Anda di halaman 1dari 26

HUBUNGAN PANCASILA, UUD 1945 DAN

PROKLAMASI
Di ajukan untuk memenuhi tugas mata kuliah
Pendidikan kewarganegaraan

Dosen pemgampu :
M.Zimamul Khaq, S.Pd.,M.Si
Nama Kelompok :
Aida Octavia Milasari (G73217040)
Avita Dian Fatmawati (G73217047)
Selvi Ainul Inayah D (G73217064)

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM (FEBI)


UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL SURABAYA
KATA PENGANTAR
‫بسم ا الرحمن الرحيم‬

Puji syukur kehedirat ALLAH SWT yang telah menganugrahkan rahmat, taufik
serta hidayah-Nya kepada penulis sehingga makalah ini dapat menyelesaikan .
Makalah yang berjudul Hibungan Pancasila, UUD 1945 dan Proklamasi
Sholawat serta salam senantiasa terlimpahkan kepada junjungan kita nabi
agung Muhammad saw. Sebagai sang revolusioner keilmuan dalam kehidupan kita.
Penulis menyadari bahwa dalam penulisan karya ilmiah ini, masih banyak
kekurangan dan kelemahan baik disebabkan oleh keterbatasan pengetahuan dan
pengalaman penulis. Oleh karena itu penulis senantiasa menerima saran dan kritik
yang membangun.
Semoga apa yang mereka berikan kepada penulis mendapatkan balasan dari
allah azza wa jalla dengan balasan yang sebaik baiknya, Dan semoga karya tulis ini
dapat bermanfaat untuk semua pihak. Amiin.
Penulis

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR............................................................................... i
DAFTAR ISI............................................................................................. ii
BAB I PENDAHULUAN................................................................. 1
A. Latar Belakang........................................................................ 1
B. Rumusan Masalah................................................................... 2
C. Tujuan..................................................................................... 3
D. Manfaat................................................................................... 3
BAB II PEMBAHASAN.................................................................... 5
A. Pancasila ................................................................................
B. Proklamasi .............................................................................
C. UUD 1945 ..............................................................................
D. Hubungan Pancasila, UUD 1945, dan Proklamasi.................
BAB III PENUTUP
A. KESIMPULAN.......................................................................
B. SARAN...................................................................................
DAFTAR PUSTAKA

BAB II
PEMBAHASAN

A. PANCASILA
1. Pengertian Pancasila
Pengertian Pancasila Secara etimologi dalam bahasa Sansekerta (bahasa
Brahmana India), Pancasila berasal dari kata "panca" dan "Sila'. Panca artinya lima,
sila atau syila yang berarti batu sendi atau dasar. Kata sila bisa juga berasal dari kata
susila, yaitu tingkah laku yang baik. Jadi, Pancasila adalah lima batu sendi atau
pancasila adalah lima tingkah laku yang baik. Secara terminologi, Pancasila
digunakan oleh Bung Karno sejak sidang BPUPKI pada 1 Juni 1945 untuk memberi
nama pada lima prinsip dasar negara. Pancasila dirumuskan berbeda. beda oleh para
tokoh pada masa lalu, dan mengalami perubahan dari waktu ke waktu Pancasila
menurut Mr. Moh. Yamin sebagaimana yang disampaikan dalam siding BPUPKI
pada 29 Mei 1945, isinya sebagai berikut:
a. Prikebangsaan.
b. Prikemanusiaan.
c. Pri- ketuhanan.
d. Prikerakyatan.
e. Kesejahteraan Rakyat.
Menurut Soekarno yang disampaikan pada 1 Juni 1945 di depan sidang
BPUPKI, pancasila memuat hal sebagai berikut:
a. Nasionalisme atau Kebangsaan Indonesia.
b. Internasionalisme atau prikemanusiaan.
c. Mufakat atau Demokrasi.
d. Kesejahteraan Sosial.
e. Ketuhanan yang berkebudayaan.
Pancasila dalam piagam Jakarta yang disahkan pada 22 Juni 1945 adalah
sebagai berikut:
a. Ketuhanan dengan kewajiban menjalankan syariat Islam bagi pemeluk-
pemeluknya.
b. Kemanusiaan yang adil dan beradab.
c. Persatuan Indonesia.
d. Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan
perwakilan.
e. Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.
Sedangkan rumusan Pancasila yang secara konstitusional sah dan benar adalah
rumusan Pancasila yang tercantum dalam pembukaan UUD 1945, yaitu:
a. Ketuhanan Yang Maha Esa.
b. Kemanusiaan yang adil dan beradab.
c. Persatuan Indonesia.
d. Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam
permusyawaratan/perwakilan.
e. Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.

