Anda di halaman 1dari 28

MAKALAH REVIEW TUMBUHAN OBAT PSIKOTERAPETIK

“DAUN KETUM/KRATOM (Mitragyna speciosa)”

DOSEN PENGAMPU: ENDAH PUSPITASARI, S.Farm.,M.Sc.,Apt.

DISUSUN OLEH KELOMPOK 9:

DANA FEBRI NURIYANTO 162210101028

SALMA AULIA 162210101030

REGITA ARDHIA AYU A. 162210101031

SALSABILA AYUNDIFA PUTRI 162210101035

ETNOFARMASI

FAKULTAS FARMASI

UNIVERSITAS JEMBER

2018
Daftar Pustaka

Daftar Isi........................................................................................................ i

BAB I Pendahuluan

1.1 Latar Belakang ............................................................................ 1


1.2 Rumusan Masalah ....................................................................... 1
1.3 Tujuan ......................................................................................... 1
BAB II Pembahasan
2.1 Klasifikasi ................................................................................... 2
2.3 Studi Etnofarmasi........................................................................ 3
2.3 Kandungan kimia dalam tumbuhan ............................................ 4
2.4 Toksisitas dalam tumbuhan Mitragyna speciosa......................... 6
BAB III Penutup
3.1 Kesimpulan ................................................................................. 11
Daftar Pustaka ............................................................................................... 12
BAB I

PENDAHULUAN

I. Latar Belakang

Mitragyna speciosa (dikenal sebagai kratom atau ketum) adalah


pohon cemara tropis berasal dari Asia Tenggara lebih tepatnya di
Thailand, Indonesia, Malaysia, Myanmar, dan Papua Nugini. Kratom telah
digunakan dalam pengobatan tradisional sejak abad ke-19. Kratom
memiliki sifat opioid dan beberapa efek seperti stimulan.
Pada tahun 2018, sedikit yang diketahui tentang nilai atau keamanan
kratom sebagai agen terapeutik karena penelitian tentang penggunaannya
memiliki kualitas yang buruk. Pada Februari 2018, Administrasi Makanan
dan Obat-obatan (FDA) menyatakan bahwa tidak ada bukti kratom aman
atau efektif untuk mengobati kondisi apa pun. Beberapa orang
menggunakannya untuk menangani nyeri kronis, untuk mengobati gejala
putus opioid, atau yang lebih baru untuk tujuan relaksasi. Efek samping
yang terjadi umumnya mual, muntah, dan konstipasi. Efek samping yang
lebih parah mungkin termasuk depresi pernafasan.

II. Rumusan Masalah

1. Bagaimana pengklasifikasian tumbuhan Mitragyna speciosa?


2. Bagaimana studi Etnofarmasi tumbuhan Mitragyna speciosa sebagai
obat pesikoterapetik?
3. Apa saja kandungan kimia yang terdapat pada tumbuhan Mitragyna
speciosa sebagai obat psikoterapetik?
4. Bagaimana toksisitas dari tumbuhan Mitragyna speciosa sebagai obat
psikoterapetik?

III. Tujuan

1. Menentukan pengklasifikasian tumbuhan Mitragyna speciosa.


2. Mengetahui studi Etnofarmasi tumbuhan Mitragyna speciosa sebagai
obat psikoterapetik.
3. Mengetahui kandungan kimia yang terdapat dalam tumbuhan
Mitragyna speciosa sebagai obat psikoterapetik.
4. Mengetahui toksisitas dari tumbuhan Mitragyna speciosa.

1
BAB II

PEMBAHASAN

1.1 Klasifikasi tumbuhan dalam tumbuhan Mitragyna speciosa

Klasifikasi :

Kingdom : Plantae

Clade : Angiosperms

Clade : Eudicots

Clade : Asterids

Orde : Gentianales

Family : Rubiaceae

Genus : Mitragyna

Species : M. Speciosa

Binomial name : Mitragyna speciosa

Sinonim :

 Nauclea korthalsii Steud. nom. inval.


 Nauclea luzoniensis Blanco
 Nauclea speciosa (Korth.) Miq.
 Stephegyne speciosa Korth.

