Dalam 1000 hari pertama kehidupan seorang anak, lebih dari 1 juta koneksi saraf baru
pada otak anak pun terbentuk setiap detik. Jalur sensorik, seperti penglihatan dan pendengaran,
merupakan hal pertama yang berkembang di otak. Kemudian, diikuti dengan perkembangan
kemampuan bahasa dan fungsi kognitif. Tak hanya perkembangan otak, perkembangan fisik
anak pun melaju dengan cepat pada periode ini, sampai anak usia 2 tahun, kenaikan tinggi
badan anak bisa mencapai 75% dari tinggi badannya saat lahir.
Pada fase kehamilan, perkembangan janin terjadi di setiap trimester kehamilannya,
diantaranya:
Trimester 1 (minggu 1-12), Pembentukan organ-organ penting (mata, jantung, ginjal, hati,
saluran pencernaan, paru-paru, tulang, tangan atau lengan, kaki, dan organ tubuh lainnya)
Trimester 2 (minggu 13-27), Berat janin mulai bertambah, organ mulai berfungsi
Trimester 3 (minggu 28-40), Berat janin mulai bertambah dengan pesat, organ mulai matang
Selain tingginya kematian bayi, anak-anak Indonesia juga dibayangi oleh masalah
kurang gizi. Berdasarkan hasil Riset Kesehatan Dasar Kementerian Kesehatan, persentase
BBLR di Indonesia sebesar 8,8 persen, anak balita pendek sebesar 35,6 persen, anak balita
kurus sebesar 13,3 persen, anak balita gizi kurang sebesar 17,9 persen. Sepertiga anak
Indonesia usia dibawah lima tahun mempunyai status gizi stunting atau pendek, lebih dari
seperlima anak sudah mengalami stunting pada usia 0-5 bulan, mencapai puncaknya pada
usia antara 2-3 tahun, yaitu lebih dari 40%. Hal ini mengindikasikan bahwa sebagian besar
masyarakat Indonesia pernah mengalami kekurangan gizi kronis dan berulang, yang
dimulai pada usia sangat dini.
Para ahli menemukan setidaknya ada 50 jenis zat yang mempengaruhi fungsi otak
selama 1000 hari awal kehidupan ini. Kegagalan dalam asupan nutrisi pada periode ini akan
mempunyai efek jangka panjang dan sulit, bahkan tidak dapat diubah lagi, seperti kerentanan
terhadap penyakit infeksi, kemungkinan menderita penyakit degeneratif (hipertensi, jantung,
stroke, diabetes dll), bahkan kanker dan kelainan jiwa. Pemenuhan gizi yang optimal,
lingkungan pertumbuhan yang kondusif pada masa janin dan bayi, dan imunisasi selama
periode ini akan memberi kesempatan hidup lebih lama, lebih sehat, lebih produktif dengan
kualitas yang lebih baik, serta risiko yang lebih rendah terhadap penyakit degeneratif.
Teori Thrifty Phenotype (Barker dan Hales) menyatakan bahwa, bayi yang
mengalami kekurangan gizi di dalam kandungan dan telah melakukan adaptasi metabolik
dan endokrin secara permanen, akan mengalami kesulitan untuk beradaptasi pada lingkungan
kaya gizi pasca lahir, sehingga menyebabkan obesitas dan mengalami gangguan toleransi
terhadap glukosa. Sebaliknya, risiko obesitas lebih kecil apabila pasca lahir bayi tetap
mengkonsumsi makanan dalam jumlah yang tidak berlebihan.
Kekurangan gizi pada awal kehidupan anak akan berdampak pada kualitas
sumberdaya manusia. Anak yang kurang gizi akan lahir dengan berat badan lahir rendah
(BBLR) dan pada masa selanjutnya akan tumbuh lebih pendek (stunting) yang berpengaruh
terhadap perkembangan kognitifnya. Hal ini tentunya akan berpengaruh pada keberhasilan
pendidikan, yang berakibat pada menurunnya produktivitas saat usia dewasanya. Selain itu,
gizi kurang/buruk merupakan penyebab dasar kematian bayi dan anak. Karenanya, yang
harus disadari secara sungguh-sungguh adalah jika terjadi kegagalan pertumbuhan (growth
faltering), meski gangguan pertumbuhan fisik anak masih dapat diperbaiki di kemudian hari
dengan peningkatan asupan gizi yang baik, namun tidak demikian dengan perkembangan
kecerdasannya. Fakta-fakta ilmiah lainnya menunjukkan bahwa kekurangan gizi yang
dialami ibu hamil yang kemudian berlanjut hingga anak berusia 2 tahun akan mengakibatkan
penurunan tingkat kecerdasan anak. Sayangnya, periode emas inilah yang seringkali kurang
mendapat perhatian keluarga, baik karena kurangnya pengetahuan maupun luputnya skala
prioritas yang harus dipenuhi.
Dengan meningkatkan kualitas kesehatan ibu hamil dan anak sejak dalam kandungan
akan didapatkan generasi penerus yang lebih produktif sehingga dapat memajukan kualitas
generasi muda. Sembilan pesan inti 1000 HPK yaitu:
1. Selama hamil, makan makanan beraneka ragam
2. Memeriksa kehamilan 4 x selama kehamilan
3. Minum tablet tambah darah
4. Bayi yang baru lahir Inisiasi Menyusui Dini (IMD)
5. Berikan ASI eksklusif selama 6 bulan
6. Timbang BB bayi secara rutin setiap bulan
7. Berikan imunisasi dasar wajib bagi bayi
8. Lanjutkan pemberian ASI hingga berusia 2 tahun
9. Berikan MP ASI secara bertahap pada usia 6 bulan dan tetap memberikan ASI
Pemeriksaan Kehamilan
Pemeriksaan kehamilan dilakukan untuk memantau status gizi ibu hamil. Menurut
World Health Organization dan Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor
828/Menkes/SK/IX/2008 pemeriksaan kehamilan dianjurkan dilakukan minimal empat kali
selama kehamilan. Pemeriksaan yang dianjurkan minimal satu kali pada trimester pertama, satu
kali pada trimester kedua, dan dua kali pada trimester ketiga umur kehamilan. Pemeriksaan
kehamilan yang dilakukan minimal adalah pengukuran berat badan dan tinggi badan,
pengukuran tekanan darah, skrining status imunisasi tetanus dan pemberian tetanus toksoid,
pengukuran tinggi fundus uteri, pemberian tablet besi/tablet tambah darah (90 tablet selama
kehamilan), temu wicara (komunikasi interpersonal dan konseling) serta tes laboratorium
sederhana (hb, protein urin), dan atau berdasarkan indikasi (HbsAg, sifilis, HIV, malaria dan
tubercolosis (TBC)).
Imunisasi
Bayi juga harus diberikan imunisasi. Imunisasi yang harus didapat oleh bayi, yaitu
imunisasi hepatitis B pada umur 0—7 hari, imunisasi BCG dan polio 1 pada usia 1 bulan,
imunisasi DPT/HB 1 dan polio 2 pada usia 2 bulan, DPT/HB 2 dan polio 3 pada usia 3 bulan,
DPT/HB 3 dan polio 4 pada usia 4 bulan, dan imunisasi campak pada usia 9 bulan. Imunisasi
yang diberikan bermanfaat untuk mencegah beberapa penyakit yang dapat terjangkit pada
anak-anak. Imunisasi BCG berfungsi untuk mencegah terjadinya penyakit paru-paru/TBC pada
anak. Imunisasi DPT berfungsi untuk mencegah penyakit difteri, pertussis, dan tetanus