Bidan merupakan suatu profesi yang mana dalam setiap asuhan dan
tindakan yang dilakukan memiliki sebuah tanggung jawab yang besar.
Apabila seorang bidan melakukan suatu kesalahan yang dilakukan, maka
ia akan mendapatkan sanksi dan hukuman yang telah ditetapkan oleh
pemenkes.
Dalam melakukan tindakan–tindakan tersebut, selain melakukan
sesuai dengan standar bidan juga harus memperhatikan norma, etika
profesi, kode etik profesi dan hukum profesi dalam setiap tindakannya.
KOMPETENSI
Kompetensi Utama:
Kompetensi Khusus:
1. Registrasi
2. Pelaporan dan Registrasi
3. Kewenangan bidan di komunitas
1
AKTIVITAS PEMBELAJARAN
Panduan: Baca dan pahami konsep-konsep dasar pada setiap sub pokok bahasan berikut:
A. REGISTRASI
• Pengertian Registrasi
Registrasi adalah sebuah proses dimana seorang tenaga profesi harus mendaftarkan
dirinya pada suatu badan tertentu secara periodic guna mendapatkan kewenangan dan hak
untuk melakukan tindakan profesionalnya setelah memenuhi syarat-syarat tertentu yang
ditetapkan oleh badan tesebut.
Dengan teregistrasinya seorang tenaga profesi, maka akan mendapatkan haknya untuk
ijin praktik ( lisensi ) setelah memenuhi beberapa persyaratan administrasi untuk lisensi.
• Tujuan Registrasi
a) Meningkatkan keemampuan tenaga profesi dalam mengadopsi kemajuan ilmu
pengetahuan dan tehnologi yang berkembang pesat.
b) Meningkatkan mekanisme yang obyektif dan komprehensif dalam penyelesaian
kasus mal praktik.
c) Mendata jumlah dan kategori melakukan praktik
Aplikasi proses regisrtasi dalam praktek kebidanan adalah sebagai berikut, bidan yang
baru lulus mengajukan permohonan dan mengirimkan kelengkapan registrasi kepada kepala
2
Dinas Kesehatan Propinsi dimana institusi pendidikan berada guna memperoleh SIB ( surat
ijin bidan ) selambat-lambatnya satu bulan setelah menerima Ijasah bidan. Kelengkapan
registrasi menurut Kepmenkes No. 900/Menkes/SK/VII/2002 adalah meliputi: fotokopi ijasah
bidan, fotokopi transkrip nilai akademik, surat keterangan sehat dari dokter, pas foto
sebanyak 2 lembar.
SIB berlaku selama 5 tahun dan dapat diperbaharui, serta merupakan dasar untuk
penerbitan lisensi praktik kebidanan atau SIPB ( surat ijin praktik bidan ). SIB tidak berlaku
lagi karena: dicabut atas dasas ketentuan perundang-undangan yang berlaku, habis masa
berlakunya dan tidak mendaftar ulang, dan atas permintaan sendiri.
• Syarat Registrasi
Pada saat akan mengajukan registrasi, maka akan diminta untuk melengkapi dan
membawa beberapa syarat, antara lain :
3
BAB I
KETENTUAN UMUM
Pasal 1
1. Bidan adalah seorang perempuan yg lulus dari pendidkan bidan yang telah teregistrasi
sesuai dengan peraturan perundang-undangan.
2. Fasilitas pelayanan kesehatan adalah tempat yg digunakan untuk menyelenggarakan
upaya pelayanan kesehatan baik promotif, preventif, kuratif, maupun rehabilitatif,
yang dilakukan oleh Pemerintah, pemerintah daerah, dan/atau masyarakat.
3. Surat Tanda Registrasi, selanjutnya disingkat STR adalah bukti tertulis yang diberikan
oleh pemerintah kepada tenaga kesehatan yang diregistrasi setelah memiliki sertifikat
kompetensi
4. Surat Izin Kerja Bidan, selanjutnya disingkat SIKB adalah bukti tertulis yang
diberikan kepada Bidan yang sudah memenuhi persyaratan untuk bekerja di fasilitas
pelayanan kesehatan.