Mitragyna speciosa adalah pohon cemara yang dapat tumbuh hingga


ketinggian 25 m (82 kaki) dan batang dapat tumbuh hingga diameter 0,9 m (3
kaki). Batangnya umumnya lurus dan kulit luarnya halus dan abu-abu. Daunnya
berwarna hijau gelap dan mengkilap, dan dapat tumbuh hingga lebih dari 14–20
cm (5,5–7,9 inci) dan lebar 7–12 cm (2,8–4,7 inci) saat terbuka penuh. Bunga-
bunga tumbuh dalam kelompok tiga di ujung cabang. The calyx-tube panjangnya
2 mm (0,079 inci) dan memiliki 5 lobus; tabung korolla memiliki panjang 2,5–3
milimeter (0,098–0,118 inci). M.speciosa berasal dari Thailand, Indonesia,
Malaysia, Myanmar, dan Papua Nugini.
Mitragyna speciosa pertama kali secara formal dideskripsikan oleh ahli
botani kolonial Belanda, Pieter Korthals pada tahun 1839, yang memberian nama
pertamakali, setelah itu diubah namanya dan direklasifikasi beberapa kali sebelum
George Darby Haviland memberikan nama akhir dan klasifikasi pada 1859.

2
1.2 Studi Etnofarmasi mengenai tumbuhan Mitragyna speciosa

Mitragyna speciosa adalah tanaman dari Family Rubiaceae yang tumbuh


dengan baik di daerah berawa, dan merupakan flora asli di negara-negara Asia
Tenggara. Bagian tanaman yang umumnya dibudidayakan adalah daunnya. Di
Thailand, Mitragyna speciosa umumnya dikenal sebagai "Kratom" sementara di
Malaysia sebagai "Biak-biak" atau "Ketum" (Ahmad et al.,2012)
Terdapat perbedaan metode dalam menggunakan daun kratom antara
pengguna Thailand dan Malaysia. Tampaknya dalam Thailand daunnya dikunyah
atau digiling sebelum ditelan dengan segelas air hangat atau minuman panas
lainnya seperti kopi atau teh. Sementara pada pengguna Malaysia, daun sebagian
besar direbus dan diminum sebagai teh (Suwanlert, 1975; Assanangkornchai et al.,
2006).
Burkill (1935) pertama kali mencatat penggunaan kratom di Malaya
(sekarang ini Semenanjung Malaysia) sebagai tapal luka, obat untuk demam dan
pengganti untuk opium, ketika opium tidak tersedia atau tidak terjangkau. Secara
tradisional, telah digunakan untuk menyapih pecandu yang kecanduan heroin,
untuk mengobati diare, untuk meningkatkan sirkulasi darah dan untuk mengobati
diabetes (Chan et al., 2005). Namun, ada juga laporan bahwa daun kratom
terutama digunakan sebagai stimulan untuk memungkinkan buruh bertahan dari
kelelahan fisik (Jansen dan Prast, 1988b).
Investigasi farmakologi kratom pertama kali dilakukan pada tahun 1932 di
Universitas Cambridge. Tumbuhan ini ditemukan menjadi stimulan sistem saraf
pusat dengan efek seperti kokain dari senyawa alkaloid mitragynine. Pendapat
tentang penggunaan kratom di Komunitas Pengguna secara signifikan lebih
cenderung percaya bahwa mayoritas pria di desa mereka dan setidaknya setengah
dari teman dekat mereka menggunakan kratom, dibandingkan pengguna yang
sesekali dan bukan pengguna. Responden dalam ketiga kelompok itu sama dalam
persepsi mereka bahwa kratom tidak umum digunakan di kalangan penduduk desa
perempuan (Grewal, 1932a).
Efek dari kratom pertama kali dilaporkan di Thailand pada tahun 1975
sebagai "penenang pikiran" , meningkatkan efisiensi kerja, dan toleransi terhadap
paparan sinar matahari. Penggunaannya dianggap terikat budaya dan ritual di
pedesaan. Kasus kecanduan kratom pertama kali dilaporkan dalam serangkaian
kasus kecanduan narkoba pada tahun 1975. Gejala khas yang terjadi seperti
ketidakmampuan untuk bekerja, nyeri otot dan tulang. Dikatakan bahwa pecandu
kratom berbadan kurus dengan perut buncit, kulit tidak sehat, bibir gelap dan kulit
kering. Penggunaan kratom jangka panjang dikaitkan dengan anoreksia,
penurunan berat badan, dan insomnia (Suwanlert, 1975).

