Anda di halaman 1dari 48

MAKALAH

PENGEMBANGAN DAN TELAAH KURIKULUM SEKOLAH

STRUKTUR DAN KERANGKA KURIKULUM SEKOLAH

Oleh:

Safira Hesty Maghfiro (180210102089)


Salis Af’ idah (180210202100)
Indri Suci Wardhani (180210102114)
Dinda Ayu C.P. (180210102126)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN FISIKA


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS JEMBER
September 2019

i
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan kepada Allah SWT yang telah memberikan
karunia, rahmat dan hidayahnya sehingga dapat menyelesaikan makalah dengan judul
“Struktur dan Kerangka Kurikulum Sekolah”.

Shalawat serta salam kami panjatkan kepada nabi Muhammad SAW, yang telah
membawa kita dari zaman jahiliyah ke zaman yang terang benderang dan penuh ilmu
pengetahuan seperti yang kita rasakan saat ini.

Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna dan masih
banyak terdapat kesalahan dan kekurangan, baik dari materi maupun teknik
penyajiannya. Oleh karena itu, kami mengharapkan saran dan kritik yang sifatnya
membangun dan dapat memotivasi kami agar lebih baik lagi serta lebih sempurna di
makalah berikutnya. Semoga makalah ini dapat dijadikan pedoman bagi orang lain
yang membacanya.

Jember,17 September 2019

Penulis

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL ............................................................................ i


DAFTAR ISI .......................................................................................... ii
KATA PENGANTAR ................................................................................ iii
BAB 1. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ...................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah ................................................................................. 2
1.3 Tujuan ................................................................................................... 2
BAB II. PEMBAHASAN
2.1 Pengertian kerangka dasar dan struktur kurikulum ........................ 3
2.2 Kerangka Dasar dan Struktur Kurikulum Pada SD .................. ……... 3
2.2.1 Kerangka Dasar ........................................................................... …. 3
2.2.2 struktur kurikulum ...................................................................... …. 3
2.3 Kerangka Dasar dan Struktur Kurikulum Pada SMP ........................ 8
2.3.1 Kerangka Dasar .......................................................................... …. 8
2.3.2 struktur kurikulum ...................................................................... …. 12
2.4 Kerangka Dasar dan Struktur Kurikulum Pada SMA
2.4.1 Kerangka Dasar .......................................................................... …. 19
2.4.2 struktur kurikulum ...........................................................................
2.5 Kerangka Dasar dan Struktur Kurikulum Pada SMK ....................... 33
2.5.1 Kerangka Dasar ............................................................................... 33
2.5.2 struktur kurikulum....................................................................... …. 36
BAB III. PENUTUP
3.1 kesimpulan ............................................................................................ 43
3.2 saran ...................................................................................................... 43
DAFTAR PUSTAKA

iii
BAB I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional
menyebutkan bahwa kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan
mengenai tujuan, isi, dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai
pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan
pendidikan tertentu. Berdasarkan pengertian tersebut, ada dua dimensi kurikulum,
yang pertama adalah rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi, dan bahan
pelajaran, sedangkan yang kedua adalah cara yang digunakan untuk kegiatan
pembelajaran.
Dalam merancang kurikulum biasanya dibentuk suatu tim kerja khusus yang
dapat berupa lembaga resmi, misalnya seperti Pusat Kurikulum Departemen
Pendidikan Nasional. Pusat Kurikulum sampai saat ini sebagai satu-satunya lembaga
resmi bermandat menelurkan kurikulum bagi sekolah penyelenggara pendidikan
nasionalIndonesia. Tercatat sudah ada 7 kurikulum; kurikulum pertama tahun 1964,
kurikulum 1976, kurikulum 1984, kurikulum 1994, Kurikulum edisi revisi 1999 dan
yang terbaru kurikulum 2004, yang dilanjut dengan lahirnya Kurikulum Tingkat
Satuan Pendidikan (KTSP) 2006. Masing-masing kurikulum memiliki warna dan ciri
khas tersendiri. Warna dan ciri khas tiap kurikulum menunjukkan kurikulum
berusaha menghadirkan sosok peserta didik yang paling pas dengan
jamannya.Perubahan kurikulum dari waktu ke waktu bukan tanpa alasan dan
landasan yang jelas, sebab perubahan ini disemangati oleh keinginan untuk terus
memperbaiki, mengembangkan, dan meningkatkan kualitas sistem pendidikan
nasional.
Tujuan ditulisnya makalah ini adalah untuk mengetahui kerangka dasar dan
struktur kurikulum pada Sekolah Dasar (SD) atau Madarasah Ibtidaiyah (MI),
Sekolah Menengah Pertama (SMP), Sekolah Menengah Atas (SMA/SMK). Sebagai
seorang pendidik sangatlah penting mengetahui apa yang menjadi dasar sebelum
mengembangkannya dalam materi pembelajaran yang akan diajarkannya kepada
peserta didik. Selain itu juga sebagai tolak ukur keberhasilan suatu program yang
diterapkan oleh pendidik sehingga bisa melakukan perbaikan untuk kedepannya
agar bisa menjadi lebih baik. Manfaat lainnya yaitu sebagai pengetahuan untuk
masyarakat umum agar mengetahui kurikulum yang diterapkan di sekolah untuk
mendukung proses pengembangan kurikulum tersebut.

1
1.2 Rumusan Masalah
Dari uraian latar belakang diatas diperoleh rumusan masalah sebagai berikut:
1. Apakah yang dimaksud dengan kerangka dan struktur kurikulum?
2. Bagaimanakah kerangka dasar kurikulum pada tingkat SD/MI, SMP/MTs, dan
SMA/MA/SMK?
3. Bagaimanakah struktur kurikulum pada tingkat SD/MI, SMP/MTs, dan
SMA/MA/SMK?

1.3 Tujuan
Dari uraian rumusan masalah diatas diperoleh tujuan sebagai berikut:
1. Mahasiswa dapat mengetahui dan memahami kerangka dan struktur kurikulum
sekolah.
2. Mahasiswa mampu memahami kerangka dasar kurikulum pada tingkat SD/MI,
SMP/MTs, dan SMA/MA/SMK.
3. Mahasiswa mampu memahami struktur kurikulum pada tingkat SD/MI,
SMP/MTs, dan SMA/MA/SMK.

2
BAB II. PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Kerangka Dasar dan Struktur Kurikulum

Kerangka dasar kurikulum adalah tatanan konseptual Kurikulum yang


dikembangkan berdasarkan Standar Nasional Pendidikan. Sedangkan struktur
kurikulum yaitu pola atau bentuk bahan pelajaran yang disusun dan disampaikan
kepada peserta didik, dan merupakan suatu dasar yang penting sekali dalam
pembinaan kurikulum yang berikatan erat dengan tujuan program pendidikan yang
hendak dicapai, karena bentuk kurikulum turut menentukan bahan pelajaran,
urutannya dan cara menyajikannya kepada peserta didik. (Nasution.1994:176).

2.2 Kerangka Dasar dan Struktur Kurikulum Pada Madrasah Ibtidaiyah/SD

2.2.1 Kerangka Dasar

A. Landasan Filosofis

Pendidikan nasional adalah pendidikan yang berdasarkan pancasila dan


Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 yang berakar
pada nilai-nilai agama, kebudayaan nasional Indonesia dan tanggap terhadap
tuntutan perubahan zaman. (UU RI Nomor 20 Tahun 2003 tentang sistem
pendidikan nasional). Pendidikan berfungsi mengembangkan potensi peserta
didik yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, sehat, berilmu,
mandiri, cerdas, berakhlak mulia, kreatif, serta betanggung jawab.
Kurikulum 2013 dikembangkan dengan landasan filosofis yang
memberikan dasar bagi pengembangan seluruh potensi peserta didik menjadi
manusia Indonesia berkualitas yang tercantum dalam tujuan pendidikan
nasional. Berdasarkan fungsi dan tujuan pendidikan nasional maka
pengembangan kurikulum haruslah berakar pada budaya bangsa, kehidupan
bangsa masa kini dan kehidupan bangsa di masa mendatang.
Pendidikan berakar pada budaya bangsa untuk membangun kehidupan
bangsa masa kini dan masa mendatang. Pandangan ini menjadikan Kurikulum
2013 dikembangkan berdasarkan budaya bangsa Indonesia yang beragam,
diarahkan untuk membangun kehidupan masa kini, dan untuk membangun
dasar bagi kehidupan bangsa yang lebih baik di masa depan. Mempersiapkan
peserta didik untuk kehidupan masa depan selalu menjadi kepedulian

3
kurikulum, hal ini mengandung makna bahwa kurikulum adalah rancanagn
pendidikan untuk mempersiapkan kehidupan generasi muda bangsa.
Peserta didik adalah pewaris budaya bangsa yang kreatif. Menurut
pandangan filosofi ini, prestasi bangsa di berbagai bidang kehidupan di masa
lampau adalah sesuatu yang harus termuat dalam isi kurikulum untuk dipelajari
peserta didik.
Pendidikan ditujukan untuk mengembangkan kecerdasan intelektual dan
kecemerlangan akademik melalui pendidikan disiplin ilmu. Filosofi ini
menentukan bahwa isi kurikulum adalah disiplin ilmu dan pembelajaran adalah
pembelajaran disiplin ilmu (essentialism). Filosofi ini mewajibkan kurikulum
memiliki nama mata pelajaran yang sama dengan nama disiplin ilmu, selalu
bertujuan untuk mengembangkan kemampuan intelektual dan kecemerlangan
akademik.
Pendidikan untuk membangun kehidupan masa kini dan masa depan yang
lebih baik dari masa lalu dengan berbagai kemampuan intelektual, kemampuan
berkomunikasi, sikap sosial, kepedulian, dan berpartisipasi untuk membangun
kehidupan masyarakat dan bangsa yang lebih baik (experimentalism and social
reconstructivism). Dengan filosofi ini, kurikulum 2013 bermaksud untuk
mengembangkan potensi peserta didik menjadi kemampuan berpikir reflektif
bagi penyelesaian masalah sosial di masyarakat, dan untuk membangun
kehidupan masyarakat demokratis yang lebih baik.

B. Landasan Teoritis

Kurikulum 2013 dikembangkan atas teori “pendidikan berdasarkan


standar” (standard-based curriculum). Pendidikan berdasarkan standar
menetapkan adanya standar nasional sebagai kualitas minimal warganegara
yang dirinci menjadi standar isi, standar proses, standar kompetensi lulusan,
standar pendidik dan tenaga kependidikan, standar sarana dan prasarana,
standar pengelolaan, standar pembiayaan, dan standar penilalian pendidikan.
Kurikulum berbasis kompetensi dirancang untuk memberikan pengalaman
belajar seluas-luasnya bagi peserta didik dalam mengembangkan kemampuan
untuk bersikap, berpengetahuan, berketerampilan, dan bertindak.
Kurikulum 2013 menganut dua aspek, pertama yaitu pembelajaran yang
dilakukan guru (taught curriculum) dalam bentuk proses yang dikembangkan
berupa kegiatan pembelajaran di sekolah, kelas, dan masyarakat. dan

4
pengalaman belajar langsung peserta didik (learned-curriculum) sesuai dengan
latar belakang, karakteristik, dan kemampuan awal peserta didik. Pengalaman
belajar langsung individual peserta didik menjadi hasil belajar bagi dirinya,
sedangkan hasil belajar seluruh peserta didik menjadi hasil kurikulum.