2. Filsafat pancasila
Filsafat pacasila adalah refleksi kritis dan rasiaonal tentang pancasila sebagai
dasar negara dan kenyataan budaya bangsa dengan tujuan untuk mendapatkan
pokok pokok pengertian secara mendasar dan menyeluruh.
a. Dasar Antalogi Pancasila
Dasar antalogi pancasila pada hakikatnya adalah manusia, yang memiliki
hakiat mutlak yaitu monopluralis, atau monodualis, karena itu juga di sebut
sebagai dasar antropologis. Subyek pendukung pokok dari sila-sila pancasila
adalah manusia. Hal itu dapat di jelaskan bahwa yang berketuhanan yang maha
esa, berkemanusiaan yang adil dan beradab, berkesatuan indonesia,
berkerakyatan yang di pimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam
permusyawaratan/perwakilan serta berkeadilan sosial bagi seluruh rakyat
indonesia pada hakikatnya adalah manusia
Selanjutnya pancasila sebagai pengembangan filsafat negara republik
indonesia memiliki sususan lima sila yang merupakan satu persatuan dan
kesatuan, serta mempunyai sifat dasar kesatuan yang mutlak, yaitu berupa sifat
kodrat monodualis sebagai makhluk individu juga sebagai makhluk sosial.
Kemudian, seluruh nilai-nilai pancasila tersebut menjadi dasar rangka dan
jiwa bagi bangsa indonesia. Hal itu bahwa dalam setiap aspek penyelenggaraan
negara harus di jabarkan dan bersumberkan pada nilai-nilai pancasila. Seperti
bentuk negara, sifat negara, tujuan negara, tugas/ kewajiban negara dan warga
negara, sistem hukum, moral negara, serta segala aspek penyelenggaraan
negara lainnya.
b. Dasar Epistimologi Pancasila
Kajian epistemologi filsafat pancasila di maksudkan sebagai upaya untuk
mencari hakikat pancasila sebagai suatu sistem pengetahuan. Hal itu di
mungkinkan karena epistemologi merupakan bidang filsafat yang membahas
hakikat ilmu pengetahuan (ilmu tentang ilmu). Kajian epistemologi pancasila
tidak dapat di pisahkan dengan dasar ontologisnya. Oleh karena itu, dasar
epistemologi pancasila sangat berkaitan erat dengan konsep dasarnya tentang
hakikat manusia. Susunan isi arti pancasila meliputi tiga hal, yaitu:
1) Isi arti pancasila yang umum universal, yaitu hakikat sila pancasila yang
merupakan inti sari pancasila sehingga merupakan pangkal tolak dalam
pelaksanaan dalam bidang kenegaraan dan tertib hukum indonesia serta
dalam realisasi prakis dalam berbagai bidang kehidupan konkrit .
2) Isi arti pancasila yang umum kolektif, yaitu isi arti pamcasila sebagai
pedoman kolektif negara dan bangsa indonesia terutama dalam bangsa
tertib hukum indonesia.
3) Isi arti pancasila yang bersifat khusus dan konkrit yaitu isi arti pancasila
dalam realisasi prakis dalam berbagai bidang kehidupan sehingga memiliki
sifat khusus konkrit serta dinamis.
c. Dasar Aksiologi Pancasila
Kajian aksiologi filsafat pancasila pada hakikatnya membahas tentang nilai
prakis atau manfaat suatu pengetahuan tentang pancasila. Aksiologi pancasila
berarti membahas tentang filsafat niali pancasila. Dalam filsafat nilai pancasila,
ada tingkat niali, yaitu nilai dasar, nilai instrumental, dan nilai praktis. Nilai
dasar yaitu asas asas yang mutlak kebenarannya. Nilai-nilai dasar itu berupa
nilai ketuhanan. Nilai kemanusiaan, nilai persatuan, nilai kerakyatan dan nilai
keadilan. Nilai instrumental, yaitu nilai yang berbentuk norma sosial dan norma
hukum yang selanjutnya akan terkristalisasi dalam peraturan dan mekanisme
lembaga-lembaga negara. Nilai prakis yaitu, nilai yang harus di laksanakan.
Nilai ini untuk menguji apakah nilai dasar dan nilai instrumental hidup dalam
masyarakat.
Kemudian, seluruh nilai-nilai pancasila tersebut menjadi dasar rangka dan
jiwa bagi bangsa indonesia. Hal itu berarti bahwa dalam setiap ospek
penyelenggaraab negara harus di jabarkan dan bersumbekan pada nilai-nilai
pancasila . Setiap bentuk negara, sifat negara, tujuan negara, tugas atau
kewajiban negara dan warga negara, sistem hukum, moral negara, serta segala
ospek penyelenggaraan negara lainnya.
d. Perbandingan Ideologi Pancasila Dengan Ideologi Negara Lain Di Dunia
Pancasila sebagai ideologi merupakan ideologi terbuka yaitu ideologi yang
tidak di mutlakkan, berbeda dengan ideologi lain yang bersifat tertutup. Sebagai
ideologi terbuka pancasila memiliki ciri-ciri sebagai berikut:
1) Merupakan kekayaan rohani, moral, dan budaya masyarakat bukan
keyakinan ideologi sekelompok orang melainkan kesepakatan masyarakat.
2) Tidak di ciptakan oleh negara, tetapi di temukan sendiri oleh masyarakat,
dan menjadi milik masyarakat.
3) Isinya tidak langsung operasional, sehingga setiap generasi dapat menggali
kembali falsafah itu dan mencari implikasinnya dalam ranah kekinian.
4) Tidak membatasi kebebasan dan tanggung jawab masyarakat, tetapi
menginspirasi masyarakat untuk bertanggung jawab terhadap falsafah itu.
5) Menghargai pluralitas, sehingga dapat di terima warga masyarakat yang
berasal dari berbagai latar belakang budaya dan agama.
e. Revitalisasi dan Internalisasi Pancasila dalam Kehidupan Berbangsa dan
Bernegara
Revitalisasi merupakan bentuk penyadaran bagi masyarakat bahwa hidup
di Indonesia harus memiliki kesiapan lahir dan batin, mental dan spiritual untuk
menghargai perbedaan, menghormati keragaman suku, agama, ras, dan
golongan yang masing - masing memiiki kepentingan yang berbeda, tetapi
dalam satu wadah yaitu Indonesia. Nilai - nilai pancasila harus benar - benar
terinternalisasi dalam kehidupan berbangsa dan bernegara bagi seluruh
masyarakat Indonesia.Secara rinci, nilai - nilai yang terkandung di dalam
Pancasila itu adalah :
1) Nilai ketuhanan
Butir – butir nilai yang terkandung di dalam sila pertama adalah :
a) Percaya dan takwa kepada Tuhan Yang Maha Esa sesuai dengan
agama dan kepercayaannya masing - masing menurut dasar
kemanusiaan yang adil dan beradab.
b) Hormat dan menghormati serta bekerjasama antara pemeluk agama
dan penganut - penganut kepercayaan yang berbeda - beda sehingga
terbina kerukunan hidup.
c) Saling menghormati kebebasan menjalankan ibadah sesuai dengan
agama dan kepercayaan masing - masing.
d) Tidak memasakan suatu agama atau kepercayaannya masing - masing.
2) Nilai kemanusiaan
Butir - butir nilai yang terkandung di dalam sila kedua adalah :
a) Mengakui persamaan derajat, persamaan hak dan persamaan
kewajiban antara sesama manusia.
b) Saling mencintai sesama manusia.
c) Mengembangkan sikap tenggang rasa.
d) Tidak semena - mena terhadap orang lain.
e) Menjunjung tinggi nilai kemnusiaan.
f) Gemar melakukan kegiatan kemanusiaan
g) Berani membela kebenaran dan keadilan.
h) Bangsa Indonesia merasa dirinya sebagai bagian dari masyarakat dunia
Internasional dan dengan itu harus mengembangkan sikap saling
hormat menhormati dan bekerja sama dengan bangsa lain.
3) Nilai persatuan
Butir - butir nilai yang terkandung dalam sila ketiga adalah :
a) Menjaga persatuan dan kesatuan Negara Kesatuan Republik Indonesia.
b) Rela berkorban demi bangsa dan negara.
c) Cinta akan tanah air.
d) Berbangga sebagai bagian dari bangsa Indonesia.
e) Memajukan pergaulan demi persattuan dan kesatuan bangsa yang ber-
Bhineka Tunggal Ika.
4) Nilai kerakyatan
Butir - butir nilai yang terkandung dalam sila keempat adalah :
a) Mengutamakan kepentingan negara dan masyarakat di atas
kepentingan pribadi dan golongan.
b) Tidak memaksakan kehendak kepada orang lain.
c) Mengutamakan kebudayaan rembug atau musyawarah dalam
mengambil keputisan bersama.
d) Berembug atau bermusyawarah sampai mencapai konsensus atau kata
mufakat yang diliputi dengan semangat kekeluargaan.
5) Nilai keadilan
Butir - butir yang terkandung dalam sila kelima adalah :
a) Bersikap adil terhadap sesama .
b) Menghormati hak hak orang lain.
c) Menolong sesama.
d) Menghargai orang lain.
e) Melakukan pekerjaan yang berguna bagi kepentingan umum dan
bersama.