3
Kratom secara tradisional digunakan oleh orang-orang pedesaan di
Thailand sebagai narkotika ringan. Peneliti mensurvei 149 pengguna reguler
jangka panjang (setiap hari selama ≥ 5 tahun), 168 pengguna sesekali (digunakan
hanya dalam situasi sosial atau medis, kurang dari seminggu sekali), dan 116 non
pemakai dari tiga desa di mana penggunaan kratom bersifat tradisional di
Thailand Selatan. Pengguna berfokus pada keuntungan yang dirasakan dari
kratom dalam hubungannya untuk meningkatkan ketahanan kerja, obat-obatan,
dan sebagai pengganti zat keras lainnya daripada efeknya yang berbahaya
(Assanangkornchai et al., 2007).
Durasi rata-rata penggunaan kratom adalah 4,6 tahun sedangkan usia rata-
rata mulai menggunakan adalah 28,3 tahun. Kratom 90% diolah dalam bentuk
minuman. Sedangkan 10% nya diolah sesuai metode konsumsi lainnya seperti
mengunyah, merokok dan menambahkan daun ke makanan. Efek rata-rata dari
kratom dilaporkan berlangsung selama 3,5 jam. Mayoritas responden memperoleh
kratom dari pohon yang tumbuh di desa dan yang lainnya membeli kratom di
kedai kopi atau restoran di desa mereka. Frekuensi penggunaan kratom berkisar
dari satu hingga sepuluh kali setiap hari. Dua pertiga dari responden mengambil
kratom satu hingga tiga kali sehari, dan sekitar seperempat darimereka
mengambil kratom empat hingga enam kali sehari. Sangat sedikit responden (2%)
yang mengambil kratom lebih dari tujuh hingga 10 kali sehari. Kelompok dari
responden lain (6%) menggunakan kratom hanya jika diperlukan untuk penyakit
ringan seperti diare dan demam (Ahmad et al., 2012).

1.3 Kandungan kimia dalam tumbuhan

Komponen utama dari daun Mitragyna speciosa, adalah alkaloid indol dan
secara struktural mirip dengan alkaloid Uncaria. Pada tahun 2007, sebuah
penelitian dirilis dengan melihat analisis molekuler beberapa spesies dalam
Mitragyna. Salah satu tujuan dari penelitian ini adalah untuk membuat identifikasi
dan otentikasi Mitragyna speciosa. Selama 87 tahun terakhir, 44 senyawa telah
dilaporkan telah diisolasi dari daun Mitragyna speciosa.bahan aktif yang terdapat
pada Mitragyna speciosa adalah mitragynine dan 7-hydroxymitragynine dianggap
yang paling aktif, biasanya digunakan dengan dikunyah untuk mengurangi
kelelahan . Pada tahun 2006 satu alkaloid, 7-hydroxyspeciociliatine, dilaporkan
diisolasi dari buahnya Namun, beberapa alkaloid telah dicatat hanya terlihat pada
daun yang berasal dari Malaysia. Pada tahun 1978 studi mendalam selama 13
bulan dilakukan dan hasil penelitian ini mencatat bahwa kandungan alkaloid
bervariasi dari bulan ke bulan dengan beberapa alkaloid yang hadir hanya dalam
jumlah sedikit atau tidak ada sama sekali. Ini juga telah dilaporkan dalam literatur
yang lebih baru bahwa kandungan mitragynine sangat bervariasi tergantung pada
sumber bahan daun. Terdapat variasi antara daun yang dipanen dari habitat alami

4
mereka di Asia Tenggara
dan pohon-pohon yang
ditanam di Universitas
Chelsea di London seperti
kandungan alkaloid dalam
daun tersebut juga bervariasi
serta terdapat alkaloid
tambahan yang sebelumnya
tidak pernah dilaporkan
terlihat pada daun dari pohon
yang ditanam di Asia.

Mitragynine adalah
agonis parsial μ- dan δ-
opioid 13 kali lebih kuat
daripada morfin, sedangkan
7-hydroxymitragynine
adalah agonis μ-opioid, 4
kali lebih kuat dari mitragynine. Kratom menginduksi efek stimulan dan depresan
sesuai dengan dosis yang digunakan: dosis rendah (1-5 g) menginduksi efek
stimulan, mengurangi kelelahan, kewaspadaan, dan sosiabilitas dan meningkatkan
hasrat seksual, serta menghasilkan efek samping ringan seperti kecemasan dan
agitasi; dosis menengah (5–15 g) menginduksi nyeri dan penarikan diri; dosis
tinggi (> 15 g) menyebabkan pingsan, berkeringat, pusing, diare, mual, dan
dysphoria. Penggunaan jangka panjang dosis tinggi dikaitkan dengan tremor,
anoreksia, penurunan berat badan, kejang, dan gejala psikosis.

