PROKLAMASI
Di ajukan untuk memenuhi tugas mata kuliah
Pendidikan kewarganegaraan
Dosen pemgampu :
M.Zimamul Khaq, S.Pd.,M.Si
Nama Kelompok :
Aida Octavia Milasari (G73217040)
Avita Dian Fatmawati (G73217047)
Selvi Ainul Inayah D (G73217064)
Puji syukur kehedirat ALLAH SWT yang telah menganugrahkan rahmat, taufik
serta hidayah-Nya kepada penulis sehingga makalah ini dapat menyelesaikan .
Makalah yang berjudul Hibungan Pancasila, UUD 1945 dan Proklamasi
Sholawat serta salam senantiasa terlimpahkan kepada junjungan kita nabi
agung Muhammad saw. Sebagai sang revolusioner keilmuan dalam kehidupan kita.
Penulis menyadari bahwa dalam penulisan karya ilmiah ini, masih banyak
kekurangan dan kelemahan baik disebabkan oleh keterbatasan pengetahuan dan
pengalaman penulis. Oleh karena itu penulis senantiasa menerima saran dan kritik
yang membangun.
Semoga apa yang mereka berikan kepada penulis mendapatkan balasan dari
allah azza wa jalla dengan balasan yang sebaik baiknya, Dan semoga karya tulis ini
dapat bermanfaat untuk semua pihak. Amiin.
Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR............................................................................... i
DAFTAR ISI............................................................................................. ii
BAB I PENDAHULUAN................................................................. 1
A. Latar Belakang........................................................................ 1
B. Rumusan Masalah................................................................... 2
C. Tujuan..................................................................................... 3
D. Manfaat................................................................................... 3
BAB II PEMBAHASAN.................................................................... 5
A. Pancasila ................................................................................
B. Proklamasi .............................................................................
C. UUD 1945 ..............................................................................
D. Hubungan Pancasila, UUD 1945, dan Proklamasi.................
BAB III PENUTUP
A. KESIMPULAN.......................................................................
B. SARAN...................................................................................
DAFTAR PUSTAKA
BAB II
PEMBAHASAN
A. PANCASILA
1. Pengertian Pancasila
Pengertian Pancasila Secara etimologi dalam bahasa Sansekerta (bahasa
Brahmana India), Pancasila berasal dari kata "panca" dan "Sila'. Panca artinya lima,
sila atau syila yang berarti batu sendi atau dasar. Kata sila bisa juga berasal dari kata
susila, yaitu tingkah laku yang baik. Jadi, Pancasila adalah lima batu sendi atau
pancasila adalah lima tingkah laku yang baik. Secara terminologi, Pancasila
digunakan oleh Bung Karno sejak sidang BPUPKI pada 1 Juni 1945 untuk memberi
nama pada lima prinsip dasar negara. Pancasila dirumuskan berbeda. beda oleh para
tokoh pada masa lalu, dan mengalami perubahan dari waktu ke waktu Pancasila
menurut Mr. Moh. Yamin sebagaimana yang disampaikan dalam siding BPUPKI
pada 29 Mei 1945, isinya sebagai berikut:
a. Prikebangsaan.
b. Prikemanusiaan.
c. Pri- ketuhanan.
d. Prikerakyatan.
e. Kesejahteraan Rakyat.
Menurut Soekarno yang disampaikan pada 1 Juni 1945 di depan sidang
BPUPKI, pancasila memuat hal sebagai berikut:
a. Nasionalisme atau Kebangsaan Indonesia.
b. Internasionalisme atau prikemanusiaan.
c. Mufakat atau Demokrasi.
d. Kesejahteraan Sosial.
e. Ketuhanan yang berkebudayaan.
Pancasila dalam piagam Jakarta yang disahkan pada 22 Juni 1945 adalah
sebagai berikut:
a. Ketuhanan dengan kewajiban menjalankan syariat Islam bagi pemeluk-
pemeluknya.
b. Kemanusiaan yang adil dan beradab.
c. Persatuan Indonesia.
d. Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan
perwakilan.
e. Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.
Sedangkan rumusan Pancasila yang secara konstitusional sah dan benar adalah
rumusan Pancasila yang tercantum dalam pembukaan UUD 1945, yaitu:
a. Ketuhanan Yang Maha Esa.
b. Kemanusiaan yang adil dan beradab.
c. Persatuan Indonesia.
d. Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam
permusyawaratan/perwakilan.
e. Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.
