Anda di halaman 1dari 15

Pemeriksaan Fisik dan Penatalaksanaan pada Bayi Cukup Bulan

Kezia Ariesta Beno


Elisabeth
Billy Jonathan
Dea Nur Puspita
Nurul Siti Khodijah
Gheraldo Olanis Lamandasa
Nobel Yonger
Novella Ruana Fista
Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana
Jalan Arjuna utara nomor 6, Jakarta Barat

Pendahuluan

Dalam kehidupannya, manusia pasti akan mengalami lahir, tumbuh dan


berkembang, penuaan dan mati. Dari seluruh proses tersebut, salah satu proses yang
sangat penting adalah pertumbuhan dan perkembangan. Pertumbuhan sendiri
berkaitan dengan masalah perubahan dalam besar, jumlah, ukuran atau dimensi
tingkat sel, organ maupun individu, yang bisa diukur dengan ukuran berat(gram atau
kilogram), ukuran panjang(centimeter dan meter), umur tulang dan keseimbangan
metabolik.1 Sedangkan perkembangan adalah bertambahnya kemampuan dalam
struktur dan fungsi tubuh yang lebih kompleks dalam pola yang teratur dan dapat
diramalkan sebagai hasil dari proses pematangan.1

Anamnesis
Anamnesis adalah pengambilan data yang dilakukan oleh seorang dokter
dengan cara melakukan serangkaian wawancara. Anamnesis dapat langsung
dilakukan terhadap pasien (auto-anamnesis) atau terhadap keluarganya atau
pengantarnya (alo-anamnesis). Anamnesis sendiri terdiri dari beberapa pertanyaan
yang dapat mengarahkan kita untuk dapat mendiagnosa penyakit apa yang diderita
oleh pasien. Dalam hal ini dikarenakan pasien adalah seorang neonatus atau anak
yang baru dilahirkan, maka dapat dilakukan alo-anamnesis terhadap ibunya.1
 Riwayat kehamilan : Tidak terjadi komplikasi, dan Ante Natal Care teratur.
 Riwayat persalinan : Normal, Spontan pervaginam,
 Riwayat kelahiran : Nangis kuat dan aktif.

Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan fisik pada bayi merupakan pemeriksaan fisik yang dapat
dilakukan oleh bidan, perawat atau dokter untuk menilai status kesehatan yang
dilakukan pada saat bayi baru lahir, 24 jam setelah lahir, dan pada waktu pulang dari
rumah sakit. Dalam melakukan pemeriksaan ini sebaiknya bayi dalam keadaan
telanjang di bawah lampu terang, sehingga bayi tidak mudah kehilangan panas.2
Tujuan pemeriksaan fisik secara umum pada bayi adalah menilai status
adaptasi atau penyesuaian kehidupan intrauteri ke dalam kehidupan ekstrauteri serta
mencari kelainan pada bayi. Beberapa pemeriksaan fisik yang dapat dilakukan pada
bayi adalah:2
1. Menghitung frekuensi napas
Pemeriksaan frekuensi napas ini dilakukan dengan menghitung rata-rata
pernapasan dalam satu menit. Pemeriksaan ini dikatakan normal pada bayi baru
lahir apabila frekuensinya antara 30-60 kali per menit, tanpa adanya retraksi
dada dan suara merintih saat ekspirasi, tetapi bila bayi dalam keadaan lahir
kurang dari 2.500 gram atau usia kehamilan kurang dari 37 minggu,
kemungkinan terdapat adanya retraksi dada ringan. Jika pernapasan berhenti
beberapa detik secara periodik, maka masih dikatakan dalam batas normal.

2. Melakukan inspeksi pada warna bayi


Pemeriksaan ini berfungsi untuk mengetahui apakah ada warna pucat,
ikterus, sianosis sentral, atau tanda lainnya. Bayi dalam keadaan aterm
umumnya lebih pucat dibandingkan bayi dalam keadaan preaterm, mengingat
kondisi kulitnya lebih tebal.

