PENDAHULUAN
II.1.1.2 Etiologi
1. Penyebab terjadinya stroke iskemik antara lain :
a. Penurunan aliran darah sistemik
b. Thrombosis
c. Emboli serebral yang berasal dari jantung (kardioemboli), aorta dan
proksimal arteri (intra-arterial), serta system vena (smith, 2010)
2. Penyebab stroke hemoragik antara lain:
a. Penyebab tersering adalah hipertensi
b. Malformasi vaskular (caplan, 2009)
II.1.1.3 Klasifikasi
Stroke dibagi berdasarkan patologinya menjadi stroke iskemik dan stroke
hemoragik, angka kejadian stroke iskemik lebih besar dibandingkan dengan
stroke hemoragik (vander worp and van gijn, 2007).
1. Stroke Hemoragik
Stroke perdarahan atau Stroke hemoragik adalah perdarahan yang tidak
terkontrol di otak.
a. Perdarahan Intraserebral (PIS)
Perdarahan primer yang berasal dari pembuluh darah dalam parenkim
otak dan bukan disebabkan oleh trauma (Aliah,2007).
b. Perdarahan Subaraknoid (PSA)
Keadaan terdapatnya atau masuknya darah kedalam ruang subaraknoid
(Aliah, 2007)
2. Stroke Iskemik
a. Stroke akibat trombosis serebri
b. Emboli serebri
c. Hipoperfusi sistemik
Emboli
Stroke emboli dapat disebabkan oleh sumbatan pembuluh darah oleh
suatu emboli, yaitu sebuah partikel atau debris yang berjalan terbawa aliran
darah yang berasal dari pembuluh darah mana saja. Emboli paling sering
merupakan suatu trombus yang terlepas, dapat juga berupa lemak , udara, tumor
atau metastasis, kumpulan bakteri seperti pada endokarditis infektif dan benda
asing. Target paling sering dari emboli adalah cabang superfisial dari arteri
serebri ataupun serebelli. Emboli paling sering tersangkut di arteri serebri
media, karena 80% darah yang dibawa arteri karotis mengalir melalui arteri
serebri media (smith, 2010).
Sumber embolisasi tidak hanya dapat terletak di arteri karotis atau
vertebralis, akan tetapi dapat juga di jantung dan sistem vaskular sistemik
diantaranya meliputi (Mardjono, 2008):
1. Embolus yang dilepaskan oleh arteria karotis atau arteria vertebralis, dapat
berasal dari plak aterosklerotik atau dari trombus yang melekat pada intima
arteri.
2. Embolisasi kardiogenik dapat terjadi pada :
a. Penyakit jantung dengan “shunt” yang menghubungkan bagian kanan
dengan bagian kiri atrium atau ventrikel.
b. Penyakit jantung reumatoid akut atau menahun yang meninggalkan
gangguan pada katup mitralis
c. Fibrilasi atrium
d. Infark kordis akut
3. Embolisasi akibat gangguan sistemik dapat terjadi pada :
a. Metastasis neoplasma yang sudah tiba di paru
b. Embolisasi lemak dan udara atau gas N (seperti pada penyakit ”caisson”)
II.1.2.2 Etiologi
Etiologi fibrilasi atrium menurut Nasution dan Ismail (2006) dapat dibagi
berdasarkan kondisi-kondisi yang berhubungan dengan kejadian fibrilasi atrium
antara lain :
1. Penyakit jantung yang berhubungan dengan FA
a. Penyakit jantung koroner (PJK)
b. Kardiomiopati dilatasi
c. Kardiomiopati hipertrofik
d. Penyakit Katup Jantung Reumatik (RHD/PJR) dan non reumatik
e. Aritmia jantung
f. Perikarditis
2. Penyakit di luar jantung yang berhubungan dengan FA
a. Hipertensi sistemik
b. Diabetes Mellitus
c. Hipertiroidisme
d. Penyakit paru
e. Neurogenik
II.1.2.3 Klasifikasi
Menurut Nasution dan Ismail (2006) klasifikasi Fibrilasi Atrium (FA) yaitu :
1. Fibrilasi atrium paroksismal merupakan FA yang berlangsung kurang dari 7
hari. Lima puluh persen FA paroksismal akan kembali ke irama sinus secara
spontan dalam waktu 24 jam.