5. Surat Izin Praktik Bidan, selanjutnya disingkat SIPB adalah bukti tertulis yang
diberikan kepada Bidan yang sudah memenuhi persyaratan untuk mejalankan praktik
bidan mandiri
6. Standar adalah pedoman yang harus dipergunakan sebagai petunjuk dalam
menjalankan profesi yang meliputi standar pelayanan, standar profesi, dan standar
operasional prosedur.
7. Praktik mandiri adalah praktik bidan swasta perorangan.
8. Organisasi profesi adalah Ikatan Bidan Indonesia (IBI).
BAB II
PERIZINAN
Pasal 2
Pasal 3
Setiap bidan yang bekerja di fasilitas pelayanan kesehatan wajib memiliki SIKB.
Setiap bidan yg menjalankan praktik mandiri wajib memiliki SIPB.
SIKB atau SIPB sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) berlaku untuk 1
(satu) tempat.
Pasal 4
4
Untuk memperoleh SIKB dan SIPB sebagaimana dimaksud pada pasal 3, Bidan harus
mengajukan permohonan kepada pemerintah daerah kabupaten/kota dengan
melampirkan :
Kewajiban memiliki STR sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a, dilaksanakan
sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
Apabila belum terbentuk Majelis Tenaga Kesehatan Indonesia (MTKI), Majelis
Tenaga Kesehatan Provinsi (MTKP) dan/atau proses STR belum dapat dilaksanakan,
Surat Izin Bidan ditetapkan berlaku sebagai STR.
Contoh surat permohonan memperoleh SIKB/SIPB sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) tercantum dalam Formulir I terlampir
Contoh SIKB sebagaimana tercantum dalam Formulir II terlampir.
Contoh SIPB sebagaimana tercantum dalam Formulir III terlampir
Pasal 5
Pasal 6
Bidan hanya dapat menjalankan praktik dan/atau kerja paling banyak di 1 (satu)
tempat kerja dan 1 (satu) tempat praktik.
Pasal 7
SIKB/SIPB berlaku selama STR masih berlaku dan dapat diperbaharui kembali jika
habis masa berlakunya.
Pembaharuan SIKB/SIPB sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diajukan kepada
pemerintah daerah kabupaten/kota setempat dengan melampirkan :
5
Pasal 8
BAB III
PENYELENGGARAAN PRAKTIK
Pasal 9
Bidan dalam mejalankan praktik berwenang untuk memberikan Pelayanan yang meliputi :
Pasal 10
Pelayanan kesehatan ibu sebagaimana dimaksud dalam pasal 9 huruf a diberikan pada
masa pra hamil, kehamilan, masa persalinan, masa nifas, masa menyusui dan masa
antara dua kehamilan.
Pelayanan kesehatan ibu sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi :
1. Episiotomi
2. Penjahitan luka jalan lahir tingkat I dan II
3. Penanganan kegawat-daruratan, dlanjutkan dengan perujukan
4. Pemberian tablet Fe pada ibu hamil
5. Pemberian Vit A dosis tinggi pada ibu nifas
6. Bimbingan inisiasi menyusui dini dan promosi ASI ekslusif
7. Pemberian uterotonika pada manajemen aktif kala tiga dan postpartum
8. Penyuluhan dan konseling
9. Bimbingan pada kelompok ibu hamil
10. Pemberian surat keterangan kematian
11. Pemberian surat keterangan cuti bersalin
Pasal 11
6
Pelayanan kesehatan anak sebagaimana dimaksd dalam pasal 9 huruf b diberikan pada
bayi baru lahir, bayi, anak balita, dan anak pra sekolah
Bidan dalam memberikan pelayanan kesehatan anak sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) berwenang untuk :
