Pendahuluan
Anamnesis
Anamnesis adalah pengambilan data yang dilakukan oleh seorang dokter
dengan cara melakukan serangkaian wawancara. Anamnesis dapat langsung
dilakukan terhadap pasien (auto-anamnesis) atau terhadap keluarganya atau
pengantarnya (alo-anamnesis). Anamnesis sendiri terdiri dari beberapa pertanyaan
yang dapat mengarahkan kita untuk dapat mendiagnosa penyakit apa yang diderita
oleh pasien. Dalam hal ini dikarenakan pasien adalah seorang neonatus atau anak
yang baru dilahirkan, maka dapat dilakukan alo-anamnesis terhadap ibunya.1
Riwayat kehamilan : Tidak terjadi komplikasi, dan Ante Natal Care teratur.
Riwayat persalinan : Normal, Spontan pervaginam,
Riwayat kelahiran : Nangis kuat dan aktif.
Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan fisik pada bayi merupakan pemeriksaan fisik yang dapat
dilakukan oleh bidan, perawat atau dokter untuk menilai status kesehatan yang
dilakukan pada saat bayi baru lahir, 24 jam setelah lahir, dan pada waktu pulang dari
rumah sakit. Dalam melakukan pemeriksaan ini sebaiknya bayi dalam keadaan
telanjang di bawah lampu terang, sehingga bayi tidak mudah kehilangan panas.2
Tujuan pemeriksaan fisik secara umum pada bayi adalah menilai status
adaptasi atau penyesuaian kehidupan intrauteri ke dalam kehidupan ekstrauteri serta
mencari kelainan pada bayi. Beberapa pemeriksaan fisik yang dapat dilakukan pada
bayi adalah:2
1. Menghitung frekuensi napas
Pemeriksaan frekuensi napas ini dilakukan dengan menghitung rata-rata
pernapasan dalam satu menit. Pemeriksaan ini dikatakan normal pada bayi baru
lahir apabila frekuensinya antara 30-60 kali per menit, tanpa adanya retraksi
dada dan suara merintih saat ekspirasi, tetapi bila bayi dalam keadaan lahir
kurang dari 2.500 gram atau usia kehamilan kurang dari 37 minggu,
kemungkinan terdapat adanya retraksi dada ringan. Jika pernapasan berhenti
beberapa detik secara periodik, maka masih dikatakan dalam batas normal.
7. Pemeriksaan ekstremitas
Pemeriksaan ini berfungsi untuk menilai ada tidaknya gerakan ekstremitas
abnormal, asimetris, posisi dan gerakan yang abnormal (menghadap ke dalam
atau ke luar garis tangan), serta menilai kondisi jari kaki, yaitu berlebih
(polidaktili) atau saling melekat.
8. Pemeriksaan kulit
Pemeriksaan ini berfungsi untuk melihat ada atau tidaknya kemerahan
pada kulit atau pembengkakan, postula (kulit melepuh), luka atau trauma,
bercak atau tanda abnormal pada kulit, elastisitas kulit, serta ada tidaknya ruam
popok (bercak merah terang kulit daerah popok pada bokong).
Jumlah skor rendah pada tes menit pertama dapat menunjukkan bahwa bayi
yang baru lahir ini membutuhkan perhatian medis lebih lanjut tetapi belum tentu
mengindikasikan akan terjadi masalah jangka panjang, khususnya jika terdapat
peningkatan skor pada tes menit kelima. Jika skor Apgar tetap dibawah 3 dalam tes
berikutnya (10, 15, atau 30 menit), maka ada risiko bahwa anak tersebut dapat
mengalami kerusakan syaraf jangka panjang. Juga ada risiko kecil tapi signifikan
akan kerusakan otak. Namun demikian, tujuan tes Apgar adalah untuk menentukan
dengan cepat apakah bayi yang baru lahir tersebut membutuhkan penanganan medis
segera; dan tidak didesain untuk memberikan prediksi jangka panjang akan kesehatan
bayi tersebut.
Working diagnosis
Dari anamnesa dan pemeriksaan fisik yang telah dilakukan, dalam hal ini pada
bayi yang baru saja dilahirkan, didapatkan tidak ada komplikasi pada riwayat
kehamilan ibu dan ante-natal care ibu teratur. Bayi lahir spontan pervaginam, cukup
bulan, tidak terdapat komplikasi dan bayi menangis kuat dan aktif. Oleh karena itu,
didapatkan working diagnosisnya adalah well-baby, yaitu seorang bayi yang sehat.