Struktur Kimia dari Mitragynine C23H30N2O4

5
1.4 Toksisitas dalam tumbuhan Mitragyna speciosa

Interaksi antara sistem neurotransmitter monoamine termasuk 5-


hydroxytryptamine (5-HT), noradrenalin (NA) dan dopamine (DA) di otak
bersama dengan protein reseptor yang spesifik telah mendapatkan studi
antidepresan (Yi et al. 2008). Namun, kelemahan utama yang signifikan dari
sintetis kratom (M. Speciosa) sebagai antidepresan adalah tingginya efek samping
yang berbahaya (Binfaré et al. 2009).

Studi Toksisitas Akut


Tikus yang diobati dengan 1000 mg/kg ekstrak Mitragyna speciosa
menunjukkan tingkat aktivitas yang sangat rendah (gerakan lambat) dan
pernapasan cepat yang berlangsung selama 30 menit setelah pemberian obat.
Namun, berdasarkan pengamatan fisik dan fisiologis, hewan di bawah kelompok
kontrol positif diperlakukan secara lisan dengan tingkat toksisitas yang
menunjukkan perubahan bila dibandingkan kelompok lain (kontrol negatif dan
kelompok yang diobati). Tikus yang diobati dengan morfin kurang responsif
terhadap rangsangan eksternal, aktivitas motorik berkurang, bernapas lambat, dan
mata memerah, berlangsung hingga 30-45 menit dengan pemberian obat.
Dalam periode 14 hari evaluasi toksisitas akut, tikus diberikan ekstrak
Mitragyna speciosa secara per oral dengan dosis 100 dan 500 mg/kg. Semua tikus
tidak menghasilkan gejala toksisitas apapun atau perubahan yang signifikan dalam
perilaku, efek kulit, pernapasan, buang air besar, ketidaknormalan postural,
gangguan dalam asupan makanan dan konsumsi air, atau kehilangan rambut, dan
kematian.
Dalam penelitian sebelumnya, Jansen dan Prast (1988) menemukan bahwa
mitragynine (senyawa biologi Mitragyna speciosa) tidak menunjukkan bukti
tremor dan kejang pada tikus yang diberi dosis setinggi 920 mg/kg berat badan.
Hasil percobaan menunjukkan efek pernapasan, sistem otonom dan saraf efek
pada kelompok hewan dosis tinggi menunjukkan sedikit perubahan pada hewan
peliharaan. perilaku buruk tetapi cepat reversibel. Efek toksisitas yang reversibel

6
adalah indikator bagaimana organisme memetabolisme obat (Eaton dan Klaassen,
1996) .
Metanol dan ekstrak alkaloid secara signifikan memperpanjang respon
latensi nosiseptik pada tes ekor tikus dan membuktikan bahwa ekstrak daun
Mitragyna speciosa memiliki aktivitas analgesik yang sebagian bertindak pada
resep opioid dalam sistem opioid supraspinal. Namun kedua ekstrak tersebut tidak
menunjukkan perubahan signifikan pada aktivitas motorik spontan atau tidur
yang diinduksi pentobarbital pada tikus.
1. Pengukuran berat badan
Terlepas dari dosis yang digunakan, ekstrak Mitragyna speciosa tidak
mempengaruhi berat badan tikus dan tidak menyebabkan adanya
perubahan yang signifikan dalam konsumsi makanan dan air mereka.
Pemanfaatan makanan dan air menunjukkan metabolisme normal pada
hewan (Mukinda dan Syce, 2007 ) dan ini menunjukkan dosis ekstrak
Mitragyna speciosa tidak menghambat pertumbuhan tikus.
2. Tekanan darah
Pencatatan tekanan darah (sistolik dan diastolik) pada sampel hewan,
Studi menunjukkan bahwa kelompok tikus yang diberi ekstrak Mitragyna
speciosa menunjukkan peningkatan tekanan darah secara signifikan
dibandingkan dengan kelompok kontrol negatif dan kelompok kontrol
negatif positif (morfin) setelah 1 jam pengukuran (pengukuran tunggal).
Sebaliknya, kelompok tikus yang diberi morfin menghasilkan efek
hipotensif yang signifikan dibandingkan dengan kelompok kontrol negatif
(Gomes et al., 1976; Mahinda dkk., 2004; Bodnar dan Klein, 2006;
Bodnar, 2007).
3. Berat organ absolut dan relatif
Tidak ada perubahan signifikan pada bobot organ jantung, hati, ginjal,
otak, paru-paru dan limpa tikus yang diberi perlakuan dengan ekstrak
Mitragyna speciosa dibandingkan dengan negatif kelompok kontrol.
Tetapi ketika bobot organ dinyatakan relatif untuk berat badan, organ
hati tikus yang diobati dengan morfin menunjukkan signifikan tidak bisa