3. Menghitung denyut jantung bayi dengan menggunakan stetoskop


Pemeriksaan denyut jantung untuk menilai apakah bayi mengalami
gangguan yang menyebabkan jantung dalam keadaan tidak normal, seperti
suhu tubuh yang tidak normal, pendarahan atau gangguan napas. Pemeriksaan
denyut jantung ini dikatakan normal apabila frekuensinya antara 100-160 kali
per menit. Masih dalam keadaan normal apabila diatas 60 kali per menit dalam
jangka waktu yang relatif pendek, beberapa kali per hari dan terjadi selama
beberapa hari pertama jika bayi mengalami distres.

4. Ukur suhu aksilla


Lakukan pemeriksaan suhu melalui aksilla untuk menentukan apakah bayi
dalam keadaan hipo atau hipertermi. Dalam kondisi normal suhu bayi antara
36,5-37,5oC.

5. Mengkaji postur dan gerakan


Pemeriksaan ini untuk menilai ada atau tidaknya epistotonus/hiperekstensi
tubuh yang berlebihan dengan kepala atau tumit ke belakang, tubuh
melengkung ke depan, adanya kejang/spasme, serta tremor. Pemeriksaan
postur dalam keadaan normal apabila dalam keadaan istirahat kepalan tangan
longgar dengan lengan panggul dan lutut semifleksi. Selanjutnya gerakan
ekstremitas bayi harusnya terjadi secara spontan dan simetris disertai dengan
gerakan sendi penuh dan pada bayi normal dapat sedikit gemetar.

6. Periksa tonus atau kesadaran bayi


Pemeriksaan ini berfungsi untuk melihat adanya letargi, yaitu penurunan
kesadaran dimana bayi dapat bangun lagi dengan sedikit kesulitan, ada
tidaknya tonus otot yang lemah, mudah terangsang, mengantuk, aktivitas
berkurang, dan sadar(tidur yang tidak merespons terhadap rangsangan).
Pemeriksaan ini dalam keadaan normal dengan tingkat kesadaran mulai dari
diam hingga sadar penuh serta bayi dapat dibangunkan jika sedang tidur atau
dalam keadaan diam.

7. Pemeriksaan ekstremitas
Pemeriksaan ini berfungsi untuk menilai ada tidaknya gerakan ekstremitas
abnormal, asimetris, posisi dan gerakan yang abnormal (menghadap ke dalam
atau ke luar garis tangan), serta menilai kondisi jari kaki, yaitu berlebih
(polidaktili) atau saling melekat.

8. Pemeriksaan kulit
Pemeriksaan ini berfungsi untuk melihat ada atau tidaknya kemerahan
pada kulit atau pembengkakan, postula (kulit melepuh), luka atau trauma,
bercak atau tanda abnormal pada kulit, elastisitas kulit, serta ada tidaknya ruam
popok (bercak merah terang kulit daerah popok pada bokong).