C. Landasan Yuridis

Landasan yuridis Kurikulum 2013 adalah Undang-Undang Dasar Negara


Republik Indonesia tahun 1945, Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang
Sistem Pendidikan Nasional, Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2005 tentang
Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional, berserta segala ketentuan
yang dituangkan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional, dan
Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional
Pendidikan sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Pemerintah Nomor 32
Tahun 2013 tentang Perubahan Atas Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun
2005 tentang standar Nasional Pendidikan.

2.2.2 Struktur Kurikulum

Struktur kurikulum merupakan aplikasi konsep pengorganisasian konten


dalam sistem belajar dan pengorganisasian beban belajar dalam sistem
pembelajaran. Struktur kurikulum terdiri atas sejumlah mata pelajaran, beban
belajar, dan kalender pendidikan.

A. Kompetensi Inti

Kompetensi Inti merupakan terjemahan atau operasionalisasi SKL dalam


bentuk kualitas yang harus dimiliki oleh mereka yang telah menyelesaikan
pendidikan pada satuan pendidikan tertentu atau jenjang pendidikan tertentu,
gambaran mengenai kompetensi utama yang dikelompokkan ke dalam aspek
sikap, pengetahuan, dan keterampilan (afektif, kognitif, dan psikomotor) yang
harus dipelajari peserta didik untuk suatu jenjang sekolah, kelas dan mata
pelajaran. Kompetensi Inti harus menggambarkan kualitas yang seimbang
antara pencapaian hard skills dan soft skills.
Kompetensi Inti berfungsi sebagai unsur pengorganisasi (organising
element) kompetensi dasar. Sebagai unsur pengorganisasi, Kompetensi Inti
merupakan pengikat untuk organisasi vertikal dan organisasi horizontal

5
Kompetensi Dasar. Organisasi vertikal Kompetensi Dasar adalah keterkaitan
antara konten Kompetensi Dasar satu kelas atau jenjang pendidikan ke
kelas/jenjang di atasnya sehingga memenuhi prinsip belajar yaitu terjadi suatu
akumulasi yang berkesinambungan antara konten yang dipelajari siswa.
Organisasi horizontal adalah keterkaitan antara konten Kompetensi Dasar satu
mata pelajaran dengan konten Kompetensi Dasar dari mata pelajaran yang
berbeda dalam satu pertemuan mingguan dan kelas yang sama sehingga terjadi
proses saling memperkuat.
Kompetensi inti dirancang seiring dengan meningkatnya usia peserta didik
pada kelas tertentu. Melalui kompetensi inti, integrasi vertikal berbagai
kompetensi dasar pada kelas yang berbeda dapat dijaga.
Rumusan kompetensi inti menggunakan notasi sebagai berikut:
1. Kompetensi Inti-1 (KI-1) untuk kompetensi inti sikap spiritual;
2. Kompetensi Inti-2 (KI-2) untuk kompetensi inti sikap sosial;
3. Kompetensi Inti-3 (KI-3) untuk kompetensi inti pengetahuan; dan
4. Kompetensi Inti-4 (KI-4) untuk kompetensi inti keterampilan.

B. Mata Pelajaran

Mata pelajaran di SD/MI terdiri atas mata pelajaran umum kelompok A


dan mata pelajaran umum kelompok B. Mata pelajaran umum kelompok A
merupakan program kurikuler yang bertujuan untuk mengembangkan
kompetensi sikap, kompetensi pengetahuan, dan kompetensi keterampilan
peserta didik sebagai dasar penguatan kemampuan dalam kehidupan
bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara. Mata pelajaran umum kelompok B
merupakan program kurikuler yang bertujuan untuk mengembangkan
kompetensi sikap, kompetensi pengetahuan, dan kompetensi keterampilan
peserta didik terkait lingkungan dalam bidang sosial, budaya, dan seni. Khusus
untuk MI, dapat ditambah dengan mata pelajaran keagamaan yang diatur oleh
Kementerian Agama.

C. Beban Belajar
Beban belajar merupakan keseluruhan kegiatan yang harus diikuti peserta
didik dalam satu minggu, satu semester, dan satu tahun pembelajaran.
1. Beban belajar di Sekolah Dasar/Madrasah Ibtidaiyah dinyatakan dalam jam
pembelajaran per minggu. Diantaranya:

6
a. Beban belajar satu minggu Kelas I adalah 30 jam pembelajaran.
b. Beban belajar satu minggu Kelas II adalah 32 jam pembelajaran.
c. Beban belajar satu minggu Kelas III adalah 34 jam pembelajaran.
Durasi setiap satu jam pembelajaran adalah 35 menit.
2. Beban belajar di Kelas I, II, III, IV, dan V dalam satu semester paling sedikit
18 minggu dan paling banyak 20 minggu.
3. Beban belajar dalam satu tahun pelajaran paling sedikit 36 minggu dan
paling banyak 40 minggu.

D. Kompetensi Dasar

Kompetensi Dasar merupakan kompetensi setiap mata pelajaran untuk


setiap kelas yang diturunkan dari Kompetensi Inti. Kompetensi Dasar adalah
konten atau kompetensi yang terdiri atas sikap, pengetahuan, dan ketrampilan
yang bersumber pada kompetensi inti yang harus dikuasai peserta didik.
Kompetensi tersebut dikembangkan dengan memperhatikan karakteristik
peserta didik, kemampuan awal, serta ciri dari suatu mata pelajaran.
Kompetensi dasar dirumuskan untuk mencapai kompetensi inti. Rumusan
kompetensi dasar dikembangkan dengan memperhatikan karakteristik peserta
didik, kemampuan awal, serta ciri dari suatu matapelajaran. Kompetensi dasar
dibagi menjadi empat kelompok sesuai dengan pengelompokkan kompetensi
inti sebagai berikut:
1. kelompok 1: kelompok kompetensi dasar sikap spiritual dalam rangka
menjabarkan KI-1
2. kelompok 2: kelompok kompetensi dasar sikap sosial dalam rangka
menjabarkan KI-2;
3. kelompok 3: kelompok kompetensi dasar pengetahuan dalam rangka
menjabarkan KI-3; dan
4. kelompok 4: kelompok kompetensi dasar keterampilan dalam rangka
menjabarkan KI-4.

E. Muatan Pembelajaran

Pelaksanaan Kurikulum 2013 pada Sekolah Dasar/Madrasah Ibtidaiyah


dilakukan melalui pembelajaran dengan pendekatan tematik-terpadu dari Kelas
I sampai Kelas VI. Matapelajaran Pendidikan Agama dan Budi Pekerti

7
dikecualikan untuk tidak menggunakan pembelajaran tematik-terpadu.
Pembelajaran tematik terpadu merupakan pendekatan pembelajaran yang
mengintegrasikan berbagai kompetensi dari berbagai matapelajaran ke dalam
berbagai tema.
Pendekatan yang digunakan untuk mengintegrasikan kompetensi dasar
dari berbagai matapelajaran yaitu intra-disipliner, inter-disipliner, multi-
disipliner, dan trans-disipliner.
1. Integrasi intra-disipliner dilakukan dengan cara mengintegrasikan dimensi
sikap, pengetahuan, dan keterampilan menjadi satu kesatuan yang utuh di
setiap matapelajaran.
2. Integrasi inter-disipliner dilakukan dengan menggabungkan kompetensi-
kompetensi dasar beberapa matapelajaran agar terkait satu dengan yang
lainnya, sehingga dapat saling memperkuat, menghindari terjadinya
tumpang tindih, dan menjaga keselarasan pembelajaran.
3. Integrasi multi-disipliner dilakukan tanpa menggabungkan kompetensi dasar
tiap matapelajaran sehingga tiap matapelajaran masih memiliki kompetensi
dasarnya sendiri.
4. Integrasi trans-disipliner dilakukan dengan mengaitkan berbagai
matapelajaran yang ada dengan permasalahan-permasalahan yang dijumpai
di sekitarnya sehingga pembelajaran menjadi kontekstual.

2.3 Kerangka Dasar dan Struktur Kurikulum Pada Madrasah Tsanawiyah/SMP

2.3.1 KERANGKA DASAR KURIKULUM


A. Landasan Filosofis

Landasan filosofis dalam pengembangan kurikulum menentukan


kualitas peserta didik yang akan dicapai kurikulum, sumber dan isi dari
kurikulum, proses pembelajaran, posisi peserta didik, penilaian hasil belajar,
hubungan peserta didik dengan masyarakat dan lingkungan alam di
sekitarnya.

Kurikulum 2013 dikembangkan dengan landasan filosofis yang


memberikan dasar bagi pengembangan seluruh potensi peserta didik menjadi
manusia Indonesia berkualitas yang tercantum dalam tujuan pendidikan
nasional.

8
Pada dasarnya tidak ada satupun filosofi pendidikan yang dapat
digunakan secara spesifik untuk pengembangan kurikulum yang dapat
menghasilkan manusia yang berkualitas. Berdasarkan hal tersebut, Kurikulum
2013 dikembangkan menggunakan filosofi sebagai berikut:

1. Pendidikan berakar pada budaya bangsa untuk membangun kehidupan bangsa


masa kini dan masa mendatang.
Pandangan ini menjadikan Kurikulum 2013 dikembangkan berdasarkan
budaya bangsa Indonesia yang beragam, diarahkan untuk membangun
kehidupan masa kini, dan untuk membangun dasar bagi kehidupan bangsa
yang lebih baik di masa depan. Mempersiapkan peserta didik untuk kehidupan
masa depan selalu menjadi kepedulian kurikulum, hal ini mengandung makna
bahwa kurikulum adalah rancangan pendidikan untuk mempersiapkan
kehidupan generasi muda bangsa. Dengan demikian, tugas mempersiapkan
generasi muda bangsa menjadi tugas utama suatu kurikulum. Untuk
mempersiapkan kehidupan masa kini dan masa depan peserta didik, Kurikulum
2013 mengembangkan pengalaman belajar yang memberikan kesempatan luas
bagi peserta didik untuk menguasai kompetensi yang diperlukan bagi
kehidupan di masa kini dan masa depan, dan pada waktu bersamaan tetap
mengembangkan kemampuan mereka sebagai pewaris budaya bangsa dan
orang yang peduli terhadap permasalahan masyarakat dan bangsa masa kini.

2. Peserta didik adalah pewaris budaya bangsa yang kreatif. Menurut pandangan
filosofi ini, prestasi bangsa di berbagai bidang kehidupan di masa lampau
adalah sesuatu yang harus termuat dalam isi kurikulum untuk dipelajari peserta
didik. Proses pendidikan adalah suatu proses yang memberi kesempatan
kepada peserta didik untuk mengembangkan potensi dirinya menjadi
kemampuan berpikir rasional dan kecemerlangan akademik dengan
memberikan makna terhadap apa yang dilihat, didengar, dibaca, dipelajari dari
warisan budaya berdasarkan makna yang ditentukan oleh lensa budayanya dan
sesuai dengan tingkat kematangan psikologis serta kematangan fisik peserta
didik. Selain mengembangkan kemampuan berpikir rasional dan cemerlang
dalam akademik, Kurikulum 2013 memposisikan keunggulan budaya tersebut
dipelajari untuk menimbulkan rasa bangga, diaplikasikan dan dimanifestasikan
dalam kehidupan pribadi, dalam interaksi sosial di masyarakat sekitarnya, dan
dalam kehidupan berbangsa masa kini.