7
meningkat. Berat badan relatif yang terdeteksi berubah dalam hati yang
menyatakan toksisitas morfin ke hati. Berat badan relatif lebih
diindikasikan ke toksisitas daripada berat absolut (Demma et al., 2006),
yang didukung lebih lanjut oleh temuan biokimia dan efek nyata pada
evaluasi bruto dan histologis yang dilakukan pada organ hati yang diobati
dengan morfin.
4. Tes hitung darah lengkap (FBC)
Data hematologi tikus untuk tujuh parameter dianalisis pada akhir
periode uji toksikologi akut (14 hari).
5. Analisis biokimia
Percobaan menunjukkan berbagai parameter biokimia untuk sebagian
besar kelompok tikus. Pengurangan yang signifikan dicatat untuk urea,
CREA, AST, ALB, ALT, trigliserida dan kolesterol. Hasil biokimia
menunjukkan peningkatan yang signifikan dalam tingkat ALT pada dosis
toksik morfin dan pada semua dosis esktrak Mitragyna speciosa.
Peningkatan ALT dalam kelompok morfin mirip dengan pengamatan oleh
Atici et al. (2005) . Perubahan signifikan dalam trigliserida pada penelitian
menunjukkan gangguan pada fungsi hati dan cedera sel hati (Graca et al.,
2007 ) . Dari hasil studi, peningkatan kadar LDH pada kelompok yang
diberi morfin dibandingkan dengan kelompok kontrol sesuai dengan
temuan oleh Atici dkk . (2005) . Dalam penelitian setelah 14 hari evaluasi
toksisitas akut dari ekstrak Mitragyna speciosa ke tikus, tidak ada
perubahan pada WBC, RBC, HGB, HCT, MCV, dan MCHC. Studi
mengungkapkan bahwa ekstrak Mitragyna speciosa tidak beracun bagi
parameter darah.
Meskipun studi biokimia menunjukkan peningkatan kolesterol, urea
dan kreatinin yang signifikan dalam semua ekstrak Mitragyna speciosa
dan kelompok morfin, temuan histologis tidak mendukung terjadinya
kerusakan sel di ginjal ( Lin et al., 2007 ) . Meningkatnya kadar LDH juga
berkorelasi dengan lesi paru pada tikus, namun, penelitian menemukan

8
bahwa LDH secara statistik tidak signifikan pada semua kelompok hewan
dan dari temuan histologis.
6. Histopatologi
Hasil histopatologi menunjukkan bahwa ekstrak Mitragyna speciosa
pada 1000mg/kg serta morfin menyebabkan kerusakan signifikan pada hati
seperti kongesti sinusoid yang berat, hemoraghage hepatosit, perubahan
lemak (akumulasi lipid), nekrosis centrilobular dan banyak sel Kupfer.
Namun, tidak ada perubahan morfologi yang signifikan yang terdeteksi di
ginjal, paru-paru dan otak (korteks lobus frontal dan hippocampus) pada
semua sampel hewan dari semua kelompok penelitian.
Berdasarkan hasil histopatologi otak, penelitian mengamati tidak
adanya sel atau kehilangan neuron pada tikus dari semua kelompok
penelitian. Selanjutnya, tidak ada perkembangan regional ke lesi yang
diamati dari korteks dan hippocampus. Apalagi hippocampus tidak
menunjukkan cedera pada material putih. Penelitian ini menunjukkan
bahwa Mitragyna speciosa perawatan akut tidak menyebabkan kerusakan
pada akson dan dendrit neuron hippocampus.
Pemeriksaan histologi ekstrak Mitragyna speciosa sampel yang
dirawat dari hati diwarnai dengan hematoxylene dan eosin (H & E)
mengungkapkan beberapa karakteristik morfologi abnormal dalam semua
kelompok ekstrak mitragyna speciosa. Hampir semua sampel dirawat
dengan ekstrak Mitragyna speciosa telah mengungkapkan keberadaan sel
Kupfer dan pembesaran inti atau kariomegali. Perubahan morfologi
ditunjukkan di area migrasi kromatin dalam beberapa sampel yang
dirawat. Namun ekstrak Mitragyna speciosa pada dosis 100 dan 500
mg/kg memiliki berat badan yang kurang dibandingkan dengan dosis
tertinggi ekstrak Mitragyna speciosa (1000 mg/kg) dan morfin. Sebagian
besar karakteristik ini juga diamati dan ditunjukkan dalam studi opiat lain
termasuk morfin (Klaassen, 2001).
Efek morfin pada hati banyak menunjukkan jumlah sinusoid, yang terdiri
dari sel Kupfer. Gangguan terhadap Sel Kupffer dengan morfin dapat

