Anda di halaman 1dari 8

Asistensi Gizi Seimbang Alternatif Berbasis Mobile

Negara Indonesia merupakan negara yang memiliki jumlah penduduk


terbesar ke-4 di dunia. Badan Pusat Statistik pada tahun 2010 mencatat jumlah
penduduk Indonesia mencapai 237.641.300 jiwa. Dengan jumlah penduduk yang
cukup besar, maka tentunya menjadi sebuah kewajiban dan tujuan negara bahwa
masyarakatnya terjamin dalam mencapai taraf kesehatan yang maksimal dan
mendapatkan pelayanan kesehatan yang baik.

Pencapaian taraf kesehatan yang baik merupakan cita – cita dari setiap
negara. Dalam Undang Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945,
Konstitusi WHO, serta UU No. 23 Tahun 1992 Tentang Kesehatan, ditetapkan
bahwa kesehatan adalah hak asasi manusia yang merupakan hak fundamental setiap
warga. Hal ini dikarenakan, kesehatan merupakan salah satu kebutuhan utama bagi
setiap manusia. Dengan demikian, pihak pemerintah diharuskan untuk mewujudkan
pencapaian pembangunan kesehatan demi memenuhi hak dari masyarakat (Badan
Pusat Statistik Provinsi Jawa Barat,2009:32).

Kondisi pencapaian pembangunan kesehatan tersebut dapat diukur dengan


menggunakan derajat kesehatan masyarakat yang mengandung 4 tolok ukur yaitu
angka harapan hidup, mortalitas, mordibitas(tingkat kesakitan), dan status gizi.
Keempat tolok ukur tersebut memiliki hubungan yang berkesinambungan. Dalam
realita di masyarakat Indonesia, masih banyak yang terjangkit penyakit – penyakit
yang sebenarnya dapat dicegah maupun dilakukan tata laksana dengan baik. Selain
itu, kasus abnormalitas gizi juga masih banyak terjadi. Hal ini tentunya dapat
meningkatkan peluang mortalitas dan menurunkan Angka Harapan Hidup (AHH).

Dari mayoritas penyakit yang dialami oleh masyarakat Indonesia, jenis


penyakit tidak menular (PTM) menjadi penyakit yang mengalami perkembangan
pesat. Dalam Riskesdas 2007, penyebab kematian dari penyakit tidak menular
meningkat dari 41,7 % menjadi 59,5 %, sedangkan penyakit menular menurun dari
44,2 % menuju 28,1 %. Penyakit – penyakit tidak menular tersebut terus
berkembang dan cukup signifikan dalam peningkatannya.

1
Untuk itulah dibutuhkan suatu sistem yang mampu mencegah peningkatan
jumlah suspect penyakit tidak menular, dan juga diharapkan dapat menurunkan
jumlahya. Demi mencegah peningkatan suspect penyakit tidak menular, dibutuhkan
penurunan dari faktor risiko dari penyakit tidak menular. Adapun faktor risiko dari
penyakit – penyakit tidak menular antara lain adalah aktivitas fisik yang tak sesuai
dengan kondisi tubuh, diet (pola makan) yang tidak sehat dan tidak seimbang,
merokok, pengosumsian alkohol, obesitas, hiperglikemia, hipertensi,
hiperkolesterol, dan perilaku yang berkaitan dengan kecelakaan dan cedera,
misalnya perilaku berlalu lintas yang tidak benar (Samsudrajat,2011).

Dari beberapa faktor risiko tersebut, yang menjadi salah satu faktor risiko
terbesar adalah adanya diet (pola makan) yang tidak sehat dan adanya kondisi gizi
yang tidak seimbang di masyarakat. Hal ini tentunya membutuhkan suatu
penanganan yang lebih intens. Dibutuhkan suatu metode untuk menggalakkan dan
mencapai tujuan penerapan gizi seimbang di masyarakat Indonesia. Penyebab
adanya kondisi gizi tak seimbang dan pola makan yang tak sehat sebagian besar
diakibatkan oleh masyarakat yang bingung dan tidak tahu cara mengatur pola
makan. Selain itu, kondisi ekonomi turut menyertai sehingga menyebabkan
kekurangan finansial untuk membeli bahan pangan utama. Hal itu dibuktikan dalam
hasil riset WHO yang mencatat bahwa jumlah kematian akibat penyakit tidak
menular di negara yang berekonomi sedang dan rendah adalah 80 % dari seluruh
jumlah kasus (Handajani, 2009).