B. PROKLAMASI
1. Sejarah Proklamasi Kemerdekaan Indonesia
Kemerdekaan republik indonesia di kumandangkan pada tanggal 17 agustus
1945 oleh sang proklamator ir. Soekarno dan Moh Hatta, yang bertempat di Jalan
Pegangsaan Timur 56, Jakarta Pusat. Sebelum peristiwa itu tejadi banyak peristiwa-
peristiwa besar yang melatar belakangi terjadinya peristiwa proklamasi.
Soekarno Hatta selaku pimpinan PPKI dan Radjiman Wedyodiningrat sebagai
mantan ketua BPUPKI diterbangkan ke Dalat, 250 km di sebelah timur laut Saigon,
Vietnam untuk bertemu Marsekal Terauchi. Mereka dikabarkan bahwa pasukan
Jepang sedang di ambang kekalahan dan akan memberikan kemerdekaan kepada
Indonesia. Sementara itu di Indonesia, pada tanggal 10 Agustus 1945, Sutan Syahrir
telah mendengar berita lewat radio bahwa Jepang telah menyerah kepada sekutu.
Pada tanggal 12 Agustus 1945 Jepang melalui Marsekal Terauchi di Dalat, Vietnam,
mengatakan kepada Soekarno, Hatta dan Radjiman bahwa pemerintah Jepang akan
segera memberikan kemerdekaan kepada Indonesia dan proklamasi kemerdekaan
dapat dilaksanakan dalam beberapa hari berdasarkan tim PPKI. Meskipun demikian
Jepang menginginkan kemerdekaan Indonesia pada tanggal 24 Agustus. Pada
tanggal 14 Agustus 1945 Jepang menyerah kepada sekutu. Tentara dan Angkatan
Laut Jepang masih berkuasa di Indonesia karena Jepang telah berjanji akan
mengembalikan kekuasaan di Indonesia ke tangan Sekutu. Sutan Syahrir, Wikana,
Darwis, dan Chairul Saleh mendengar kabar ini melalui radio BBC. Golongan muda
mendesak golongan tua untuk segera memproklamasikan kemerdekaan Indonesia.
Namun golongan tua tidak ingin terburu - buru. Mereka tidak menginginkan
terjadinya pertumpahan darah pada saat proklamasi. Konsuktasi pun dilakukan
dalam bentuk rapat PPKI. Golongan muda tidak menyetujui rapat itu, mengingat
PPKI adalah sebuah badan yang di bangun oleh Jepang. Mereka menginginkan
Kemerdekaan atas usaha bangsa kita sendiri, bukan pemberian Jepang. Soekarno
dan Hatta mendatangi penguasa militer Jepang (Gunsei) untuk memperolah
konfirmasi di kantornya di Koningsplein (Medan Merdeka).
Pada sidang BPUPKI pada 29 Mei 1945, dr. Radjiman mengajukan pertanyaan
“apa dasar negara indonesia jika kelak merdeka?” pertanyaan ini di jawab oleh bung
karno dengan pancasila. Jawaban dan uraian bung karno tentang pancasila sebagai
dasar negara indonesia ini kemudian di tulis oleh Radjiman selaku ketua BPUPKI
dalam sebuah pengantar penerbitan buku pancasila yang pertama tahun 1948 di desa
Dirgo, kecamatan widodaren, kabupaten ngawi ini menjadi temuan baru dalam
sejarah indonesia yang memaparkankembali fakta bahwa soekarno adalah bapak
bangsa pencetus pancasila