9
mengganggu kemampuannya dalam degradasi dan menelan materi
partikulat (Klaassen, 2001). Studi dilakukan pada tikus yang diobati
dengan morfin mengungkapkan nekrosis, dilatasi sinusoidal, apoptosis,
dan degenerasi hidrofik. Nogamatsu dkk.(1986) menyatakan bahwa
kecanduan morfin menginduksi penurunan tajam pada hepatosit tikus dan
mengakibatkan kematian sel. Efek yang sama juga terlihat dalam sampel
dari kelompok dosis tertinggi ekstrak Mitragyna speciosa.
Ekstraksi metanol standar dari Mitragyna speciosa meningkatkan
tekanan darah tikus setelah satu jam administrasi obat.Tingkat ekstrak
tertinggi juga menginduksi hepatotoksisitas akut berat pada tikus hidup
dan nefrotoksisitas ringan di ginjal setelah pemberian dosis tunggal. Ini
dibuktikan terutama oleh studi histopatologi pada semua organ tertentu
dan telah didukung oleh temuan biokimia. Namun, Mitragyna speciosa
tidak menunjukkan efek pada berat badan, makanan dan air konsumsi,
berat organ absolut dan relatif dan juga hemapatologi. Penelitian
memberikan data tentang toksisitas Mitragyna speciosa yang penting
untuk studi selanjutnya. Lebih lanjut pada studi toksisitas kronis
Mitragyna speciosa untuk mengevaluasi efek jangka panjangnya.

10
BAB III

PENUTUP

KESIMPULAN

Mitragyna speciosa adalah tanaman dari Family Rubiaceae yang tumbuh


dengan baik di daerah berawa, dan merupakan flora asli di negara-negara Asia
Tenggara. Tanaman ini tumbuh liar terutama di Thailand, Malaysia, Indonesia,
Myanmar dan Papua Nugini. Bagian tanaman yang umumnya dibudidayakan
adalah daunnya. Di Thailand, Mitragyna speciosa umumnya dikenal sebagai
"Kratom" sementara di Malaysia sebagai "Biak-biak" atau "Ketum".

Burkill (1935) pertama kali mencatat penggunaan kratom di Malaya


(sekarang ini Semenanjung Malaysia) sebagai tapal luka, obat untuk demam dan
pengganti untuk opium, ketika opium tidak tersedia atau tidak terjangkau.
Investigasi farmakologi kratom pertama kali tumbuhan ini ditemukan menjadi
stimulan sistem saraf pusat dengan efek seperti kokain dari senyawa alkaloid
mitragynine. Penggunaan kratom jangka panjang dikaitkan dengan anoreksia,
penurunan berat badan, dan insomnia.

Komponen utama dari daun Mitragyna speciosa, adalah alkaloid indol dan
secara struktural mirip dengan alkaloid Uncaria. Selama 87 tahun terakhir, 44
senyawa telah dilaporkan telah diisolasi dari daun Mitragyna speciosa.bahan aktif
yang terdapat pada Mitragyna speciosa adalah mitragynine dan 7-
hydroxymitragynine. Mitragynine adalah agonis parsial μ- dan δ-opioid 13 kali
lebih kuat daripada morfin, sedangkan 7-hydroxymitragynine adalah agonis μ-
opioid, 4 kali lebih kuat dari mitragynine.

11
DAFTAR PUSTAKA

Ahmad, Kamarudin., Aziz, Z. 2012. Mitragyna speciosa Use in the Northen


States of Malaysia: A Cross-sectional Study. Journal of Ethnoharmacology 141,
446-450.

Assanangkornchai, S., Muekthong, A., Sam-angsri 2007. Pattanasattayawong, U.,


2007. The Use of Mitrgyna speciosa (Krathom), an Addictive Plant, in Thailand,
Subtance Use & Missue 42, 2145-2157.

Burkill. H., 1935. Mitragyna speciosa , A Dictionary of The Economic Products


of the Malay Peninsula, Vol 2. Crown Agents for the colonies, London, pp. 1506-
1508.

Grewal, K.S., 1932 a. Observation on the Pharmacology of Mitragynine. The


Journal of Pharmacology and Experimental Therapeutics 46, 251-271.

Jansen, K.L, Prast, CJ., 1988a. Ethnopharmacology of Kratom and the Mitragyna
Alkaloids. Journal of Ethnopharmacology 23, 115-119.