9. Pemeriksaan tali pusat


Pemeriksaan ini untuk melihat apakah ada kemerahan, bengkak, bernanah,
berbau atau lainnya pada tali pusat. Pemeriksaan ini normal apabila warna tali
pusat putih kebiruan pada hari pertama dan mulai mengering atau mengecil dan
lepas pada hari ke-7 hingga ke-10.
10. Pemeriksaan kepala dan leher
Pemeriksaan bagian kepala yang dapat diperiksa antara lain sebagai berikut:2
a. Pemeriksaan rambut dengan menilai jumlah dan warna, adanya lanugo
terutama pada daerah bahu dan punggung.
b. Pemeriksaan wajah dan tengkorak, dapat dilihat adanya maulage, yaitu
tulang tengkorak yang saling menumpuk pada saat lahir untuk dilihat
asimetris atau tidak. Ada tidaknya caput succedaneum (edema pada
kulit kepala, lunak, dan tidak berfluktuasi, batasnya tidak tegas, serta
menyebrangi sutura dan akan hilang dalam beberapa hari). Adanya
cephal hematum terjadi sesaat setelah lahir dan tidak tampak pada hari
pertama karena tertutup oleh caput succedaneum, konsistensinya lunak,
berfluktuasi, berbatas tegas pada tepi tulang tengkorak, tidak
menyebrangi sutura dan apabila menyebrangi sutura akan mengalami
fraktur tulang tengkorak yang akan hilang sempuran dalam waktu 2-6
bulan. Adanya pendarahan yang terjadi karena pecahnya vena yang
menghubungkan jaringan di luar sinus dalam tengkorak, batasnya tidak
tegasm sehingga bentuk kepala tampak asimetris. Selanjutnya diraba
untuk menilai adanya fluktuasi dan edema. Pemeriksaan selanjutnya
adalah menilai fontanella dengan cara melakukan palpasi menggunakan
jari tangan, kemudian fontanel posterior dapat dilihat proses
penutupannya setelah usia 2 bulan dan fontanel anterior menutup saat
usia 12-18 bulan.
c. Pemeriksaan mata untuk menilai adanya strabismus atau tidak, yaitu
koordinasi gerakan mata yang belum sempurna. Cara memeriksanya
adalah dengan menggoyangkan kepala secara perlahan, sehingga mata
bayi akan terbuka, kemudian baru periksa. Apabila ditemukan jarang
berkedip, atau sensitivitasnya terdapat cahaya berkurang, maka
kemungkinan mengalami kebutaan. Apabila ditemukan adanya
epicantus melebar, maka kemungkinan anak mengalami sindrom down.
Pada glaukoma kongenital, dapat terlihat pembesaran dan terjadi
kekeruhan pada kornea. Katarak kongenital dapat dideteksi apabila
terlihat pupil yang berwarna putih. Apabila ada trauma pada mata maka
dapat terjadi edema palpebra, pendarahan konjungtiva, retina dan lain-
lain.
d. Pemeriksaan telinga dapat dilakukan untuk menilai adanya gangguan
pendengaran. Dilakukan dengan membunyikan bel atau suara jika
terjadi refleks terkejut, apabila tidak terjadi refleks, maka kemungkinan
akan terjadi gangguan pendengaran.
e. Pemeriksaan hidung dapat dilakukan dengan cara melihat pola
pernapasan, apabila bayi bernapas melalui mulut, maka kemungkinan
bayi mengalami obstruksi jalan napas karena adanya atresia koana
bilateral atau fraktur tulang hidung atau ensefalokel yang menonjol ke
nasofaring. Sedangkan pernapasan cuping hidung akan menunjukan
gangguan pada paru, lubang hidung kadang-kadang banyak mukosa.
Apabila sekret mukopurulen dan berdarah, perlu dipikirkan adanya
penyakit sifilis kongenital dan kemungkinan lain.
f. Pemeriksaan mulut dapat dilakukan dengan melihat adanya kista yang
ada pada mukosa mulut. Pemeriksaan lidah dapat dinilai melalui warna
dan kemampuan refleks menghisap. Apabila ditemukan lidah yang
menjulur keluar, dapat dilihat adanya kemungkinan kecacatan
kongenital. Adanya bercak pada mukosa mulut, palatum, dan pipi
biasanya disebut sebagai monilla albicans, gusi juga perlu diperiksa
untuk menilai adanya pigmen pada gigi, apakah terjadi penumpukan
pigmen yang tidak sempurna.
g. Pemeriksaan leher dapat dilakukan dengan melihat pergerakan, apabila
terjaid keterbatasan dalam pergerakannya, maka kemungkinan terjadi
kelainan pada tulang leher, misalnya kelainan tiroid, hemangioma dan
lain-lain.