2. Filsafat pancasila
Filsafat pacasila adalah refleksi kritis dan rasiaonal tentang pancasila sebagai
dasar negara dan kenyataan budaya bangsa dengan tujuan untuk mendapatkan
pokok pokok pengertian secara mendasar dan menyeluruh.
a. Dasar Antalogi Pancasila
Dasar antalogi pancasila pada hakikatnya adalah manusia, yang memiliki
hakiat mutlak yaitu monopluralis, atau monodualis, karena itu juga di sebut
sebagai dasar antropologis. Subyek pendukung pokok dari sila-sila pancasila
adalah manusia. Hal itu dapat di jelaskan bahwa yang berketuhanan yang maha
esa, berkemanusiaan yang adil dan beradab, berkesatuan indonesia,
berkerakyatan yang di pimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam
permusyawaratan/perwakilan serta berkeadilan sosial bagi seluruh rakyat
indonesia pada hakikatnya adalah manusia
Selanjutnya pancasila sebagai pengembangan filsafat negara republik
indonesia memiliki sususan lima sila yang merupakan satu persatuan dan
kesatuan, serta mempunyai sifat dasar kesatuan yang mutlak, yaitu berupa sifat
kodrat monodualis sebagai makhluk individu juga sebagai makhluk sosial.
Kemudian, seluruh nilai-nilai pancasila tersebut menjadi dasar rangka dan
jiwa bagi bangsa indonesia. Hal itu bahwa dalam setiap aspek penyelenggaraan
negara harus di jabarkan dan bersumberkan pada nilai-nilai pancasila. Seperti
bentuk negara, sifat negara, tujuan negara, tugas/ kewajiban negara dan warga
negara, sistem hukum, moral negara, serta segala aspek penyelenggaraan
negara lainnya.
b. Dasar Epistimologi Pancasila
Kajian epistemologi filsafat pancasila di maksudkan sebagai upaya untuk
mencari hakikat pancasila sebagai suatu sistem pengetahuan. Hal itu di
mungkinkan karena epistemologi merupakan bidang filsafat yang membahas
hakikat ilmu pengetahuan (ilmu tentang ilmu). Kajian epistemologi pancasila
tidak dapat di pisahkan dengan dasar ontologisnya. Oleh karena itu, dasar
epistemologi pancasila sangat berkaitan erat dengan konsep dasarnya tentang
hakikat manusia. Susunan isi arti pancasila meliputi tiga hal, yaitu:
1) Isi arti pancasila yang umum universal, yaitu hakikat sila pancasila yang
merupakan inti sari pancasila sehingga merupakan pangkal tolak dalam
pelaksanaan dalam bidang kenegaraan dan tertib hukum indonesia serta
dalam realisasi prakis dalam berbagai bidang kehidupan konkrit .
2) Isi arti pancasila yang umum kolektif, yaitu isi arti pamcasila sebagai
pedoman kolektif negara dan bangsa indonesia terutama dalam bangsa
tertib hukum indonesia.
3) Isi arti pancasila yang bersifat khusus dan konkrit yaitu isi arti pancasila
dalam realisasi prakis dalam berbagai bidang kehidupan sehingga memiliki
sifat khusus konkrit serta dinamis.
c. Dasar Aksiologi Pancasila
Kajian aksiologi filsafat pancasila pada hakikatnya membahas tentang nilai
prakis atau manfaat suatu pengetahuan tentang pancasila. Aksiologi pancasila
berarti membahas tentang filsafat niali pancasila. Dalam filsafat nilai pancasila,
ada tingkat niali, yaitu nilai dasar, nilai instrumental, dan nilai praktis. Nilai
dasar yaitu asas asas yang mutlak kebenarannya. Nilai-nilai dasar itu berupa
nilai ketuhanan. Nilai kemanusiaan, nilai persatuan, nilai kerakyatan dan nilai
keadilan. Nilai instrumental, yaitu nilai yang berbentuk norma sosial dan norma
hukum yang selanjutnya akan terkristalisasi dalam peraturan dan mekanisme
lembaga-lembaga negara. Nilai prakis yaitu, nilai yang harus di laksanakan.
Nilai ini untuk menguji apakah nilai dasar dan nilai instrumental hidup dalam
masyarakat.