9
3. Pendidikan ditujukan untuk mengembangkan kecerdasan intelektual dan
kecemerlangan akademik melalui pendidikan disiplin ilmu. Filosofi ini
menentukan bahwa isi kurikulum adalah disiplin ilmu dan pembelajaran adalah
pembelajaran disiplin ilmu (essentialism). Filosofi ini bertujuan untuk
mengembangkan kemampuan intelektual dan kecemerlangan akademik.

4. Pendidikan untuk membangun kehidupan masa kini dan masa depan yang lebih
baik dari masa lalu dengan berbagai kemampuan intelektual, kemampuan
berkomunikasi, sikap sosial, kepedulian, dan berpartisipasi untuk membangun
kehidupan masyarakat dan bangsa yang lebih baik (experimentalism and social
reconstructivism). Dengan filosofi ini, Kurikulum 2013 bermaksud untuk
mengembangkan potensi peserta didik menjadi kemampuan dalam berpikir
reflektif bagi penyelesaian masalah sosial di masyarakat, dan untuk
membangun kehidupan masyarakat demokratis yang lebih baik.

Dengan demikian, Kurikulum 2013 menggunakan filosofi sebagaimana


di atas dalam mengembangkan kehidupan individu peserta didik dalam
beragama, seni, kreativitas, berkomunikasi, nilai dan berbagai dimensi
inteligensi yang sesuai dengan diri seorang peserta didik dan diperlukan
masyarakat, bangsa dan umat manusia.

B. Landasan Sosiologis

Kurikulum 2013 dikembangkan atas dasar adanya kebutuhan akan perubahan


rancangan dan proses pendidikan dalam rangka memenuhi dinamika
kehidupan masyarakat, bangsa, dan negara, sebagaimana termaktub dalam
tujuan pendidikan nasional. Dewasa ini perkembangan pendidikan di
Indonesia tidak bisa dilepaskan dari perkembangan ilmu pengetahuan,
teknologi, dan seni. Perubahan ini dimungkinkan karena berkembangnya
tuntutan baru dalam masyarakat, dunia kerja, dan dunia ilmu pengetahuan
yang berimplikasi pada tuntutan perubahan kurikulum secara terus menerus.
Hal itu dimaksudkan agar pendidikan selalu dapat menjawab tuntutan
perubahan sesuai dengan jamannya. Dengan demikian keluaran pendidikan
akan mampu memberikan kontribusi secara optimal dalam upaya
membangun masyarakat berbasis pengetahuan (knowledge-based society).

10
C. Landasan Psikopedagogis

Kurikulum 2013 dimaksudkan untuk memenuhi tuntutan perwujudan


konsepsi pendidikan yang bersumbu pada perkembangan peserta didik
beserta konteks kehidupannya sebagaimana dimaknai dalam konsepsi
pedagogik transformatif. Konsepsi ini menuntut bahwa kurikulum harus
didudukkan sebagai wahana pendewasaan peserta didik sesuai dengan
perkembangan psikologisnya dan mendapatkan perlakuan pedagogis sesuai
dengan konteks lingkungan dan jamannya. Kebutuhan ini terutama menjadi
prioritas dalam merancang kurikulum untuk jenjang pendidikan menengah
khususnya SMP. Oleh karena itu implementasi pendidikan di SMP yang selama
ini lebih menekankan pada pengetahuan, perlu dikembangkan menjadi
kurikulum yang menekankan pada proses pembangunan sikap, pengetahuan,
dan keterampilan peserta didik melalui berbagai pendekatan yang
mencerdaskan dan mendidik. Penguasaan substansi mata pelajaran tidak lagi
ditekankan pada pemahaman konsep yang steril dari kehidupan masyarakat
melainkan pembangunan pengetahuan melalui pembelajaran otentik. Dengan
demikian kurikulum dan pembelajaran selain mencerminkan muatan
pengetahuan sebagai bagian dari peradaban manusia, juga mewujudkan
proses pembudayaan peserta didik sepanjang hayat.

D. Landasan Teoritis

Kurikulum 2013 dikembangkan atas teori “pendidikan berdasarkan


standar” (standard-based education), dan teori kurikulum berbasis
kompetensi (competency-based curriculum). Pendidikan berdasarkan standar
menetapkan adanya standar nasional sebagai kualitas minimal warganegara
yang dirinci menjadi standar isi, standar proses, standar kompetensi lulusan,
standar pendidik dan tenaga kependidikan, standar sarana dan prasarana,
standar pengelolaan, standar pembiayaan, dan standar penilaian pendidikan.
Kurikulum berbasis kompetensi dirancang untuk memberikan pengalaman
belajar seluas-luasnya bagi peserta didik dalam mengembangkan kemampuan
untuk bersikap, berpengetahuan, berketerampilan, dan bertindak.

11
Kurikulum 2013 menganut: (1) pembelajaan yang dilakukan guru
(taught curriculum) dalam bentuk proses yang dikembangkan berupa
kegiatan pembelajaran di sekolah, kelas, dan masyarakat; dan (2)
pengalaman belajar langsung peserta didik (learned-curriculum) sesuai
dengan latar belakang, karakteristik, dan kemampuan awal peserta didik.
Pengalaman belajar langsung individual peserta didik menjadi hasil
belajar bagi dirinya, sedangkan hasil belajar seluruh peserta didik menjadi
hasil kurikulum.

E. Landasan Yuridis

Landasan yuridis Kurikulum 2013 adalah:


1. Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945;

2. Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan


Nasional;

3. Undang-undang Nomor 17 Tahun 2005 tentang Rencana Pembangunan


Jangka Panjang Nasional, beserta segala ketentuan yang dituangkan
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional; dan

4. Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional


Pendidikan sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Pemerintah
Nomor 32 Tahun 2013 tentang Perubahan Atas Peraturan Pemerintah
Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan.

2.3.2 STRUKTUR KURIKULUM

A. Kompetensi Inti

Kompetensi Inti Sekolah Menengah Pertama/Madrasah Tsanawiyah


(SMP/MTs) merupakan tingkat kemampuan untuk mencapai Standar
Kompetensi Lulusan (SKL) yang harus dimiliki seorang peserta didik
SMP/MTs pada setiap tingkat kelas. Kompetensi inti dirancang untuk setiap
kelas. Melalui kompetensi inti, sinkronisasi horisontal berbagai kompetensi
dasar antarmata pelajaran pada kelas yang sama dapat dijaga. Selain itu
sinkronisasi vertikal berbagai kompetensi dasar pada mata pelajaran yang

12
sama pada kelas yang berbeda dapat dijaga pula. Rumusan kompetensi inti
menggunakan notasi sebagai berikut:

1. Kompetensi Inti-1 (KI-1) untuk kompetensi inti sikap spiritual;


2. Kompetensi Inti-2 (KI-2) untuk kompetensi inti sikap sosial;
3. Kompetensi Inti-3 (KI-3) untuk kompetensi inti pengetahuan; dan
4. Kompetensi Inti-4 (KI-4) untuk kompetensi inti keterampilan
Uraian tentang Kompetensi Inti untuk jenjang SMP/MTs dapat dilihat
pada Tabel berikut.

Tabel 1: Kompetensi Inti SMP/MTs

KOMPETENSI INTI KOMPETENSI INTI KOMPETENSI INTI

KELAS VII KELAS VIII KELAS IX

1. Menghargai dan 1. Menghargai dan 1. Menghargai dan


menghayati ajaran menghayati ajaran menghayati ajaran
agama yang dianutnya agama yang dianutnya agama yang dianutnya

2. Menghargai dan 2. Menghargai dan 2. Menghargai dan


menghayati perilaku menghayati perilaku menghayati perilaku
jujur, disiplin, jujur, disiplin, jujur, disiplin,
tanggungjawab, peduli tanggungjawab, peduli tanggungjawab, peduli
(toleransi, gotong (toleransi, gotong (toleransi, gotong
royong), santun, royong), santun, royong), santun,
percaya diri, dalam percaya diri, dalam percaya diri, dalam

13
berinteraksi secara berinteraksi secara berinteraksi secara
efektif dengan efektif dengan efektif dengan
lingkungan sosial dan lingkungan sosial dan lingkungan sosial dan

KOMPETENSI INTI KOMPETENSI INTI KOMPETENSI INTI

KELAS VII KELAS VIII KELAS IX

alam dalam jangkauan alam dalam jangkauan alam dalam jangkauan


pergaulan dan pergaulan dan pergaulan dan
keberadaannya keberadaannya keberadaannya

3. Memahami 3. Memahami dan 3. Memahami dan


pengetahuan (faktual, menerapkan menerapkan
konseptual, dan pengetahuan (faktual, pengetahuan (faktual,
prosedural) konseptual, dan konseptual, dan
berdasarkan rasa ingin prosedural) prosedural)
tahunya tentang ilmu berdasarkan rasa ingin berdasarkan rasa ingin
pengetahuan, tahunya tentang ilmu tahunya tentang ilmu
teknologi, seni, budaya pengetahuan, pengetahuan,
terkait fenomena dan teknologi, seni, budaya teknologi, seni, budaya
kejadian tampak mata terkait fenomena dan terkait fenomena dan
kejadian tampak mata kejadian tampak mata

14
4. Mencoba, mengolah, 4. Mengolah, menyaji, 4. Mengolah, menyaji,
dan menyaji dalam dan menalar dalam dan menalar dalam
ranah konkret ranah konkret ranah konkret
(menggunakan, (menggunakan, (menggunakan,
mengurai, merangkai, mengurai, merangkai, mengurai, merangkai,
memodifikasi, dan memodifikasi, dan memodifikasi, dan
membuat) dan ranah membuat) dan ranah membuat) dan ranah
abstrak (menulis, abstrak (menulis, abstrak (menulis,
membaca, membaca, membaca,
menghitung, menghitung, menghitung,
menggambar, dan menggambar, dan menggambar, dan
mengarang) sesuai mengarang) sesuai mengarang) sesuai
dengan yang dipelajari dengan yang dipelajari dengan yang dipelajari
di sekolah dan sumber di sekolah dan sumber di sekolah dan sumber
lain yang sama dalam lain yang sama dalam lain yang sama dalam
sudut pandang/teori sudut pandang/teori sudut pandang/teori

B. Mata Pelajaran

Struktur Kurikulum SMP/MTs terdiri atas mata pelajaran umum


kelompok A dan mata pelajaran umum kelompok B. Khusus untuk MTs,
dapat ditambah dengan mata pelajaran keagamaan yang diatur oleh
Kementerian Agama.