2. Peristiwa Rengasdengklok
Peristiwa Rengasdengklok adalah peristiwa penculikan yang di lakukan oleh
sejumlah pemuda antara lain soekarni, wikana, aidit dan chaerul saleh dari
perkumpulan menteng 31 terhaap soekarno dan hatta. Peristiwa ini terjadi pada
tanggal 16 agustus 1945 pukul 03.00 WIB soekarno dan hatta di bawa ke
rengasdengklok, karawang untuk mempercepat proklamasi kemerdekaan indonesia
sampai dengan terjadinya kesepakatan antar golongan tua yang di wakili soekarno
dan hatta serta mr. Achmad Subardjo dengan golongan muda tentang kapan
proklamasi dan dilaksanakan terutama setelah jepang mengalami kekalahan perang
pasifik
Menghadapi desakan tersebut soekarno dan hatta tidak berubah pendirian .
Sementara Para pemuda pejuang termasuk Chairul Saleh, Sukarni dan Wikana
terbakar gelora kepahlawanannya setelah berdiskusi dengan Ibrahim Gelar Datuk
Tan Malaka tergabung dalam gerakan bawah tanah kehilangan kesabaran. Pada dini
hari tanggal 16 Agustus 1945 mereka bersama Shodanco Singgih salah seorang
anggota PETA dan pemuda lain mereka membawa Soekarno bersama Fatmawati
dan Guntur yang baru berusia 9 bulan dan Hatta, ke Rengasdengklok yang
kemudian terkenal sebagai peristiwa Rengasdengklok.
Di Jakarta, golongan muda, Wikana dan golongan tua yaitu Mr. Achmad
Soebardjo melakukan perundingan. Mr. Achmad Soebardjo menyetujui untuk
memproklamasikan kemerdekaan Indonesia di Jakarta. Maka diutuslah Yusuf Kunto
untuk mengantar Achmad Soebardjo ke Rengasdengklok. Mereka menjemput Ir.
Soekarno dan Drs.Moh. Hatta ke Jakarta. Mr. Achmad Soebarjo berhasil
meyakinkan para pemuda untuk tidak terburu - terburu memproklamasikan
kemerdekaan.
Proklamasi kemerdekaan republik indonesia rencananyaakan di bacakan bung
karno dan bung hatta pada hari jumat, 17 agustus 1945 di lapangan IKADA (yang
sekarang telah menjadi lapangan monas) atau di rumah bung karno di jalan
pengangsaan timur 56. Keesokan harinya, tepat tanggal 17 aguatus 1945 pernyataab
proklamasi dikumandangkan dengan teks proklamasi kemerdekaan indonesia yg di
ketik oleh sayuti melik menggunakan mesin ketik yang di pinjam (tepatnya
sebetulnya diambil) dari kantor kepala perwakilan angkatan laut jerman mayor
(laut) .
3. Detik - detik pembacaan naskah proklamasi
Perundingan antara golongan muda dan golongan tua dalam menyusun teks
Proklamasi Kemerdekaan Indonesia berlangsung pukul 02.00 - 04.00 dini hari. Teks
proklamasi ditulis di ruang makan di rumah Laksamana Tadashi Maeda, JL. Imam
Bonjol No. 1. Para penyusun teks proklamasi itu adalah Ir. Soekarno, Drs. Moh.
Hatta dan Mr. Achmad Soebarjo. Konsep teks proklamasi ditulis oleh Ir. Soekarno
sendiri. Diruang depan, hadir B.M Diah Sayuti Melik, Sukarni, dan Soediro.
Sukarnimengusulkan
agar yang menandatangani teks proklamasi itu adalah Ir. Soekarno dan Drs.Moh.
Hatta atas nama bangsa Indonesia. Teks proklamasi Indonesia itu diketik oleh
Sayuti Melik. Pagi harinya, 17 Agustus 1945 di kediaman Soekarno, Jalan
Pegangsaan Timur 56 tekah hadir antara lain Soewirjo, Wilopo, Gafar
Pringgodigdo, Tabrani dan Trimurti.

C. UNDANG – UNDANG DASAR 1945


Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, atau disingkat UUD
1945 adalah hukum dasar tertulis (basic law), konstitusi pemerintahan negara Republik
Indonesia saat ini.
UUD 1945 disahkan sebagai undang-undang dasar negara oleh PPKI pada tanggal 18
Agustus 1945. Namun pada tanggal 27 Desember 1949, di Indonesia berlaku Konstitusi
RIS, dan pada tanggal 17 Agustus 1950 di Indonesia berlaku UUDS 1950. Kemudian
pada Dekrit Presiden 5 Juli 1959 kembali memberlakukan UUD 1945, dengan
dikukuhkan secara aklamasi oleh DPR pada tanggal 22 Juli 1959.
Pada tahun 1999-2002, UUD 1945 mengalami 4 kali perubahan (amendemen), yang
mengubah susunan lembaga-lembaga dalam sistem ketatanegaraan Republik Indonesia.

1. Pengertian UUD 1945


UUD 1945 adalah hukum dasar tertulis yang mengikat pemerintah, lembaga-
lembaga negara, lembaga masyarakat, dan juga mengikat setiap warga negara
Indonesia dimanapun mereka berada dan juga mengikat setiap penduduk yang
berada di wilayah Negara Republik Indonesia.
Di samping istilah Undang-Undang Dasar, dipergunakan juga istilah lain yaitu
Konstitusi. Istilah konstitusi berasal dari bahasa inggris “constitution” atau dari
bahasa Belanda “Constitutie”. Kata konstitusi mempunyai pengertian yang lebih
luas dari Undang-Undang Dasar karena pengertian Undang-Undang Dasar hanya
meliputi konstitusi yang tertulis saja, selain itu masih terdapat konstitusi yang tidak
tertulis, yang tidak tercakup dalam pengertian Undang-Undang Dasar.
Selain hukum dasar yang tertulis yaitu UUD masih terdapat lagi hukum dasar
yang tidak tertulis, tetapi berlaku dan dipatuhi oleh para pendukungnya, yaitu yang
biasa disebut konvensi, yang berasal dari bahasa Inggris “convention”, yang dalam
peristilahan ketatanegaraan disebut kebiasaan-kebiasaan ketatanegaraan. Misalnya,
kebiasaan yang dilakukan oleh Presiden RI, setiap tanggal 16 agustus melakukan
pidato kenegaraan di muka Sidang Paripurna DPR. Pada tahun 1945 hingga tahun
1949, karena adanya maklumat pemerintah tertanggal 14 November 1945, yang
telah mengubah sistem pemerintahan dari kabinet presidensial ke kabinet
parlementer. Tetapi apabila keadaan negara bahaya atau genting, kabinet beruah
menjadi presidensial, dan sewaktu-waktu keadaan negara menjadi aman kabinet
berubah kembali menjadi parlementer lagi. Terhadap tindakan-tindakan tersebut
tidak ada peraturan yang tegas secara tertulis, pendapat umum cenderung
melakukannya,, apabila tidak dilaksanakan, dianggap tidak benar.