Kemudian, seluruh nilai-nilai pancasila tersebut menjadi dasar rangka dan
jiwa bagi bangsa indonesia. Hal itu berarti bahwa dalam setiap ospek
penyelenggaraab negara harus di jabarkan dan bersumbekan pada nilai-nilai
pancasila . Setiap bentuk negara, sifat negara, tujuan negara, tugas atau
kewajiban negara dan warga negara, sistem hukum, moral negara, serta segala
ospek penyelenggaraan negara lainnya.
d. Perbandingan Ideologi Pancasila Dengan Ideologi Negara Lain Di Dunia
Pancasila sebagai ideologi merupakan ideologi terbuka yaitu ideologi yang
tidak di mutlakkan, berbeda dengan ideologi lain yang bersifat tertutup. Sebagai
ideologi terbuka pancasila memiliki ciri-ciri sebagai berikut:
1) Merupakan kekayaan rohani, moral, dan budaya masyarakat bukan
keyakinan ideologi sekelompok orang melainkan kesepakatan masyarakat.
2) Tidak di ciptakan oleh negara, tetapi di temukan sendiri oleh masyarakat,
dan menjadi milik masyarakat.
3) Isinya tidak langsung operasional, sehingga setiap generasi dapat menggali
kembali falsafah itu dan mencari implikasinnya dalam ranah kekinian.
4) Tidak membatasi kebebasan dan tanggung jawab masyarakat, tetapi
menginspirasi masyarakat untuk bertanggung jawab terhadap falsafah itu.
5) Menghargai pluralitas, sehingga dapat di terima warga masyarakat yang
berasal dari berbagai latar belakang budaya dan agama.
e. Revitalisasi dan Internalisasi Pancasila dalam Kehidupan Berbangsa dan
Bernegara
Revitalisasi merupakan bentuk penyadaran bagi masyarakat bahwa hidup
di Indonesia harus memiliki kesiapan lahir dan batin, mental dan spiritual untuk
menghargai perbedaan, menghormati keragaman suku, agama, ras, dan
golongan yang masing - masing memiiki kepentingan yang berbeda, tetapi
dalam satu wadah yaitu Indonesia. Nilai - nilai pancasila harus benar - benar
terinternalisasi dalam kehidupan berbangsa dan bernegara bagi seluruh
masyarakat Indonesia.Secara rinci, nilai - nilai yang terkandung di dalam
Pancasila itu adalah :
1) Nilai ketuhanan
Butir – butir nilai yang terkandung di dalam sila pertama adalah :
a) Percaya dan takwa kepada Tuhan Yang Maha Esa sesuai dengan
agama dan kepercayaannya masing - masing menurut dasar
kemanusiaan yang adil dan beradab.
b) Hormat dan menghormati serta bekerjasama antara pemeluk agama
dan penganut - penganut kepercayaan yang berbeda - beda sehingga
terbina kerukunan hidup.
c) Saling menghormati kebebasan menjalankan ibadah sesuai dengan
agama dan kepercayaan masing - masing.
d) Tidak memasakan suatu agama atau kepercayaannya masing - masing.
2) Nilai kemanusiaan
Butir - butir nilai yang terkandung di dalam sila kedua adalah :
a) Mengakui persamaan derajat, persamaan hak dan persamaan
kewajiban antara sesama manusia.
b) Saling mencintai sesama manusia.
c) Mengembangkan sikap tenggang rasa.
d) Tidak semena - mena terhadap orang lain.
e) Menjunjung tinggi nilai kemnusiaan.
f) Gemar melakukan kegiatan kemanusiaan
g) Berani membela kebenaran dan keadilan.
h) Bangsa Indonesia merasa dirinya sebagai bagian dari masyarakat dunia
Internasional dan dengan itu harus mengembangkan sikap saling
hormat menhormati dan bekerja sama dengan bangsa lain.
3) Nilai persatuan
Butir - butir nilai yang terkandung dalam sila ketiga adalah :
a) Menjaga persatuan dan kesatuan Negara Kesatuan Republik Indonesia.
b) Rela berkorban demi bangsa dan negara.
c) Cinta akan tanah air.
d) Berbangga sebagai bagian dari bangsa Indonesia.
e) Memajukan pergaulan demi persattuan dan kesatuan bangsa yang ber-
Bhineka Tunggal Ika.
4) Nilai kerakyatan
Butir - butir nilai yang terkandung dalam sila keempat adalah :
a) Mengutamakan kepentingan negara dan masyarakat di atas
kepentingan pribadi dan golongan.
b) Tidak memaksakan kehendak kepada orang lain.
c) Mengutamakan kebudayaan rembug atau musyawarah dalam
mengambil keputisan bersama.
d) Berembug atau bermusyawarah sampai mencapai konsensus atau kata
mufakat yang diliputi dengan semangat kekeluargaan.