Struktur kurikulum SMP/MTs adalah sebagai


berikut Tabel 2: Alokasi Waktu Mata Pelajaran
SMP/MTs

ALOKASI WAKTU PER


MATA PELAJARAN MINGGU
VII VIII IX
Kelompok A (Umum)

15
1. Pendidikan Agama dan Budi Pekerti 3 3 3

2. Pendidikan Pancasila dan


3 3 3
Kewarganegaraan
3. Bahasa Indonesia 6 6 6
4. Matematika 5 5 5
5. Ilmu Pengetahuan Alam 5 5 5
6. Ilmu Pengetahuan Sosial 4 4 4
7. Bahasa Inggris 4 4 4
Kelompok B (Umum)
1. Seni Budaya 3 3 3
2. Pendidikan Jasmani, Olahraga, dan
3 3 3
Kesehatan
3. Prakarya dan/atau Informatika 2 2 2
Jumlah jam pelajaran per minggu 38 38 38

Keterangan:
a. Mata pelajaran Kelompok A merupakan kelompok mata pelajaran yang
muatan dan acuannya dikembangkan oleh pusat.

b. Mata pelajaran Kelompok B merupakan kelompok mata pelajaran yang


muatan dan acuannya dikembangkan oleh pusat dan dapat dilengkapi
dengan muatan/konten lokal.

c. Mata pelajaran Kelompok B dapat berupa mata pelajaran muatan lokal


yang berdiri sendiri.

d. Muatan lokal dapat memuat Bahasa Daerah.

e. Satu jam pelajaran beban belajar tatap muka adalah 40 (empat puluh)
menit.

f. Beban belajar penugasan terstruktur dan kegiatan mandiri, paling banyak


50% dari waktu kegiatan tatap muka mata pelajaran yang bersangkutan.
16
g. Satuan pendidikan dapat menambah beban belajar per minggu sesuai
dengan kebutuhan belajar peserta didik dan/atau kebutuhan akademik,
sosial, budaya, ilmu pengetahuan dan teknologi, serta faktor lain yang
dianggap penting, namun yang diperhitungkan Pemerintah, maksimal 2
(dua) jam/minggu.

h. Untuk Mata Pelajaran Seni Budaya satuan pendidikan wajib


menyelenggarakan minimal 2 aspek dari 4 aspek yang disediakan. Peserta
didik mengikuti salah satu aspek yang disediakan untuk setiap semester,
aspek yang diikuti dapat diganti setiap semesternya.

i. Untuk Mata Pelajaran Prakarya dan/atau Mata Pelajaran Informatika,


satuan pendidikan menyelenggarakan salah satu atau kedua mata
pelajaran tersebut. Peserta didik dapat memilih salah satu mata pelajaran
yaitu Mata Pelajaran Prakarya atau Mata Pelajaran Informatika yang
disediakan oleh satuan pendidikan.

j. Dalam hal satuan pendidikan memilih Mata Pelajaran Prakarya, satuan


pendidikan wajib menyelenggarakan minimal 2 aspek dari 4 aspek yang
disediakan. Peserta didik mengikuti salah satu aspek yang disediakan
untuk setiap semester, aspek yang diikuti dapat diganti setiap
semesternya.

k. Khusus untuk Madrasah Tsanawiyah struktur kurikulum dapat dikembangkan


sesuai dengan kebutuhan yang diatur oleh Kementerian Agama.

l. Kegiatan ekstrakurikuler terdiri atas Pendidikan Kepramukaan (wajib), usaha


kesehatan sekolah (UKS), palang merah remaja (PMR), dan lainnya sesuai
dengan kondisi dan potensi masing-masing satuan pendidikan.

C. Beban Belajar

Beban belajar merupakan keseluruhan kegiatan yang harus diikuti peserta


didik dalam satu minggu, satu semester, dan satu tahun pembelajaran.

17
1. beban belajar di SMP/MTs dinyatakan dalam jam pelajaran per minggu. Beban
belajar satu minggu adalah minimal 38 (tiga puluh delapan) jam pelajaran.

2. beban belajar di Kelas VII, VIII, dan IX dalam satu semester paling sedikit 18
(delapan belas) minggu efektif.

3. beban belajar di kelas IX pada semester ganjil paling sedikit 18 (delapan belas)
minggu efektif.

4. beban belajar di kelas IX pada semester genap paling sedikit 14(empat belas)
minggu efektif.

Beban belajar bagi SMP/MTs yang menyelenggarakan Sistem Kredit Semester


(SKS), diatur lebih lanjut dalam Pedoman SKS.

D. Muatan Pembelajaran

Muatan pembelajaran di SMP/MTs yang berbasis pada konsep-konsep


terpadu dari berbagai disiplin ilmu untuk tujuan pendidikan adalah Mata
Pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) dan Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS).

Pada hakikatnya IPA dan IPS dikembangkan sebagai mata pelajaran


dalam bentuk integrated sciences dan integrated social studies. Muatan IPA
berasal dari disiplin biologi, fisika, dan kimia, sedangkan muatan IPS berasal
dari sejarah, ekonomi, geografi, dan sosiologi. Kedua mata pelajaran tersebut
merupakan program pendidikan yang berorientasi aplikatif, pengembangan
kemampuan berpikir, kemampuan belajar, rasa ingin tahu, dan
pengembangan sikap peduli dan bertanggung jawab terhadap lingkungan
sosial dan alam.

E. Kompetensi Dasar

Kompetensi Dasar dirumuskan untuk mencapai Kompetensi Inti.


Rumusan Kompetensi Dasar dikembangkan dengan memperhatikan
karakteristik dan kemampuan peserta didik, dan kekhasan masing-masing

18
mata pelajaran. Kompetensi Dasar meliputi empat kelompok sesuai dengan
pengelompokan Kompetensi Inti sebagai berikut:
1. kelompok 1 : kelompok Kompetensi Dasar sikap spiritual dalam rangka
menjabarkan KI-1;

2. kelompok 2 : kelompok Kompetensi Dasar sikap sosial dalam rangka


menjabarkan KI-2;

3. kelompok 3 : kelompok Kompetensi Dasar pengetahuan dalam rangka


menjabarkan KI-3; dan

4. kelompok 4 : kelompok Kompetensi Dasar keterampilan dalam rangka


menjabarkan KI-4.

2.4 Kerangka Dasar dan Struktur Kurikulum Pada Madrasah Aliyah/SMA

2.4.1 KERANGKA DASAR KURIKULUM

A. Landasan Filosofis

Landasan filosofis dalam pengembangan kurikulum menentukan kualitas


peserta didik yang akan dicapai kurikulum, sumber dan isi dari kurikulum,
proses pembelajaran, posisi peserta didik, penilaian hasil belajar, hubungan
peserta didik dengan masyarakat dan lingkungan alam di sekitarnya.

Kurikulum 2013 dikembangkan dengan landasan filosofis yang memberikan


dasar bagi pengembangan seluruh potensi peserta didik menjadi manusia
Indonesia berkualitas yang tercantum dalam tujuan pendidikan nasional.

Pada dasarnya tidak ada satupun filosofi pendidikan yang dapat digunakan
secara spesifik untuk pengembangan kurikulum yang dapat menghasilkan
manusia yang berkualitas. Berdasarkan hal tersebut, Kurikulum 2013
dikembangkan menggunakan filosofi sebagai berikut.

1. Pendidikan berakar pada budaya bangsa untuk membangun kehidupan


bangsa masa kini dan masa mendatang. Pandangan ini menjadikan
Kurikulum 2013 dikembangkan berdasarkan budaya bangsa Indonesia
19
yang beragam, diarahkan untuk membangun kehidupan masa kini, dan
untuk membangun dasar bagi kehidupan bangsa yang lebih baik di masa
depan. Mempersiapkan peserta didik untuk kehidupan masa depan selalu
menjadi kepedulian kurikulum, hal ini mengandung makna bahwa
kurikulum adalah rancangan pendidikan untuk mempersiapkan kehidupan
generasi muda bangsa. Dengan demikian, tugas mempersiapkan generasi
muda bangsa menjadi tugas utama suatu kurikulum. Untuk
mempersiapkan kehidupan masa kini dan masa depan peserta didik,
Kurikulum 2013 mengembangkan pengalaman belajar yang memberikan
kesempatan luas bagi peserta didik untuk menguasai kompetensi yang
diperlukan bagi kehidupan di masa kini dan masa depan, dan pada waktu
bersamaan tetap mengembangkan kemampuan mereka sebagai pewaris
budaya bangsa dan orang yang peduli terhadap permasalahan masyarakat
dan bangsa masa kini.

2. Peserta didik adalah pewaris budaya bangsa yang kreatif. Menurut


pandangan filosofi ini, prestasi bangsa di berbagai bidang kehidupan di
masa lampau adalah sesuatu yang harus termuat dalam isi kurikulum
untuk dipelajari peserta didik. Proses pendidikan adalah suatu proses yang
memberi kesempatan kepada peserta didik untuk mengembangkan
potensi dirinya menjadi kemampuan berpikir rasional dan kecemerlangan
akademik dengan memberikan makna terhadap apa yang dilihat,
didengar, dibaca, dipelajari dari warisan budaya berdasarkan makna yang
ditentukan oleh lensa budayanya dan sesuai dengan tingkat kematangan
psikologis serta kematangan fisik peserta didik. Selain mengembangkan
kemampuan berpikir rasional dan cemerlang dalam akademik, Kurikulum
2013 memposisikan keunggulan budaya tersebut dipelajari untuk
menimbulkan rasa bangga, diaplikasikan dan dimanifestasikan dalam
kehidupan pribadi, dalam interaksi sosial di masyarakat sekitarnya, dan
dalam kehidupan berbangsa masa kini.

3. Pendidikan ditujukan untuk mengembangkan kecerdasan intelektual dan


kecemerlangan akademik melalui pendidikan disiplin ilmu. Filosofi ini
menentukan bahwa isi kurikulum adalah disiplin ilmu dan pembelajaran
adalah pembelajaran disiplin ilmu (essentialism). Filosofi ini bertujuan

20
untuk mengembangkan kemampuan intelektual dan kecemerlangan
akademik.

4. Pendidikan untuk membangun kehidupan masa kini dan masa depan yang
lebih baik dari masa lalu dengan berbagai kemampuan intelektual,
kemampuan berkomunikasi, sikap sosial, kepedulian, dan berpartisipasi
untuk membangun kehidupan masyarakat dan bangsa yang lebih baik
(experimentalism and social reconstructivism). Dengan filosofi ini,
Kurikulum 2013 bermaksud untuk mengembangkan potensi peserta didik
menjadi kemampuan dalam berpikir reflektif bagi penyelesaian masalah
sosial di masyarakat, dan untuk membangun kehidupan masyarakat
demokratis yang lebih baik.

Dengan demikian, Kurikulum 2013 menggunakan filosofi


sebagaimana di atas dalam mengembangkan kehidupan individu peserta
didik dalam beragama, seni, kreativitas, berkomunikasi, nilai dan berbagai
dimensi inteligensi yang sesuai dengan diri seorang peserta didik dan
diperlukan masyarakat, bangsa dan umat manusia.

B. Landasan Sosiologis

Kurikulum 2013 dikembangkan atas dasar adanya kebutuhan akan


perubahan rancangan dan proses pendidikan dalam rangka memenuhi
dinamika kehidupan masyarakat, bangsa, dan negara, sebagaimana termaktub
dalam tujuan pendidikan nasional. Dewasa ini perkembangan pendidikan di
Indonesia tidak bisa dilepaskan dari perkembangan ilmu pengetahuan,
teknologi, dan seni. Perubahan ini dimungkinkan karena berkembangnya
tuntutan baru dalam masyarakat, dunia kerja, dan dunia ilmu pengetahuan
yang berimplikasi pada tuntutan perubahan kurikulum secara terus menerus.
Hal itu dimaksudkan agar pendidikan selalu dapat menjawab tuntutan
perubahan sesuai dengan jamannya. Dengan demikian keluaran pendidikan
akan mampu memberikan kontribusi secara optimal dalam upaya membangun
masyarakat berbasis pengetahuan (knowledge-based society).

