide-ide yang salah dengan berbicara keadaan nyata.
f. Observasi ketat terhadap perilaku pasien yang diindikasikan.
2. Perubahan persepsi sensori
a. Kurangi jumlah rangsang pada lingkungan pasien ( misalnya kebisingan rendah, sedikit
orang, dekorasi sederhana).
b. Pertahankan realitas melalui reorientasi dan fokus pada situasi-situasidan orang- orang
yang sebenarnya.
c. Berikan jaminan terhadap keselamatan jika pasien memberikan respon dengan rasa takut
terhadap persepsi yang tidak akurat.
d. Perbaiki dekripsi pasien pada persepsi yang tidak akurat, dan uraikan situasinya yang
realitas.
e. Berikan perasaan aman dan stabilitas pada lingkungan pasien dengan memungkinkan
perawatan diberikan oleh petugas yang sama secara teratur.
f. Ajarkan calon pemberi perawatan bagaimana mengetahui tanda- tanda dan gejala
ketidakakuratan persepsi sensori pada pasien.
3. Resiko cedera
a. Kaji tingkat disorientasi atau kebingungan pasien untuk menurunkan kebutuhan
keamanan.
b. Dapatkan riwayat obat-obatan ( jika mungkin)
c. Tempatkan pasien pada ruangan yang tenang dan tersendiri.
d. Lakukan kewaspadaan keamanan
e. Orientasikan pasien lebih sering pada realitas dan hal- hal di sekelilingnya
f. Pantau tanda-tanda vital
4. Intoleransi aktivitas
a. Pantau HR, irama, dan perubahan TD sebelum, selama dan sesudah aktivitas sesuai indikasi.

b. Tingkatkan istirahat, batasi aktivitas 

c. Bantu aktivitas sesuai dengan keadaan klien dan jelaskan pola peningkatan aktivitas bertahap.

5. Defisit perawatan diri


a. Perhatikan berat/durasi ketidaknyamanan
b. Berikan bantuan sesuai kebutuhan dengan higiene.
c. Ubah posisi klien tiap 1-2 jam, bantu dalam latihan paru, ambulasi dan latihan kaki.
6. Kekacauan Mental Kronis
a. Kaji sikap-sikap kekacauan mental pada diri klien
b. Pertahankan perawatan yang menghargai
c. Anjurkan kepada keluarga untuk berbicara lambat dengan suara jelas
d. Orientasikan klien pada waktu dan tempat
e. Diskusikan kejadian yang sedang berlangsung, kejadian musiman
f. Hindari berdebat dengan klien

DAFTAR PUSTAKA

Christopher, M . 2007. Pikun dan Pelupa. Jakarta : Dian Rakyat

Carpenito, L.J. 1998. Diagnosa Keperawatan Aplikasi pada Praktis Klinis. Ed. 6.
Jakarta : EGC

Copel, L. 2007. Kesehatan Jiwa dan Psikiatri. Jakarta ; EGC

Darmojo, B. 1999. Geriatri. Jakarta: FKUI


Grayson, C. (2004). All about Alzheimer. Retrieved on October 2006 from

Kusuma, W. 1997. Kedaruratan Psikiatri dalam Praktek. Jakarta : Profesional Book’s

Lumbantobing. 2001. Kecerdasan pada Usia Lanjut dan Demensia. Jakarta: FKUI

Nurviandari, K. 2007. Mengenal Demensia pada Lanjut Usia.

Townsend, M. 1998. Diagnosa Keperawatan pada Keperawatan Psikiatri. Jakarta


: EGC

Volicer, L., Hurley, A.C., Mahoney, E. (1998). Behavioral symptom of dementia. New
York:
Springer Publishing Company.

Wilkinson. 2006. Buku Saku Diagnosa Keperawatan dengan Intervensi NIC dan Kriteria
hasil
NOC. Jakarta : EGC

Yatim, F. 2003. Pikun ( Demensia) , Penyakit Alzheimer, dan Sejenisnya. Jakarta:


Pustaka
Populer Obor

Anda mungkin juga menyukai