Penatalaksanaan
ASI
Air Susu Ibu (ASI) adalah makanan terbaik untuk bayi yang nilainya tidak
bisa digantikan oleh makanan jenis apapun. Yang dimaksud dengan ASI
eksklusif adalah bayi hanya diberi ASI saja, tanpa tambahan cairan lain seperti
susu formula, jeruk, madu, air teh, air putih ataupun makanan padat seperti
pisang, pepaya, bubur susu, nasi tim ataupun biskuit. Pemberian ASI secara
ekslusif ini dianjurkan setidaknya selama 6 bulan.4
Manfaat pemberian ASI pada bayi khususnya ASI ekslusif yang diberikan
selama enam bulan diantaranya:4
1. ASI sebagai nutrisi
ASI merupakan sumber gizi yang sangat ideal dengan komposisi yang
seimbang dan disesuaikan dengan kebutuhan pertumbuhan bayi. ASI adalah
makanan bayi paling sempurna, baik kualitas maupun kuantitasnya. Dengan
tatalaksana menyusui yang benar, ASI sebagai makanan tunggal akan cukup
memenuhi kebutuhan tumbuh bayi normal sampai usia enam bulan. Setelah
usia enam bulan, bayi harus mulai diberi makanan pendamping, tetapi ASI
diteruskan sampai usia dua tahun atau lebih.
Imunisasi
Imunisasi adalah prosedur rutin pemberian vaksinasi yang akan
melindungi anak terhadap penyakit tertentu. Vaksin yang diberikan akan
menstimulasi sistem kekebalan tubuh bayi/anak untuk memproduksi zat anti
guna melawan suatu penyakit, sehingga anak menjadi kebal atau bila terkena
sakitnya menjadi ringan dan tidak menimbulkan komplikasi yang berbahaya.6
Segera setelah bayi lahir, terdapat imunisasi pasif yang dikeluarkan
oleh ibu melalui ASI yang disebut dengan kolostrum. Kolostrum merupakan
ASI pertama yang dikeluarkan oleh seorang ibu yang berwarna kekuningan
dan mengandung banyak gizi serta zat-zat pertahanan tubuh. Kolostrum pada
hari pertama tiap 100 ml mengandung 600 IgA, 80 IgG, dan 125 IgM.
Komposisi ini akan terus berubah sesuai ketahanan tubuh bayi. Peran
kolostrum sampai hari ke-3 setelah persalinan selain sebagai imunisasi pasif
juga mempunyai fungsi sebagai pencahar untuk mengeluarkan mekonium dari
usus bayi. Oleh karenanya bayi sering defekasi dan feses berwarna hitam.7
Keberhasilan pemberian imunisasi pada anak dipengaruhi oleh
beberapa faktor, diantaranya terdapat tingginya kadar antibodi pada saat
dilakukan imunisasi, potensi antigen yang disuntikan, waktu antara pemberian
imunisasi dan status nutrisi terutama kecukupan protein karena protein
diperlukan untuk mensintesis antibodi. Di Indonesia terdapat jenis imunisasi
yan diwajibkan oleh pemerintah(imunisasi dasar) dan ada juga yang hanya
dianjurkan. Beberapa imunisasi dasar yang diwajibkan oleh pemerintah antara
lain:2
1. Imunisasi BCG
Imunisasi BCG (Bacillus calmette Guerin) merupakan imunisasi yang
digunakan untuk mencegah terjadinya penyakit TBC, sebab terjadinya
penyakit TBC yang primer atau yang ringan dapat terjadi walaupun sudah
dilakukan imunisasi BCG. Vaksin BCG merupakan vaksin yang mengandung
kuman TBC yang telah dilemahkan. Vaksin BCG diberikan melalui
intradermal. Efek samping pemberian imunisasi BCG adalah terjadinya ulkus
pada daerah suntikan, limfadenitis regionalis, dan reaksi panas.
2. Imunisasi Hepatitis B
Imunisasi hepatisis B merupakan imunisasi yang digunakan untuk
mencegah terjadinya penyakit hepatitis B. kandungan vaksin ini adalah HbsAg
dalam bentuk cair. Frekuensi pemberian imunisasi hepatitis B sebanyak 3 kali
dan penguatnya dapat diberikan pada usia 6 tahun. Imunisasi hepatitis B ini
diberikan intramuskular.
3. Imunisasi Polio
Imunisasi polio merupakan imunisasi yang digunakan untuk mencegah
terjadinya poliomyelitis yang dapat menyebabkan kelumpuhan pada anak.
Kandungan vaksin ini adalah virus yang dilemahkan. Imunisasi polio
diberikan melalui oral.