21
C. Landasan Psikopedagogis

Kurikulum 2013 dimaksudkan untuk memenuhi tuntutan perwujudan


konsepsi pendidikan yang bersumbu pada perkembangan peserta didik
beserta konteks kehidupannya sebagaimana dimaknai dalam konsepsi
pedagogik transformatif. Konsepsi ini menuntut bahwa kurikulum harus
didudukkan sebagai wahana pendewasaan peserta didik sesuai dengan
perkembangan psikologisnya dan mendapatkan perlakuan pedagogis sesuai
dengan konteks lingkungan dan jamannya. Kebutuhan ini terutama menjadi
prioritas dalam merancang kurikulum untuk jenjang pendidikan menengah
khususnya SMA. Oleh karena itu implementasi pendidikan di SMA yang selama
ini lebih menekankan pada pengetahuan, perlu dikembangkan menjadi
kurikulum yang menekankan pada proses pembangunan sikap, pengetahuan,
dan keterampilan peserta didik melalui berbagai pendekatan yang
mencerdaskan dan mendidik. Penguasaan substansi mata pelajaran tidak lagi
ditekankan pada pemahaman konsep yang steril dari kehidupan masyarakat
melainkan pembangunan pengetahuan melalui pembelajaran otentik. Dengan
demikian kurikulum dan pembelajaran selain mencerminkan muatan
pengetahuan sebagai bagian dari peradaban manusia, juga mewujudkan
proses pembudayaan peserta didik sepanjang hayat.

D. Landasan Teoritis

Kurikulum 2013 dikembangkan atas teori “pendidikan berdasarkan


standar” (standard-based education), dan teori kurikulum berbasis kompetensi
(competency-based curriculum). Pendidikan berdasarkan standar menetapkan
adanya standar nasional sebagai kualitas minimal warganegara yang dirinci
menjadi standar isi, standar proses, standar kompetensi lulusan, standar
pendidik dan tenaga kependidikan, standar sarana dan prasarana, standar
pengelolaan, standar pembiayaan, dan standar penilaian pendidikan.
Kurikulum berbasis kompetensi dirancang untuk memberikan pengalaman
belajar seluas-luasnya bagi peserta didik dalam mengembangkan kemampuan
untuk bersikap, berpengetahuan, berketerampilan, dan bertindak.

22
Kurikulum 2013 menganut: (1) pembelajaran yang dilakukan guru
(taught curriculum) dalam bentuk proses yang dikembangkan berupa
kegiatan pembelajaran di sekolah, kelas, dan masyarakat; dan (2)
pengalaman belajar langsung peserta didik (learned-curriculum) sesuai
dengan latar belakang, karakteristik, dan kemampuan awal peserta didik.
Pengalaman belajar langsung individual peserta didik menjadi hasil belajar
bagi dirinya, sedangkan hasil belajar seluruh peserta didik menjadi hasil
kurikulum.

E. Landasan Yuridis

Landasan yuridis Kurikulum 2013 adalah:


1. Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945;

2. Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional;

3. Undang-undang Nomor 17 Tahun 2005 tentang Rencana Pembangunan


Jangka Panjang Nasional, beserta segala ketentuan yang dituangkan Rencana
Pembangunan Jangka Menengah Nasional; dan

4. Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional


Pendidikan sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Pemerintah Nomor
32 Tahun 2013 tentang Perubahan Atas Peraturan Pemerintah Nomor 19
Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan.

2.4.1 STRUKTUR KURIKULUM

A. Kompetensi Inti

Kompetensi Inti Sekolah Menengah Atas/Madrasah Aliyah (SMA/MA)


merupakan tingkat kemampuan untuk mencapai Standar Kompetensi
Lulusan (SKL) yang harus dimiliki seorang peserta didik SMA/MA pada setiap
tingkat kelas. Kompetensi Inti dirancang untuk setiap kelas. Melalui
kompetensi inti, sinkronisasi horisontal berbagai kompetensi dasar
antarmata pelajaran pada kelas yang sama dapat dijaga. Selain itu

23
sinkronisasi vertikal berbagai kompetensi dasar pada mata pelajaran yang
sama pada kelas yang berbeda dapat dijaga pula.
Rumusan kompetensi inti menggunakan notasi sebagai berikut:
1. Kompetensi Inti-1 (KI-1) untuk kompetensi inti sikap spiritual;
2. Kompetensi Inti-2 (KI-2) untuk kompetensi inti sikap sosial;
3. Kompetensi Inti-3 (KI-3) untuk kompetensi inti pengetahuan; dan
4. Kompetensi Inti-4 (KI-4) untuk kompetensi inti keterampilan. Uraian
tentang Kompetensi Inti untuk jenjang SMA/MA dapat dilihat pada
Tabel berikut.

Tabel 1: Kompetensi Inti SMA/MA

KOMPETENSI INTI KOMPETENSI INTI KOMPETENSI INTI


KELAS X KELAS XI KELAS XII
1. Menghayati dan 1. Menghayati dan 1. Menghayati dan
mengamalkan ajaran mengamalkan ajaran mengamalkan ajaran
agama yang dianutnya agama yang dianutnya agama yang dianutnya
2. Menghayati dan 2. Menghayati dan 2. Menghayati dan
mengamalkan perilaku mengamalkan perilaku mengamalkan perilaku
jujur, disiplin, jujur, disiplin, jujur, disiplin,
tanggungjawab, peduli tanggungjawab, peduli tanggungjawab, peduli
(gotong royong, (gotong royong, (gotong royong,
kerjasama, toleran, kerjasama, toleran, kerjasama, toleran,
damai), santun, damai), santun, damai), santun,
responsif dan pro-aktif responsif dan pro-aktif responsif dan pro-aktif
dan menunjukkan dan menunjukkan dan menunjukkan
sikap sebagai bagian sikap sebagai bagian sikap sebagai bagian
dari solusi atas dari solusi atas dari solusi atas
berbagai permasalahan berbagai permasalahan berbagai permasalahan

KOMPETENSI INTI KOMPETENSI INTI KOMPETENSI INTI


KELAS X KELAS XI KELAS XII

24
dalam berinteraksi dalam berinteraksi dalam berinteraksi
secara efektif dengan secara efektif dengan secara efektif dengan
lingkungan sosial dan lingkungan sosial dan lingkungan sosial dan
alam serta dalam alam serta dalam alam serta dalam
menempatkan diri menempatkan diri menempatkan diri
sebagai cerminan sebagai cerminan sebagai cerminan
bangsa dalam bangsa dalam bangsa dalam
pergaulan dunia. pergaulan dunia pergaulan dunia
3. Memahami,menerapka 3. Memahami, 3. Memahami,
n, menganalisis menerapkan, dan menerapkan,
pengetahuan faktual, Menganalisis menganalisis dan
konseptual, prosedural pengetahuan faktual, mengevaluasi
berdasarkan rasa konseptual, prosedural, pengetahuan faktual,
ingintahunya tentang dan metakognitif konseptual, prosedural,
ilmu pengetahuan, berdasarkan rasa ingin dan metakognitif
teknologi, seni, budaya, tahunya tentang ilmu berdasarkan rasa ingin
dan humaniora dengan pengetahuan, tahunya tentang ilmu
wawasan teknologi, seni, budaya, pengetahuan,
kemanusiaan, dan humaniora dengan teknologi, seni, budaya,
kebangsaan, wawasan dan humaniora dengan
kenegaraan, dan kemanusiaan, Wawasan
peradaban terkait kebangsaan, kemanusiaan,
penyebab fenomena kenegaraan, dan kebangsaan,
dan kejadian, serta peradaban terkait kenegaraan, dan
menerapkan penyebab fenomena peradaban terkait
pengetahuan dan kejadian, serta penyebab fenomena
prosedural pada bidang Menerapkan dan kejadian, serta
kajian yang spesifik Pengetahuan menerapkan
sesuai dengan bakat prosedural pada bidang pengetahuan
dan minatnya untuk kajian yang spesifik prosedural pada bidang
memecahkan masalah sesuai dengan bakat kajian yang spesifik
dan minatnya untuk sesuai dengan bakat
memecahkan masalah dan minatnya untuk
memecahkan masalah
4. Mengolah, menalar, 4. Mengolah, menalar, 4. Mengolah, menalar,
dan menyaji dalam dan menyaji dalam menyaji, dan mencipta

25
ranah konkret dan ranah konkret dan dalam ranah konkret
ranah abstrak terkait ranah abstrak terkait dan ranah abstrak
dengan pengembangan dengan pengembangan terkait dengan
dari yang dipelajarinya dari yang dipelajarinya pengembangan dari
di sekolah secara di sekolah secara yang dipelajarinya di
mandiri, dan mampu mandiri, bertindak sekolah secara mandiri
menggunakan metoda secara efektif dan serta bertindak secara
sesuai kaidah keilmuan kreatif, serta mampu efektif dan kreatif, dan
menggunakan metoda mampu menggunakan
sesuai kaidah keilmuan metoda sesuai kaidah
Keilmuan

B. Mata Pelajaran

Struktur Kurikulum SMA/MA terdiri atas mata pelajaran umum


kelompok A, mata pelajaran umum kelompok B, dan mata pelajaran
peminatan akademik kelompok C. Mata pelajaran peminatan akademik
kelompok C dikelompokkan atas mata pelajaran Peminatan Matematika dan
Ilmu Pengetahuan Alam, mata pelajaran Peminatan Ilmu Pengetahuan
Sosial, dan mata pelajaran Peminatan Bahasa dan Budaya. Khusus untuk
MA, dapat ditambah dengan mata pelajaran keagamaan yang diatur oleh
Kementerian Agama.
Struktur kurikulum SMA/MA adalah sebagai berikut.

Tabel 2: Alokasi Waktu Mata Pelajaran SMA/MA

ALOKASI WAKTU PER MINGGU


MATA PELAJARAN
X XI XII
KELOMPOK A (UMUM)

26
1. Pendidikan Agama dan Budi Pekerti 3 3 3
2. Pendidikan Pancasila dan
2 2 2
Kewarganegaraan
3. Bahasa Indonesia 4 4 4
4. Matematika 4 4 4
5. Sejarah Indonesia 2 2 2
6. Bahasa Inggris 2 2 2
KELOMPOK B (UMUM)
7. Seni Budaya 2 2 2
8. Pendidikan Jasmani, Olahraga, dan
3 3 3
Kesehatan
9. Prakarya dan Kewirausahaan 2 2 2
Jumlah jam pelajaran kelompok A dan B
24 24 24
per minggu
KELOMPOK C (PEMINATAN)
Mata pelajaran peminatan akademik 9 atau 12 12 atau 16 12 atau 16
Mata pelajaran pilihan 6 atau 9 4 atau 8 4 atau 8

Jumlah jam pelajaran kelompok A, B, dan C


42 44 44
per minggu

Keterangan:

a. Mata pelajaran Kelompok A dan C merupakan kelompok mata pelajaran


yang muatan dan acuannya dikembangkan oleh pusat.

b. Mata pelajaran Kelompok B merupakan kelompok mata pelajaran yang


muatan dan acuannya dikembangkan oleh pusat dan dapat dilengkapi
dengan muatan/konten lokal.