Salah satu cara penerapan gizi seimbang adalah dengan metode penyuluhan.
Penyuluhan dibutuhkan agar masyarakat dapat mengerti dan memahami tentang
gizi seimbang itu sendiri dan dapat menerapkannya dalam kehidupan sehari – hari.
Dengan adanya penyuluhan tersebut, masyarakat dapat mempersiapkan pola makan
dan susunan bahan makanan yang sesuai dengan aturan gizi seimbang, sehingga
penerapan gizi seimbang dapat terlaksana. Jika gizi seimbang dapat tercapai, maka
faktor risiko penyakit tidak menular dapat diperkecil sehingga dapat menurunkan
jumlah suspect penyakit tidak menular, seperti diabetes, hipertensi, dan sebagainya.

Dalam pelaksanaan penyuluhan, hingga saat ini sebagian besar penyuluhan


masih dilakukan dengan model konvensional. Hal ini tentunya akan memakan biaya

2
lebih besar dalam hal akomodasi, transportasi, dan biaya operasional penyuluhan
itu sendiri. Dengan demikian, penyuluhan konvensional membutuhkan sokongan
metode penyuluhan lain sebagai alternatif. Salah satu yang dapat digunakan adalah
dengan memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi. Teknologi tersebut
antara lain adalah handphone dan smartphone. Kedua alat ini adalah alat yang
cukup terkenal di kalangan masyarakat, sehingga masyarakat cukup memiliki
kecakapan dalam penggunaannya.

Penggunaan handphone dipilih dikarenakan hampir seluruh masyarakat


Indonesia telah memiliki dan memanfaatkan teknologi handphone, tak terkecuali
masyarakat yang masih dalam taraf menengah ke bawah. Dengan demikian,
penggunaan media handphone akan dapat mencakup cukup banyak target
penyuluhan, tentunya dapat memperingan dan meningkatkan efisiensi kerja dari
petugas penyuluhan. Dalam prakteknya, digunakanlah fasilitas SMS sebagai
metode penyuluhan informasi gizi seimbang kepada masyarakat, sehingga
masyarakat dapat mengetahui informasi dan menjadi bahan referensi dimanapun
mereka beraktivitas.

Dalam SMS yang diberikan, perlu disertakan informasi tentang pedoman


pola makan pada hari itu, kandungan bahan pangan, kegiatan yang dapat dilakukan
untuk menerapkan pola gizi seimbang, dan alternatif bahan pangan pengganti yang
tetap dapat memenuhi pola gizi seimbang. Penyertaan bahan alternatif ini dianggap
sangat penting dikarenakan tidak seluruh daerah di Indonesia ini memiliki sumber
daya alam yang sama, dan kondisi ekonomi masyarakat di Indonesia yang masih
cukup beragam. Sehingga, ketika masyarakat tidak mampu memenuhi kebutuhan
karbohidrat dengan beras, mereka dapat mengetahui alternatifnya dan tetap dapat
memenuhi pola gizi seimbang yang sesuai.

Metode penggunaan SMS ini telah dilakukan oleh Sri Herlina dkk. Dalam
media promosi bagi kesehatan ibu hamil di daerah terpencil, dan memberikan hasil
yang cukup baik dikarenakan dapat meningkatkan pengetahuan dari subjek
penerima. Selain itu, partisipasi subjek yang memahami isi dari promosi merupakan
kunci sukses tersebut. Hal tersebut diungkapkan oleh Alisjahbana (2011) dalam
Herlina (2013) yang menyatakan bahwa pengetahuan atau faktor kognitif

3
merupakan faktor penting dalam terbentuknya perilaku. Hal ini tentu dapat
diaplikasikan dalam program asistensi gizi seimbang ini dengan mengadopsi
prinsip – prinsip yang bersesuaian.

Untuk melengkapi cara penyuluhan dan asistensi menggunakan metode


SMS di handphone, dimanfaatkanlah pula teknologi ponsel pintar (smartphone).
Dengan aplikasi ponsel pintar ini, subjek (pengguna) tidak hanya mendapatkan
informasi, namun juga dapat dikontrol lebih intens dengan aplikasi asistensi.
Dengan aplikasi ini, pengguna dapat mengetahui informasi yang lebih banyak
mengenai pola makan yang sehat, bahan pangan utama dan alternatif, serta kegiatan
– kegiatan penunjang gizi sehat. Selain itu, dalam aplikasi ini akan disertakan
program penghitungan dan asistensi terhadap pengguna.