2. Sejarah Lahirnya Undang – Undang Dasar 1945


BPUPKI (Badan Penyelidik Usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia) yang
dibentuk pada tanggal 29 April 1945 merupakan badan yang dibentuk untuk
menyusun rancangan UUD 1945. Pada masa sidang pertama yang berlangsung dari
tanggal 28 Mei hingga 1 Juni 1945, Ir. Soekarno menyampaikan gagasan tentang
"Dasar Negara" yang diberi nama Pancasila. Pada tanggal 22 Juni 1945, 38 anggota
BPUPKI membentuk Panitia Sembilan yang terdiri dari 9 orang untuk merancang
Piagam Jakarta yang akan menjadi naskah Pembukaan UUD 1945. Setelah
dihilangkannya anak kalimat "dengan kewajiban menjalankan syariah Islam bagi
pemeluk-pemeluknya" maka naskah Piagam Jakarta menjadi naskah Pembukaan
UUD 1945 yang disahkan pada tanggal 18 Agustus 1945 oleh PPKI (Panitia
Persiapan Kemerdekaan Indonesia). Pengesahan UUD 1945 dikukuhkan oleh KNIP
(Komite Nasional Indonesia Pusat) yang bersidang pada tanggal 29 Agustus 1945.
Naskah rancangan UUD 1945 Indonesia disusun pada masa Sidang Kedua BPUPKI
(Badan Penyelidik Usaha Persiapan Kemerdekaan). Nama Badan ini tanpa kata
"Indonesia" karena hanya diperuntukkan untuk tanah Jawa saja. Di Sumatera ada
BPUPKI untuk Sumatera. Masa Sidang Kedua tanggal 10 – 17 Juli 1945. Tanggal
18 Agustus 1945, PPKI mengesahkan UUD 1945 sebagai Undang-Undang Dasar
Republik Indonesia.

a. Periode Berlakunya UUD 1945 (18 Agustus 1945 - 27 Desember 1949)


Pada tahun 1945-1950, UUD 1945 tidak dapat dilaksanakan sepenuhnya
karena Indonesia sedang disibukkan dengan perjuangan mempertahankan
kemerdekaan. Maklumat Wakil Presiden Nomor X pada tanggal 16 Oktober
1945 memutuskan bahwa kekuasaan legislatif diserahkan kepada KNIP
(Komite Nasional Indonesia Pusat), karena MPR dan DPR belum terbentuk.
Tanggal 14 November 1945, dibentuk Kabinet Semi-Presidensial (Semi-
Parlementer) yang pertama, sehingga peristiwa ini merupakan perubahan
pertama dari sistem pemerintahan Indonesia terhadap UUD 1945.

b. Periode Berlakunya Konstitusi RIS 1949 (27 Desember 1949 - 17 Agustus


1950)
Pada periode ini sistem pemerintahan Indonesia adalah parlementer. Bentuk
pemerintahan dan bentuk negaranya federasi yaitu negara yang di dalamnya
terdiri dari negara-negara bagian yang masing masing negara bagian memiliki
kedaulatan sendiri untuk mengurus urusan dalam negerinya. Ini merupakan
perubahan dari UUD 1945 yang mengamanatkan bahwa Indonesia adalah
Negara Kesatuan.

c. Periode UUDS 1950 (17 Agustus 1950 - 5 Juli 1959)


Pada periode UUDS 1950 ini diberlakukan sistem Demokrasi Parlementer
yang sering disebut Demokrasi Liberal. Pada periode ini pula kabinet selalu
silih berganti, akibatnya pembangunan tidak berjalan lancar, masing-masing
partai lebih memperhatikan kepentingan partai atau golongannya. Setelah
memberlakukan UUDS 1950 dengan sistem Demokrasi Liberal, selama hampir
9 tahun, maka rakyat Indonesia sadar bahwa UUDS 1950 dengan sistem
Demokrasi Liberal tidak cocok, karena tidak sesuai dengan jiwa Pancasila dan
UUD 1945.
d. Periode Kembalinya Ke UUD 1945 (5 Juli 1959 - 1966)
Karena situasi politik pada Sidang Konstituante 1959 banyak saling tarik
ulur kepentingan partai politik sehingga gagal menghasilkan UUD baru, maka
pada tanggal 5 Juli 1959, Presiden Soekarno mengeluarkan Dekrit Presiden
yang salah satu isinya memberlakukan kembali UUD 1945 sebagai undang-
undang dasar, menggantikan Undang-Undang Dasar Sementara 1950 yang
berlaku pada waktu itu. Pada masa ini, terdapat berbagai penyimpangan UUD
1945, di antaranya :
1) Presiden mengangkat Ketua dan Wakil Ketua MPR/DPR dan MA serta
Wakil Ketua DPA menjadi Menteri Negara.
2) MPRS menetapkan Soekarno sebagai presiden seumur hidup.

e. Periode UUD 1945 Masa Orde Baru (11 Maret 1966 - 21 Mei 1998)
Pada masa Orde Baru (1966-1998), Pemerintah menyatakan akan
menjalankan UUD 1945 dan Pancasila secara murni dan konsekuen. Pada masa
Orde Baru, UUD 1945 juga menjadi konstitusi yang sangat "sakral", di antara
melalui sejumlah peraturan:
1) Ketetapan MPR Nomor I/MPR/1983 yang menyatakan bahwa MPR
berketetapan untuk mempertahankan UUD 1945, tidak berkehendak akan
melakukan perubahan terhadapnya.
2) Ketetapan MPR Nomor IV/MPR/1983 tentang Referendum yang antara
lain menyatakan bahwa bila MPR berkehendak mengubah UUD 1945,
terlebih dahulu harus minta pendapat rakyat melalui referendum.
3) Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1985 tentang Referendum, yang
merupakan pelaksanaan Ketetapan MPR Nomor IV/MPR/1983.

f. Periode 21 Mei 1998 - 19 Oktober 1999


Pada masa ini dikenal masa transisi. Yaitu masa sejak Presiden Soeharto
digantikan oleh B.J.Habibie sampai dengan lepasnya Provinsi Timor Timur dari
NKRI.