27
c. Mata pelajaran Kelompok B dapat berupa mata pelajaran muatan lokal
yang berdiri sendiri.

d. Muatan lokal dapat memuat Bahasa Daerah

e. Satu jam pelajaran beban belajar tatap muka adalah 45 menit.

f. Beban belajar penugasan terstruktur dan kegiatan mandiri, maksimal


60% dari waktu kegiatan tatap muka mata pelajaran yang bersangkutan.

g. Satuan pendidikan dapat menambah beban belajar per minggu sesuai


dengan kebutuhan belajar peserta didik dan/atau kebutuhan akademik,
sosial, budaya, dan faktor lain yang dianggap penting, namun yang
diperhitungkan Pemerintah maksimal 2 (dua) jam/minggu.

h. Untuk Mata Pelajaran Seni Budaya dan Mata Pelajaran Prakarya dan
Kewirausahaan, satuan pendidikan wajib menyelenggarakan minimal 2
aspek dari 4 aspek yang disediakan. Peserta didik mengikuti salah satu
aspek yang disediakan untuk setiap semester, aspek yang diikuti dapat
diganti setiap semesternya.

i. Khusus untuk Madrasah Aliyah struktur kurikulum dapat dikembangkan


sesuai dengan kebutuhan yang diatur oleh Kementerian Agama.

j. Kegiatan ekstrakurikuler terdiri atas Pendidikan Kepramukaan (wajib),


usaha kesehatan sekolah (UKS), palang merah remaja (PMR), dan lainnya
sesuai dengan kondisi dan potensi masing-masing satuan pendidikan.

1) Mata Pelajaran Umum

Mata pelajaran umum kelompok A merupakan program kurikuler


yang bertujuan mengembangkan kompetensi sikap, kompetensi
pengetahuan, dan kompetensi keterampilan peserta didik sebagai dasar
penguatan kemampuan dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa,
dan bernegara.

28
Mata pelajaran umum kelompok B merupakan program kurikuler
yang bertujuan mengembangkan kompetensi sikap, kompetensi
pengetahuan, dan kompetensi keterampilan peserta didik terkait

KELAS
MATA PELAJARAN
X XI XII
I. Peminatan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
1 Matematika 3 4 4
2 Biologi 3 4 4
3 Fisika 3 4 4
4 Kimia 3 4 4
II. Peminatan Ilmu Pengetahuan Sosial
1 Geografi 3 4 4
2 Sejarah 3 4 4
3 Sosiologi 3 4 4
4 Ekonomi 3 4 4
III. Peminatan Bahasa dan Budaya
1 Bahasa dan Sastra Indonesia 3 4 4
2 Bahasa dan Sastra Inggris 3 4 4
Bahasa dan Sastra Asing Lain (Arab,
3 Mandarin, Jepang, Korea, Jerman, 3 4 4
Perancis)
4 Antropologi 3 4 4
Mata Pelajaran Pilihan *)
Lintas minat dan/atau Pendalaman minat 6 atau 9 4 atau 8 4 atau 8
dan/atau Informatika
lingkungan dalam bidang sosial, budaya, dan seni.

2) Mata Pelajaran Peminatan Akademik

Mata pelajaran peminatan akademik kelompok C merupakan


program kurikuler yang bertujuan mengembangkan kompetensi sikap,
kompetensi pengetahuan, dan kompetensi keterampilan peserta didik

29
sesuai dengan minat, bakat dan/atau kemampuan akademik dalam
sekelompok mata pelajaran keilmuan.

3) Mata Pelajaran Pilihan

Mata Pelajaran Pilihan merupakan mata pelajaran yang


dikembangkan berdasarkan kebutuhan dan perkembangan keilmuan,
teknologi, dan seni yang memiliki tingkat urgensi yang tinggi dan
memiliki manfaat jangka panjang bagi bangsa Indonesia.

Kurikulum SMA/MA dirancang untuk memberikan kesempatan kepada


peserta didik untuk belajar berdasarkan minat mereka. Peserta didik
diperkenankan memilih Mata Pelajaran Lintas Minat dan/atau
Pendalaman Minat dan/atau Mata Pelajaran Informatika.

4) Pemilihan Peminatan dan Pemilihan Mata Pelajaran Lintas Minat dan/atau


Pendalaman Minat

1. Pemilihan peminatan dilakukan peserta didik saat mendaftar pada


SMA/MA berdasarkan nilai rapor Sekolah Menengah Pertama/Madrasah
Tsanawiyah (SMP/MTs) atau yang sederajat, nilai ujian nasional
SMP/MTs atau yang sederajat, rekomendasi guru bimbingan dan
konseling/konselor di SMP/MTs atau yang sederajat, dan hasil tes
penempatan (placement test) ketika mendaftar di SMA/MA, atau tes
bakat dan minat oleh psikolog.

2. Peserta didik masih mungkin pindah peminatan paling lambat pada awal
semester kedua di Kelas X sepanjang daya tampung peminatan baru
masih tersedia, berdasarkan hasil pembelajaran berjalan pada semester
pertama dan rekomendasi guru bimbingan dan konseling, peserta didik
yang pindah peminatan wajib mengikuti dan tuntas matrikulasi mata
pelajaran yang belum dipelajari sebelum pembelajaran pada peminatan
baru dimulai.

3. Peserta didik dapat memilih minimal 3 mata pelajaran dari 4 mata


pelajaran yang terdapat pada satu peminatan, 1 mata pelajaran yang

30
tidak diambil beban belajarnya dialihkan ke mata pelajaran lintas minat.
Selain mengikuti mata pelajaran di peminatan yang dipilihnya, setiap
peserta didik harus mengikuti mata pelajaran tertentu untuk lintas
minat dan/atau pendalaman minat. Bila peserta didik mengambil 3 mata
pelajaran dari peminatan yang dipilihnya, maka peserta didik tersebut
dapat mengambil mata pelajaran lintas minat sebanyak 9 jam pelajaran
(3 mata pelajaran) di Kelas X atau sebanyak 8 jam pelajaran (2 mata
pelajaran) di Kelas XI dan XII. Sedangkan bila peserta didik mengambil 4
mata pelajaran dari peminatan yang dipilihnya, maka peserta didik
tersebut dapat mengambil mata pelajaran lintas minat sebanyak 6 jam
pelajaran (2 mata pelajaran) di Kelas X atau sebanyak 4 jam pelajaran (1
mata pelajaran) di Kelas XI dan XII.

4. Peserta didik yang mengambil Peminatan Matematika dan Ilmu


Pengetahuan Alam atau Peminatan Ilmu Pengetahuan Sosial, lintas
minatnya harus diluar peminatan yang dipilihnya. Sedangkan peserta
didik yang mengambil Peminatan Bahasa dan Budaya, dapat mengambil
mata pelajaran lintas minat: (1) di luar; (2) di dalam; atau (3) sebagian di
dalam dan sebagian di luar, peminatan yang dipilihnya. Mata pelajaran
lintas minat yang dipilih sebaiknya tetap dari Kelas X sampai dengan XII.

5. Sebagai contoh, peserta didik Kelas X yang memilih Peminatan Bahasa


dan Budaya, dapat mengambil 3 mata pelajaran yaitu Bahasa dan Sastra
Indonesia, Bahasa dan Sastra Inggris, dan Antropologi. Lintas minatnya
dapat mengambil mata pelajaran: (1) Biologi, Fisika, dan Kimia; (2)
Geografi, Sejarah, dan Ekonomi; (3) Matematika, Sosiologi, dan Bahasa
Jerman; atau (4) Bahasa Mandarin, Bahasa Arab, dan Bahasa Jepang.
pelajaran lintas minat yang dapat diambil peserta didik dari Peminatan
Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam atau Kelompok Peminatan
Ilmu Pengetahuan Sosial, sesuai dengan sumber daya (ketersediaan guru
dan fasilitas belajar) yang dimilikinya.

6. Bagi peserta didik yang menggunakan pilihan untuk menguasai satu


mata pelajaran tertentu misalnya bahasa asing tertentu, dianjurkan
untuk memilih mata pelajaran yang sama sejak Kelas X sampai Kelas XII.

31
7. Dianjurkan setiap SMA/MA memiliki ketiga peminatan. Peserta didik di
SMA/MA Kelas XII dapat mengambil mata kuliah pilihan di perguruan
tinggi yang akan diakui sebagai kredit dalam kurikulum perguruan tinggi
yang bersangkutan. Pilihan ini tersedia bagi peserta didik SMA/MA yang
memiliki kerjasama dengan perguruan tinggi terkait.

8. Pendalaman minat mata pelajaran tertentu dalam peminatan dapat


diselenggarakan oleh satuan pendidikan melalui kerjasama dengan
perguruan tinggi di kelas XII.
5) Mata Pelajaran Informatika

Informatika merupakan salah satu disiplin ilmu yang berfungsi


memberikan kemampuan berpikir manusia dalam mengatasi persoalan-
persoalan yang semakin kompleks agar dapat bersaing di Abad ke-21. Teknologi
Informasi dan Komunikasi sebagai salah satu bagian dari Informatika
merupakan kebutuhan dasar peserta didik agar dapat mengembangkan
kemampuannya pada era digital.
Mata Pelajaran Informatika merupakan mata pelajaran pilihan yang
diselenggarakan berdasarkan ketersediaan guru sesuai dengan kualifikasi
akademik dan kompetensi, serta sarana prasarana pada satuan
pendidikan.Alokasi waktu untuk Mata Pelajaran Informatika di Kelas X sebanyak
3 Jam Pelajaran; Kelas XI dan XII masing-masing sebanyak 4 Jam Pelajaran.

C. Beban Belajar

Beban belajar merupakan keseluruhan kegiatan yang harus diikuti peserta


didik dalam satu minggu, satu semester, dan satu tahun pembelajaran.

1. Beban belajar di SMA/MA dinyatakan dalam jam pelajaran per minggu.

2. Beban belajar satu minggu Kelas X adalah minimal 42 jam pelajaran.

3. Beban belajar satu minggu Kelas XI dan XII adalah minimal 44 jam pelajaran.

4. Beban belajar di Kelas X dan XI dalam satu semester minimal 18 minggu.

32
5. Beban belajar di kelas XII pada semester ganjil minimal 18 minggu

6. Beban belajar di kelas XII pada semester genap minimal 14 minggu. Beban
belajar bagi SMA/MA yang menyelengarakan Sistem Kredit Semester (SKS),
diatur dalam pedoman SKS.

D. Kompetensi Dasar

Kompetensi Dasar dirumuskan untuk mencapai Kompetensi Inti.