Dalam penggunaannya, aplikasi ini akan dimulai dengan ditampilkannya


layar utama berupa menu asistensi yang meminta pengguna untuk memasukkan
data berupa identitas nama, umur, berat badan, dan tinggi badan. Dari data tersebut
akan diintrepetasikan dalam baku emas yang telah ada sehingga dapat diketahui
status gizi pengguna. Setelah itu, pengguna akan ditanya mengenai rencana
kegiatan pada hari tersebut sehingga akan dapat diketahui kebutuhan akan gizinya.

Kemudian, setelah pengguna memasukkan data tentang kondisi kegiatan


dan keadaan fisik, maka sistem akan menghitung dan mencocokkan dengan data
yang ada, sehingga akan muncul beberapa pilihan yang dapat dipilih oleh pengguna.
Pilihan itu mencakup bahan makanan yang dapat dikonsumsi, kandungannya, dan
kegiatan penunjang yang dapat dilakukan.

Bahan makanan pada pilihan yang disertai kandungannya akan menjadi


referensi bagi pengguna tentang makanan apa yang dianjurkan untuk dikonsumsi
pada hari itu. Dengan demikian, pengguna dapat menyesuaikan makanan yang
dikonsumsinya dengan standar gizi seimbang. Bila pengguna tak dapat menemukan
bahan makanan yang sesuai dengan pilihan utama dikarenakan kesulitan sumber
daya alam, sulitnya pencarian bahan pangan, dan juga kondisi ekonomi, maka
pengguna akan tetap dapat memenuhi kebutuhan gizinya dengan menggunakan

4
bahan makanan alternatif yang memiliki kadar gizi sesuai dengan kebutuhan nutrisi
pengguna.

Pentingnya penjelasan tentang bahan makanan alternatif juga merupakan


salah satu cara untuk menggalakkan konsep gizi seimbang melalui konsep
diversifikasi pangan. Kasryno, et al (1993) memandang diversifikasi pangan
sebagai upaya yang sangat erat kaitannya dengan peningkatan kualitas sumber daya
manusia, pembangunan pertanian di bidang pangan dan perbaikan gizi masyarakat,
yang mencakup aspek produksi, konsumsi, pemasaran, dan distribusi. Hal ini pun
masih menjadi masalah di Indonesia, dikarenakan mindset masyarakat yang
mengganggap jika makan harus menggunakan nasi dan disertai sayur, lauk, dan
bahan pendamping lain. Padahal, pola makan yang demikian bila berlebihan akan
berdampak kurang baik, dan akan menyebabkan ketergantungan terhadap satu
komoditas saja, sehingga bahan makanan lain akan dianggap remeh. Hal ini tentu
berbahaya, karena ketika terjadi kelangkaan, maka masyarakat akan mengalami
kebingungan (Raihan et al,2011).

Sedangkan penjelasan dalam aplikasi asistensi mengenai kegiatan


penunjang ataupun pendukung yang dapat dilakukan, yaitu dapat memberikan
pilihan kegiatan yang digunakan untuk menyeimbangkan kondisi gizi dalam tubuh.
Dalam Pedoman Gizi Seimbang Kementerian Kesehatan Republik Indonesia
(2014) , cukup banyak kegiatan yang dapat dilakukan sebagai kegiatan penunjang
demi tercapainya kondisi gizi seimbang. Bermacam – macam kegiatan mulai dari
sekedar menyapu hingga berolahraga yang cukup berat. Tentu saja pilihan kegiatan
ini menyesuaikan dengan kegiatan utama yang telah direncanakan akan dilakukan
oleh subjek (pengguna). Dengan demikian, nutrisi yang masuk akan tersalurkan
dengan baik dan tidak hanya menumpuk sehingga tak memperbesar faktor risiko
dari penyakit – penyakit tidak menular akibat gizi yang tak seimbang.

Dalam aplikasi asistensi ini, pengguna juga akan diingatkan oleh alarm
ataupun pengingat yang mewajibkan penggunanya untuk melaporkan kondisi gizi
dan kegiatan selama rentang waktu tertentu, sehingga pengguna tetap akan
teringatkan dan terkontrol oleh dirinya sendiri namun disertai advice oleh aplikasi
asistensi ini. Ketika pengguna mengisikan kondisi terakhirnya pada rentang waktu

5
tertentu, maka aplikasi akan menhitung ulang dan menginterpretasi ulang data yang
telah ada, dan merubah data kebutuhan nutrisi apabila perlu untuk dirubah.