g. Periode Perubahan UUD 1945


Salah satu tuntutan Reformasi 1998 adalah dilakukannya perubahan
(amendemen) terhadap UUD 1945. Latar belakang tuntutan perubahan UUD
1945 antara lain karena pada masa Orde Baru, kekuasaan tertinggi di tangan
MPR (dan pada kenyataannya bukan di tangan rakyat), kekuasaan yang sangat
besar pada Presiden, adanya pasal-pasal yang terlalu "luwes" (sehingga dapat
menimbulkan multitafsir), serta kenyataan rumusan UUD 1945 tentang
semangat penyelenggara negara yang belum cukup didukung ketentuan
konstitusi.
Tujuan perubahan UUD 1945 waktu itu adalah menyempurnakan aturan
dasar seperti tatanan negara, kedaulatan rakyat, HAM, pembagian kekuasaan,
eksistensi negara demokrasi dan negara hukum, serta hal-hal lain yang sesuai
dengan perkembangan aspirasi dan kebutuhan bangsa. Perubahan UUD 1945
dengan kesepakatan di antaranya tidak mengubah Pembukaan UUD 1945, tetap
mempertahankan susunan kenegaraan kesatuan atau selanjutnya lebih dikenal
sebagai Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI), serta mempertegas
sistem pemerintahan presidensial.
Dalam kurun waktu 1999-2002, UUD 1945 mengalami 4 kali perubahan
(amendemen) yang ditetapkan dalam Sidang Umum dan Sidang Tahunan MPR:
1) Sidang Umum MPR 1999, tanggal 14-21 Oktober 1999, Amandemen
Pertama UUD 1945.
2) Sidang Tahunan MPR 2000, tanggal 7-18 Agustus 2000, Amandemen
Kedua UUD 1945.
3) Sidang Tahunan MPR 2001, tanggal 1-9 November 2001, Amandemen
Ketiga UUD 1945.
4) Sidang Tahunan MPR 2002, tanggal 1-11 Agustus 2002, Amandemen
Keempat UUD 1945.

h. Hasil Amandemen UUD 1945


1) Amandemen Pertama UUD 1945
Amandemen Pertama UUD 1945, adalah amandemen (perubahan) pertama
pada Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945,
sebagai hasil Sidang Umum Majelis Permusyawaratan Rakyat Tahun 1999
tanggal 14 – 21 Oktober 1999. Perubahan Pertama menyempurnakan pasal-
pasal berikut:
a) Pasal 5 ayat 1
b) Pasal 7
c) Pasal 9 ayat 1 dan 2
d) Pasal 13 ayat 2 dan 3
e) Pasal 14 ayat 1 dan 2
f) Pasal 17 ayat 2 dan 3
g) Pasal 20 ayat 1 - 4
h) Pasal 21

2) Amandemen Kedua UUD 1945


Amandemen Kedua UUD 1945, adalah amndemen (perubahan) kedua
pada Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945,
sebagai hasil Sidang Tahunan Majelis Permusyawaratan Rakyat Tahun
2000 tanggal 7-18 Agustus 2000. Perubahan Kedua menyempurnakan dan
menambahkan pasal-pasal berikut:
a) Pasal 18 ayat 1 – 7
b) Pasal 18A ayat 1 dan 2
c) Pasal 18B ayat 1 dan 2
d) Pasal 19 ayat 1 – 3
e) Pasal 20 ayat 1 – 5
f) Pasal 20A ayat 1 – 4
g) Pasal 22A
h) Pasal 22B
i) BAB IXA WILAYAH NEGARA
(1) Pasal 25E
j) BAB X WARGA NEGARA DAN PENDUDUK
(1) Pasal 26 ayat 1 – 3
(2) Pasal 27
k) BAB XA HAK ASASI MANUSIA
(1) Pasal 28A
(2) Pasal 28B ayat 1 dan 2
(3) Pasal 28C ayat 1 dan 2
(4) Pasal 28D ayat 1 – 4
(5) Pasal 28E ayat 1 – 3
(6) Pasal 28F
(7) Pasal 28G ayat 1 dan 2
(8) Pasal 28H ayat 1 – 4
(9) Pasal 28I ayat 1 – 5
(10) Pasal 28J 1 dan 2

l) BAB XII PERTAHANAN DAN KEAMANAN NEGARA


(1) Pasal 30 ayat 1 – 5
m) BAB XV BENDERA, BAHASA, DAN LAMBANG NEGARA,
SERTA LAGU KEBANGSAAN
(1) Pasal 36A
(2) Pasal 36B
(3) Pasal 36C

3) Amandemen Ketiga UUD 1945


Amandemen Ketiga Undang-Undang Dasar Negara Republik
Indonesia Tahun 1945 adalah amandemen (perubahan) ketiga pada
Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, sebagai
hasil Sidang Tahunan Majelis Permusyawaratan Rakyat Tahun 2001
tanggal 1–9 November 2001. Perubahan Ketiga menyempurnakan dan
menambahkan pasal-pasal berikut:
a) Pasal 1
b) Pasal 3
c) Pasal 6
d) Pasal 6A
e) Pasal 7A
f) Pasal 7B
g) Pasal 7C
h) Pasal 8
i) Pasal 11
j) Pasal 17
k) BAB VIIA DEWAN PERWAKILAN DAERAH
(1) Pasal 22C
(2) Pasal 22D
l) BAB VIIB PEMILIHAN UMUM
(1) Pasal 22E
(2) Pasal 23
(3) Pasal 23A
(4) Pasal 23C

m) BAB VIIIA BADAN PEMERIKSA KEUANGAN


(1) Pasal 23E
(2) Pasal 23F
(3) Pasal 23G
n) Pasal 24
o) Pasal 24A
p) Pasal 24B
q) Pasal 24C
4) Amandemen Keempat UUD 1945
Amandemen Keempat UUD 1945, adalah amandemen (perubahan)
keempat pada Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun
1945, sebagai hasil Sidang Tahunan Majelis Permusyawaratan Rakyat
Tahun 2002 tanggal 1-11 Agustus 2002. Perubahan Keempat
menyempurnakan dan menambahkan pasal-pasal berikut:
a) Bab I
(1) Pasal 1
b) Bab II Majelis permusyawaratan rakyat
(1) Pasal 2 ayat 1 – 3
c) Bab III Kekuasaan pemerintah Negara
(1) Pasal 6A ayat 1 – 4
(2) Pasal 8 ayat 1 – 3
(3) Pasal 11 ayat 1 – 3
(4) Pasal 16 ayat 1 dan 2
d) Bab IV Dewan pertimbangan agung
e) Bab VIII Hal keuangan
(1) Pasal 23B
(2) Pasal 23D
f) Bab IX Kekuasaan kehakiman
(1) Pasal 24 ayat 3
g) Bab XIII Pendidikan dan kebudayaan
(1) Pasal 31 ayat 1 – 5
(2) Pasal 32 ayat 1 dan 2

h) Bab XIV Perekonomian nasional dan kesejahteraan social


(1) Pasal 33 ayat 1 – 5
(2) Pasal 34 ayat 1 – 4
(3) Pasal 37 ayat 1 – 5
i) Aturan peralihan
(1) Pasal I
(2) Pasal II
(3) Pasal III