Rumusan Kompetensi Dasar dikembangkan dengan memperhatikan
karakteristik dan kemampuan peserta didik, dan kekhasan masing-masing
mata pelajaran. Kompetensi Dasar meliputi empat kelompok sesuai dengan
pengelompokan Kompetensi Inti sebagai berikut:

1. kelompok 1: kelompok Kompetensi Dasar sikap spiritual dalam rangka


menjabarkan KI-1;

2. kelompok 2: kelompok Kompetensi Dasar sikap sosial dalam rangka


menjabarkan KI-2;

3. kelompok 3: kelompok Kompetensi Dasar pengetahuan dalam rangka


menjabarkan KI-3; dan

4. kelompok 4: kelompok Kompetensi Dasar keterampilan dalam rangka


menjabarkan KI-4

2.5 Kerangka Dasar dan Struktur Kurikulum Pada SMK

2.5.1 KERANGKA DASAR KURIKULUM


A. Landasan Filosofis
Landasan filosofis dalam pengembangan kurikulum menentukan kualitas
peserta didik yang akan dicapai kurikulum, sumber dan isi dari kurikulum,
proses pembelajaran, posisi peserta didik, penilaian hasil belajar, hubungan
peserta didik dengan masyarakat dan lingkungan alam di sekitarnya.
Kurikulum 2013 dikembangkan dengan landasan filosofis yang memberikan
dasar bagi pengembangan seluruh potensi peserta didik menjadi manusia
Indonesia berkualitas yang tercantum dalam tujuan pendidikan nasional. Pada
33
dasarnya tidak ada satupun filosofi pendidikan yang dapat digunakan secara
spesifik untuk pengembangan kurikulum yang dapat menghasilkan manusia
yang berkualitas. Berdasarkan hal tersebut, Kurikulum 2013 dikembangkan
menggunakan filosofi sebagai berikut:
a. Pendidikan berakar pada budaya bangsa untuk membangun kehidupan
bangsa masa kini dan masa mendatang. Pandangan ini menjadikan Kurikulum
2013 dikembangkan berdasarkan budaya bangsa Indonesia yang beragam,
diarahkan untuk membangun kehidupan masa kini, dan untuk membangun
dasar bagi kehidupan bangsa yang lebih baik di masa depan. Mempersiapkan
peserta didik untuk kehidupan masa depan selalu menjadi kepedulian
kurikulum, hal ini mengandung makna bahwa kurikulum adalah rancangan
pendidikan untuk mempersiapkan kehidupan generasi muda bangsa. Dengan
demikian, tugas mempersiapkan generasi muda bangsa menjadi tugas utama
suatu kurikulum. Untuk mempersiapkan kehidupan masa kini dan masa depan
peserta didik, Kurikulum 2013 mengembangkan pengalaman belajar yang
memberikan kesempatan luas bagi peserta didik untuk menguasai kompetensi
yang diperlukan bagi kehidupan di masa kini dan masa depan, dan pada waktu
bersamaan tetap mengembangkan kemampuan mereka sebagai pewaris
budaya bangsa dan orang yang peduli terhadap permasalahan masyarakat dan
bangsa masa kini.
b. Peserta didik adalah pewaris budaya bangsa yang kreatif. Menurut
pandangan filosofi ini, prestasi bangsa di berbagai bidang kehidupan di masa
lampau adalah sesuatu yang harus termuat dalam isi kurikulum untuk dipelajari
peserta didik. Proses pendidikan adalah suatu proses yang memberi
kesempatan kepada peserta didik untuk mengembangkan potensi dirinya
menjadi kemampuan berpikir rasional dan kecemerlangan akademik dengan
memberikan makna terhadap apa yang dilihat, didengar, dibaca, dipelajari dari
warisan budaya berdasarkan makna yang ditentukan oleh lensa budayanya dan
sesuai dengan tingkat kematangan psikologis serta kematangan fisik peserta
didik. Selain mengembangkan kemampuan berpikir rasional dan cemerlang
dalam akademik, Kurikulum 2013 memposisikan keunggulan budaya tersebut
dipelajari untuk menimbulkan rasa bangga, diaplikasikan dan dimanifestasikan
dalam kehidupan pribadi, dalam interaksi sosial di masyarakat sekitarnya, dan
dalam kehidupan berbangsa masa kini. c. Pendidikan ditujukan untuk
mengembangkan kecerdasan intelektual dan kecemerlangan akademik melalui
pendidikan disiplin ilmu. Filosofi ini menentukan bahwa isi kurikulum adalah

34
disiplin ilmu dan pembelajaran adalah pembelajaran disiplin ilmu (essentialism).
Filosofi ini mewajibkan kurikulum memiliki nama Mata pelajaran yang sama
dengan nama disiplin ilmu, selalu bertujuan untuk mengembangkan
kemampuan intelektual dan kecemerlangan akademik. d. Pendidikan untuk
membangun kehidupan masa kini dan masa depan yang lebih baik dari masa
lalu dengan berbagai kemampuan intelektual, kemampuan berkomunikasi,
sikap sosial, kepedulian, dan berpartisipasi untuk membangun kehidupan
masyarakat dan bangsa yang lebih baik (experimentalism and social
reconstructivism). Dengan filosofi ini, Kurikulum 2013 bermaksud untuk
mengembangkan potensi peserta didik menjadi kemampuan dalam berpikir
reflektif bagi penyelesaian masalah sosial di masyarakat, dan untuk
membangun kehidupan masyarakat demokratis yang lebih baik. Dengan
demikian, Kurikulum 2013 menggunakan filosofi sebagaimana di atas dalam
mengembangkan kehidupan individu peserta didik dalam beragama, seni,
kreativitas, berkomunikasi, nilai dan berbagai dimensi inteligensi yang sesuai
dengan diri seorang peserta didik dan diperlukan masyarakat, bangsa dan
ummat manusia.

B. Landasan Teoritis
Kurikulum 2013 dikembangkan atas teori “pendidikan berdasarkan standar”
(standard-based education), dan teori kurikulum berbasis kompetensi
(competency-based curriculum). Pendidikan berdasarkan standar menetapkan
adanya standar nasional sebagai kualitas minimal warganegara yang dirinci
menjadi standar isi, standar proses, standar kompetensi lulusan, standar
pendidik dan tenaga kependidikan, standar sarana dan prasarana, standar
pengelolaan, standar pembiayaan, dan standar penilaian pendidikan. Kurikulum
berbasis kompetensi dirancang untuk memberikan pengalaman belajar
seluasluasnya bagi peserta didik dalam mengembangkan kemampuan untuk
bersikap, berpengetahuan, berketerampilan, dan bertindak. Kurikulum 2013
menganut: (1) pembelajaan yang dilakukan guru (taught curriculum) dalam
bentuk proses yang dikembangkan berupa kegiatan pembelajaran di sekolah,
kelas, dan masyarakat; dan (2) pengalaman belajar langsung peserta didik
(learned-curriculum) sesuai dengan latar belakang, karakteristik, dan
kemampuan awal peserta didik. Pengalaman belajar langsung individual peserta
didik menjadi hasil belajar bagi dirinya, sedangkan hasil belajar seluruh peserta
didik menjadi hasil kurikulum.

35
C. Landasan Yuridis
Landasan yuridis Kurikulum 2013 adalah: 1. Undang-Undang Dasar Negara
Republik Indonesia Tahun 1945; 2. Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003
tentang Sistem Pendidikan Nasional; 3. Undang-undang Nomor 17 Tahun 2005
tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional, beserta segala
ketentuan yang dituangkan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional;
dan 4. Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional
Pendidikan sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Pemerintah Nomor 32
Tahun 2013 tentang Perubahan Atas Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun
2005 tentang Standar Nasional Pendidikan.
2.5.2 Struktur Kurikulum
A. Kompetensi Inti
Kompetensi inti dirancang seiring dengan meningkatnya usia peserta didik
pada kelas tertentu. Melalui kompetensi inti, integrasi vertikal berbagai
kompetensi dasar pada kelas yang berbeda dapat dijaga.
Rumusan kompetensi inti menggunakan notasi sebagai berikut:
1. Kompetensi Inti-1 (KI-1) untuk kompetensi inti sikap spiritual;
2. Kompetensi Inti-2 (KI-2) untuk kompetensi inti sikap sosial;
3. Kompetensi Inti-3 (KI-3) untuk kompetensi inti pengetahuan; dan
4. Kompetensi Inti-4 (KI-4) untuk kompetensi inti keterampilan.
Uraian tentang Kompetensi Inti untuk jenjang Sekolah Menengah
Kejuruan/Madrasah Aliyah Kejuruan dapat dilihat pada Tabel berikut.

Tabel 1: Kompetensi Inti Sekolah Menengah Kejuruan/Madrasah Aliyah


Kejuruan
KOMPETENSI INTI KOMPETENSI INTI KOMPETENSI INTI
KELAS X KELAS XI KELAS XII
1. Menghayati dan 1. Menghayati dan 1. Menghayati dan
mengamalkan ajaran mengamalkan ajaran mengamalkan ajaran
agama yang agama yang agama yang
dianutnya. dianutnya. dianutnya.

2. Menghayati dan 2. Menghayati dan 2. Menghayati dan


Mengamalkan mengamalkan mengamalkan
perilaku jujur, perilaku jujur, perilaku jujur,
disiplin, tanggung- disiplin, tanggung- disiplin, tanggung-
jawab, peduli (gotong jawab, peduli (gotong jawab, peduli (gotong
royong, kerjasama, royong, kerjasama, royong, kerjasama,
toleran, damai), toleran, damai), toleran, damai),
santun, responsif dan santun, responsif dan santun, responsif dan
pro-aktif dan pro-aktif dan pro-aktif dan
menunjukan sikap menunjukan sikap menunjukan sikap
sebagai bagian dari sebagai bagian dari sebagai bagian dari
solusi atas berbagai solusi atas berbagai solusi atas berbagai
permasalahan dalam permasalahan dalam permasalahan dalam
berinteraksi secara berinteraksi secara berinteraksi secara
efektif dengan efektif dengan efektif dengan
36
lingkungan sosial dan lingkungan sosial dan lingkungan sosial dan
alam serta dalam alam serta dalam alam serta dalam
menempatkan diri menempatkan diri menempatkan diri
sebagai cerminan sebagai cerminan sebagai cerminan
bangsa dalam bangsa dalam bangsa dalam
pergaulan dunia. pergaulan dunia. pergaulan dunia.

3. Memahami, 3. Memahami, 3. Memahami,


menerapkan dan menerapkan, dan menerapkan,
Menganalisis menganalisis menganalisis, dan
pengetahuan faktual, pengetahuan faktual, mengevaluasi
konseptual, dan konseptual, pengetahuan faktual,
Procedural prosedural, dan konseptual,
berdasarkan rasa metakognitif prosedural, dan
ingin tahunya tentang berdasarkan rasa metakognitif dalam
ilmu pengetahuan, ingin tahunya tentang ilmu pengetahuan,
teknologi, seni, ilmu pengetahuan, teknologi, seni,
budaya, dan teknologi, seni, budaya, dan
humaniora dalam budaya, dan humaniora dengan
Wawasan humaniora dalam wawasan
kemanusiaan, wawasan kemanusiaan,
kebangsaan, kemanusiaan, kebangsaan,
kenegaraan, dan kebangsaan, kenegaraan, dan
peradaban terkait kenegaraan, dan peradaban terkait
penyebab fenomena peradaban terkait penyebab fenomena
dan kejadian dalam penyebab fenomena dan kejadian dalam
bidang kerja yang dan kejadian dalam bidang kerja yang
spesifik untuk bidang kerja yang spesifik untuk
Memecahkan spesifik untuk memecahkan
masalah. memecahkan masalah.
masalah.