1. Melakukan asuhan bayi baru lahir normal termasuk resusitasi, pencegahan hipotermi,
inisiasi menyusu dini, injeksi vit K 1, perawatan bayi baru lahir pada masa neonatal
(0-28 hr) dan perawatan tali pusat
2. Penanganan hipotermi pada bayi baru lahir dan segera merujuk
3. Penanganan kegawat-daruratan, dilanjutkan dengan rujukan
4. Pemberian imunisasi rutin sesuai program pemerintah
5. Pemantauan tubuh kembang bayi, anak balita dan anak prasekolah
6. Pemberian konseling dan penyuluhan
7. Pemberian surat keterangan kelahiran
8. Pemberian surat keterangan kematian
Pasal 12
Pasal 13
Selain kewenangan sebagaimana dimaksud dalam pasal 10, 11, dan 12, bidan yang
menjalankan program pemerintah berwenang melakukan pelayanan kesehatan
meliputi :
1. Pemberian alat kontrasepsi suntikan, alat kotrasepsi dalam rahim, dan alat kontrasepsi
bawah kulit
2. Asuhan antenatal terintegrasi dengan intervensi khusus penyakit kronis tertentu
dilakukan dibawah supervisi dokter
3. Penanganan bayi dan anak balita sakit sesuai pedoman yang ditetapkan
4. Melakukan pembinaan peran serta masyarakat di bidang kesehatan ibu dan
anak, anak usia sekolah dan remaja, dan penyehatan lingkungan
5. Pemantauan tumbuh kembang bayi, anak balita, anak pra sekolah, dan anak sekolah
6. Melaksanakan pelayanan kebidanan komunitas
7. Melaksanakan deteksi dini, merujuk dan memberikan penyuluhan terhadap Infeksi
Menular Seksual (IMS) termasuk pemberian kondom, dan penyakit lainnya
8. Pencegahan penyalahgunaan Narkotika, Psikotropika dan Zat Adiktif lainnya
(NAPZA) melalui informasi dan edukasi
9. Pelayanan kesehatan lain yang merupakan program Pemerintah
Pelayanan alat kontasepsi bawah kulit, asuhan antenatal terintegrasi, penanganan bayi
dan anak balita sakit, dan pelaksanaan deteksi dini, merujuk dan memberikan
7
peyuluhan terhadap Infeksi Menular Seksual (IMS) dan penyakit lainnya, serta
pencegahan penyalahgunaan Narkotika, Psikotropika dan Zat Adiktif lainnya
(NAPZA) hanya dapat dilakukan oleh bidan yang telah dilatih untuk itu.
Pasal 14
Bagi bidan yang menjalankan praktik di daerah yang tidak memiliki dokter, dapat
melakukan pelayanan kesehatan di luar kewenangan sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 9.
Daerah yang tidak memiliki dokter sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah
kecamatan atau kelurahan/desa yang ditetapkan oleh kepala dinas kesehatan
kabupaten/kota.
Dalam hal daerah sebagaimana dimaksud pada ayat (2) telah terdapat dokter,
kewenangan bidan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tidak berlaku.
Pasal 15
Pasal 16
Pada daerah yang belum memiliki dokter, pemerintah dan pemerintah daerah harus
menempatkan bidan dengan pendidikan minimal Diploma III Kebidanan.
Apabila tidak terdapat tenaga bidan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), pemerintah
dan pemerintah daerah dapat menempatkan bidan yang telah mengikuti pelatihan.
Pemerintah daerah propinsi/kabupaten/kota bertanggung jawab menyelenggarakan
pelatihan bagi bidan yang memberikan pelayanan di daerah yang tidak memilki
dokter.
