Anda di halaman 1dari 30

Laporan Kasus:

Amenorea Primer ec Müllerian Agenesis: Pentingnya


Aspek Psikosocial dan Upaya Reproduktif dalam
Pandangan Etikolegal

RIZA SUFRIADI

Pembimbing:
Prof. DR. Dr. Mohd. Andalas, Sp.OG,FMAS
DR. Dr. Cut Meurah Yeni, Sp.OG (K)
Pendahuluan
 Amneorhea : Primer dan Sekunder
 Penyebab amenore primer :
abnormalitas gonad (50,4%),
abnormalitas hipotalamus dan kelenjar pituitari (27,8%),
abnormalitas saluran genitalia (21,8%), dan himen imperforata
 Disgenesis gonad:
sindrom turner (43%),
agenesis mullerian (MRKH)(15%)
 keterlambatan pubertas (14%)
MRK
H
TIPE I TIPE II
(TIPIKAL) (ATIPIKAL)

ASIMETRIKAL APLASIA
APLASIA UTEROVAGINA
(diikuti oleh organ lain seperti
TERISOLASI
Ovarium, ginjal, Vertebra)

MURCS (Mullerian Renal Cervical Somite)


GRES (Genital Renal Ear)
VATER (kelainan Vertebral, atresia anal, fistula Tracheo-
Esophageal, displasia radial, dan defek ginjal)
FAV Sindrom (Facio-Auriculo-Vertebral)
sindrom Winter
sindrom Klippel-Feil
Kasus Tidak ada
belum keluhan
pernah
Ny menstruasi
nyeri
periodik,
CR, 20 nyeri

th
Tidak ada
Menikah 1 tahun dan riwayat
kesulitan/nyeri saat penyakit
Berhubungan medis lain.

ibunya persalinan Pasien Tamat SMP,


pervaginam, aterm, Pekerjaan IRT
tidak terpapar dengan
Obat-obatan/Radiasi suami paranormal
Pemeriksaan Fisik
 TB 154 cm BB 52 kg IMT 21,92
kg/m2.

 Gambaran postur tubuh identik


wanita, tidak tampak jakun, tidak
ada pembesaran KGB atau tiroid,
pinggul lebih lebar dari bahu.

 Payudara Tanner 5, tidak ada


massa atau cairan dari putting
susu
 Abdomen soepel dan tidak teraba
massa.
 Pemeriksaan Ginekologis: rambut
Pubis Tanner stadium 4. lesi (-)
 Vulva/Vagina luar tampak normal,
kedalaman vagina 5 cm diameter 2
jari, uretra Normal.
 Serviks tidak dilihat/diraba. Palpasi
bimanual sulit meraba batas uterus
dan adnexa tidak teraba massa
 RT: Tonus sfingter ani ketat,
mukosa rektum licin, perabaan
kearah anterior tidak teraba porsio
dan uterus
Penunjang

 Laboratorium darah lengkap dalam


batas normal.

 USG TA uterus kesan sangat kecil


dan ovarium sulit divisualisasikan

 CT Scan pelvis : uterus ukuran


2x2x2,7 cm, Ovarium tidak jelas
 Tidak ada anomali saluran kemih.
Organ Abdomen dan pelvis lain
termasuk didalamnya ginjal,
kelenjar adrenal, vesika urinaria
dan tulang-tulang tampak kesan
normal
Laparaskopi

 Laparoskopi: Uterus
terkesan rudimenter
 kedua ovarium dalam
batas normal dan
terdapat sekat vagina.
Assesment:
Amenorhea Primer ec Mayer-Rokitansky-Kuster-
Hauser

Planning:

• Analisa Kromosom (Kariotyping)


• Testosteron dan DHEAS
• FSH dan LH
Diskusi
 Gangguan perkembangan saluran Mullerian pada minggu ke 5-6
 Prevaliensi 1 dari 4000-5000 kelahiran, Penyebab Amenorea ke 2 setelah
sindrom Turner
 Karyotipe 46XX dengan kedua Ovarium berfungsi normal organs seks
sekunder normal
 MRKH terbagi 2 Tipe:
 Tipe I: Tipikal: hanya melibatkan rangkaian Rokitansi
 Tipe II: Atipikal (53%) Meelibatkan Organ lain (MURCS, GRES, VATER, FAV,
Sindrom Wilter, Klippel Feil
Manajemen Sindroma MRKH
 PSIKOSOSIAL
 Anxietas, Depresi

