Anda di halaman 1dari 3

Kontribuai TCM di kedokteran modern barat :

1. Artemisin
- Sejarah medis dan botani
Dimulai dari kemampuan Chinchona sp untuk mengobati malaria yang dibawa ke eropa dan
peru. Diketahui lagi bahwa ditemukan senyawa potensial antimalaria dari tumbuhan artemsisia
annua yang secara tradisional china digunakan sebagai obat anti malaria.
- Bioaktivitas
Artemissin merupakan sesquiterpen lakton dengan jembatan diperoksida. Berasal dari bagian
kalenjar trikoma di permukaan tanaman. Konsentrasi artemisin bervariasi mulai 0,01 % hingga
2%. Pada artemisin dilakukan smi sintesis dan didapatkan beberapa derivatnya dikarenakan
adanya bioavaibilitas yang lemah dari artemisin jika dibandingkan dengan artemeter dan
dihidroartemisin, artesunat.
- Mode aksi
Mekanisme aksinya bebeda dengan molekul quinin sebelumnya, aktivitasnya memberi dampak
pada aktivitas terhadap plasmodium. Jembatan endoperoksidanya berperan dalam prodrug
artemisin. Yang mana
Lingkungan parasit intraeritositik sangat kaya dengan Fe2+(sebagai hasil metabolisme
hemoglobin) , yang mana sebagai katalis pembentukan artemisin radikal. Artemisin radikal ini
bereaksi selektif dengan heme membentuk adduct yang mampu membunuh parasit dengan
cara menghambat sintesis hemazoin (pigment malaria) atau interaksinya dengan protein target.
Teori lain menunjukkan bahwa artemisin terlokalisasi diluar vakuola dan fase cincin
hemazoin parasit bisa terbunuh dengan artemissin, efeknya tidak terhadap vakuolanya.
Ecksetein-ludwig et al. menunjukkan bahwa artemisisn mampu mencegah parasitik/RE Ca2+-ATPase.

Hal ini menunjukkan bahwa artemisin secara struktural sama dengan inhibitor SERCA lain dan
Xenopus laevis menunjukkan analognya dengan SERCA secara spesifik dan selektif terhambat
oleh artemisin.
Mekanisme lain untuk menjelaskan aktivitas artemisin (penghambatan rantau transpor
elektron) dan yang lain telah diajukan.
- Farmakologi klinis
Artemissin merupakan senyawa yang paing poten yang telah diketahui , dua kali lipat
kemampuan meresuksi biomasa parasit 1000 kali lebih efisien dibandingkan dengan anti malaria
lain. Di sisi lain, artemisin dimetabolisme secara cepat pada uji in vivo dan memiliki waktu paruh
yang pendek yakni 2-5 jam, jika dibandingkan dengan quinolin yang memiliki waktu paruh
berhari-hari.
Pada upaya untuk menangani masalah plasmodium yang resisten yang kambuh dan
secara serempak terhadap artemisin, WHO telah menerapkan aturan ketat penggunaan
combinasi terapi artemisin.