11. Pemeriksaan abdomen dan punggung


Pemeriksaan pada abdomen ini meliputi pemeriksaan secara inspeksi
untuk melihat bentuk dari abdomen, apabila didapatkan abdomen membuncit
dapat diduga kemungkinan disebabkan hepatosplenomegali atau cairan di
dalam rongga perut. Pada perabaan, hati biasanya teraba 2 sampai 3 cm di
bawah arcus costa kanan, limfa teraba 1 cm dibawah arcus costa kiri. Pada
palpasi ginjal dapat dilakukan dengan pengaturan posisi terlentang dan tungkau
bayi dilipat agar otot-otot dinding perut dalam keadaan relaksasi, batas bawah
ginjal dapat diraba setinggi umbilikus diantara garis tengah dan tepi perut.
Bagian-bagian ginjal dapat diraba sekitar 2-3 cm. Adanya pembesaran pada
ginjal dapat disebabkan oleh neoplasma, kelainan bawaan atau trombosis vena
renalis. Untuk menilai daerah punggung atau tulang belakang, cara
pemeriksaannya adalah dengan meletakan bayi dalam posisi tengkurap. Raba
sepanjang tulang belakang untuk mencari ada tidaknya kelainan seperti spina
bifida atau mielomeningeal (defek tulang punggung, sehingga medula spinalis
dan selaput otak menonjol).
12. Pengukuran antropometri
Pada bayi baru lahir, perlu dilakukan pengukuran antropometri seperti
berat badan, dimana berat badan yang normal adalah sekitar 2500-3500 gram,
apabila ditemukan berat badan kurang dari 2500 gram, maka dapat dikatakan
bayi memiliki berat badan lahir rendah(BBLR). Akan tetapi, apabila ditemukan
bayi dengan berat badan lahir lebih dari 3500 gram, maka bayi dimasukan
dalam kelompok makrosomia. Pengukuran antropometri lainnya adalah
pengukuran panjang badan secara normal, panjang badan bayi baru lahir adalah
45-50 cm, pengukuran lingkar kepala normalnya adalah 33-35 cm, pengukuran
lingkar dada normalnya adalah 30-33 cm. Apabila ditemukan diameter kepala
lebih besar 3 cm dari lingkar dada, maka bayi mengalami hidrosefalus dan
apabila diameter kepala lebih kecil dari 3 cm dari lingkar dada, maka bayi
tersebut mengalami mikrosefalus. Pada skenario didapati berat badan : 3000
gram, lingkar kepala : 35 cm, panjang badan : 50 cm.

13. Pemeriksaan genitalia


Pemeriksaan genitalia dilakukan untuk mengetahui keadaan labium minor
yang tertutup oleh labiya mayor, lubang uretra dan lubang vagina yang
seharusnya terpisah, namun apabila ditemukan satu lubang makan didapatkan
terjadinya kelainan dan apabila ada sekret pada lubang vagina, hal tersebut
karena pengaruh hormon. Pada bayi laki-laki sering didapatkan fimosis, secara
normal panjang penis pada bayi adalah 3-4 cm dan 1-1,3 cm untuk lebarnya,
kelainan yang terdapat pada bayi adalah adanya hipospadia yang merupakan
defek di bagian ventral ujung penis atau defek sepanjang penisnya. Epispadia
merupakan kelainan defek pada dorsum penis.

14. Pemeriksaan urine dan tinja


Pemeriksaan urine dan tinja bermanfaat untuk menilai ada atau tidaknya
diare serta kelainan pada daerah anus. Pemeriksaan ini normal apabila bayi
mengeluarkan feses cair antara 6-8 kali per menit, dapat dicurigai apabila
frekuensi meningkat serta adanya lendir atau darah. Adanya pendarahan per
vaginam pada bayi baru lahir dapat terjadi selama beberapa hari pada minggu
pertama kehidupan.3
15. Apgar score
Apgar score adalah sebuah metode praktis yang secara sistematis
digunakan untuk menilai bayi baru lahir segera sesudah lahir. Apgar score
dihitung dengan menilai kondisi bayi yang baru lahir menggunakan lima
kriteria sederhana dengan skala nilai nol, satu, dan dua. Kelima nilai kriteria
tersebut kemudian dijumlahkan untuk menghasilkan angka nol hingga 10.