Jansen, K.L, Prast, CJ., 1988b. Psychoactive Properties of Mytragynine (Kratom).


Journal of Ethnopharmacology 20, 455-457.

Jessica, E., Adkins1., Edward, W., Boyer2 and Christopher R. McCurdy. 2011.
Mitragyna speciosa, A Psychoactive Tree from Southeast Asia with Opioid
Activity. Current Topics in Medicinal Chemistry.11, 1165-1175.

Matsumoto, K., Horie, S., Ishikawa, H.,Takayama,H.,Aimi, N.,Ponglux,


D.,Watanabe.,K. 2004. Antinociceptive Effect of 7-hydroxymitragynine in Mice:
Discovery of an Orally Active Opioid Analgesic from the Thai Medicinal Herb
Mitragyna speciosa. Life Science74, 2143-2155.

N. Farah Idayua, M. T. 2011. Antidepressant-like Effect of Mitragynine Isolated


from Mytragyna speciosa. Phytomedicine, 404-407

S. N. Harizala, b. S. 2010. Acute Toxicity Study of The Standardized Methanolic


Extract of Mytragyna speciosa. Journal of Ethnopharmacology. 404-409

Surash Ramanathan 1, Suhanya Parthasarathy 1,*, Vikneswaran Murugaiyah 2,


Enrico Magosso 3, Soo Choon Tan 4 and Sharif Mahsufi Mansor 1.Understanding
the Physicochemical Properties of Mitragynine, a Principal Alkaloid of Mitragyna
speciosa, for Preclinical Evaluation. 2015. (3), 4915-4927

Suwanlert, S. 1975. A Study of Kratom Eaters in Thailand. Bulletin on Narcotics.


27, 21-27.

12
KANDIDAT OBAT PSIKOTERAPETIK
“DAUN KETUM/KRATOM
(Mitragyna speciosa)”

DISUSUN OLEH :
KELOMPOK 9
DANA FEBRI N. 162210101028
SALMA AULIA 162210101030
REGITA ARDHIA A. A. 162210101031
SALSABILA .A.P. 162210101035
• KLASIFIKASI

• STUDI ETNOFARMASI

• KANDUNGAN KIMIA

• STUDI TOKSISITAS
Klasifikasi :
O Kingdom : Plantae
O Clade : Angiosperms
O Clade : Eudicots
O Clade : Asterids
O Orde : Gentianales
O Family : Rubiaceae
O Genus : Mitragyna
O Species : M. Speciosa
O Binomial name: Mitragyna speciosa
O Sinonim :
Nauclea korthalsii Steud. nom. inval.
Nauclea luzoniensis Blanco
Nauclea speciosa (Korth.) Miq.
Stephegyne speciosa Korth.
Studi Etnofarmasi
O Mitragyna speciosa merupakan flora asli di negara-negara
Asia Tenggara, terutama di Thailand, Malaysia, Indonesia,
Myanmar dan Papua Nugini. Bagian tanaman yang umumnya
dibudidayakan adalah daunnya. Di Thailand dikenal sebagai
"Kratom" sementara di Malaysia sebagai "Biak-biak" atau
"Ketum“(Ahmad et al.,2012).
O Terdapat perbedaan metode dalam menggunakan daun
kratom antara pengguna Thailand dan Malaysia. Di Thailand
daunnya dikunyah atau digiling sebelum ditelan dengan
segelas air hangat atau minuman panas lainnya seperti kopi
atau teh. Sementara pada pengguna Malaysia, daun sebagian
besar direbus dan diminum sebagai teh (Suwanlert, 1975;
Assanangkornchai et al., 2006).
O Penggunaan kratom di Malaya sebagai tapal luka, obat untuk
demam dan pengganti untuk opium, ketika opium tidak
tersedia (Burkill, 1935) .
O Secara tradisional, telah digunakan untuk menyapih pecandu
yang kecanduan heroin, untuk mengobati diare, untuk
meningkatkan sirkulasi darah dan untuk mengobati diabetes
(Chan et al., 2005). Daun kratom juga digunakan sebagai
stimulan untuk memungkinkan buruh bertahan dari
kelelahan fisik (Jansen dan Prast, 1988).
O Efek dari kratom pertama kali dilaporkan di Thailand (1975)
sebagai "penenang pikiran" , meningkatkan efisiensi kerja, dan
toleransi terhadap paparan sinar matahari.
O Gejala yang terjadi seperti ketidakmampuan untuk bekerja,
nyeri otot dan tulang.
O pecandu kratom berbadan kurus dengan perut buncit, kulit
tidak sehat, bibir gelap dan kulit kering. Penggunaan kratom
jangka panjang dikaitkan dengan anoreksia, penurunan berat
badan, dan insomnia (Suwanlert, 1975).
Kandungan Kimia