4. Imunisasi DPT
Imunisasi DPT (Diphteria, Pertussis, Tetanus) merupakan imunisasi yang
digunakan untuk mencegah terjadinya penyakit difteri, pertusis dan tetanus.
Vaksin DPT ini merupakan vaksin yang mengandung racun kuman difteri
yang telah dihilangkan sifat racunnya, namun masih dapat merangsang
pembentukan zat anti (toksoid). Imunisasi DPT diberikan melalui
intramuskular. Pemberian DPT dapat berefek samping ringan atau berat. Efek
ringan misalnya terjadi pembengkakan, nyeri pada tempat penyuntikan, dan
demam. Efek berat misalnya kesakitan kurang lebih empat jam, kesadaran
menurun, terjadi kejang, ensefalopati, dan syok. Upaya pencegahan penyakit
difteri, pertusis dan tetanus perlu dilakukan sejak dini melalui imunisasi
karena penyakit tersebut sangat cepat serta dapat meningkatkan kematian bayi
dan anak balita.
5. Imunisasi campak
Imunisasi campak merupakan imunisasi yang digunakan untuk mencegah
terjadinya penyakit campak pada anak karena termasuk penyakit menular.
Kandungan vaksin ini adalah virus yang dilemahkan. Imunisasi campak
diberikan melalui subkutan. Imunisasi ini memiliki efek samping seperti
terjadi ruam pada tempat suntikan dan panas. Angka kejadian campak juga
sangat tinggi dalam mempengaruhi angka kesakitan dan kematian anak.
6. Imunisasi MMR
Imunisasi MMR(Mumps, Measles and Rubella) merupakan imunisasi
yang digunakan dalam memberikan kekebalan terhadap penyakit
campak(measles), gondong(mumps), dan campak jerman(Rubella). Dalam
imunisasi MMR, antigen yang dipakai adalah virus campak strain edmonson
yang dilemahkan, virus rubella strain RA 27/3 dan virus gondong. Vaksin ini
tidak dianjurkan untuk bayi usia dibawah 1 tahun karena di khawatirkan
terjadi intervensi dengan antibodi material yang masih ada.
9. Imunisasi Hepatitis A
Imunisasi hepatitis A merupakan imunisasi yang digunakan untuk
mencegah terjadinya penyakit hepatitis A. Pemberian imunisasi ini dapat
diberikan untuk usia diatas 2 tahun. Imunisasi awal menggunakan vaksin
Havrix (berisi virus hepatitis A strain HM175 yang dinonaktifkan) dengan 2
suntikan dan interval 4 minggu, booster pada 6 bulan setelahnya.
Edukasi
Selain penatalaksanaan medik, pasien, dalam hal ini seorang ibu yang
baru melahirkan, harus diberi edukasi dalam rangka melaksanakan
penatalaksanaan medik. Antara lain dengan memberikan edukasi mengenai
pemberian ASI eksklusif untuk bayinya dan juga penyuluhan mengenai
jadwal-jadwal imunisasi yang tepat bagi bayinya.7
Kesimpulan
Pada seorang bayi baru lahir, dapat dilakukan berbagai macam
pemeriksaan fisik. Salah satu metode praktis yang secara sistematis digunakan
untuk menilai bayi baru lahir segera sesudah lahir adalah dengan
menggunakan apgar score. Setelah didapati bayi lahir sehat maka
penatalaksanaan yang tepat adalah dengan memberikan ASI eksklusif dari
ibunya dan imunisasi agar bayi dapat tumbuh menjadi anak yang sehat, cerdas
dan berkepribadian baik.
Daftar Pustaka
1. Soetjiningsih. Tumbuh kembang anak. Jakarta: EGC, 1995. Hal. 1-16.
2. Aziz AHA. Pengantar ilmu kesehatan anak untuk ilmu kebidanan. Jakarta:
Salemba Medika, 2008. Hal. 63-87.
3. Gleadle J. At a glance anamnesis dan pemeriksaan fisik. Jakarta: Penerbit
Erlangga, 2005. Hal. 55.
4. Nelson. Ilmu kesehatan anak. Jakarta: EGC, 1999. Hal. 541.
5. Roesli U. Mengenal ASI eksklusif. Jakarta: Puspa Swara, 2009. Hal. 6-12.
6. Suririnah. Buku pintar mengasuh batita. Jakarta: Gramedia Pustaka, 2007.
Hal. 255-64.
7. Purwanti HS. Konsep penerapan ASI eksklusif. Jakarta: EGC, 2004.
Hal.9-10.