Nilai 0 Nilai 1 Nilai 2 Akronim


warna kulit tubuh warna kulit
seluruhnya normal merah tubuh, tangan,
Warna kulit Appearance
biru muda, dan kaki
tetapi tangan dan normal merah
kaki kebiruan muda, tidak ada
(akrosianosis) sianosis
Denyut jantung tidak ada <100 kali/menit >100 kali/menit Pulse
tidak ada meringis/bersin/
meringis/menangis
respons batuk saat
Respons refleks lemah ketika Grimace
terhadap stimulasi
distimulasi
stimulasi saluran napas
lemah/tidak
Tonus otot sedikit gerakan bergerak aktif Activity
ada
menangis kuat,
lemah atau tidak
Pernapasan tidak ada pernapasan baik Respiration
teratur
dan teratur
Tabel 1. Apgar Score4

Jumlah skor Interpretasi Catatan


7-10 Bayi normal -
Memerlukan tindakan medis segera seperti
4-6 Agak rendah penyedotan lendir yang menyumbat jalan napas, atau
pemberian oksigen untuk membantu bernapas.
0-3 Sangat rendah Memerlukan tindakan medis yang lebih intensif
Tabel 2. Intepretasi Apgar score4

Jumlah skor rendah pada tes menit pertama dapat menunjukkan bahwa bayi
yang baru lahir ini membutuhkan perhatian medis lebih lanjut tetapi belum tentu
mengindikasikan akan terjadi masalah jangka panjang, khususnya jika terdapat
peningkatan skor pada tes menit kelima. Jika skor Apgar tetap dibawah 3 dalam tes
berikutnya (10, 15, atau 30 menit), maka ada risiko bahwa anak tersebut dapat
mengalami kerusakan syaraf jangka panjang. Juga ada risiko kecil tapi signifikan
akan kerusakan otak. Namun demikian, tujuan tes Apgar adalah untuk menentukan
dengan cepat apakah bayi yang baru lahir tersebut membutuhkan penanganan medis
segera; dan tidak didesain untuk memberikan prediksi jangka panjang akan kesehatan
bayi tersebut.

Working diagnosis
Dari anamnesa dan pemeriksaan fisik yang telah dilakukan, dalam hal ini pada
bayi yang baru saja dilahirkan, didapatkan tidak ada komplikasi pada riwayat
kehamilan ibu dan ante-natal care ibu teratur. Bayi lahir spontan pervaginam, cukup
bulan, tidak terdapat komplikasi dan bayi menangis kuat dan aktif. Oleh karena itu,
didapatkan working diagnosisnya adalah well-baby, yaitu seorang bayi yang sehat.
Penatalaksanaan
 ASI

Air Susu Ibu (ASI) adalah makanan terbaik untuk bayi yang nilainya tidak
bisa digantikan oleh makanan jenis apapun. Yang dimaksud dengan ASI
eksklusif adalah bayi hanya diberi ASI saja, tanpa tambahan cairan lain seperti
susu formula, jeruk, madu, air teh, air putih ataupun makanan padat seperti
pisang, pepaya, bubur susu, nasi tim ataupun biskuit. Pemberian ASI secara
ekslusif ini dianjurkan setidaknya selama 6 bulan.4
Manfaat pemberian ASI pada bayi khususnya ASI ekslusif yang diberikan
selama enam bulan diantaranya:4
1. ASI sebagai nutrisi
ASI merupakan sumber gizi yang sangat ideal dengan komposisi yang
seimbang dan disesuaikan dengan kebutuhan pertumbuhan bayi. ASI adalah
makanan bayi paling sempurna, baik kualitas maupun kuantitasnya. Dengan
tatalaksana menyusui yang benar, ASI sebagai makanan tunggal akan cukup
memenuhi kebutuhan tumbuh bayi normal sampai usia enam bulan. Setelah
usia enam bulan, bayi harus mulai diberi makanan pendamping, tetapi ASI
diteruskan sampai usia dua tahun atau lebih.

2. ASI meningkatkan daya tahan tubuh


Bayi yang lahir secara alamiah mendapat immunoglobulin (zat
kekebalan tubuh) dari ibunya melalui plasenta. Namun kadar zat ini akan
cepat sekali menurun segera setelah bayi lahir. Badan bayi sendiri baru
membuat zat kekebalan tubuh cukup banyak sehingga mencapai kadar
protektif pada waktu berusia sekitar Sembilan sampai duabelas bulan. Pada
saat kadar zat kekebalan bawaan menurun, sedangkan yang dibentuk oleh
badan bayi belum mencukupi maka akan terjadi kesenjangan zat kekebalan
pada bayi, pada saat inilah peranan ASI sangat dibutuhkan untuk
meningkatkan daya tahan tubuh terhadap berabagai macam penyakit.