3. Kedudukan Undang – Undang Dasar 1945


Sebagai hukum dasar, UUD 1945 merupakan sumber hukum tertinggi dari
keseluruhan produk hukum di Indonesia. Produk-produk hukum seperti undang-
undang, peraturan pemerintah, atau peraturan presiden, dan lain-lainnya, bahkan
setiap tindakan atau kebijakan pemerintah harus dilandasi dan bersumber pada
peraturan yang lebih tinggi, yang pada akhirnya harus dapat dipertanggungjawabkan
sesuai dengan ketentuan UUD 1945.
Tata urutan peraturan perundang-undangan pertama kali diatur dalam Ketetapan
MPRS No. XX/MPRS/1966, yang kemudian diperbaharui dengan Ketetapan MPR
No. III/MPR/2000, dan terakhir diatur dengan Undang-undang No.10 Tahun 2004
tentang Pembentukan Peraturan Perundang-undangan, dimana dalam Pasal 7 diatur
mengenai jenis dan hierarki Peraturan Perundang-undangan yaitu adalah sebagai
berikut :
a. Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945,
b. Undang-Undang/Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang,
c. Peraturan Pemerintah,
d. Peraturan Presiden,
e. Peraturan Daerah. Peraturan Daerah meliputi :
1) Peraturan Daerah Provinsi dibuat oleh Dewan Perwakilan Rakyat Daerah
Provinsi bersama dengan Gubernur;
2) Peraturan Daerah Kabupaten/Kota dibuat oleh Dewan Perwakilan Rakyat
Daerah Kabupaten/Kota bersama Bupati/Walikota;
3) Peraturan Desa/peraturan yang setingkat, dibuat oleh badan perwakilan
desa atau nama lainnya bersama dengan kepala desa atau nama lainnya.
Undang-Undang Dasar bukanlah satu-satunya atau keseluruhan hokum
dasar, melainkan hanya merupakan sebagian dari hukum dasar, masih ada
hukum dasar yang lain, yaitu hukum dasar yang tidak tertulis. Hukum dasar
yang tidak tertulis tersebut merupakan aturan-aturan dasar yang timbul dan
terpelihara dalam praktek penyelenggaraan negara -meskipun tidak tertulis –
yaitu yang biasa dikenal dengan nama ‘Konvensi’. Konvensi merupakan aturan
pelengkap atau pengisi kekosongan hukum yang timbul dan terpelihara dalam
praktek penyelenggaraan ketatanegaaan, dimana Konvensi tidak terdapat
dalam UUD 1945 dan tidak boleh bertentangan dengan UUD 1945.
4. Fungsi Undang – Undang Dasar 1945
Setiap sesuatu dibuat dengan memiliki sejumlah fungsi. Demikian juga halnya
dengan UUD 1945. Telah dijelaskan bahwa UUD 1945 adalah hukum dasar tertulis
yang mengikat pemerintah, lembaga-lembaga negara, lembaga masyarakat, dan juga
mengikat setiap warga negara Indonesia dimanapun mereka berada dan juga
mengikat setiap penduduk yang berada di wilayah Negara Republik Indonesia.
Sebagai hukum dasar, UUD 1945 berisi norma-norma dan aturan-aturan yang
harus ditaati dan dilaksanakan oleh semua komponen tersebut di atas. Undang-
undang Dasar bukanlah hukum biasa, melainkan hukum dasar, yaitu hukum dasar
yang tertulis. Sebagai hukum dasar, UUD 1945 merupakan sumber hukum tertulis.
Dengan demikian setiap produk hukum seperti undang-undang, peraturan
pemerintah, peraturan presiden, ataupun bahkan setiap tindakan atau kebijakan
pemerintah haruslah berlandaskan dan bersumber pada peraturan yang lebih tinggi,
yang pada akhirnya kesemuanya peraturan perundang-undangan tersebut harus
dapat dipertanggungjawabkan sesuai dengan ketentuan UUD 1945, dan muaranya
adalah Pancasila sebagai sumber dari segala sumber hukum negara (Pasal 2 UU No.
10 Tahun 2004).
Dalam kedudukan yang demikian itu, UUD 1945 dalam kerangka tata urutan
perundangan atau hierarki peraturan perundangan di Indonesia menempati
kedudukan yang tertinggi. Dalam hubungan ini, UUD 1945 juga mempunyai fungsi
sebagai alat kontrol, dalam pengertian UUD 1945 mengontrol apakah norma hukum
yang lebih rendah sesuai atau tidak dengan norma hukum yang lebih tinggi. UUD
1945 juga berperan sebagai pengatur bagaimana kekuasaan negara disusun, dibagi,
dan dilaksanakan. Selain itu UUD 1945 juga berfungsi sebagai penentu hak dan
kewajiban negara, aparat negara, dan warga negara.
5. Makna Undang – Undang Dasar 1945
Pokok-pokok Pikiran dalam Pembukaan UUD 1945 yaitu :
a) Negara melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah
Indonesia dengan berdasar atas persatuan dengan mewujudkan keadilan social
bagi seluruh rakyat Indonesia. Menurut pengertian ini, difahami negara
kesatuan, meliputi segenap bangsa Indonesia dan seluruhnya,. Jadi negara
mengatasi segala paham golongan dan perseorangan. Negara menghendaki
persatuan, meliputi segenap bangsa Indonesia seluruhnya.
b) Negara hendak mewujudkan keadilan social bagi seluruh rakyat.
c) Negara yang berkedaulatan rakyat berdasar atars kerakyatan dan
permusyawaratan perwakilan. Oleh karena itu system negara yang terbentuk
dalam undang-undang dasar harus berdasar atas kedaulatan rakyat dan berdasar
atas permusyawaratan perwakilan. Hal ini sesuai dengan sifat masyarakat
Indonesia.
d) Negara berdasar atas ke-Tuhanan yang Maha Esa menurut dasar kemanusiaan
yang adil dan beradab.
Oleh karena itu, UUD harus mengandung isi yang mewajibkan Pemerintah dan
Penyelenggara negara untuk memelihara budi pekerti kemanusiaan yang luhur dan
