Anda di halaman 1dari 5

KLASIFIKASI ANGLE

Edward Angle memperkenalkan satu sistem untuk mengklasifikasikan maloklusi pada


tahun 1899. Klasifikasi ini tetap digunakan setelah lebih dari 100 tahun karena
aplikasinya mudah. Klasifikasi Angle berdasarkan relasi pada mesio-distal gigi,
lengkung gigi dan rahang.14-16 Menurut Angle, molar pertama rahang atas dan
rahang bawah adalah kunci oklusi. Klasifikasi Angle dibagi empat, yaitu oklusi
normal, Klas I Angle, Klas II Angle dan Klas III Angle
Dasar : Hubungan mesiodistal yang normal antara gigi-geligi rahang atas dan rahang
bawah. Sebagai kunci oklusi digunakan gigi M1 atas.
Dasar pemilihan :
1. Merupakan gigi terbesar
2. Merupakan gigi permanen yang tumbuh dalam urutan pertama
3. Tidak mengganti gigi desidui
4. Bila pergeseran gigi M1 maka akan diikuti oleh pergeseran poros gigi lainnya.
5. Jarang mengalami anomalI

1. Oklusi normal
Pada oklusi normal, puncak tonjol mesio bukal gigi molar pertama rahang atas
terletak pada bukal groove gigi molar pertama rahang bawah dan semua gigi
teratur dengan baik di atas kurva oklusi pada oklusi normal.

2. Klas I Angle (Neutroclusion)

Ciri utama Klas I Angle adalah relasi molar Klas I, puncak tonjol mesiobukal gigi
molar pertama tetap rahang atas berada pada buccal groove dari molar pertama
permanen rahang bawah ,dengan satu atau lebih gigi anterior malposisi, crowding
atau spacing. Ketidakteraturan gigi sering ditemukan di rahang bawah regio
anterior, erupsi bukal dari kaninus maksila, rotasi insisivus dan pergeseran gigi
akibat kehilangan gigi
3. Klas II Angle (Distoclusion)
Molar pertama permanen rahang atas terletak lebih ke mesial daripada molar
pertama permanen rahang bawah atau puncak tonjol mesiobukal gigi molar
pertama permanen rahang atas letaknya lebih ke anterior daripada buccal groove
gigi molar pertama permanen rahang bawah

A. Klas II divisi 1
Pada maloklusi ini, terdapat proklinasi insisivus atas yang menyebabkan overjet
besar, deep overbite dan sering ditemukan bibir atas hipotonik, pendek dan tidak
dapat menutup dengan sempurna. Bentuk lengkung rahang berbentuk ‘V’.
B. Klas II divisi 2
Pada Klas II divisi 2 menunjukkan relasi molar Klas II Angle dengan ciri-ciri
inklinasi insisivus sentralis atas ke lingual dan inklinasi insisivus lateral ke labial
Deep overbite sering terjadi pada pasien klas ini dan bentuk lengkung rahang
seperti huruf ‘U’.

C. Klas II subdivisi
Pada maloklusi ini, relasi molar Klas II terjadi pada satu sisi dan relasi molar Klas
I pada sisi yang lain.

4. Klas III Angle


Pada Klas III Angle, gigi molar pertama permanen rahang atas terletak lebih ke
distal dari gigi molar pertama permanen rahang bawah atau puncak tonjol
mesiobukal gigi molar pertama permanen rahang atas letaknya lebih ke posterior
dari buccal groove gigi molar pertama permanen rahang bawah. Klas III terbagi
dua, yaitu True Class III dan Pseudo Class III. 6,15

A. True Class III


Maloklusi ini merupakan maloklusi tipe skeletal yang disebabkan faktor genetik.
Hal ini dapat disebabkan oleh ukuran mandibula yang besar, mandibula yang
terletak lebih ke anterior, maksila yang kecil atau retroposisi. Inklinasi insisivus
rahang bawah lebih ke arah lingual dan terdapat overjet normal, edge-to-edge, atau
anterior crossbite
B. Pseudo Class III
Tipe maloklusi ini terjadi karena faktor habitual, yaitu pergerakan mandibula
ke depan ketika menutup rahang. Maloklusi ini juga disebutkan sebagai
‘postural’ atau ‘habitual´class III malocclusion.6
C. Klas III, subdivisi
Pada maloklusi ini terdapat relasi molar Klas III pada satu sisi dan relasi molar Klas
I pada sisi rahang yang lain.

Modifikasi Dewey dari Klasifikasi Angle.

Dewey memperkenalkan modifikasi dari klasifikasi maloklusi Angle. Dewey


membagi Klas I Angle ke dalam lima tipe, dan Klas III Angle ke dalam 3 tipe.

A. Modifikasi Dewey Klas I.

 Tipe 1 : maloklusi Klas I dengan gigi anterior yang crowded. Tipe 2 : maloklusi Klas
I dengan insisiv maksila yang protrusif.

 Tipe 3 : maloklusi Klas I dengan anterior crossbite.
Tipe 4 : maloklusi Klas I


dengan posterior crossbite.
Tipe 5 : maloklusi Klas I dengan molar permanen telah
bergerak ke mesial.

B. Modifikasi Dewey Klas III.

 Tipe 1 : maloklusi Klas III, dengan rahang atas dan bawah yang jika dilihat secara
terpisah terlihat normal. Namun, ketika rahang beroklusi pasien menunjukkan insisiv
yang edge to edge, yang kemudian menyebabkan mandibula bergerak ke depan.


 Tipe 2 : maloklusi Klas III, dengan insisiv mandibula crowded dan memiliki lingual
relation terhadap insisiv maksila.

 Tipe 3 : maloklusi Klas III, dengan insisiv maksila crowded dan crossbite
dengan gigi anterior mandibula.

Modifikasi Lischer dari Klasifikasi Angle.

Lischer memberikan istilah neutrocclusion, distocclusion, dan mesiocclusion pada


Klas I, Klas II, dan Klas III Angle. Sebagai tambahan, Lischer juga memberikan
beberapa istilah lain, yaitu :


Neutrocclusion : sama dengan maloklusi Klas I Angle.


Distocclusion : sama dengan maloklusi Klas II Angle.


Mesiocclusion : sama dengan maloklusi Klas III Angle.


Buccocclusion : sekelompok gigi atau satu gigi yang terletak lebih ke buccal.

Linguocclusion : sekelompok gigi atau satu gigi yang terletak lebih ke lingual.

Supraocclusion : ketika satu gigi atau sekelompok gigi erupsi diatas batas normal.

Infraocclusion : ketika satu gigi atau sekelompok gigi erupsi dibawah batas normal.

Mesioversion : lebih ke mesial daripada posisi normal.


Distoversion : lebih ke distal daripada posisi normal.


Transversion : transposisi dari dua gigi.

Axiversion : inklinasi aksial yang abnormal dari sebuah gigi.

Torsiversion : rotasi gigi pada sumbu panjang.

Klasifikasi Bennet.

Norman Bennet mengklasifikasikan maloklusi berdasarkan etiologinya.

Klas I : posisi abnormal satu gigi atau lebih dikarenakan faktor lokal.


Klas II : formasi abnormal baik satu maupun kedua rahang dikarenakan defek
perkembangan pada tulang.


Klas III : hubungan abnormal antara lengkung rahang atas dan bawah, dan antar
kedua rahang dengan kontur facial dan berhubungan dengan formasi abnorla dari
kedua rahang.

Anda mungkin juga menyukai