3. ASI meningkatkan kecerdasan


Faktor utama yang mempengaruhi perkembangan kecerdasan adalah
pertumbuhan otak. Sementara itu, faktor terpenting dalam proses pertumbuhan
termasuk pertumbuhan otak adalah nutrisi yang diberikan. Pemberian ASI
eksklusif sampai bayi berusia enam bulan akan menjamin tercapainya
kecerdasan anak secara optimal. Hal ini karena selain sebagai nutrient yang
ideal, dengan komposisi yang tepat, serta disesuaikan dengan kebutuhan bayi,
ASI juga mengandung nutrien-nutrien khusus yang diperlukan otak bayi agar
tumbuh optimal. Nutrien-nutrien khusus tersebut tidak terdapat atau hanya
sedikit terdapat pada susu sapi. Nutrient yang diperlukan untuk pertumbuhan
otak yang tidak ada atau sedikit sekali pada susu sapi, antara lain:
 Taurin yaitu suatu bentuk zat putih telur yang hanya terdapat di ASI
 Laktosa merupakan hidrat arang utama dari ASI yang hanya sedikit
sekali terdapat pada susu sapi
 Asam lemak ikatan panjang (DHA, AA, Omega-3, Omega-6)
merupakan asam lemak utama dari ASI yang hanya terdapat sedikit
dalam susu sapi.

4. Menyusui meningkatkan jalinan kasih sayang


Bayi yang sering dalam dekapan ibu karena menyusu akan merasakan
kasih sayang ibunya. Ia juga akan merasa aman dan tentram, terutama karena
masih dapat mendengar detak jantung ibunya yang telah ia kenal sejak dalam
kandungan. Perasaan terlindung dan disayangi inilah yang akan menjadi dasar
perkembangan emosi bayi dan membentuk kepribadian yang percaya diri dan
dasar spiritual yang baik.

Seiring dengan bertambahnya usia bayi, bertambah pula kebutuhan


akan zat-zat gizi. Oleh karena itu mulai usia enam bulan, selain ASI bayi perlu
diberi makanan lain. Makanan ini disebut dengan makanan pendamping ASI.
Makanan pendamping ASI yang diperlukan bayi akan semakin meningkat,
sesuai dengan pertambahan usianya. Makanan pendamping ASI atau makanan
tambahan diperlukan karena bayi membutuhkan makanan padat untuk
memberikan energy, protein, vitamin A, vitamin D, serta tambahan zat besi
(Fe), seng (Zn), dan tembaga (Cu).
Makanan pendamping ASI yang merupakan makanan padat pertama
yang diperkenalkan kepada bayi adalah makanan berupa cairan dan lembut,
misalnya bubur susu beras atau bahan hidrat lain yang dicampur ASI atau susu
formula lanjutan. Alpukat, pisang, pepaya, apel atau pir merupakan buah
pertama yang diberikan kepada bayi dengan menghancurkannya menjadi
bubur terlebih dahulu. Baru setelah itu meningkat dari bubur ke beras yang
disaring, nasi tim, dan akhirnya makanan orang dewasa.5