2. Fibrilasi atrium persisten merupakan FA yang menetap lebih dari 48 jam tetapi
kurang dari 7 hari
3. Fibrilasi atrium kronik atau permanen yaitu yang berlangsung lebih dari 7 hari.
Rosenthal et al (2012) menambahkan lone fibrilasi atrium. Istilah ini
digunakan untu pasien FA dibawah 60 tahun yang tidak ada riwayat kelainan
jantung dan pada ekokardiografinya normal.
Emboli
Hipoksia neuron
Stroke iskemik
Variabel independen
(Faktor risiko stroke) :
Fibrilasi atrium Variabel dependen :
Diabetes mellitus Stroke non hemoragik
Hipertensi
Jenis kelamin
2
𝑛1 = 𝑛 2 = (𝑍∝√2𝑃𝑄+𝑍𝛽 √𝑃1𝑄1+𝑃2𝑄2
𝑃1− 𝑝2
)
Alat
No Variabel Definisi Operasional Hasil Ukur Skala
Ukur
1 Stroke Hasil diagnosis Rekam 1.Ya Nominal
iskemik dokter yang medis 2.Tidak
menyatakan pasien
mengalami stroke
iskemik dan terdapat
pemeriksaan Ct scan
kepala dengan
gambaran hipodens
dan tercantum pada
hasil rekam medis
(modifikasi Prasad
et al, 2009)
2 Stroke Hasil diagnosis Rekam 1. Ya Nominal
dokter yang medis 2. tidak
menyatakan pasien
mengalami stroke
dan terdapat
pemeriksaan Ct scan
yang tercantum pada
hasil rekam medis
(modifikasi prasad et
al, 2009)
3 Fibrilasi Hasil diagnosis Rekam 1.ya (fibrilasi Nominal
Atrium dokter yang medis atrium)
menyatakan pasien 2.Tidak
mengalami fibrilasi (tidak
atrium yang di fibrilasi
perkuat dengan atrium)
adanya pemeriksaan
EKG dengan
gambaran denyut
jantung tidak
teratur.: gelombang
P tidak dapat
diidentifikasi, durasi
QRS kurang dari
0,10 detik, irama
ventrikel tidak
teratur, laju atrial
400-600x/menit.
(modifikasi Dharma,
2010)
4 Diabetes Tingginya kadar Rekam 1.Ya Nominal
mellitus glukosa darah puasa. medis 2.tidak
yang terdiagnosa
DM oleh dokter di
dalam rekam medis
pasien.
5 Hipertensi Peningkatan tekanan Rekam 1.Ya Nominal
darah lebih dari medis 2.tidak
140/90 mmHg. Dan
terdiagnosis
hipertensi oleh
dokter di dalam
buku rekam medis.
6 Jenis Jenis kelamin dilihat Rekam 1.laki-laki Nominal
kelamin dari identitas pasien medis 2.perempuan
saat masuk RS
Rancangan penelitian :
Penentuan Populasi dan Subjek Penelitian : Populasi pada penelitian ini adalah pasien rawat inap
pada unit stroke di RSPAD Gatot Soebroto Periode Januari-Desember 2014
Pengumpulan data dilakukan dengan cara membaca rekam medis pasien lalu mencatat
data yang diperlukan dalam penelitian.Pengolahan data dilakukan dengan menggunakan
program statistik.
Menyusun laporan
Pada tanggal 8 Maret 1942 menjadi rumah sakit militer angkatan darat
Jepang dengan nama rikugun byoin. Sejak 17 Agustus 1945 dikuasai oleh
tentara KNIL dan namanya diubah menjadi militaire geneeskundige dienst yang
dikenal dengan nama “leger hospital Batavia”.