 REPRODUKSI
 Transplantasi Uterus, Surogate Mother, Adopsi

 SEKSUAL
 Neovagina (Surgical-Non Surgical)
Manajemen Psikososial

 Gejala Psikologi:
 Depresi,

 Syok,

 Isolasi, Takut Penolakan, Minder, Persaan Berbeda,


 Gangguan Seksual,
 Neurotik,

 Psikotik,

 Suicide
Manajemen Psikososial
 Song,dkk : Axietas 2 x lebih banyak dari control
 Pasien Remaja berdampak pada perkembangan kepribadian, sifat,
ketidakstabilan Emosi

 Chen, dkk : ¾ pasien MRKH mengalami depresi 1/3 diantaranya


derajat sedang berat
 Rentan Neurocism, Psychotic, introversi dan Bunuh diri
 Perepsi citra diri negative, konflik interpersonal, rendah diri, prestasi
akademik
 Pasien dengan Tingkat Pendidikan rendah lebih rentan depresi
Manajemen Psikososial
 Faktor yang mempengaruhi:
 Usia,
 Lama diagnosis
 Dukungan suami/keluarga,
 Persiapan psikilogi

 Sebagian Penelitian menyatakan Koreksi Neovagina baik pemebdahan


maupun non pembedahan tidak mengurangi gejala Depresi

 Intervensi Psikologis seharusnya diberikan sebelum prosedur diagnostic


dan Intervensi lain
Manajemen Psikososial
 Bantuan Psikologi harus dilakukan Bersama denga Tim lintas
Profesi:
 Ginekolog
 Psikolog
 Sosial Worker
 Peer group (dukungan sesame pasien Sindrom MRKH)

 Weijenborg dkk:
Terapi kognitif-perilaku yang dilakukan secara Tim
Multidisiplin menurunkan tekanan psikologis, meningkatkan
kepercayaan diri dan mengurangi dampak diagnosis
Manajemen Reproduksi: Transplantasi Uterus

 Manajemen Novel: Dr. Brannstrom dkk berhasil transplantasi 7 dari


9 pasien 5 persalinan
 Harus menggunakan Imunosupresan, persalinan melalui SC dan
histerektomi ulang
 Prinsip Etik: Autonomy, NonMaleficience, Informed Consent
 Autonomy : Hak untuk menetukan nasib sendiri termasuk Reproduksi
 NonMaleficience: Tidak membahayakan pasien
 Informed Consent: Potensi Risiko, manfaat dan peluang, saat ini angka
keberhasilan masih rendah dan masih merupakan prosedur baru
Manajemen Reproduksi: Transplantasi Uterus
Manajemen Reproduksi: Transplantasi Uterus
 Secara etik Masih Pro-Kontra, karena uterus tidak dianggap
sebagai “organ vital” bagi manusia seperti halnya jantung,
hati, dan ginjal, yang secara fisiologis dianggap vital untuk
kehidupan

 Di Indonesia transplantasi uterus masih belum pada tahap


aplikasi klinis, oleh karena itu belum ada regulasi baik secara
etik, hukum dan fatwa keagamaan yang mengatur
Manajemen Reproduksi: Surogate Mother
 Menggunakan Rahim perempuan lain untuk hamil denga perjanjian
 Pertama kali di lakukan di Afrika Selatan tahun 1987
 Tahun 2002 India menjadi Negara pertama yang melegalkan
Surogasi  lahir 3000 bayi, tahun 2013 keluar regulasi yang
mebatasi
 Negara lain yang melegalkan :
 ASIA: Nepal, Kamboja, Dubai, Iran dan Thailand.
 Eropa : Ukraina, Rusia , Inggris, Polandia, Rumania, Georgia
 Amerika Serikat, Canada, Mexico
Manajemen Reproduksi: Surogate Mother

Prinsip Etik: a)Autonomi; b) Principe Justice; c) Principe Beneficence; d)


Principe Non-maleficence
 Autonomy: Kebebasan dalam memilih keputusan terhadap diri sendiri
 Keadilan (Justice): hak dan peluang yang sama untuk mengambil keputusan
 Beneficence: Setiap tindakan harus dilakukan dengan sungguh-sungguh serta
bermanfaat
 Non-maleficence: Tindakan tidak membuat kerugian baik untuk orang tua
atau Ibu Pengganti
Manajemen Reproduksi: Surogate Mother