5) Nilai keadilan
Butir - butir yang terkandung dalam sila kelima adalah :
a) Bersikap adil terhadap sesama .
b) Menghormati hak hak orang lain.
c) Menolong sesama.
d) Menghargai orang lain.
e) Melakukan pekerjaan yang berguna bagi kepentingan umum dan
bersama.
B. PROKLAMASI
1. Sejarah Proklamasi Kemerdekaan Indonesia
Kemerdekaan republik indonesia di kumandangkan pada tanggal 17 agustus
1945 oleh sang proklamator ir. Soekarno dan Moh Hatta, yang bertempat di Jalan
Pegangsaan Timur 56, Jakarta Pusat. Sebelum peristiwa itu tejadi banyak peristiwa-
peristiwa besar yang melatar belakangi terjadinya peristiwa proklamasi.
Soekarno Hatta selaku pimpinan PPKI dan Radjiman Wedyodiningrat sebagai
mantan ketua BPUPKI diterbangkan ke Dalat, 250 km di sebelah timur laut Saigon,
Vietnam untuk bertemu Marsekal Terauchi. Mereka dikabarkan bahwa pasukan
Jepang sedang di ambang kekalahan dan akan memberikan kemerdekaan kepada
Indonesia. Sementara itu di Indonesia, pada tanggal 10 Agustus 1945, Sutan Syahrir
telah mendengar berita lewat radio bahwa Jepang telah menyerah kepada sekutu.
Pada tanggal 12 Agustus 1945 Jepang melalui Marsekal Terauchi di Dalat, Vietnam,
mengatakan kepada Soekarno, Hatta dan Radjiman bahwa pemerintah Jepang akan
segera memberikan kemerdekaan kepada Indonesia dan proklamasi kemerdekaan
dapat dilaksanakan dalam beberapa hari berdasarkan tim PPKI. Meskipun demikian
Jepang menginginkan kemerdekaan Indonesia pada tanggal 24 Agustus. Pada
tanggal 14 Agustus 1945 Jepang menyerah kepada sekutu. Tentara dan Angkatan
Laut Jepang masih berkuasa di Indonesia karena Jepang telah berjanji akan
mengembalikan kekuasaan di Indonesia ke tangan Sekutu. Sutan Syahrir, Wikana,
Darwis, dan Chairul Saleh mendengar kabar ini melalui radio BBC. Golongan muda
mendesak golongan tua untuk segera memproklamasikan kemerdekaan Indonesia.
Namun golongan tua tidak ingin terburu - buru. Mereka tidak menginginkan
terjadinya pertumpahan darah pada saat proklamasi. Konsuktasi pun dilakukan
dalam bentuk rapat PPKI. Golongan muda tidak menyetujui rapat itu, mengingat
PPKI adalah sebuah badan yang di bangun oleh Jepang. Mereka menginginkan
Kemerdekaan atas usaha bangsa kita sendiri, bukan pemberian Jepang. Soekarno
dan Hatta mendatangi penguasa militer Jepang (Gunsei) untuk memperolah
konfirmasi di kantornya di Koningsplein (Medan Merdeka).
Pada sidang BPUPKI pada 29 Mei 1945, dr. Radjiman mengajukan pertanyaan
“apa dasar negara indonesia jika kelak merdeka?” pertanyaan ini di jawab oleh bung
karno dengan pancasila. Jawaban dan uraian bung karno tentang pancasila sebagai
dasar negara indonesia ini kemudian di tulis oleh Radjiman selaku ketua BPUPKI
dalam sebuah pengantar penerbitan buku pancasila yang pertama tahun 1948 di desa
Dirgo, kecamatan widodaren, kabupaten ngawi ini menjadi temuan baru dalam
sejarah indonesia yang memaparkankembali fakta bahwa soekarno adalah bapak
bangsa pencetus pancasila
2. Peristiwa Rengasdengklok
Peristiwa Rengasdengklok adalah peristiwa penculikan yang di lakukan oleh
sejumlah pemuda antara lain soekarni, wikana, aidit dan chaerul saleh dari
perkumpulan menteng 31 terhaap soekarno dan hatta. Peristiwa ini terjadi pada
tanggal 16 agustus 1945 pukul 03.00 WIB soekarno dan hatta di bawa ke
rengasdengklok, karawang untuk mempercepat proklamasi kemerdekaan indonesia
sampai dengan terjadinya kesepakatan antar golongan tua yang di wakili soekarno
dan hatta serta mr. Achmad Subardjo dengan golongan muda tentang kapan
proklamasi dan dilaksanakan terutama setelah jepang mengalami kekalahan perang
pasifik
Menghadapi desakan tersebut soekarno dan hatta tidak berubah pendirian .