IV.2.1.1 Stroke
Dari hasil analisis hubungan antara jenis kelamin dengan stroke non
hemoragik didapatkan hasil 20 responden berjenis kelamin laki-laki yang
mengalami stroke non hemoragik, 11 responden berjenis kelamin perempuan
yang mengalami stroke non hemoragik, 13 responden berjenis kelamin laki-laki
yang tidak mengalami stroke non hemoragik dan 6 responden perempuan yang
tidak mengalami stroke non hemoragik dan didapatkan nilai P-value 0.777 >
0.05, maka dapat diambil kesimpulan bahwa tidak terdapat hubungan yang
signifikan antara jenis kelamin dengan stroke non hemoragik.
Odds ratio yang dihitung disini merupakan odds dari responden berjenis
kelamin laki-laki dibandingkan dengan responden berjenis kelamin perempuan.
Nilai Odds ratio sebesar 0.839 berarti resonden berjenis kelamin laki-laki
memiliki kecenderungan untuk mengalami stroke non hemoragik 1 kali lebih
besar dibandingkan dengan responden berjenis kelamin perempuan.
Selanjutnya diperoleh juga selang kepercayaan [(0.24),(2.829)], sehingga jenis
kelamin bukan sebagai faktor resiko dalam terjadinya stroke non hemoragik.
IV.2.2.3 Hipertensi
a. Overall test
b. Partial test
c. Pengujian Hosmer-Lemeshow
Dari hasil uji Hosmer-Lemeshow didapatkan nilai Sig 1.000 dimana P >
0,05 sehingga menerima H0 menolak H1. Hal ini menerangkan bahwa dengan
tingkat keyakinan 95% dapat bahwa model regresi logistik dapat digunakan.
d. Nagelkerke R-square
Dari tabel diatas dapat ditunjukkan bahwa model regresi logistic yang
digunakan baik, karena dapat memprediksi kondisi stroke non hemoragik yang
terjadi sebesar 84%.
Tabel diatas adalah tabel variabel bebas yang akan dilakukan analisis
multivariat. Syarat analisis multivariat adalah nilai P < 0,25. maka yang
dilakukan analisis adalah diabetes mellitus, hipertensi dan fibrilasi atrium.
Tabel 18. Hasil analisis multivariat
95% C.I for OR
Variabel Sig Or
Lower Upper
Hipertensi 0.027 13.699 1.341 139.950
Diabetes
0.020 0.047 0.004 0.622
Mellitus
Fibrilasi Atrium 0.998 0.000 0.000
IV.3 Pembahasan
A. Hubungan Antara Jenis Kelamin dengan angka kejadian Stroke Iskemik pada
Pasien Rawat Inap di Unit Stroke RSPAD Gatot Soebroto Periode Januari –
Desember 2014.
Berdasarkan distribusi jenis kelamin pasien rawat inap yang mengalami
stroke non hemoragik di unit stroke RSPAD Gatot Soebroto periode Januari –
Desember 2014, terdapat lebih banyak pasien laki-laki yang mengalami stroke
non hemoragik dibandingkan perempuan. Hal ini sama seperti penelitian
agustina eka evia rahmawati (2009), yang menyatakan persentase yang lebih
banyak mengalami stroke non hemoragik adalah laki-laki 73 orang (61.3%) dan
46 orang perempuan (38.7%) dari total sampel 119 orang. Terdapat perbedaan
hasil pada penelitian ananto wibisono (2012), yang menyatakan angka kejadian
stroke non hemoragik lebih banyak dialami oleh perempuan dibandingkan laki-
laki dengan hasil penelitian yaitu, terdapat 30 pasien perempuan yang
mengalami stroke non hemoragik dari jumlah sampel 55 orang.
Hasil analisis bivariat dan odds ratio didapatkan hasil tidak terdapat
hubungan jenis kelamin dengan angka kejadian stroke iskemik dan jenis
kelamin tidak merupakan faktor resiko dari stroke iskemik. Hal ini dapat
disebabkan oleh adanya hormon estrogen yang ada pada perempuan sebelum
menopause yang berfungsi sebagai proteksi pembuluh darah terhadap
arterosklerosis yang merupakan penyebab dari trombosis (Japardi,2002).
Pada usia dibawah 50 tahun memang prevalensi penderita stroke lebih
banyak pada laki-laki. Namun pada usia diatas 50 tahun wanita lebih banyak
menderita stroke (Gofir, 2009).