Pasal 17
1. Memiliki tempat praktek, ruangan praktik dan peralatan untuk tindakan asuhan
kebidanan, serta peralatan untuk menunjang pelayanan kesehatan bayi, anak balita
dan pra sekolah yang memenuhi persyaratan lingkungan sehat
2. menyediakan maksimal 2 ( dua ) tempat tidur untuk persalinan
3. memiliki sarana, peralatan dan obat sesuai dengan ketentuan yang berlaku
4. Ketentuan persyaratan tempat praktik dan peralatan sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) satu tercantum dalam Lampiran Peraturan ini
Pasal 18
8
2. memberikan informasi tentang masalah kesehatan pasien dan pelayanan yang
dibutuhkan
3. merujuk kasus yang bukan kewenangannya atau tidak dapat ditangani dengan tepat
waktu
4. meminta persetujuan tindakan yang akan dilakukan
5. menyimpan rahasia pasien sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan
6. melakukan pencatatan asuhan kebidanan dan pelyanan lainnya secara sistematis
7. mematuhi standar
8. melakukan pencatatan dan pelaporan penyelenggaraan praktik kebidanan termasuk
pelaporan kelahiran dan kematian
Pasal 19
BAB IV
PENCATATAN DAN PELAPORAN
Pasal 20
Dalam melakukan tugasnya bidan wajib melakukan pencatatan dan pelaporan sesuai
dg pelayanan yg diberikan.
Pelaporan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditujukan ke Puskesmas wilayah
tempat praktik.
Dikecualikan dari ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) untuk bidan yang
bekerja di fasilitas pelayan kesehatan.
BAB V
Pasal 21
9
Majelis Tenaga Kesehatan Provinsi, organisasi profesi dan asosiasi institusi
pendidikan yang bersangkutan.
Pembinaan dan pengawasan sebagaimana dimaksud pd ayat (1) diarahkan untuk
meningkatkan mutu pelayanan, keselamatan pasien dan melindungi masyarakat
terhadap segala kemungkinan yang dapat menimbulkan bahaya bagi kesehatan
Kepala Dinas Kesehatan Kab/kota hraus melaksanakan pembinaan dan pengawasan
penyelenggaraan praktik bidan.
Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud pada ayat (1), Kepala Dinas
Kab/Kota hraus membuat pemetaan tenaga bidan praktik mandiri dan bidan di desa
serta menetapkan dokter Puskesmas terdekat untuk pelaksanaan tugas supervisi
terhadap bidan di wilayah tersebut.
Pasal 22
Pimpinan fasilitas kesehatan wajib melaporkan bidan yang bekerja dan yang berhenti
bekerja di fasilitas pelayanan kesehatannya pada tiap triwulan kepada Kepala Dinas
Kesehatan Kab/Kota dengan tembusan kepada organisasi profesi
Pasal 23
1. teguran lisan
2. teguran tertulis
3. pencabutan SKIB/SIPB untuk sementara paling lama 1(satu) tahun; atau
4. pencabutan SKIB/SIPB selamanya
BAB VI
KETENTUAN PERALIHAN
Pasal 25
Pasal 26
10
Apabila Majelis Tenaga Kesehatan Indonesia (MTKI) dan Majelis Kesehatan Provinsi
(MTKP) belum dibentuk dan/atau belum dapat melaksanakan tugasnya maka registrasi bidan
dilaksanakan sesuai dengan ketentuan Kepmenkes No 900/Menkes/SK/VII/2002 tentang
Registrasi dan Praktik Bidan.
BAB VII
KETENTUAN PENUTUP
Pasal 29
1. Pengetahuan dasar
a. Konsep dasar dan sasaran kebidanan komunitas.
b. Masalah kebidanan komunitas.
c. Pendekatan asuhan kebidanan komunitas pada keluarga, kelompok dan masyarakat.
d. Strategi pelayanan kebidanan komunitas.
e. Upaya peningkatan dan pemeliharaan kesehatan ibu dan anak dalam keluarga
dan masyarakat.
f. Faktor – faktor yang mempengaruhi kesehatan ibu dan anak.
g. Sistem pelayanan kesehatan ibu dan anak.
2. Pengetahuan tambahan
a. Kepemimpinan untuk semua (Kesuma)
11
b. Pemasaran sosial
c. Peran serta masyarakat
d. Audit maternal perinatal
e. Perilaku kesehatan masyarakat
f. Program – program pemerintah yang terkait dengan kesehatan ibu dan anak (Safe
Mother Hood dan Gerakan Sayang Ibu).
g. Paradigma sehat tahun 2010.