Hasil akhirnya, pada penghujung waktu sebelum pengguna akan


beristirahat, maka akan diberikan alarm yang akan memberikan data interpretasi
akhir dalam satu hari kegiatan tersebut. Dalam data tersebut akan ditampilkan
kondisi di awal hari, jumlah nutrisi yang masuk, jumlah kalori yang dikeluarkan
untuk beraktivitas, dan status gizi akhir dari pengguna. Selain itu, disertakan
pengingat untuk melakukan kegiatan yang mendukung perilaku gizi seimbang,
seperti menggosok gigi sebelum tidur.

Dengan demikian, adanya inovasi aplikasi asistensi ini akan menjadi salah
satu usaha yang cukup menjanjikan dalam program penerapan gizi seimbang di
Indonesia. Dalam penerapannya, tentu akan cukup banyak kendala yang dihadapi,
seperti tak semua masyarakat memiliki smartphone, frekuensi kemalasan personal,
dan kegiatan – kegiatan yang mendadak sehingga dapat mengurangi akurasi dari
aplikasi asistensi ini.

Namun, dengan adanya inovasi ini akan cukup membantu program


penerapan gizi seimbang, terutama akan mengurangi kebutuhan akan penyuluhan
konvensional, dan juga membantu mengingatkan pengguna agar menumbuhkan
perilaku hidup sehat yang mendukung perilaku gizi seimbang dari dirinya sendiri.
Hal ini dikarenakan motivasi terbesar adalah motivasi internal yang dibangun atas
kesadaran diri. Namun, kesadaran diri ini juga perlu mendapat sokongan dari luar,
yang salah satunya diwujudkan dengan adanya aplikasi asistensi gizi seimbang ini.

Dibutuhkan pengembangan lebih lanjut terhadap aplikasi asistensi berbasis


mobile ini agar dapat menghimpun berbagai informasi spesifik yang berbeda dalam
setiap daerah. Sehingga, analisis yang dilakukan dapat lebih akurat karena memiliki
baku rujukan pada setiap daerah. Namun, hal ini tentunya juga membutuhkan
bantuan dari berbagai pihak, terutama pihak pemerintah untuk mendukung
penerapan aplikasi asistensi gizi seimbang ini di Indonesia, dan juga masyarakat
agar menumbuhkan kesadaran diri mereka untuk hidup sehat dan mencapai kondisi
gizi seimbang demi mengurangi faktor risiko penyakit tidak menular.

6
REFERENSI
Alisjahbana,2011, Laporan pencapaian tujuan pembangunan Milenium di
Indonesia. Jakarta: Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional atau Bapan
Perencana Pembangunan Nasional.

Badan Pusat Statistik Nasional, 2015,Statistik Indonesia:Statistical Year


Book of Indonesia 2015,Jakarta.

Badan Pusat Statistik Provinsi Jawa Barat,2009, Penyusunan Data Sosial


Ekonomi Daerah Provinsi Jawa Barat Tahun 2009,Bandung.

Handajani, A., 2009, Faktor – Faktor yang Berhubungan dengan Pola


Kematian Pada Penyakit Degeneratif di Indonesia, Surabaya, Pusat Penelitian dan
Pengembangan Sistem dan Kebijakan Kesehatan, Badan Penelitian dan
Pengembangan Kesehatan.

Herlina,Sri, dkk, 2013, Keefektifan SMS Reminder Sebagai Media Promosi


Kesehatan Ibu Hamil di Daerah Terpencil,Banjarmasin, Universitas Lambung
Mangkurat.

Kasryno, Faisal. 1993. Kebijaksanaan dan strategi penelitian penelitian


untuk mendukung pembangunan pertanian :Makalah utama dalam symposium
tanaman pangan III. Jakarta

Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, 2014, Pedoman Gizi


Seimbang, Jakarta.

Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, 2012, Buletin Jendela Duta


dan Informasi Kesehatan : Penyakit Tidak Menular, Jakarta.

Raihan, A.,dkk, 2008,Revolusi Pangan Lokal Sebagai Langkah Menuju


Ketahanan dan Kedaulatan Pangan Nasional,Bogor, Institut Pertanian Bogor.

Samsudrajat,Agus,2011, Promosi dan Pencegahan Penyakit Tidak


Menular, Sintang,Stikes Kapuas Raya.

7
DATA PRIBADI

Nama Lengkap : Muhammad Thoriqur Rohman

Tempat, Tanggal Lahir : Kediri, 27 Desember 1998

Alamat Tempat Tinggal : Jl. Kartika I No 1 RT 1 RW 18

Ngoresan

Jebres

Surakarta

Nomor Handphone : 085785929812

Alamat email : m.thoriqurrohman@gmail.com

Asal Institusi : Universitas Sebelas Maret Surakarta

Anda mungkin juga menyukai