2. Triptolid
T. wilfordii (Celastaceae) atau Lei gong teng, adalahtanamanyang
bersejarahdalampenggunaanyapadapengobatantradisional China(TCM). Selamaberabad-
abad, tanamaninitelahdikumpulkan di pegununganCina Selatan danakarnyadigunakanuntuk
“meredakan stasis danmenghangatkanbadan”. pencarianlebihdari 1000 literatur yang
membahasbiokimia, farmakologidanlainnyasepertisifatT. wilfordiidankomponennya.
Kebanyakanilmuwan china menyarankanterapidenganT. wilfordiiiniuntukkondisiautoimun,
inflamasidanuntukmeningkatkanefikasidankeamanan.
Terlepasdarikenyataanbahwaberbagaijenis T. wilfordiiekstraktersedia di
Cinauntukmengobatisejumlahpenyakit, beberapapercobaantelahdilakukandansedikit yang
diketahuitentangmekanismekerjaT. wilfordiidankomponenbioaktifnya.Selainitu,
beberapaupayastandardisasiataukontrolkualitasdariekstraktelahdilakukan.
Saatdilakukanujiklinisfase 1 danfase 2a menunjukkanmanfaatsignifikandariekstrak T.
Wilfordiipadapasienartritis rheumatoid. Setelah 24 minggu, padafase 2b, 121
pasienmendapatefekmenguntungkandariT.wilfordii. Studiinimenunjukkanbahwapemberian
oral ekstrakwilfordiisangatefektifpadapasien rheumatoid arthritis.
Sampai saat ini, lebih dari 380 metabolit sekunder telah diisolasi dari T. wilfordii di
antaranya terpenoid. Analisis biokimia dan aktivitas fraksinasi ekstrak T.
wilfordiimengidentifikasi dua tri-epoksida untuk efek anti-inflamasi dan imunosupresi. T.
wilfordii - triptolide dan tripdiolide yang berbasis bioaktif ekstrak T. wilfordii digunakan
dalam studi pra-klinis dan klinis. Triptolide dan tripdiolide merupakan bahan aktif utama
dalam ekstrak akar T. Wilfordii.

EfekAntiinflamasidanefekimmunosupresif
Triptolide dan tripdiolide adalah produk alami antiinflamasi / imuno-modulasi. Sebagai
contoh, percobaan klinis Fase IIb yang berhasil, menggunakan dosis harian 180 μg campuran
triptolide / tripdiolide yang merupakan 0,1% dari total ekstrak yang diterima oleh pasien
yang secara efektif menghambat produksi in vitro dari beberapa sitokin inflamasi, seperti
interleukin (IL) 1, 2, 6 dan 8, interferon-gamma (IFN-g), dan tumor necrosis factor-a (TNF);
enzim inflammatory. Selain efek yang kuat dari ekstrak T. wilfordii atau triptolide, bahan
aktif dari T. wilfordii efektif dalam sistem model in vivo untuk berbagai penyakit inflamasi
dan penyakit autoim-mune. Termasukpenyakit multiple sclerosis, kolitis kronis, lupus
nephritis , autosomal, penyakit ginjal polikistik, prostatiti, asma dan transplantasi.
BeberapaUlasan dari literatur Cina menunjukkan hasil keberhasilan penggunaan ekstrak
T. wilfordii dan komponen bioaktif untuk sebagian besar penyakit di atas serta dalam model
hewan in vivo mereka. Efek menguntungkan dari T. wilfordii pada rheumatoid arthritis
manusia, systemic lupus erythematosus.

3. (-)-epigallocatechin-3-gallate (EGCG)
- Bioaktivitas konstituen fitokimia ((-)-epigallocatechin-3-gallate (EGCG) )
Camellia sinensis (teh hijau) mengandung banyak senyawa kelas katesin dari polifenol flavonoid. Ada 8

tipe mayoritas katesin diantaranya : katesin, epikatesin, katesin galat (-)-epigallocatechin-3-gallate


(EGCG) , dan epigalokatesin.
- Penggunaan mediss
Manfaat secara medis dari teh hijau, diantaranya karena adanya senyawa polifenol yang telah
tertulis pada pengobatan tradisional, dan uji in vitro , in vivo , serta uji klinis. Daun teh dan
ekstraknya telah digunakan secara radisional pada pengobatan tradisional di china untuk
mengobati asma, angina pektoris, penyakit pembuluh periveral, dan penyakit artery koroner.
Teh hijau dapat digunakan sebagai pencegahhan terhadap kanker. Ekstrak teh hijau dan
katesin primer telah digunakan untuk pencegahan berbagai varietas kanker. Aktivitas hasil uji in
vivo dan in vitro dari tehhijau telah terrekam pada tumor xenograf,tumor karsinogen pada organ
pencernaan, kalenjar, hepatokarsinoma, kanker paru-paru kanker kulit, tumor dan metastasis
konsumsi oral teh hijau dapat mencegah radiasi UV kulit tumorgenesis pada hewan percobaan.

Anda mungkin juga menyukai