Sementara Para pemuda pejuang termasuk Chairul Saleh, Sukarni dan Wikana
terbakar gelora kepahlawanannya setelah berdiskusi dengan Ibrahim Gelar Datuk
Tan Malaka tergabung dalam gerakan bawah tanah kehilangan kesabaran. Pada dini
hari tanggal 16 Agustus 1945 mereka bersama Shodanco Singgih salah seorang
anggota PETA dan pemuda lain mereka membawa Soekarno bersama Fatmawati
dan Guntur yang baru berusia 9 bulan dan Hatta, ke Rengasdengklok yang
kemudian terkenal sebagai peristiwa Rengasdengklok.
Di Jakarta, golongan muda, Wikana dan golongan tua yaitu Mr. Achmad
Soebardjo melakukan perundingan. Mr. Achmad Soebardjo menyetujui untuk
memproklamasikan kemerdekaan Indonesia di Jakarta. Maka diutuslah Yusuf Kunto
untuk mengantar Achmad Soebardjo ke Rengasdengklok. Mereka menjemput Ir.
Soekarno dan Drs.Moh. Hatta ke Jakarta. Mr. Achmad Soebarjo berhasil
meyakinkan para pemuda untuk tidak terburu - terburu memproklamasikan
kemerdekaan.
Proklamasi kemerdekaan republik indonesia rencananyaakan di bacakan bung
karno dan bung hatta pada hari jumat, 17 agustus 1945 di lapangan IKADA (yang
sekarang telah menjadi lapangan monas) atau di rumah bung karno di jalan
pengangsaan timur 56. Keesokan harinya, tepat tanggal 17 aguatus 1945 pernyataab
proklamasi dikumandangkan dengan teks proklamasi kemerdekaan indonesia yg di
ketik oleh sayuti melik menggunakan mesin ketik yang di pinjam (tepatnya
sebetulnya diambil) dari kantor kepala perwakilan angkatan laut jerman mayor
(laut) .
3. Detik - detik pembacaan naskah proklamasi
Perundingan antara golongan muda dan golongan tua dalam menyusun teks
Proklamasi Kemerdekaan Indonesia berlangsung pukul 02.00 - 04.00 dini hari. Teks
proklamasi ditulis di ruang makan di rumah Laksamana Tadashi Maeda, JL. Imam
Bonjol No. 1. Para penyusun teks proklamasi itu adalah Ir. Soekarno, Drs. Moh.
Hatta dan Mr. Achmad Soebarjo. Konsep teks proklamasi ditulis oleh Ir. Soekarno
sendiri. Diruang depan, hadir B.M Diah Sayuti Melik, Sukarni, dan Soediro.
Sukarnimengusulkan
agar yang menandatangani teks proklamasi itu adalah Ir. Soekarno dan Drs.Moh.
Hatta atas nama bangsa Indonesia. Teks proklamasi Indonesia itu diketik oleh
Sayuti Melik. Pagi harinya, 17 Agustus 1945 di kediaman Soekarno, Jalan
Pegangsaan Timur 56 tekah hadir antara lain Soewirjo, Wilopo, Gafar
Pringgodigdo, Tabrani dan Trimurti.
e. Periode UUD 1945 Masa Orde Baru (11 Maret 1966 - 21 Mei 1998)
Pada masa Orde Baru (1966-1998), Pemerintah menyatakan akan
menjalankan UUD 1945 dan Pancasila secara murni dan konsekuen. Pada masa
Orde Baru, UUD 1945 juga menjadi konstitusi yang sangat "sakral", di antara
melalui sejumlah peraturan:
1) Ketetapan MPR Nomor I/MPR/1983 yang menyatakan bahwa MPR
berketetapan untuk mempertahankan UUD 1945, tidak berkehendak akan
melakukan perubahan terhadapnya.
2) Ketetapan MPR Nomor IV/MPR/1983 tentang Referendum yang antara
lain menyatakan bahwa bila MPR berkehendak mengubah UUD 1945,
terlebih dahulu harus minta pendapat rakyat melalui referendum.
3) Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1985 tentang Referendum, yang
merupakan pelaksanaan Ketetapan MPR Nomor IV/MPR/1983.