TUGAS 1-5
Disusun Oleh:
Nama : Muhamad Reynaldi B S [16020078]
BANDUNG
2019
1. Topik
Pengolahan limbah
2. Judul
Pengaruh pH dan Konsentrasi Kitosan Sebagai Koagulan terhadap Parameter Limbah
Cair Industri Tekstil
3. Faktor
pH yang digunakan : 5; 6; 7; 8; 9
Konsentrasi kitosan : {30; 40; 50; 60; 70}ppm
4. Kata Kunci
- Kitosan
- Koagulasi
- Limbah cair
5. Peta Literatur
Arifin, Ayu Karlina, Abdul Khair. (2017). Pengaruh Dosis Kitosan Terhadap Kadar
Warna Limbah Cair Home Industry Sasirangan “Oriens Handicraft” Landasan Ulin.
Journal of Health Science and Prevention, Vol.1(2), ISSN 2549-919X (online).
Teguh Prayudi., & Joko Prayitno Susanto. (2000). Kitosan Sebagai Bahan Koagulan
Limbah Cair Industri Tekstil. Jurnal Teknologi Lingkungan, Vol.1, No. 2 : 121-125.
Rahayu haryanti, Handoko Budi, Hardianto, Sukirman. Bahan Ajar Air Proses dan
Limbah Industri Tekstil, Bandung: Sekolah Tinggi Teknologi Tekstil, 2006.
Yogta H. 2017. Analisa Kadar Chemical Oxygen Demand (COD) dan Total Suspensed
Solid (TSS) pada Limbah Cair dan Air Laut dengan Menggunakan Alat Spektrofotometri
Uvvisible. Karya Ilmiah. Tidak diterbitkan. Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan
Alam Universitas Sumatera Utara : Medan.
Chairul I. 2017. Penentuan Biochemical Oxygen Demand dan Chemical Oxygen Demand
Limbah Cair Industri Penyamakan Kulit. Laporan Praktik Kerja Lapangan. Tidak
diterbitkan. Program Studi D-III Analisis Kimia Fakultas Matematika dan Ilmu
Pengetahuan Alam Universitas Islam Indonesia : Yogyakarta.
Ika Meicahayanti, Marwah, Yuniarto Setiawan. (2018). Efektifitas Kitosan Limbah Kulit
Udang dan Alum Sebagai Koagulan dalam Penurunan TSS Limbah Cair Tekstil.
Chemurgy, Vol. 02, No.1, Juni 2018.
6. Alasan
Alasan dipilihnya judul diatas, karena perkembangan industri tekstil di Indonesia
telah menciptakan masalah lingkungan salah satunya adalah limbah cair. Limbah cair
dapat menciptakan masalah lingkungan karena tidak didaur ulang sehingga memiliki nilai
pH yang tinggi ataupun rendah (tidak netral), padatan tersuspensi, COD dan BOD yang
tinggi, serta bahan beracun berupa senyawa fenol dan logam berat yang berbahaya bagi
lingkungan dan kesehatan. Untuk Pengolahan limbah tersebut dipilih metode koagulasi
menggunakan kitosan, karena kitosan mempunyai beberapa keunggulan diantaranya
yaitu mudah diperoleh dari bahan yang berlimpah (limbah kullit udang), dan merupakan
bahan tidak beracun (non-toxic) serta mudah terurai sehingga tidak menghasilkan bahan
pencemar baru setelah proses pengolahan limbah. Maka, penggunaan kitosan sebagai
koagulan dianggap sebagai alternatif yang cukup baik karena ramah lingkungan.
OUTLINE
ABSTRAK
BAB I PENDAHULUAN
1.4 Hipotesis
1.5 Manfaat
2.2 Kitosan
2.2.1 Pembuatan Kitosan
2.3 Koagulasi
PENDAHULUAN
1.3.1 Maksud
Pengujian ini dimaksudkan untuk mengolah limbah cair industri
tekstil agar dapat dibuang, serta tidak mencemari lingkungan.
1.3.2 Tujuan
Pengujian ini bertujuan untuk mengetahui:
1. Pengaruh kitosan sebagai zat koagulan untuk menurunkan nilai COD,
BOD, TSS dan TS pada limbah cair industri tekstil.
2. Nilai pH dan konsentrasi kitosan yang optimum dalam menurunkan
nilai COD, BOD, TSS dan TS pada limbah cair industri tekstil.
1.4 Hipotesis
1.5 Manfaat
Kitosan memiliki gugus amino NH yang reaktif dan gugus hidroksil yang
menyebabkan kitosan mempunyai reaktfitas yang tinggi. Gugus amino tersebut yang
banyak memberikan banyak kegunaan bagi kitosan salah satunya yaitu sebagai
bahan koagulan. Gugus amino bebas dari kitosan dapat mengikat partikel-partikel
koloid yang terkandung dalam limbah cair sehingga membentuk flok-flok yang dapat
mengendap. Pengikatan partikel tersebut akan menurunkan nilai-nilai polutan yang
terdapat pada limbah cair tekstil, sehingga air itu dapat dibuang keperairan umum
tanpa mencemari lingkungan. Jika penggunaan koagulan kitosan melebihi titik
optimal maka koagulan kitosan tersebut dapat berlebih dan nantinya akan menjadi
limbah atau bisa dikatakan kurang efektif untuk menurunkan kadar COD, BOD, TSS
dan TS. Pada penambahan kitosan yang melebihi batas optimal juga, mengakibatkan
ion positif yang berlebih menghasilkan gaya tolak yang cukup besar yang
menyebabkan adanya gerakan partikel dalam air dan menggangu proses stabilisasi
yang telah terjadi. Hal ini dapat menyebabkan gagalnya pengikatan dan
pembentukan flok Sedangkan apabila dosis koagulan terlalu sedikit, maka
pengikatan dan pembentukan flok tidak maksimal.
1.7 Metodologi Penelitian