 Negara harus memuat hak, kewajiban dan tanggung jawab para


pihak, perjanjian kompensasi kepada ibu pengganti
 Secara Hukum bervariasi di tiap Negara:
 melarang surrogasi komersial dan altruistik,
 hanya mengizinkan surrogasi altruistik disertai pembayaran kompensasi
kepada ibu pengganti.
 Membolehkan surrogasi komersial dan altruistic
Manajemen Reproduksi: Surogate Mother

 Di Indonesia melarang praktik Surogasi


 Pasal 127 UU Kesehatan No. 36 tahun 2009 : upaya kehamilan di luar cara alami
hanya dapat dilakukan oleh pasangan yang sah dengan ketentuan sebagai berikut: a)
Hasil dari keduanya pembuahan sperma dan sel telur dari pasangan yang
bersangkutan harus ditanamkan di dalam rahim istri dari mana sel telur
berasal; b) Dilakukan oleh petugas kesehatan yang memiliki keahlian dan
wewenang dalam masalah dimaksud; c) Harus dilakukan pada fasilitas kesehatan
tertentu.16
 Pasal 2 ayat (3) Undang-undang nomor 39/2010 : "Layanan teknologi reproduksi
buatan hanya dapat diberikan kepada pasangan menikah yang berhubungan
dengan perkawinan sah dan sebagai upaya terakhir untuk mendapatkan
keturunan dan berdasarkan indikasi medis."
Manajemen Reproduksi: Surogate Mother
 FATWA MUI tahun 2006 :
Tidak mengizinkan rahim untuk disewa dalam berbagai bentuk.
Menurut para ahli hukum dan ahli kedokteran telah mengeluarkan
fatwa yang memungkinkan suami-istri atau salah satu dari mereka
dalam upaya untuk memiliki keturunan dengan bantuan teknologi
sains untuk membantu pasangan untuk memiliki keturunan. Namun,
asalkan embrio harus menjadi milik pasangan, tidak ada pihak
ketiga di antara mereka seperti proses IVF
Manajemen Reproduksi: ADOPSI

 Solusi praktis dan paling memungkinkan


 Terikat implikasi hukum mengatur Hak, Kewajiban, perwalian dan
warisan
 Ditetapkan oleh Pengadilan Negeri atau Pengadilan Agama
 Dasar Hukum
 Peratuaran Hindia Belanda Staatsblad Nomor 129 Tahun 1917
 UU Nomor 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak dan Peraturan
Pemerintah Nomor 54 Tahun 2007 tentang Pelaksanaan Pengangkatan Anak
Manajemen Seksual: Pendekatan Non Operatif

 Menggunakan Dilator Vagina


 Terapi Awal sebelum Pembedahan
 Keberhasilan >90%, mudah dan nyaman namun lama
 Teknik:
 Metode Frank
 Metode Ingram (Modifikasi Frank)
Manajemen Seksual: Vaginoplasti Operatif
 Terdapat berbagai variasi Teknik Operasi
 Teknik Mc Indoe dan modifikasinya
 Keberhasilan 83,6-100%
 metode ini membuat ruang neovagina antara kandung kemih dan rektum dan melapisi
ruang tersebut dengan mencangkok
 Flap/Drap bervariasi: kulit, selaput amnion, graf subkutan perut/fasciocutaneus, Labial
 Memakai dilator selama 3 bulan

 Teknik William dan Modifikasinya


 Keberhasilan 95-98%
Manajemen Seksual: Vaginoplasti Operatif

 Teknik Vecchiettti
 Melalui Laparatomi atau Laparaskopi : Memisahkan Peritoneum
vesikorektal junction dengan vesika urinaria-rectum
menggunakan traksi akrilik berbentuk zaitun

 Teknik Davydov dan Modifikasinya


 Keberhasilan >96%
 Dilakukan dengan Laparatomi atau laparaskopi
 Kedalaman vagina dapat dicapai > 7,8 cm
Kesimpulan
 Komponen psikologis penting. Diperlukan dukungan psikologis
Multidisiplin terdiri dari ginekolog, psikolog, teman senasib,
dukungan suami dan keluarga untuk meningkatkan penerimaan
diri, kepercayaan diri dalam pegaulan social.
 Fungsi reproduktif untuk pasien sindrom MRKH di Indonesia
masih terbatas, tranplantasi uterus belum memungkinkan surrogate
mother masih terbentur etika, agama dan perundang-undangan.
Adopsi merupakan satu-satunya opsi.
 Fungsi seksual dapat dicapai baik dengan teknik dilatasi dan
teknik pembedahan, terdapat beberapa teknik pembedahan yang
dapat dilakukan dengan tingkat keberhasilan yang tinggi

Anda mungkin juga menyukai