O Komponen utama dari daun Mitragyna speciosa,


adalah alkaloid indol dan secara struktural mirip
dengan alkaloid Uncaria.
O Bahan aktif yang terdapat pada Mitragyna speciosa
adalah mitragynine dan 7-hydroxymitragynine dianggap
yang paling aktif, biasanya digunakan dengan dikunyah
untuk mengurangi kelelahan .
O Mitragynine adalah agonis parsial μ- dan δ-opioid 13 kali
lebih kuat daripada morfin, sedangkan 7-
hydroxymitragynine adalah agonis μ-opioid yang 4 kali lebih
kuat dari mitragynine.
O Penggunaan dosis rendah (1-5 g) menginduksi efek
stimulan, mengurangi kelelahan, kewaspadaan, dan
sosiabilitas dan meningkatkan hasrat seksual, serta
menghasilkan efek samping ringan seperti kecemasan dan
agitasi
O Dosis menengah (5–15 g) menginduksi nyeri
O Dosis tinggi (> 15 g) menyebabkan pingsan, berkeringat,
pusing, diare, mual, dan dysphoria.
O Penggunaan jangka panjang dosis tinggi dikaitkan dengan
tremor, anoreksia, penurunan berat badan, kejang, dan
gejala psikosis.
Struktur Kimia dari Mitragynine C23H30N2O4
Toksisitas dalam Mitragyna speciosa
O Dalam periode 14 hari evaluasi toksisitas akut, tikus diberikan ekstrak
Mitragyna speciosa secara per oral dengan dosis 100 dan 500 mg/kg.
Semua tikus tidak menghasilkan gejala toksisitas apapun atau
perubahan yang signifikan dalam perilaku, efek kulit, pernapasan, buang
air besar, ketidaknormalan postural, gangguan dalam asupan makanan
dan konsumsi air, atau kehilangan rambut.
O Jansen dan Prast (1988) menemukan bahwa mitragynine tidak
menunjukkan bukti tremor dan kejang pada tikus yang diberi dosis 920
mg/kg berat badan. Hasil percobaan menunjukkan efek pernapasan,
sistem otonom dan saraf efek pada kelompok hewan dosis tinggi
menunjukkan sedikit perubahan perilaku memburuk tetapi cepat
reversibel.
O Metanol dan ekstrak alkaloid secara signifikan memperpanjang respon
latensi nosiseptik pada tes ekor tikus dan membuktikan bahwa ekstrak
daun Mitragyna speciosa memiliki aktivitas analgesik yang sebagian
bertindak pada reseptor opioid dalam sistem opioid supraspinal.
1. Pengukuran berat badan
Ekstrak Mitragyna speciosa tidak mempengaruhi berat badan
tikus dan tidak menyebabkan adanya perubahan yang signifikan.
2. Tekanan darah
Kelompok tikus yang diberi ekstrak Mitragyna speciosa
mengalami peningkatan tekanan darah secara signifikan dibandingkan
dengan kelompok kontrol negatif dan kelompok kontrol positif (morfin)
setelah 1 jam pengukuran.
3. Berat organ absolut dan relatif
Tidak ada perubahan signifikan pada bobot jantung, hati,
ginjal, otak, paru-paru dan limpa tikus yang diberi ekstrak Mitragyna
speciosa. Berat badan relatif lebih diindikasikan ke toksisitas daripada
berat absolut (Demma et al., 2006).
4. Tes hitung darah lengkap (FBC)
Data hematologi tikus untuk tujuh parameter dianalisis
pada akhir periode uji toksikologi akut (14 hari).
5. Analisis biokimia
Hasil biokimia menunjukkan peningkatan yang signifikan
dalam tingkat ALT pada dosis esktrak Mitragyna speciosa.
Meskipun studi biokimia menunjukkan peningkatan
kolesterol, urea dan kreatinin yang signifikan dalam semua ekstrak
Mitragyna speciosa, temuan histologis tidak mendukung terjadinya
kerusakan sel di ginjal ( Lin et al., 2007 ) .
6. Histopatologi
Hasil histopatologi menunjukkan bahwa ekstrak Mitragyna
speciosa pada 1000mg/kg menyebabkan kerusakan signifikan pada
hati namun pada otak tidak adanya sel atau kehilangan neuron.

Anda mungkin juga menyukai