KOMPETENSI INTI KOMPETENSI INTI KOMPETENSI INTI


KELAS X KELAS XI KELAS XII
4. Mengolah, menalar, 4. Mengolah, menalar, 4. Mengolah, menalar,
dan menyaji dalam dan menyaji dalam menyaji, dan
ranah konkret dan ranah konkret dan mencipta dalam
ranah abstrak terkait ranah abstrak terkait ranah konkret dan
Dengan dengan ranah abstrak terkait
pengembangan dari pengembangan dari dengan
yang dipelajarinya di yang dipelajarinya di pengembangan dari
sekolah secara sekolah secara yang dipelajarinya di
mandiri, dan mampu mandiri, bertindak sekolah secara
melaksanakan tugas secara efektif dan mandiri, dan mampu
spesifik di bawah kreatif, dan mampu melaksanakan tugas
Pengawasan melaksanakan tugas spesifik di bawah
langsung. spesifik di bawah pengawasan
pengawasan langsung.
langsung.

B. Mata Pelajaran
1. Struktur Kurikulum Pendidikan Menengah
37
Untuk mewadahi konsep kesamaan muatan antara SMA/MA dan
SMK/MAK, maka dikembangkan Struktur Kurikulum Pendidikan
Menengah, terdiri atas Kelompok Mata pelajaran Wajib dan Mata
pelajaran Pilihan. Mata pelajaran wajib mencakup 9 (sembilan) mata
pelajaran dengan beban belajar 24 jam per minggu. Isi kurikulum (KI
dan KD) dan kemasan substansi untuk Mata pelajaran wajib bagi
SMA/MA dan SMK/MAK adalah sama. Struktur ini menerapkan prinsip
bahwa peserta didik merupakan subjek dalam belajar yang memiliki hak
untuk memilih mata pelajaran sesuai dengan minatnya.
Mata pelajaran pilihan terdiri atas pilihan akademik untuk SMA/MA
serta pilihan akademik dan vokasional untuk SMK/MAK. Mata pelajaran
pilihan ini memberi corak kepada fungsi satuan pendidikan, dan
didalamnya terdapat pilihan sesuai dengan minat peserta didik. Beban
belajar di SMA/MA untuk Tahun X, XI, dan XII masing-masing adalah 42,
44, dan 44 jam pelajaran per minggu.
Satu jam belajar adalah 45 menit. Sedangkan beban belajar untuk
SMK/MAK adalah 48 jam pelajaran per minggu. Beban belajar dapat
dinyatakan dalam satuan kredit semester (sks) yang diatur lebih lanjut
dalam aturan tersendiri.

Tabel 2: Mata pelajaran Pendidikan Menengah

ALOKASI WAKTU
MATA PELAJARAN PER MINGGU

X XI XII

Kelompok A (Wajib)
1. Pendidikan Agama dan Budi Pekerti 3 3 3

2. Pendidikan Pancasila dan


2 2 2
Kewarganegaraan

3. Bahasa Indonesia 4 4 4

4. Matematika 4 4 4

5. Sejarah Indonesia 2 2 2

6. Bahasa Inggris 2 2 2

Kelompok B (Wajib)
7. Seni Budaya 2 2 2

8. Pendidikan Jasmani, Olah Raga, dan


3 3 3
Kesehatan

38
9. Prakarya dan Kewirausahaan 2 2 2

Jumlah Jam Pelajaran Kelompok A dan B per


24 24 24
Minggu

Kelompok C (Peminatan)
Mata Pelajaran Peminatan Akademik (SMA/MA) 18 20 20

Mata Pelajaran Peminatan Akademik dan Vokasi


24 24 24
(SMK/MAK)

JUMLAH JAM PELAJARAN YANG HARUS


42 44 44
DITEMPUH PERMINGGU (SMA/MA)

JUMLAH JAM PELAJARAN YANG HARUS


48 48 48
DITEMPUH PERMINGGU (SMK/MAK)

Mata pelajaran Kelompok A dan C adalah kelompok Mata pelajaran yang


substansinya dikembangkan oleh pusat. Mata pelajaran Kelompok
B adalah kelompok mata pelajaran yang substansinya dikembangkan oleh
pusat dan dapat dilengkapi dengan muatan lokal yang dikembangkan oleh
pemerintah daerah.
Kegiatan Ekstrakurikuler SMA/MA, SMK/MAK: Pramuka (wajib), OSIS,
UKS, PMR, dan lain-lain, diatur lebih lanjut dalam bentuk Pedoman
Program Ekstrakurikuler.
2. Struktur Kurikulum SMK/MAK
Kurikulum SMK/MAK dirancang dengan pandangan bahwa SMA/MA dan
SMK/MAK pada dasarnya adalah pendidikan menengah, pembedanya hanya
pada pengakomodasian minat peserta didik saat memasuki pendidikan
menengah. Oleh karena itu, struktur umum
SMK/MAK sama dengan struktur umum SMA/MA, yakni ada tiga kelompok
Mata pelajaran: Kelompok A, B, dan C.
Peraturan Pemerintah Nomor 17 Tahun 2010 tentang Penyelenggaraan dan
Pengelolaan Pendidikan Pasal 80 menyatakan bahwa: (1) penjurusan pada SMK, MAK,
atau bentuk lain yang sederajat berbentuk bidang keahlian; (2) setiap bidang keahlian
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat terdiri atas 1 (satu) atau lebih program
studi keahlian; (3) setiap program studi keahlian sebagaimana dimaksud pada ayat (2)
dapat terdiri atas 1 (satu) atau lebih kompetensi keahlian.
Bidang keahlian pada SMK/MAK meliputi:
a. Teknologi dan Rekayasa;
b. Teknologi Informasi dan Komunikasi;
c. Kesehatan;
d. Agribisnis dan Agroteknologi;

39
e. Perikanan dan Kelautan;
f. Bisnis dan Manajemen;
g. Pariwisata;
h. Seni Rupa dan Kriya;
i. Seni Pertunjukan.
Dalam penetapan penjurusan sesuai dengan bidang/program/ paket keahlian
mempertimbangan Spektrum Pendidikan Menengah Kejuruan yang ditetapkan oleh
Direktur Jenderal Pendidikan Menengah Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.
Pemilihan Peminatan Bidang Keahlian dan program keahlian dilakukan saat peserta
didik mendaftar pada SMK/MAK. Pilihan pendalaman peminatan keahlian dalam
bentuk pilihan Paket Keahlian dilakukan pada semester 3, berdasarkan nilai rapor
dan/atau rekomendasi guru
BK di SMK/MAK dan/atau hasil tes penempatan (placement test) oleh psikolog.
Pada SMK/MAK, Mata Pelajaran Kelompok Peminatan (C) terdiri atas:
a. Kelompok Mata Pelajaran Dasar Bidang Keahlian (C1);
b. Kelompok Mata Pelajaran Dasar Program Keahlian (C2);
c. Kelompok Mata Pelajaran Paket Keahlian (C3).
Mata pelajaran serta KD pada kelompok C2 dan C3 ditetapkan oleh
Direktorat Jenderal Pendidikan Menengah Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan
untuk menyesuaikan dengan perkembangan teknologi serta kebutuhan dunia usaha
dan industri.
Khusus untuk MAK dapat ditambah dengan muatan keagamaan yang diatur lebih lanjut
oleh Kementerian Agama.

Tabel 3: Mata pelajaran Umum SMK/MAK [Tiga Tahun]

ALOKASI WAKTU
MATA PELAJARAN PER MINGGU
X XI XII
Kelompok A (Wajib)
1. Pendidikan Agama dan Budi Pekerti 3 3 3
2. Pendidikan Pancasila dan
2 2 2
Kewarganegaraan
3. Bahasa Indonesia 4 4 4
4. Matematika 4 4 4
5. Sejarah Indonesia 2 2 2
6. Bahasa Inggris 2 2 2
Kelompok B (Wajib)
7. Seni Budaya 2 2 2
8. Pendidikan Jasmani, Olah Raga, dan
3 3 3
Kesehatan
9. Prakarya dan Kewirausahaan 2 2 2
Jumlah Jam Pelajaran Kelompok A dan B per
Minggu 24 24 24

40
Kelompok C (Peminatan)
Mata Pelajaran Peminatan Akademik dan Vokasi
24 24 24
(SMK/MAK)
JUMLAH ALOKASI WAKTU PER MINGGU 48 48 48

41
Keterangan:

Pelaksanaan pembelajaran dapat dilakukan di satuan


pendidikan dan/atau industri (terintegrasi dengan
Praktik Kerja Lapangan) dengan Portofolio sebagai
instrumen utama penilaian.

Tabel 4: Mata pelajaran Umum SMK/MAK [Empat Tahun]

ALOKASI WAKTU
MATA PELAJARAN PER MINGGU

X XI XII XIII

Kelompok A (Wajib)
1. Pendidikan Agama dan Budi Pekerti 3 3 3 3

2. Pendidikan Pancasila dan


2 2 2 2

Kewarganegaraan
3. Bahasa Indonesia 4 4 4 4
4. Matematika 4 4 4 4
5. Sejarah Indonesia 2 2 2 2
6. Bahasa Inggris 2 2 2 2
Kelompok B (Wajib)
7. Seni Budaya 2 2 2 2

8. Pendidikan Jasmani, Olah Raga, dan


3 3 3 3

Kesehatan
9. Prakarya dan Kewirausahaan 2 2 2 2

Jumlah Jam Pelajaran Kelompok A dan B per


Minggu 24 24 24 24

42
Kelompok C (Peminatan)
Mata Pelajaran Peminatan Akademik dan Vokasi
24 24 24 24
(SMK/MAK)

JUMLAH ALOKASI WAKTU PER MINGGU 48 48 48 48

Keterangan:

Pelaksanaan pembelajaran dapat dilakukan di


satuan pendidikan dan/atau industri (terintegrasi
dengan
Praktik Kerja Lapangan) dengan Portofolio
sebagai instrumen utama penilaian.

43
BAB III. PENUTUP

3.1 Kesimpulan
3.1.1 Kerangka dasar kurikulum adalah tatanan atau pedoman konseptual
Kurikulum yang dikembangkan berdasarkan Standar Nasional
Pendidikan. Sedangkan struktur kurikulum yaitu pola atau bentuk bahan
pelajaran yang disusun dan disampaikan kepada peserta didik.
3.1.2 Kerangka dasar kurikulum pada tingkat SD/MI meliputi, landasan
filosofis, landasan teoritis dan landasan yuridis. Kerangka dasar
kurikulum pada tingkat SMP/MTs meliputi, landasan filosofis, landasan
sosiologis, landasan psikopedagogis, landasan teoritis dan landasan
yuridis. Sedangkan kerangka dasar kurikulum pada tingkat
SMA/MA/SMK meliputi, landasan filosofis, landasan sosiologis, landasan
psikopedagogis, landasan teoritis dan landasan yuridis.
3.1.3 Struktur kurikulum yang ada pada tingkat SD, SMP dan SMA meliputi
kompetensi dasar, kompetensi inti, mata pelajaran dan beban pelajaran.

3.2 Saran

44
Diharapkan agar kita sebagai generasi muda penerus bangsa dan khususnya
sebagai calon pendidik setelah membaca makalah ini dapat mengetahui,
memahami dan melaksanakan struktur dan kerangka kurikulum sekolah sesuai
dengan pedoman yang ada.

DAFTAR PUSTAKA

Nasution, S. (1994). Asas-asas Kurikulum. Jakarta: PT Bumi Aksara.

Permendikbud No. 67 Tahun 2013

Permendikbud No. 36 Tahun 2018

Permendikbud No. 35 Tahun 2018

45

Anda mungkin juga menyukai