 Imunisasi
Imunisasi adalah prosedur rutin pemberian vaksinasi yang akan
melindungi anak terhadap penyakit tertentu. Vaksin yang diberikan akan
menstimulasi sistem kekebalan tubuh bayi/anak untuk memproduksi zat anti
guna melawan suatu penyakit, sehingga anak menjadi kebal atau bila terkena
sakitnya menjadi ringan dan tidak menimbulkan komplikasi yang berbahaya.6
Segera setelah bayi lahir, terdapat imunisasi pasif yang dikeluarkan
oleh ibu melalui ASI yang disebut dengan kolostrum. Kolostrum merupakan
ASI pertama yang dikeluarkan oleh seorang ibu yang berwarna kekuningan
dan mengandung banyak gizi serta zat-zat pertahanan tubuh. Kolostrum pada
hari pertama tiap 100 ml mengandung 600 IgA, 80 IgG, dan 125 IgM.
Komposisi ini akan terus berubah sesuai ketahanan tubuh bayi. Peran
kolostrum sampai hari ke-3 setelah persalinan selain sebagai imunisasi pasif
juga mempunyai fungsi sebagai pencahar untuk mengeluarkan mekonium dari
usus bayi. Oleh karenanya bayi sering defekasi dan feses berwarna hitam.7
Keberhasilan pemberian imunisasi pada anak dipengaruhi oleh
beberapa faktor, diantaranya terdapat tingginya kadar antibodi pada saat
dilakukan imunisasi, potensi antigen yang disuntikan, waktu antara pemberian
imunisasi dan status nutrisi terutama kecukupan protein karena protein
diperlukan untuk mensintesis antibodi. Di Indonesia terdapat jenis imunisasi
yan diwajibkan oleh pemerintah(imunisasi dasar) dan ada juga yang hanya
dianjurkan. Beberapa imunisasi dasar yang diwajibkan oleh pemerintah antara
lain:2
1. Imunisasi BCG
Imunisasi BCG (Bacillus calmette Guerin) merupakan imunisasi yang
digunakan untuk mencegah terjadinya penyakit TBC, sebab terjadinya
penyakit TBC yang primer atau yang ringan dapat terjadi walaupun sudah
dilakukan imunisasi BCG. Vaksin BCG merupakan vaksin yang mengandung
kuman TBC yang telah dilemahkan. Vaksin BCG diberikan melalui
intradermal. Efek samping pemberian imunisasi BCG adalah terjadinya ulkus
pada daerah suntikan, limfadenitis regionalis, dan reaksi panas.

2. Imunisasi Hepatitis B
Imunisasi hepatisis B merupakan imunisasi yang digunakan untuk
mencegah terjadinya penyakit hepatitis B. kandungan vaksin ini adalah HbsAg
dalam bentuk cair. Frekuensi pemberian imunisasi hepatitis B sebanyak 3 kali
dan penguatnya dapat diberikan pada usia 6 tahun. Imunisasi hepatitis B ini
diberikan intramuskular.

3. Imunisasi Polio
Imunisasi polio merupakan imunisasi yang digunakan untuk mencegah
terjadinya poliomyelitis yang dapat menyebabkan kelumpuhan pada anak.
Kandungan vaksin ini adalah virus yang dilemahkan. Imunisasi polio
diberikan melalui oral.

4. Imunisasi DPT
Imunisasi DPT (Diphteria, Pertussis, Tetanus) merupakan imunisasi yang
digunakan untuk mencegah terjadinya penyakit difteri, pertusis dan tetanus.
Vaksin DPT ini merupakan vaksin yang mengandung racun kuman difteri
yang telah dihilangkan sifat racunnya, namun masih dapat merangsang
pembentukan zat anti (toksoid). Imunisasi DPT diberikan melalui
intramuskular. Pemberian DPT dapat berefek samping ringan atau berat. Efek
ringan misalnya terjadi pembengkakan, nyeri pada tempat penyuntikan, dan
demam. Efek berat misalnya kesakitan kurang lebih empat jam, kesadaran
menurun, terjadi kejang, ensefalopati, dan syok. Upaya pencegahan penyakit
difteri, pertusis dan tetanus perlu dilakukan sejak dini melalui imunisasi
karena penyakit tersebut sangat cepat serta dapat meningkatkan kematian bayi
dan anak balita.

5. Imunisasi campak
Imunisasi campak merupakan imunisasi yang digunakan untuk mencegah
terjadinya penyakit campak pada anak karena termasuk penyakit menular.
Kandungan vaksin ini adalah virus yang dilemahkan. Imunisasi campak
diberikan melalui subkutan. Imunisasi ini memiliki efek samping seperti
terjadi ruam pada tempat suntikan dan panas. Angka kejadian campak juga
sangat tinggi dalam mempengaruhi angka kesakitan dan kematian anak.