3. Keterampilan dasar
a. Melakukan pengelolaan pelayanan ibu hamil, nifas laktasi, bayi, balita dan KB di
masyarakat.
b. Mengidentifikasi status kesehatan ibu dan anak.
c. Melakukan pertolongan persalinan dirumah dan polindes.
d. Melaksanakan penggerakan dan pembinaan peran serta masyarakat untuk mendukung
upaya kesehatan ibu dan anak.
e. Melaksanakan penyuluhan dan konseling kesehatan.
f. Melakukan pencatatan dan pelaporan
4. Keterampilan tambahan
a. Melakukan pemantauan KIA dengan menggunakan PWS KIA.
b. Melaksanakan pelatihan dan pembinaan dukun bayi.
c. Mengelola dan memberikan obat – obatan sesuai dengan kewenangannya.
d. Menggunakan tehnologi tepat guna.
Pasal 6
Bidan hanya dapat menjalankan Praktik dan atau kerja paling banyak di satu tempat
kerja dan satu tempat praktik
Pasal 10
Ayat 1:
pelayanan kesehatan ibu meliputi; pelayanan pada masa pra hamil, kehamilan, masa
persalinan, masa nifas, masa menyusui dan masa antara dua kehamilan
Ayat 2:
pelayanan kesehatan ibu yang meliputi; pelayanan konseling pada masa pra hamil,
pelayanan antenatal pada kehamilan normal, pelayanan persalinan normal, pelayanan ibu
nifas normal, pelayanan ibu menyusui, dan pelayanan konseling pada masa antara dua
kehamilan
Ayat 3:
bidan berwenang untuk melakukan episiotomi, penjahitan luka jalan lahir tingkat I
dan II, penanganan kegawat daruratan dilanjutkan dengan perujukan, pemberian tablet Fe
pada ibu hamil, pemberian vitamin A dosis tinggi pada ibu nifas, bimbingan IMD dan
promosi ASI eksklusif, pemberian uterotonika pada MAK 3 dan post partum, penyuluhan dan
konseling, bimbingan pada kelompok ibu hamil, pemberian surat keterangan kematian, dan
pemberian surat keterangan cuti bersalin
Pasal 11
Ayat 1 :
pelayanan kesehatan anak diberikan pada bayi baru lahir, bayi, anak balita, dan anak
pra sekolah
Ayat 2 :
Bidan berwenang untuk:
13
1. Melakukan asuhan bayi baru lahir normal termasuk resusitasi, pencegahan hipotermi,
inisiasi menyusu dini, injeksi vitamin K1, perawatan bayi baru lahir pada masa neonatal ( 0 –
28 hari ), dan perawatan tali pusat.
2. Penanganan hipotermi pada bayi baru lahir dan segera merujuk
3. Penanganan kegawat daruratan dilanjutkan dengan perujukan
4. Pemberian imunisasi rutin sesuai program pemerintah
5. Pemantauan tumbuh kembang bayi, anak balita dan anak pra sekolah
6. Pemberian konseling dan penyuluhan
7. Pemberian surat keterangan kelahiran,
8. Pemberian surat keterangan kematian
Pasal 12
Bidan berwenang memberikan pelayanan kesehatan reproduksi perempuan dan
keluarga berencana meliputi;
1. Memberikan penyuluhan dan konseling kesehatan reproduksi perempuan dan keluarga
berencana
2. Memberikan alat kontrasepsi oral dan kondom
Pasal 13
Bidan yang menjalankan program pemerintah berwenang untuk;
1. Pemberian alat kontrasepsi suntikan, alat kontrasepsi dalam rahim, dan memberikan
pelayanan alat kontrasepsi bawah kulit
2. Asuhan antenatal terintegrasi dengan intervensi khusus penyakit kronis tertentu
dilakukan di bawah supervisi dokter
3. Penanganan bayi dan anak balita sakit sesuai pedoman yang ditetapkan
4. Melakukan pembinaan peran serta masyarakat di bidang kesehatan ibu dan anak,
anak usia sekolah dan remaja, dan penyehatan lingkungan.