memegang teguh cita-cita moral rakyat yang luhur.
Pokok-pokok pikiran tersebut meliputi suasana kebatinan dari UUD negara
Indonesia. Pokok-pokok pikiran ini mewujudkan cita-cita hukum (Rechtidee) yang
menguasai hukum dasar Negara baik hukum yang tertulis (UUD) maupun hukum
yang tidak tertulis. Undang-undang Dasar menciptakan pokok pikiran ini dalam
Pasal-Pasalnya.
D. HUBUNGAN PANCASILA, UUD 1945 DAN PROKLAMASI
1. Hubungan antara Proklamasi dengan Pancasila
Proklamasi merupakan titik kluminasi (puncak) perjuangan bangsa indonesia
melawan penjajah. Perjuangan bangsa indonesia ini kemudian di jiwai,
disemangati, didasari oleh nilai-nilai yang terkandung dalam pancasila. Sehingga
bisa dikatakan bahwa nilai-nilai dalam pancasila yang mendasari perjuangan bangsa
indonesia untuk merebut kemerdekaan yang puncaknya ditandai dengan proklamasi.
2. Hubungan antara Pancasila dengan Proklamasi
Nilai-nilai pancasila pada saat penjajah (kolonial) sebelum terjadinya
proklamasi selalu direndahkan, dilecehkan, diinjak-injak. Kemudian dengan
dilakukannya proklamasi nilai pancasila ditegakkan, diselamatkan, di tinggikan,
dijunjung tinggi. Sehingga dengan melakukan proklamasi yang pada awalnya pada
masa penjajahan pancasila tidak dianggap bahkan di lecehkan maka dengan
perjuangan rakyat bangsa indonesia kedudukan pancasila sebagai dasar negara
kembali di tegakkan
3. Hubungan antara Proklamasi dengan Pembukaan UUD 1945
Proklamasi kemerdekaan merupakan jembatan emas, yang artinya suatu
instrumen yang bernilai dimana diseberang jembatan tersebut setelah kemerdekaan
bangsa indonesia membangun bangsa untuk mencapai tujuan nasional yaitu
masyarakat yang adil makmur dan sejahtera. Tujuan nasional ini tercantum dalam
pembukaan UUD 1945
4. Hubungan antara pembukaan UUD 1945 dengan proklamasi
Pada dasarnya Proklamasi bukan merupakan tujuan tetapi sebagai prasyarat
untuk mencapai tujuan yaitu sebagai sumber hukum formal saat melakukan revolusi
hukum dari hukum kolonial menuju hukum nasional, revolusi tata negara kolonial
menuju tata negara nasional. Maka proklamasi memiliki makna sebagai pernyataan
bangsa indonesia baik diri sendiri maupun kepada dunia luar bahwa bangsa
indonesia telah merdeka. Oleh karena itu makna proklamasi harus diberi dasar
hukum dengan merincinya dalam pembukaan UUD 1945 yaitu dengan memberikan
penjelasan, penegakan, dan pertanggung jawaban terhadap dilaksanakannya
proklamasi seperti yang telah tertuang dalam pembukaan UUD 1945.
5. Hubungan antara pancasila dengan pembukaan UUD 1945
Nilai-nilai dalam pancasila mendasari, menjiwai, menyemangati, menuntut
bangsa ketika bangsa indonesia membangun bangsa untuk mencapai tujuan
nasional. Jadi pancasila disini sebagai penuntun bangsa indonesia dalam
membangun bangsa. Hal ini telah tertuang pada pembukkan UUD 1945
6. Hubungan antara Pembukaan UUD 1945 dengan Pancasila
Hubungan antara pembukaan UUD 1945 dengan pancasila jika dilihat secara
formal, pancasila secara formal telah di cantumkan dalam pembukaan UUD 1945,
sehingga pancasila memperoleh kedudukan sebagai dasar hukum yang postif dan
mempunyai kedudukan yang kuat, tetap dan tidak dapat di ubah dan terletak pada
kelangsungan hidup negara republik indonesia.
Secara Material Pancasila meruapakn sumber huku materiil yaitu sumber dari
segala sumber hukum. Artinya pancasila berdasarkan urut-urutan tertib hukum
indonesia dalam pembukaan UUD 1945 adalah sebagai tertib hukum yang tertinggi.
Dengan kata lain pancasila merupakan sebagai sumber tertib hukum. Hal ini
membuktikan bahwa tertib hukum indonesia di jabarkan dari nlai-nilai yang
terkandung dalam pancasila.
BAB III
PENUTUP
A. PANCASILA
1. Pengertian Pancasila
Pengertian Pancasila Secara etimologi dalam bahasa Sansekerta (bahasa Brahmana
India), Pancasila berasal dari kata "panca" dan "Sila'. Panca artinya lima, sila atau
syila yang berarti batu sendi atau dasar. Kata sila bisa juga berasal dari kata susila,
yaitu tingkah laku yang baik. Pancasila merupakan lima dasar atau aturan yang harus
ditaati dan dilaksanakan oleh seluruh warga negara Indonesia.
2. Filsafat Pancasila
Filsafat pacasila adalah refleksi kritis dan rasiaonal tentang pancasila sebagai dasar
negara dan kenyataan budaya bangsa dengan tujuan untuk mendapatkan pokok
pokok pengertian secara mendasar dan menyeluruh.
B. PROKLAMASI
Kemerdekaan Indonesia bukanlah pemberian dari Jepang melainkan hasil
perjuangan dan kerja keras bangsa Indonesia. Sepatutnyalah kita sebagai penerus
bangsa Indonesia untuk terus melanjutkan kehidupan Indonesia dengan tetap menjaga
keutuhan bangsa Indonesia.
C. UNDANG - UNDANG DASAR 1945
UUD 1945 adalah hukum dasar tertulis yang mengikat pemerintah, lembaga-
lembaga negara, lembaga masyarakat, dan juga mengikat setiap warga negara Indonesia
dimanapun mereka berada dan juga mengikat setiap penduduk yang berada di wilayah
Negara Republik Indonesia. Di samping itu masih ada hukum dasar yang tidak tertulis
yaitu konvensi.

Anda mungkin juga menyukai