6. Imunisasi MMR
Imunisasi MMR(Mumps, Measles and Rubella) merupakan imunisasi
yang digunakan dalam memberikan kekebalan terhadap penyakit
campak(measles), gondong(mumps), dan campak jerman(Rubella). Dalam
imunisasi MMR, antigen yang dipakai adalah virus campak strain edmonson
yang dilemahkan, virus rubella strain RA 27/3 dan virus gondong. Vaksin ini
tidak dianjurkan untuk bayi usia dibawah 1 tahun karena di khawatirkan
terjadi intervensi dengan antibodi material yang masih ada.

7. Imunisasi thypus abdominalis


Imunisasi thypus abdominalis merupakan imunisasi yang digunakan untuk
mencegah terjadinya penyakit thypus abdominalis. Dalam persediaan
khususnya di Indonesua terdapat 3 jenis vaksin thypus abdominalis,
diantaranya kuman yang dimatikan, kuman yang dilemahkan(vivotif berna)
dan antigen capsular Vi polysaccharida(Thypim Vi, Pasteur Meriux). Pada
imunisasi awal dapat diberikan sebanyak 2 kali dengan interval 4 minggu
kemudian penguat setelah 1 tahun kemudian.
8. Imunisasi varicella
Imunisasi varicella merupakan imunisasi yang digunakan untuk mencegah
terjadinya penyakit cacar air (varicella). Vaksin varicella merupakan virus
hidup varicella zooster strain OKA yang dilemahkan. Pemberian vaksin
varicella dapat diberikan suntukan tunggal pada usia 12 tahun di daerah tropis
dan bila di atas usia 13 tahun dapat diberikan 2 kali suntikan dengan interval
4-8 minggu.

9. Imunisasi Hepatitis A
Imunisasi hepatitis A merupakan imunisasi yang digunakan untuk
mencegah terjadinya penyakit hepatitis A. Pemberian imunisasi ini dapat
diberikan untuk usia diatas 2 tahun. Imunisasi awal menggunakan vaksin
Havrix (berisi virus hepatitis A strain HM175 yang dinonaktifkan) dengan 2
suntikan dan interval 4 minggu, booster pada 6 bulan setelahnya.

10. Imunisasi HiB


Imunisasi HiB (Hemophilus infulezae tipe b) merupakan imunisasi yang
diberikan untuk mencegah terjadinya penyakit influenzae tipe b.6

Edukasi
Selain penatalaksanaan medik, pasien, dalam hal ini seorang ibu yang
baru melahirkan, harus diberi edukasi dalam rangka melaksanakan
penatalaksanaan medik. Antara lain dengan memberikan edukasi mengenai
pemberian ASI eksklusif untuk bayinya dan juga penyuluhan mengenai
jadwal-jadwal imunisasi yang tepat bagi bayinya.7
Kesimpulan
Pada seorang bayi baru lahir, dapat dilakukan berbagai macam
pemeriksaan fisik. Salah satu metode praktis yang secara sistematis digunakan
untuk menilai bayi baru lahir segera sesudah lahir adalah dengan
menggunakan apgar score. Setelah didapati bayi lahir sehat maka
penatalaksanaan yang tepat adalah dengan memberikan ASI eksklusif dari
ibunya dan imunisasi agar bayi dapat tumbuh menjadi anak yang sehat, cerdas
dan berkepribadian baik.
Daftar Pustaka
1. Soetjiningsih. Tumbuh kembang anak. Jakarta: EGC, 1995. Hal. 1-16.
2. Aziz AHA. Pengantar ilmu kesehatan anak untuk ilmu kebidanan. Jakarta:
Salemba Medika, 2008. Hal. 63-87.
3. Gleadle J. At a glance anamnesis dan pemeriksaan fisik. Jakarta: Penerbit
Erlangga, 2005. Hal. 55.
4. Nelson. Ilmu kesehatan anak. Jakarta: EGC, 1999. Hal. 541.
5. Roesli U. Mengenal ASI eksklusif. Jakarta: Puspa Swara, 2009. Hal. 6-12.
6. Suririnah. Buku pintar mengasuh batita. Jakarta: Gramedia Pustaka, 2007.
Hal. 255-64.
7. Purwanti HS. Konsep penerapan ASI eksklusif. Jakarta: EGC, 2004.
Hal.9-10.

Anda mungkin juga menyukai