5. Pemantauan tumbuh kembang bayi, anak balita, anak pra sekolah dan anak sekolah.
6. Melaksanakan pelayanan bidan komunitas
7. Melaksanakan deteksi dini, merujuk dan memberikan penyuluhan terhadap Infeksi
Menular Seksual ( IMS ) termasuk pemberian kondom dan penyakit lainnya.
8. Pencegahan penyalahgunaan narkotika, psikotropika dan zat aditif lainnya ( NAPZA
) melalui informasi dan edukasi
9. Pelayanan kesehatan lain yang merupakan program pemerintah
14
10. Pelayanan alat kontrasepsi bawah kulit, asuhan antenatal terintegrasi, penanganan
bayi dan anak balita sakit, dan pelaksanaan deteksi dini, merujuk dan memberikan
penyuluhan terhadap infeksi menular seksua ( IMS ) dan penyakit lainnya, serta pencegahan
penyalahgunaan NAPZA hanya dapat dilakukan oleh bidan yang dilatih untuk itu
Pasal 14
Ayat 1 :
Bidan yang menjalankan praktik di daerah yang tidak memiliki dokter, dapat
melakukan pelayanan kesehatan di luar kewenangan sebagaimana yang dimaksud dalam
pasal 9.
Pasal 15
Ayat 1 :
pemerintah daerah provinsi/ kabupaten/ kota menugaskan bidan praktik mandiri
tertentu untuk melaksanakan program pemerintah
Ayat 2 :
bidan praktik mandiri yang ditugaskan sebagai pelaksana program pemerintah berhak
atas pelatihan dan pembinaan dari pemerintah daerah provinsi/ kabupaten/kota.
Pasal 16
Pada daerah yang belum memiliki dokter, pemerintah dan pemerintah daerah harus
menempatkan bidan dengan pendidikan Diploma III kebidanan, apabila tidak terdapat tenaga
Bidan dengan pendidikan D III kebidanan, pemerinta dan pemerintah daerah dapat
menempatkan bidan yang telah mengikuti pelatihan, pemerintah dan pemerintah daerah
bertanggung jawab menyelenggarakan pelatihan bagi bidan yang memberikan pelayanan di
daerah yang tidak memiliki dokter.
Pasal 20
Bidan wajib melakukan pencatatan dan pelaporan sesuai dengan pelayanan yang
diberikan yang ditujukan ke puskesmas wilayah tempat praktik, kecuali bidan yang bekerja di
fasilitas pelayanan kesehatan.
15
Aktivitas I. Untuk Mahasiswa:
16
Pilihan Ganda
Dari pernyataan diatas, mana yang tidak termasuk kedalam lampiran adalah?
a. 1, 2, 3, 4.
b. 3, 4, 5.
c. 2 dan 3 saja.
d. 6 dan 8 saja.
e. 7 saja.
17
4. Bidan dalam memberikan pelayanan kesehatan anak berwenang untuk :
1. Melakukan asuhan bayi baru lahir normal termasuk resusitasi, pencegahan hipotermi,
inisiasi menyusu dini, injeksi vit K 1, perawatan bayi baru lahir pada masa neonatal
(0-28 hr) dan perawatan tali pusat
2. Penanganan hipotermi pada bayi baru lahir dan segera merujuk
3. Penanganan kegawat-daruratan, dilanjutkan dengan rujukan
4. Pemberian imunisasi rutin sesuai program pemerintah
5. Pemantauan tubuh kembang bayi, anak balita dan anak prasekolah
6. Pemberian konseling dan penyuluhan
7. Pemberian surat keterangan kelahiran
8. Pemberian surat keterangan kematian
5. Bidan dalam mejalankan praktik berwenang untuk memberikan Pelayanan yang meliputi :
18
SUMBER BACAAN :
Buku Utama
1. Pudiastuti,Ratna Dewi.2011.Kebidanan Komuitas.yogyakarta:Nuha medika.
2. Puji Wahyuningsih, Heni.2008.Etika Profesi Kebidanan.Fitramaya.Jakarta
Buku Anjuran
19